Anda di halaman 1dari 18

1

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kelapa sawit pertama kali ditemukan di negara Afrika Barat dan
tanaman ini disebut sebagai tanaman tropikal. Selain di Afrika Barat tanaman
kelapa sawit ini banyak juga di temukan di Afrika Selatan serta negara-negara
tetangga seperti Malaysia, Pantai Gading, Thailand, Papua Nugini, Brazilia dan
juga negara-negara lainnya. Indonesia merupakan produsen terbesar kedua kelapa
sawit setelah malaysia, diperkirakan pada tahun 2008 Indonesia merupakan
produsen kelapa sawit di dunia (Pahan, 2007)
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit ini dan di masa yang akan
datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak
sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu
diantaranya adalah bahan perbanyakan tanaman berupa bibit, untuk itu perlu
adanya pengawasan bibit yang baik antara lain di pembibitan awal (Pre Nursery)
dan di pembibitan utama (Main Nursery). Pada pembibitan ini, perlu adanya
pengamatan secara visual terhadap penampilan bibit dengan cara membandingkan
bibit normal dengan bibit abnormal yang diakibatkan oleh faktor kultur teknis dan
faktor genetik (Pahan, 2007).
1.2 Tujuan Praktikum
1.Mengetahui kesehatan dan keselamatan kerja diperkebunan kelapa sawit
1.Mengetahui pembibitan kelapa sawit
2.Untuk mengetahui kegiatan panen di perkebunan kelapa sawit
3.Pengendalian gulma diperkebunan kelapa sawit
1.3 Manfaat Praktikum
1.Mahasiswa dapat mengetahui pembibitan kelapa sawit
2.Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan panen di perkebunan kelapa sawit
3.Mahasiswa dapat mengetahui cara pengendalian gulma diperkebunan kelapa
Sawit.
4.Mahasiswa dapat memahami tentang K3 diperkebunan kelapa sawit
2

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria,
Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit
berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies
kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya, tanaman
kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia,
Thailand, dan Papua Nugini. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja
dan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga sumber devisa
negara dan Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit
(Fauzi, 2008)
Tanaman kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan
berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa
sawit dari lapisan luar sebagai berikut : 1) Kulit buah yang licin dan keras
(epicarp). 2) Daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan
mengandung minyak. 3) Kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan
keras (endocarp). 4) Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung
minyak. 5) Lembaga (embrio). Lembaga yang keluar 5 spesies yang tinggi
produksi dan gampang dipanen. Jenis E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan
pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik yang ada. Kelapa
sawit Elaeis guinensis Jacq merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Afrika
Barat. Tanaman ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia.
Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional
(Sunarko, 2008)
Faktor yang berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit yang tinggi
adalah faktor pembibitan. Untuk memperoleh bibit yang unggul maka harus
dilakukan dari tetuanya yang unggul pula. Selain dari tetua yang unggul hal yang
harus diperhatikan dalam proses pembibitan yaitu pemeliharaan yang meliputi
penyiraman , pemupukan (pupuk dasar) dan pengendalian OPT yang mengganggu
3

selama pembibitan kelapa sawit. Didalam teknik dan pengelolaan pembibitan


kelapa sawit untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik, ada 3 (tiga) faktor
utama yang menjadi perhatian Pemilihan jenis kecambah/bibit, Pemeliharaan,
Seleksi bibit (Purtanto, 2010)
2.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang devisa terbesar bagi
negara Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya. Setiap
tanaman memiliki morfologi yang berbeda-beda cirinya dan fungsinya yang
dijual. Tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar,
batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah) (Sunarko, 2008)
2.2.1 Akar
Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu (monokotil)
yang memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar pertama muncul dari
biji yang berkecambah (radikula). Setelah itu radikula akan mati dan membentuk
akar utama atau primer. Selanjutnya akar primer akan membentuk akar skunder,
tersier, dan kuartener. Perakaran kelapa sawit yang telah membentuk sempurna
umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar skunder 2-4 mm,
akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3. Akar yang paling aktif menyerap
6 air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener berada di kedalaman 0-60cm
dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon (Agus, 2011)
2.2.2 Batang
Pada batang kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan
umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah pase muda terjadi
pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Batang
tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga,
dan buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang
mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman biasanya
bertambah secara optimal sekitar 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan
lingkungan jika mendukung. Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh
4

pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin rendah pertambahan tinggi batang,


semakin panjang umur ekonomis tanaman kelapa sawit (Sunarko, 2008).
2.2.3 Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman.
Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi terhadap sinar
matahari yang diterima. Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu
membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-
daun kelapa sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang lebih 9 meter.
Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis
tanaman kelapa sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat.
Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari
batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki
sekitar 40- 50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang
berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua
antara 20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi
kelapa sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi
prokdutivitas hasilnya per satuan luas tanaman (Agus, 2011)
2.2.4 Bunga
Tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12-14
bulan. Bunga tanaman kelapa sawit termasuk monocious yang berarti bunga
jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. 7
Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri karena
memiliki bunga jantan dan betina. Biasanya bunganya muncul dari ketiak daun.
Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk).
Biasanya, beberapa bakal infloresen melakukan gugur pada fase-fase awal
perkembangannya sehinga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun
tidak menghasilkan infloresen (Sunarko, 2007).
2.2.5 Buah
Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan ciri yang terdiri atas tiga
bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah
(mesocarpium) atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang
5

disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti,
mengandung minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil. Proses
pembentukan buah sejak pada saat penyerbukan sampai buah matang kurang lebih
6 bulan. Dalam 1 tandan terdapat lebih dari 2000 buah. Biasanya buah ini yang
digunakan untuk diolah menjadi minyak nabati yang digunakan oleh manusia.
Buah sawit (Elaeis guineensis) adalah sumber dari kedua minyak sawit
(diekstraksi dari buah kelapa) dan minyak inti sawit (diekstrak dari biji buah)
(Dirattanhun, 2007)
2.4 Syarat Tumbuh
Pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai sekitar 15 °LU-15 °LS.
Untuk ketinggian pertanaman kelapa sawit yang baik berkisar antara 0-500 m dpl.
Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sekitar 2.000-2.500 mm/tahun.
Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit sekitar 29-30 °C. Intensitas
penyinaran matahari yang baik tanaman kelapa sawit sekitar 5-7 jam/hari.
Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 % untuk pertumbuhan tanaman.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podzolik, Latosol,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Kelapa sawit menghendaki tanah
yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang
dalam tanpa lapisan padas. Untuk nilai pH yang optimum di dalam tanah adalah
5,0–5,5. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan
tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, 8
semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman
untuk pertumbuhan dan produksi (Arsyad, 2006)
Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang surut.
kelapa sawit memiliki kemampuan tumbuh yang baik dan memiliki daya adaptif
yang cepat terhadap lingkungan. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit
sebaiknya tidak lebih dari sekitar 15°. Kemampuan tanah dalam menyediakan
hara mempunyai perbedaan yang sangat menyolok dan tergantung pada jumlah
hara yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara
tersedia untuk mencapai zona perakaran tanaman (Arsyad, 2006)
6

