Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dasar Teori
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah.
Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara
keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah
plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah. Fungsi utama darah dalam sirkulasi
adalah sebagai media transportasi, pengaturan suhu, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta
keseimbangan basa eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh. Darah terdiri daripada
beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain
berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
(Widayati, dkk, 2010).
Pemeriksaan darah rutin lengkap merupakan pemeriksaan yang sering diminta oleh
klinisi karena dengan melakukan pemeriksaan darah lengkap rutin dapat terdiagnosis beberapa
penyakit kelainan darah dan dapat ditentukan arah pemeriksaan lebih lanjut dari penderita
tersebut. Pemeriksaan darah rutin antara lain adalah uji kadar hemoglobin; jumlah eritrosit,
leukosit, trombosit; nilai hematokrit, laju endap darah disingkat LED dan menentukan indeks
eritrosit (Verbrugge & Huisman 2015), (Rabinovitch et al. 2010), (Lima-oliveira et al. 2013).
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Dilihat
dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang
dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk
inti yang bervariasi, Yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk
bulat atau bentuk ginjal. Granula dianggap spesifik bila secara tetap terdapat dalam jenis leukosit
tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya) (Caroline, Astrid. 2013).
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap
zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis.
Leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus
kedalam jaringan penyambung. Bila memeriksa variasi Fisiologi dan Patologi sel-sel darah tidak
hanya persentase tetapi juga jumlah absolut masing-masing jenis per unit volume darah harus
diambil (Caroline, Astrid. 2013).
Leukosit memiliki bentuk khas, nukleus, sitoplasma dan organel, semuanya bersifat
mampu bergerak pada keadaan tertentu. Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem
pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit, monosit dan
sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah
dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan
Kebanyakan sel darah putih ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami
peradangan serius
II. Pembahasan
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Leukosit
mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asing.
Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis. Leukosit dapat
meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan
penyambung. Leukosit memiliki bentuk khas, nukleus, sitoplasma dan organel, semuanya
bersifat mampu bergerak pada keadaan tertentu. Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem
pertahanan tubuh.
Hitung jenis leukosit atau disebut juga dengan hitung diferensial leukosit adalah nilai
komponen-komponen sel yang menyusun sel darah putih. Hitung jenis leukosit menentukan
jumlah relatif atau persentase dari berbagai populasi leukosit yang ada dalam darah yang dapat
memberikan informasi mengenai barbagai keadaan penyakit. Hitung diferensial leukosit ini
seringkali diabaikan bila jumlah leukosit dalam darah adalah normal dan tidak ada kelainan
hematologik, baik klinis maupun laboratoris. Namun demikian, banyak kelainan seperti
keganasan, inflamasi, dan kelainan imunologik dapat menyebabkan perubahan persentase ini,
walaupun jumlah leukosit masih dalam batas normal.
Leukosit memiliki sebuah inti yang bentuk dan ukurannya bervariasi sehingga mudah
dibedakan dengan eritrosit. Karakteristik morfologis nukleus dan sitoplasma sel-sel ini
menentukan kategori spesifik dan tingkat pematangannya. Leukosit berada dalam sirkulasi darah
untuk melintas saja menuju ke lokasi lain, mereka tidak mempunyai fungsi di dalam pembuluh
darah. Terdapat 5 jenis leukosit yang utama, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan
monosit. Neutrofil, eosinofil, dan basofil dinamakan granulosit (sel-sel yang memiliki granula
dalam sitoplasmanya) atau sel-sel polimorfonuklear (PMN), yaitu sel-sel yang intinya terdiri dari
beberapa lobus. Limfosit, dan monosit tidak memiliki granula dalam sitoplasmanya, sehingga
mereka dinamakan agranulosit.
Apabila granulosit imatur meningkat dalam hitung jenis lekosit, keberadaan ini disebut
‘pergeseran ke kiri’ (shift to the left). Istilah ini berasal dari penelitian-penelitian awal yang
menggunakan tabulasi untuk melaporkan jumlah masing-masing jenis sel. Jenis sel diurutkan
dari sel blast sebelah kiri menuju ke netrofil di sebelah kanan. Sel imatur dalam jumlah besar
menyebabkan peningkatan di kolom sebelah kiri yang dalam keadaan normal kosong kecuali
beberapa sel batang. Dengan demikian, apabila sel imatur banyak, jumlah bergeser di kolom
sebelah kiri.
