PENDAHULUAN
1
penyakit. Berdasarkan hal tersebut, asma dapat diatasi dengan menggunakan
bahan alam diantaranya adalah Bunga Ratna (Gomphrena globose L). Bunga
Ratna (Gomphrena globose L.) atau yang biasa dikenal dengan Bunga Kenop atau
Bunga Kancing adalah tanaman yang berasal dari Amerika dan Asia. Bunga yang
termasuk famili Amaranthaceae ini biasa ditanam sebagai tanaman hias yang
dapat pula dijumpai tumbuh liar di ladang-ladang. Tanaman ini dapat tumbuh baik
sampai ketinggian 1400 m di atas permukaan laut, terutama pada tempat yang
cukup sinar matahari. Selain sebagai tanaman hias, Bunga Ratna juga dapat
digunakan sebagai obat tradisional (Herlambang,2008)
Bunga Ratna adalah salah satu tanaman yang banyak digunakan untuk
upacara keagamaan di Bali. Bagi masyarakat Bali Bunga Ratna memiliki fungsi
yang sangat penting dalam pembuatan banten, hal ini yang menyebabkan banyak
masyarakat Bali membudidayakan Bunga Ratna ataupun menanamnya di halaman
rumah. Secara tradisional, Bunga Ratna dapat digunakan sebagai obat
asthmabronchial, buang air kecil tidak lancar, bronkhitis kronis, disentri, dan
panas dalam pada anak (Hardiana, 2013). Selain itu dapat pula digunakan sebagai
ekspektoran pada batuk dan anti radang (Permadi, 2008). Sedangkan,
Hamiduzzaman dan Azzam (2012) dalam jurnalnya mengatakan bahwa Bunga
Ratna memiliki aktivitas sebagai antimikroba, antioksidan, dan aktivitas
sitotoksik. Kandungan kimia yang terkandung dalam Bunga Ratna atau Bunga
Kenop adalah Gomphrenin I, II, III, V dan VI, amaranthin, minyak atsiri,
flavonoid dan saponin (Permadi, 2008).
2
1.1 Rumusan Masalah
1.1.1 Golongan senyawa metabolit sekunder apa saja yang terkandung pada
ekstrak Bunga Ratna (Gomphrena globose L.) ?
1.1.2 Apakah ekstrak Bunga Ratna (Gomphrena globose L.)memiliki aktivitas
untuk mengobati asma pada tikus ?
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung
pada ekstrak Bunga Ratna (Gomphrena globose L.).
1.2.2 Untuk mengetahui apakahBunga Ratna (Gomphrena globose L.) memiliki
aktivitas untuk mengobati asma.
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberi informasi ilmiah pada
bidang farmasi mengenai kandungan fitokimia dan aktivitas anti asma.
1.3.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat dalam
memanfaatkan Bunga Ratna (Gomphrena globose L.) sebagai bahan baku
obat tradisional, khususnya sebagai obat Asma.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
runcing, warna hijau, berambut kasar di bagian atas daun dan halus di bagian
bawahnya, berwarna rambut putih. Bunga berbentuk bonggol, warna merah tua
keungu-unguan seperti bola, ada juga yang berwarna putih. Bunga yang berasal
dari Amerika dan Asia ini, biasanya ditemui sebagai tanaman hias ataupun
tumbuh di lading-ladang (Hembing, 2000).
Bunga Ratna memiliki rasa manis dan netral, memiliki kandungan kimia
yang khas, yaitu Gomphrenin I, Gomphrenin II, Gomphrenin III, Gomphrenin V,
Gomphrenin VI dan amarathin. Selain itu, Bunga Ratna juga mengandung minyak
atsiri, flavonoid dan saponin (Permadi, 2008). Efek farmakologis Bunga Ratna
diantaranya sebagai obat antiasma, antibatuk dan antiradang pada mata (Hariana,
2013).
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Order : Caryophyllales
Suku : Amaranthaceae
Marga : Gomphrena
Golongan kimia pada suatu sempel penelitian dapat diketahui dengan uji
skrining fitokimia (Tomahayu, 2014). Skrining fitokimia merupakan uji kualitatif
kandungan senyawa kimia dalam bagian tumbuhan, terutama kandungan
metabolit sekunder yang diantaranya adalah flavonoid, alkaloid, saponin, tanin,
terpenoid dan sebagainya. Skrining fitokimia harus memenuhi beberapa
persyaratan antara lain sederhan, cepat, dapat dilakukan dengan peralatan
minimal, bersifat semikuantitatif yaitu memiliki batas kepekaan untuk senyawa
5
yang bersangkutan, selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari
(Septyaningsih, 2010).
2.5 Simplisia
2.6 Ekstraksi
6
Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta
stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam
berat, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung
simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.