2.5 Pembibitan Awal (Pre Nursery


Pembibitan Awal (Pre Nursery) Pembibitan awal merupakan kegiatan
lapangan yang bertujuan untuk mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus
sudah disiapkan sekitar satu tahun sebelum tanam. Persiapan pembibitan utama
membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga persiapannya harus dimulai
bersamaan dengan persiapan persemaian. Tahapan pekerjaan yang harus
dilakukan dalam persiapan areal pembibitan yaitu memilih lokasi pembibitan,
pembukaan lahan, persiapan persemaian, perawatan persemaian, dan penanaman
(Agus, 2011)
Pembibitan awal dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, pada pembibitan
awal kecambah ditanam pada polybag berukuran 14 x 22 cm dengan tebal 0,10
mm, polybag dilubangi untuk perembesan kelebihan air pada waktu penyiraman
bibit. Tanah untuk mengisi polybag harus digemburkan terlebih dahulu, setelah
polybag diisi lalu disusun di bedengan dengan ukuran 160 cm dan panjang
disesuaikan dengan keadaan tanah. Jarak antar bedengan 80 cm berfungsi untuk
pemeliharaan, pengawasan, dan pembuangan air yang berlebihan saat penyiraman
atau waktu hujan. Pada tahap pembibitan awal, naungan atas pelindung bisa
berupa pohon hidup atau naungan yang terbuat dari daun kelapa sawit. Naungan
ini dipertahankan sampai kecambah berdaun 2-3 helai (Agus, 2011)
7

III.METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Tempat pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan di PT Kemilau Indah
Nusantara Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur. Waktu pelaksanaan
pada tanggal 27 april 2019 dari jam 07 s/d 15.00 WIT.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan Yang Digunakan ;
1.Alat Tulis Menulis
2.Kamera
3.Kep semprot
4.Angkong
5.Polybag
6.Dodos
7.Buah sawit
8.Kecambah sawit
3.3 Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah ;
1.Presentase
2.Kunjungan lapangan
3.Tanya jawab
8

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan proses perlindungan pekerja
dalam kegiatan yang dilakukan pekerja pada suatu perusahaan atau tempat kerja
yang menyangkut risiko baik jasmani dan rohani para pekerja. Perlindungan bagi
pekerja merupakan kewajiban perusahaan demi menjaga lingkungan dan
mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Purba, 2008)
Undang-Undang yang mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
khususnya Paragraf 5 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan
87. Pasal 86 ayat 1 berbunyi: “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperolah perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Pasal 86 ayat
2: “Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.
Pasal 87: “Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan”.
Sedangkan alat pelindung diri menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang
Alat Pelindung Diri, fungsi dan jenis alat pelindung diri yang sering dipakai
adalah:
1. Alat pelindung kepala
1.1 Fungsi Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam
atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi
panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu
yang ekstrim. Jenis Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety
helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.
9

2. Alat pelindung mata dan muka


2.1 Fungsi Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikel- 15 partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-
benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang
mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan
benda keras atau benda tajam. Jenis Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri
dari kacamata pengaman (spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker
selam, tameng muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).
3. Alat pelindung telinga
3.1 Fungsi Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis Jenis alat
pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga.
4. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
4.1 Fungsi Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia,
mikroorganisme, partikel yang berupa debu, kabut, uap, asap, gas/ fume, dan
sebagainya. Jenis Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri
dari masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues
Air Supply Machine Air Hose Mask Respirator, tangki selam dan regulator, Self-
Contained Breathing Apparatus, dan emergency breathing apparatus.
5. Alat pelindung tangan
5.1 Fungsi Pelindung tangan adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin,
radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan,
pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik. Jenis
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit,
kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan
kimia.
10

6. Alat pelindung kaki


6.1 Fungsi Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas
atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia
berbahaya dan jasad renik, tergelincir. Jenis Jenis Pelindung kaki berupa sepatu
keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi
bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat
kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang
dan lain-lain.
7. Pakaian pelindung
7.1 Fungsi Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau
seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim,
pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan
logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan,
tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia, binatang,
tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur. Jenis Jenis pakaian
pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan
pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan. Untuk
dapat melakukan pencegahan terhadap kecelakaan kerja sebaiknya menetapkan
sumber potensi penyebab utama terjadinya kecelakaan. Ini dimaksudkan untuk
mengambil langkah-langjkah preventif upaya dalam menentukan penyebab
kecelakaan, yang harus dilakukan dengan mengadakan diagnosis, pencegahan dan
penyelidikan.
4.1 Pembibitan Awal (Pre Nursery)
Pembibitan awal merupakan kegiatan lapangan yang bertujuan untuk
mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu
tahun sebelum tanam. Persiapan pembibitan utama membutuhkan waktu yang
cukup lama sehingga persiapannya harus dimulai bersamaan dengan persiapan
persemaian. Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan dalam persiapan areal
pembibitan yaitu memilih lokasi pembibitan, pembukaan lahan, persiapan
persemaian, perawatan persemaian, dan penanaman (Agus, 2011)
11