Terjadinya peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) menunjukkan adanya proses
infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, tuberculosis, tonsillitis, apendiktis,
dll. Sedangkan penurunan jumlah leukosit (leucopenia) dapat terjadi pada infeksi virus, malaria,
dan alkoholik. Selain itu penurunan dan peningkatan jumlah leukosit dapat disebabkan oleh
mengkonsumsi jenis obat-obatan tertentu.
Hitung jenis leukosit dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu manual (visual) dan
elektronik/otomatik. Pada praktikum dilakukan dengan metode manual yaitu pengamatan apusan
darah di bawah mikroskop, yang berarti penentuan hitung jenis leukosit dilakukan secara
mikroskopik. Untuk menghitung jenis leukosit ini, pengamatan dilakukan pada bagian apusan
sebelum ujung yang tipis (ekor). Pada bagian tersebut sel-sel darah tersebar merata, berdekatan
atau bersentuhan tetapi tidak tumpang tindih dan area ini sering disebut counting area (zona
morfologi).
Untuk melakukan hitung leukosit, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat
preparat hapusan darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa dan Wright. Namun pada kali ini
preparat yang digunakan adalah preparat indirect atau prepat yang sudah jadi yang diperoleh dari
RSUP Sanglah Denpasar, dimana preparat tersebut telah dihitung jenis leukositnya dengan
menggunakan alat hematolohi analyzer.
Adapun cara dari praktikum ini adalah disiapkan preparat indirect yang akan diamati
kemudian diletakkan preparat pada meja objek, digunakan lensa objektif perbesaran 10x untuk
mencari lapang pandang pada daerah counting area. Daerah counting area ini biasanya terdapat
mendekati ujung lidah dari sediaan apus darah. Setelah lapang pandang pada counting area
ditemukan preparat ditetesi dengan menggunakan oil imersi kemudian lendsa objektif
dipindahkan ke perbesaran 100x untuk mengamati lebih jelas adanya kelainan warna eritrosit
yang akan dilakukan pada pembesaran ini. Penambahan oil imersi ini bertujuan untuk menaikkan
indeks bias cahaya sehingga objek dapat terlihat dengan jelas. Setelah itu dilakukan pengamatan
terhadap kelainan bentuk dan ukuran eritrosit. Hitung jenis leukosit dilakukan pada counting area
dengan tujuan agar jenis-jenis leukosit dapat diamati secara jelas karena penyebarannya merata.
Seratus leukosit dihitung dan diklasifikasikan melalui penggunaan push-down differential
counter. Hasil hitung jenis berdasarkan 100 sel hanya bermakna untuk keadaan normal, yaitu
normal jumlah leukosit dan normal morfologinya.
Pada praktikum hitung jenis leukosit ini, dari 5 jenis leukosit hanya ditemukan 4 jenis
saja yaitu neutrofil, eosinofil, limfosit dan monosit sedangkan basofil tidak ditemukan dalam 100
leukosit yang telah dihitung.
1. Neutrofil: sel ini berukuran 12-15 μl, berbentuk bulat dan berbatas tegas. Inti sel
berlobus 2 sampai 5, dihubungkan satu sama lain oleh benang kromatin. Neutrofil
dengan inti berlobus dinamakan neutrofil segmen. Kadang-kadang di daerah tepi juga
dijumpai neutrofil dengan inti berbentuk huruf C, U atau S yang dinamakan neutrofil
batang atau stab. Sitoplasma sel ini luas, terwarnai pink pucat, dan bergranula halus
yang terwarnai ungu muda. Neutrofil yang beredar di darah tepi terbanyak adalah
segmen, yaitu neutrofil yang matur, sedangkan batang atau stab yang merupakan
neutrofil imatur dapat bermultiplikasi dengan cepat selama infeksi akut. Pada
praktikum didapat jumlah neutrofil batang 18% dan neutrofil segmen 47%, total jumlah
neutrofil 65%. Dibandingkan dengan nilai rujukan jumlah neutrofil batang melebihi
nilai normal dan neutrofil segmen diperoleh dalam jumlah yang normal.