Disamping memperhatikan sifat fisik dan senyawa aktif dari simplisia harus juga
diperhatikan senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam simplisia seperti protein,
karbohidrat, lemak dan gula, karena senyawa ini akan mempengaruhi tingkat
kejenuhan pelarut sehingga perpengaruh pula pada proses pelarutan senyawa
aktif.
2.8Asma
7
a. Asma merupakan penyakit gangguan jalan nafas
b. Ditandai dengan hipersensitifitas bronkus dan bronkokostriksi
c. Diakibatkan oleh proses inflamasi kronik
d. Bersifat reversible
Status asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang
berat atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap
pengobatanyang lazim diberikan. Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau
perbaikanyang sifatnya hanya singkat, dengan pengamatan 1-2 jam.
(Medlinux,2008)
Gambaran klinis Status Asmatikus :
a. Penderita tampak sakit berat dan sianosis.Sesak nafas, bicara
terputus-putus.
b. Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan
sebabpenderita sudah jatuh dalam dehidrasi berat.
c. Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup
baik, tetapilambat laun dapat memburuk yang diawali dengan rasa
cemas, gelisahkemudian jatuh ke dalam koma.(Medlinux,2008)
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari
pada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi
paksa menekan bagian luar bronkiolus.Karena bronkiolus sudah tersumbat
sebagian,maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest. (Tanjung, 2003).
Gejala Klinis dari asma adalah sesak napas mendadak, disertai
faseinspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti
bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang kumat-kumatan.
Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat
dan sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin
8
meningkatatau tiba-tiba menjadi lebih berat. (Medicafarma,2008) Wheezing
terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat atau
lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan
atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak
terdengar sama sekali. Batuk hamper selalu ada,bahkan seringkali diikuti dengan
dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka keluhan sesak akan
semakin berat. (Medicafarma,2008) Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita
lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan
memegang kedua lutut. Posisi inididapati juga pada pasien dengan Chronic
Obstructive Pulmonary Disease(COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas
adalah pernapasan cuping hidungyang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi
pernapasan terlihat meningkat(takipneu), otot Bantu pernapasan ikut aktif, dan
penderita tampak gelisah. Padafase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan
penurunan PaO2 dan PaCO2,tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi
yang terjadi kemudian akanmemperberat sesak napas, karena menyebabkan
penurunan PaO2 dan pH sertameningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi
kenaikan tekanan darah dan denyutnadi sampai 110-130/menit, karena
peningkatan konsentrasi katekolamin dalamdarah akibat respons hipoksemia.
(Medicafarma,2008)
9
BAB III
SIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Bunga Ratna (Gomphrena globose L.) atau yang biasa dikenal dengan
Bunga Kenop atau Bunga Kancing adalah tanaman yang berasal dari Amerika dan
Asia. Bunga yang termasuk famili Amaranthaceae ini biasa ditanam sebagai
tanaman hias yang dapat pula dijumpai tumbuh liar di ladang-ladang.Bunga Ratna
memiliki rasa manis dan netral, memiliki kandungan kimia yang khas, yaitu
Gomphrenin I, Gomphrenin II, Gomphrenin III, Gomphrenin V, Gomphrenin VI
dan amarathin. Selain itu, Bunga Ratna juga mengandung minyak atsiri, flavonoid
dan saponin (Permadi, 2008). Efek farmakologis Bunga Ratna diantaranya
sebagai obat antiasma, antibatuk dan antiradang pada mata. Dalam penelitian ini
peneliti hanya meneliti Bunga Ratna sebagai obat Asma. Asma merupakan suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel,
ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan
nafas.
Berdasarkan bukti empirisnya bunga ratna dapat digunakan sebagai obat asma
dengan cara sebagai berikut :
Caranya: Ambil dan Rebus 10 kuntum bunga kenop dalam tiga gelas air
bersih sampai tersisa 1 gelas. Tambahkan arak kuning sebanyak satu seloki.
10
Minum ramuan sehari tiga kali, masing-masing 1/3 gelas. Lakukan tiap hari
sampai sembuh.
Selain itu masih ada beberapa khasiat Bunga Ratna yang telah terbukti secara
empiris dapat menyembuhkan penyakit seperti :
11
DAFTAR PUSTAKA
Permadi. 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat, Cetakan pertama. Pustaka Bunda
(Grup Puspa Swara). Jakarta. Hal 20
Ahmada, R., Aulanni’am., Wardhana, A., 2012, Terapi Ekstrak Daun Putri malu
(Mimosa pudica) pada Tikus (Rattus norvegicus) Model Asma Terhadap Kadar
Malondialdehida (MDA) dan Gambaran Histopatologi Epitel Bronkiolus,
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=404195&val=8182&title=Ta
naman%20dengan%20Aktivitas%20Anti-Asma
http://www.sakadoci.com/2016/02/bunga-kenop-manfaat-dan-cara.html( Diakses
pada 01 oktober 2018)
12
https://id.scribd.com/doc/12896544/Asma-Bronkial( Diakses pada 01 oktober
2018)
13