Pembibitan awal dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, pada pembibitan


awal kecambah ditanam pada polybag berukuran 14 x 22 cm dengan tebal 0,10
mm, polybag dilubangi untuk perembesan kelebihan air pada waktu penyiraman
bibit. Tanah untuk mengisi polybag harus digemburkan terlebih dahulu, setelah
polybag diisi lalu disusun di bedengan dengan ukuran 160 cm dan panjang
disesuaikan dengan keadaan tanah. Jarak antar bedengan 80 cm berfungsi untuk
pemeliharaan, pengawasan, dan pembuangan air yang berlebihan saat penyiraman
atau waktu hujan. Pada tahap pembibitan awal, naungan atas pelindung bisa
berupa pohon hidup atau naungan yang terbuat dari daun kelapa sawit. Naungan
ini dipertahankan sampai kecambah berdaun 2-3 helai (Agus, 2011)
2.2 Pembibitan Utama ( Main-Nursery )
Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang
lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11
mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi
dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan
dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian
bibit (Girsang, 2005)
Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada
permukaan tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit
berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah
diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi
dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm (Girsang, 2005)
2.3 Pemilihan Lokasi
Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan
sebagai berikut. Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah
yang direncanakan untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan
bibit Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah
Kebun Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan
kualitas yang memenuhi syarat. Dekat dengan tempat pengambilan media tanam
untuk pembibitan. Drainase baik, sehingga pada musim hujan tidak tergenang air.
Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai
12

kondisi baik. Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam
pengawasan. Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai
sanitasi yang baik (Girsang, 2005)
4.2 Pemanenan di Kebun Kelapa Sawit
4.2.1 Standar Kematengan
Standar kematangan berikut ini berdasarkan jumlah brodolan yang ada di
permukaan tanah. Sangat penting untuk mempertahankan panen pada interval
yang pendek pada tanaman yang baru menghasilkan atau tanaman muda, karena
buah akan membrondol lebih dari 10% dalam waktu 5-7 hari, interval panen yang
lama mengakibatkan banyaknya buah busuk dan jumlah brondolan yang banyak.
Pelaksanaan panen yang tepat pada standar kematangan yang tepat dapat
mencegah pemanenan buah mentah dan mengurangi pengumpulan brondolan
(Maksi, 2008)
Interval panen tidak boleh lebih dari 10 hari pada 3 (tiga) tahun pertama
setelah menghasilkan dan tidak boleh melebihi 14 hari pada tanaman yang lebih
tua, pada musim buah rendah lakukan pemeriksaan ekstra agar pemanen tidak
memanen buah mentah untuk memenuhi standar borongnya. Untuk tanaman
diantara panen tahun pertama sampai ke tiga, paling sedikit 5 brondolan per
janjang dengan interval kurang dari 10 hari Untuk tanaman yang lebih tua ,
standar kematangan maksimum adalah 3 – 5 brondolan per janjang sebelum panen
dengan interval kurang dari 10 hari. Jika interval panen, tidak dapat dihindari
lebih dari 14 hari (Maksi, 2008)
4.2.2 Teknik panen
1. Persiapan Pemanenan
Pelaksanaan panen buah perlu memperhatikan : Kondisi areal, Penyediaan
tenaga kerja pemotong buah , pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat
alat kerja. Seksi potong buah harus di susun sedemikian rupa sehingga blok yang
akan dipanen setiap hari akan terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar), selain itu
juga harus dihindari adanya potongan potongan ancak panen, agar satu seksi
selesai pada satu hari. Semua tenaga kerja panen harus sudah tiba di ancak panen
sedini dan sepagi mungkin, untuk meningkatkan produktifitas dan out put tenaga
13