2. Eosinofil: sel berukuran 12-15 μm dengan inti sel umumnya terdiri dari 2 lobus.
Sitoplasmanya luas, memiliki banyak granula yang besar, bulat, homogen, terwarnai
merah-jingga dan tersusun padat berkelompok. Kadang-kadang sel tampak rusak
dengan granula-granula berserakan. Pada praktikum diperoleh jumlah eosinofil
sebanyak 1% yang berarti normal.
3. Limfosit: sel ini dikenal ada dua macam berdasarkan ukurannya, yaitu limfosit kecil
dan limfosit besar. Limfosit kecil berukuran 7-10 μm (hampir sama dengan eritrosit),
bentuknya bulat. Inti sel bulat atau berlekuk, menempati sebagian besar ruang sel,
kromatin padat, terwarnai ungu donker. Sitoplasma sedikit/sempit, terwarnai biru pucat
(pada sebagian besar kasus tampak sebagai cincin tipis di sekitar inti), dan tidak
mengandung granula. Pada praktikum diperoleh jumlah limfosit sebanyak 18 % yang
berarti berada dibawah nilai rujukan.
4. Monosit: sel berukuran 15-25 μm (paling besar di antara jenis lekosit yang lain),
bentuknya ireguler. Inti sel bentuknya bervariasi (memanjang, berindentasi, atau
melipat seperti ginjal), tidak beraturan dan terwarnai ungu. Sitoplasma luas, terwarnai
biru pucat, mengandung granula-granula halus seperti debu dan biasanya terwarnai
kemerahan. Kadang-kadang tampak vakuola di dalamnya. Monosit adalah baris
pertahanan kedua terhadap infeksi bakteri dan benda asing. Monosit berespons lambat
selama fase infeksi akut dan proses inflamasi, dan terus berfungsi selama fase kronis
dari fagosit. Pada praktikum diperoleh jumlah monosit sebanyak 16% yang
menunjukkan hasil ini melebihi nilai rujukan yang ada.
Pada praktikum yang telah dilakukan terdapat beberapa perbedaan hasil antara yang
dilakukan secara manual dengan yang dilakukan menggunakan alat elektronik/automatik di
laboratorium RSUP Sanglah. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor baik dilakukan oleh
praktikan karena kesalahan pengamatan dan beberapa faktor lain seperti berikut ini:
Pembuatan sediaan apus kurang baik, misalnya tetesan darah terlalu banyak atau
sedikit, cara mendorong kaca pengapus tersendat-sendat, kaca pengapus tidak
menempel tepat pada kaca objek, sudut kaca pengapus terlalu besar atau
sebaliknya.
Kaca objek kotor atau berlemak
Pengecatan kurang baik, misalnya larutan cat terlalu atau terlalu basa yang
menyebabkan hasil pewarnaan terlalu merah atau biru, pembilasan kurang bersih.
(Riswanto, 2013)
III. Simpulan
1. Hitung jenis leukosit secara manual dilakukan dengan cara diamati dibawah
mikroskop pada pembesaran objektif 100x (dengan oil imersi). Diff count
dilakukan pada counting area dan jenis-jenis leukosit dihitung hingga 100 sel.
2. Jenis-jenis leukosit dapat dibedakan menjadi lima leukosit yang utama, yaitu
neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit.
3. Pada praktikum hitung jenis leukosit diperoleh neutrofil 65% (Normal), eosinofil
1% (Normal), limfosit 18% (< Normal), dan monosit 16% (Monositosis).
Daftar Pustaka
Widayati, dkk. 2010. Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia Sediaan Apus Darah.
Jakarta: Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Diakses tanggal 28 Mei 2016).
Caroline, Astrid. 2013. Hitung Kenis Leukosit. [online]. Tersedia: https://www.scribd.
com/doc/304833313/Laporan-Praktikum-Patologi-Klinik-Hitung-Jumlah-Leukosit.
(Diakses tanggal 28 Mei 2016).
Budiwiyono, Imam. 1995. Prinsip Pemeriksaan Preparat Hapusan Darah Tepi. FK UNDIP:
Semarang
Effendi Z. 2003.Peranan leukosit sebagai anti inflamasi alergik dalam tubuh. [pdf]. Tersedia:
http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti2.pdf
Carraro, P. et al. (2015). Complete Blood Count at the ED: Preanalytic Variables for
Hemoglobin and Leukocytes. American Journal of Emergency Medicine. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/ j.ajem.2015.05.011.
Lembar Pengesahan
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Pembimbing V