kerja pemanen Pemanen harus menjaga peralatannya dalam keadaan baik, dan
tajam (Maksi, 2008)
2. Pemanenan
Pemanen mencari buah yang masak, dan melihat buah yang brondol di
tanah. Jika pengambilan buah tidak dapat dilakukan tanpa memotong pelepah
yang dibawahnya, maka pelepah ini harus dipotong terlebih dahulu dan dirumpuk
di gawangan. Potong buahnya, potong tangkai buah sependek mungkin. Tunas
yang dibuang harus seminimal mungkin dan seperlunya jika mungkin dengan
mengikuti aturan dengan ketentuan meninggalkan 2 (dua) pelepah dibawah buah.
Pelepah yang ditunas harus disebar di gawangan, perhatikan untuk tidak menutup
pasar pikul, priringan dan parit Tidak ada buah masak yang tertinggal karena ini
akan terlalu masak pada rotasi berikutnya. Ketika memotong pelepah pemanen
harus memotong rapat pada batang (Maksi, 2008)
Jangan memanen buah mentah karena akan mengakibatkan kehilangan
minyak dan kernel Semua brondolan harus dikutip, termasuk yang masuk ke
ketiak pelepah kelapa. Usahakan jangan terlalu banyak memindahkan buah hasil
pemanenan karena akan mengakibatkan kenaikan FFA Gagang tangkai buah
harus pendek, karena gagang panjang akan mengganggu pengangkutan dan
menyerap banyak minyak pada fase proses awal pengolahan. Keluarkan
brondolan dari buah buah busuk, atau terlalu masak dan janjang kosongnya jangan
di bawa ke pabrik. Buah tidak tercampur pasir dan sampah terutama sewaktu
mengutip brondolan, karena ini menyebabkan kerusakan pada mesin-mesin
pabrik. Usahakan mencegah keterlambatan pengiriman buah ke pabrik. Buah
diletakkan dengan bagian gagang dibawah, disusun 5 atau 10 baris, untuk
memudahkan penghitungan dan pemeriksaan kematangan buah. Jika rotasi panen
dapat dipertahankan akan mengurangi pengutipan brondolan (Maksi, 2008)
4.2.3 Peta Saksi Panen
Peta saksi panen adalah metode pertama dalam sebuah perencanaan
pemanenan di PT.KIN yang mengatur jadwal dan lokasi panen. Perkebunan
PT.KIN mempunyai luas 10.000 Ha.
14

4.2.4 Taksasi
Taksasi adalah kegiatan untuk mengestimasikan produksi, dalam kegiatan
ini perlu adanya sebuah sensus AKP atau angka kerapatan panen, biasanya AKP
dalam satuan persen.salah satu contohnya misalnya 1 Ha ada 136 pokok sawit dan
dalam 1 baris ada 34 pokok dari satu baris tersebut ada 15 janjang masak,
penetapan AKP 44% di dapat dari jumlah pokok dalam satuan baris (36) dibagi
dengan jumlah janjang masak dalam satu baris tersebut (15) dan dikalikan dengan
100%(36/15x100). Setelah AKP ditentukan maka penyelesaiannya menggunakan
rumus seperti dibawah ini :
EP= 100 x 136 x 44% x 15 kg
= 89,760 kg/89 ton
Jadi estimasi produksi sekitar 89 ton,dimana dalam SOP PT.KIN diberikan angka
toleransi berkisar 5-10 %.
4.2.5 Pengawasan
Staf atau asisten kebun, Mandor I, Mandor panen, mantri buah,
melaksanakan secara rutin pengawasan setiap hari, tugas masing masing dapat di
jabarkan sebagai berikut :
a.Asisten Kebun
Setiap hari kerja wajib memeriksa hasil kerja tukang potong buah, yang meliputi
pemeriksaan mutu buah di TPH dan kualitas ancak panennya.
b.Pengawasan oleh kerani buah.
Setiap jenjang di TPH harus dihitung dan diperiksa kualitasnya. Semua
TBS yang telah diperiksa dan diterima di cap/tanda pada gagangnya dengan
gancu, buah yang dipanen harus diberi kriteria dan catatan setiap buah Mentah di
beri tanda A dan nomor panen pada gagangnya, brondolan kadaluarsa harus di
keluarkan dari tumpukan brondolan, dan janjangan kosong harus dibuang di
gawangan, pemanen yang memanen buah mentah harus di denda dan diberi sanksi
Kerani buah hanya bisa menerima buah di TPH yang telah di tetapkan Kerani
buah mencatat seluruh aktivitas pemanenan pada buku penerimaan panen, dan bila
terjadi kesalahan pencatatan tidak boleh di robek tetapi cukup di paraf dan di beri
keterangan, serta melanjutkan pada halaman berikutnya. Hasil pemeriksaan dan
15

pencatatan kerani buah setiap harinya di cocokkan dengan catatan Asisten kebun,
untuk mencegah terjadinya penyelewengan administrasi (Pahan, 2007)
c.Pemeriksaan oleh mandor panen
Menentukan ancak setiap pemanen pada pagi hari, dan melaksanakan
kontrol terhadap kehadiran pemanen yang terlambat. Aktif melaksanakan
pekerjaan potong buah sehingga seluruh buah masak telah dipanen, dan tidak ada
buah masak yang tertinggal di pohon. Memastikan semua buah yang dipanen
dibawa ke TPH dan tidak ada yang tertinggal di piringan atau pasar rintis.
Sewaktu memotong gagang buah harus mepet tetapi tidak terkena tandan
Memastikan tidak ada buah mentah yang dipanen, dan apabila terlanjur dipanen,
tidak dibenarkan di peram atau disembunyikan. Memastikan semua brondolan di
kutip Memeriksa buku kerani buah untuk melihat hasil panen pemanen yang
rendah, terutama yang tidak siap borong. Menghitung kerapatan buah di seksi
yang akan di panen pada ke esokan harinya (Pahan, 2007)
d.Pengawasan oleh Karani buah.
Karani buah langsung bertanggung jawab kepada asisten atau estate
manager. Memeriksa kualitas buah, presentase brondolan, serta kebersihan dan
kerapihan ancak panen, minimal 2 – 3 mandor per hari Secara bergiliran harus
melaksanakan pemeriksaan kualitas buah per mandor dengan di dampingi oleh
mandornya. Melaporkan hasil pemeriksaannya kepada estate manager setiap sore
harinya Setiap akhir bulan rekapitulasi pemeriksaan mantri buah terhadap kualitas
dan putaran panen (Pahan, 2007)
4.3 Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit
1. Pemeliharaan Piringan
Piringan di kebun sawit harus dijaga agar selalu bersih dari Gulma atau
rambatan LCC. Rambatan ini harus ditarik lepas dan keluar dari area piringan
untuk kemudian di semprot dengan Herbisida yang tepat., seperti Basta dan
Paracol. Glyphosate dapat juga digunakan dengan extra hati-hati agar tidak
membunuh sawit. Pemeliharaan dengan bahan kimia dilakukan dengan
penyemprotan halus di sekeliling pohon sawit dengan radius 1,8 m dari pohon.
16

Jumlah ulangan yang diperlukan sangat tergantung kondisi setempat, namun


umumnya 8 kali sudah cukup.
2.Pemeliharaan Pasar Pikul
Pasar Pikul dengan lebar kurang lebih 2 m harus selalu bersih terpelihara
untuk memudahkan akses keluar masuk hasil panen TBS. Sangat baik dan
ekonomis bila digunakan herbisida yang tepat atau herbisida cocktail. Di areal
datar, penggunaan Roto Slashing mungkin akan lebih praktis.
3.Pemeliharaan Pelepah
Tumbuhnya Gulma yang merambat pada pelepah harus di cabut pada saat
melakukan pengendalian gulma secara selektif. Tidak dibenarkan melakukan
penyemprotan pada pelepah, hal ini untuk mencegah terjadinya peledakan hama
serangga.
4.3.1 Herbisida Yang Direkomendasikan
1. Herbisida untuk Piringan dan Pasar Pikul
Tidak ada satu jenis herbisida pun yang mampu untuk mengedalikan
semua jenis Gulma sekaligus. Oleh karenanya untuk memilih dan mencampur
Herbisida agar mencapai tujuan dengan biaya yang efektif, diperlukan
pengetahuan yang mendalam tentang kandungan masing-masing herbisida yang
akan dicampur dan pengaruhnya terhadap luas pengendalian.
2. Herbisida untuk Gulma Khusus
Agar pengendalian secara selektif yang dilakukan mencapai tujuannya
dengan efektif, maka adalah sangat penting untuk melakukan penyemprotan
secara tepat waktu disesuaikan dengan keadaan cuaca, dan tepat dosis serta tepat
volume sesuai yang diperlukan agar merata. Lanjutan rotasi berikut perlu
dilakukan untuk sampai pada titik tuntas membasmi Gulma liar yang tidak
diinginkan. Oleh karenannya program penyemprotan dan intervalnya perlu dibuat
berdasarkan pengamatan lapangan, sebelum operasi penyemprotan dilaksana kan.
17

V. PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini;
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan dapat menciptakan terwujudnya
pemeliharaan karyawan yang lebih baik. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan, yang hal ini
dapat dilakukan dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka
menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan
2. Untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas Untuk itu diperlukan
tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama.
Pre Nursery (pembibitan awal) selama 3 bulan pertama dengan polibag kecil
Main Nursery (pembibitan utama) bibit dipindahkan ke dalam polibag besar,
dipelihara selama 9 – 12 bulan sampai siap untuk dapat ditanam.
3. Pemanen Kelapa sawit di perkebunan PT.KIN sangat memperhatikan Standar
kematengan, Teknik panen, Peta saksi panen, Tasaksi dan Pengawasan.
4. Dalam pengendalian gulma perkebunan kelapa sawit dilakukan pembersihan
piringan, pemeliharaan gawangan, pemeliharaan pasar pikul, pemeliharaan
pelepah dan menggunakan herbisida.
5.2.Saran
Saran yang dapat diberikan diharapkan kepercayaan diri dari mahasiswa
praktikum di asa lagi dalam mengutarakan pendapat dan bertanya.
18

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. 2006. Pengantar ilmu penyakit tumbuhan. Gaja Mada University


press.Yogyakarta

Agus. 2011. Budidaya kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta

Dirattanhun. 2007. Budidaya kelapa sawit.


(http://id.wikipedia.org/wiki/kelapa_sawit) (14 Mei 2019)

Fauzi. 2008. ”Budidaya Kelapa Sawit Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis
Usaha dan Pemasaran”, Penebar Swadaya, Jakarta

Girsang. 2005. Budidaya kelapa sawit. (http://.wikipedia.org/wiki/kelapa_sawit)


(14 Mei 2019).

Purba,R .2012. Benih kelapa sawit. (http://124.81.86.181/publikasi/wr272055.pdf)


(14 mei 2019)

Maksi. 2008. Teknik perkebunan kelapa sawit. Adicipta karya Nusa.Jakarta

Pahan. 2007. ”Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari


Hulu Sampai Hilir”. Penebar Swadaya, Jakarta

Purtanto. 2010. Kaya dengan bertani kelapa sawit. Pustaka baru press. Jakarta

Sunarko. 2008. Budidaya dan pengolahan kebun kelapa sawit dengan sistem
Kemitraan. Agromedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai