Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH VIROLOGI TEORI

INFLUENZA

KELOMPOK 4

1. Shafira Nurianti Salim 1010171026


2. Kareena Ivanka 1010171032
3. Indah Nur Havifah 1010171035
4. Ega Sundari 1010171061
5. Niken Larasati 1010171179
6. Gustaf Hendrik 1010171071
7. Wahyu Maezuki 1010171129
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan paling

sering didapat pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu penyakit yang

mematikan. Penyakit influenza pertama kali diperkenalkan oleh Hipocrates pada

412 sebelum Masehi. Pandemi pertama yang terdokumentasi dengan baik muncul

pada 1580, dimana muncul dari Asia dan meyebar ke Eropa melalui Africa.

Sampai saat ini telah terdokumentasi sebanyak 31 kemungkinan terjadinya

pandemi influenza dan empat di antaranya terjadi pada abad ini yakni pada 1918

(Spanish flu) yang menyebabkan 50-100 juta kematian oleh virus influenza A

subtipe H1N1, 1957 (Asia flu) yang meyebabkan 1-1,5 juta kematian oleh virus

influeza A subtipe H2N2, dan 1968 (Hongkong flu) yang menyebabkan 1 juta

kematian oleh virus ifluenza A subtipe H3N2.

Penyakit tersebut hingga saat ini masih mempengaruhi sebagian besar

populasi manusia setiap tahun. Virus influenza mudah bermutasi dengan cepat,

bahkan seringkali memproduksi strain baru di mana manusia tidak mempunyai

imunitas terhadapnya. Ketika keadaan ini terjadi, mortalitas influenza berkembang

sangat cepat. Di Amerika Serikat epidemi influenza yang biasanya muncul setiap

tahun pada musim dingin atau salju menyebabkan rata-rata hampir 20.000

kematian. Sedangkan di Indonesia atau di negara-negara tropis pada umumnya


kejadian wabah influenza dapat terjadi sepanjang tahun dan puncaknya akan

terjadi pada bulan Juli.

Karena sifat-sifat materi genetiknya, virus influenza dapat mengalami evolusi

dan adaptasi yang cepat, dapat melewati barier spesies dan menyebabkan

pandemic pada manusia. Burung air liar dan itik menjadi sumber virus yang

potensial sebagai pemicu pandemi di Indonesia. Sedangkan ternak babi berperan

sebagai tempat reassortment virus avian influenza (VAI) dengan virus human

influenza.

Burung puyuh dapat juga menjadi tempat reassortment dari VAI asal

berbagai burung yang dijual di pasar burung. Sementara peternakan unggas

menyediakan hewan peka dalam jumlah yang banyak yang memungkinkan VAI

mengalami evolusi yang cepat. Suatu Rencana Gawat Influenza diusulkan untuk

segera dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian influenza ?

2. Apa saja tanda gejala virus influenza ?

3. Bagaimana patofisiologi virus influenza ?

4. Apa saja penyebab virus influenza ?

5. Bagaimana cara pemeriksaan penunjang virus influenza ?


8. Bagaimana cara penatalaksanaan virus influenza ?

1.3 Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini meliputi beberapa aspek berikut :

1. Untuk mengetahui definisi influenza

2. Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan penyakit virus influenza

3. Untuk mengetahui patofisiologi virus influenza

4. Untuk mengetahui penyebab virus influenza

7. Untuk mengetahui cara pemeriksaan penunjang virus influenza

8. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan virus influenza


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Virus Influenza

Influenza adalah sebuah Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang


disebabkan karena infeksi virus Influenza. Penyakit ini mempengaruhi
saluran pernapasan atas dan bawah. (Fauci et al., 2008).
Penyakit influenza disebabkan oleh Myxovirus influenza. Virus ini
menyerang saluran pernapasan dan bisa mengakibatkan peradangan. Terdapat
tiga jenis virus utama yang dinamai virus influenza A, B, dan C.
Virus influenza A, B, dan C sangat serupa pada struktur
keseluruhannya.Struktur virus influenza yaitu enveloped virus berbentuk
bundar dengan diameter virion sekitar 80-120 nm dan beberapa mungkin
ada bentuk filamentosa. Bentuk filamentosa ini lebih sering terjadi pada
influenza C, yang dapat membentuk struktur seperti benang dengan panjang
mencapai 500 mikrometer pada permukaan dari sel yang terinfeksi.

Asam
nukleatnya
terdiri dari single
stranded
RNA dengan 7-8
segmen terpisah berbeda panjang dan dilindungi dengan lapisan dalam
berupa protein (kapsid) dan lapisan luar berupa lipid bilayer. 7-8 segmen
RNA ini masih dibungkus lagi dengan protein polimerase dan nukleoprotein
(NP). Pada lapisan lipid bilayer terdapat 2 jenis glikoprotein yang menjadi
karakteristik virus influenza. 2 jenis glikoprotein ini adalah hemaglutinin
(HA) spikes dan neuraminidase (NA) spikes.
a. Influenza tipe a

Di antara ketiga tipe virus influenza ini, hanya tipe A yang mempunyai
subtipe paling banyak, terdiri dari H1 sampai H16 dan N1 sampai N9. Virus
influenza tipe A cepat bermutasi. Bila 2 virus yang berbeda dari 2 inang
berbeda menginfeksi inang ke 3, misalnya babi, maka akan timbul subtipe
virus baru yang mampu menginfeksi sel inang lain termasuk manusia dan
tidak dikenal oleh sistem imun sel inang. Perubahan ini terjadi secara
mendadak sehingga dalam waktu singkat dapat mengenai sejumlah besar
populasi yang rentan sehingga timbul pandemi.

b. Influenza tipe b

Virus
influenza
Bmengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe A selain itu
diketahui influenza tipe B hanya menginfeksi manusia dan hewan tertentu
dan oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, dan hanya terdapat
satu serotipe influenza B.

c. Influenza tipe c
Tipe A dan tipe B memiiki 2 glikoprotein: hemaglutinin(HA) dan
neuraminidase (NA) sedangkan Tipe C hanya mempunyai 1 glikoprotein:
hemagglutinin-esterase fusion (HEF). Glikoprotein ini berfungsi untuk
penempelan dan fusi antara virus dan sel membran.Tipe C adalah satu-
satunya virus influenza yang memiliki enzim esterase. Enzim ini mirip
dengan neuraminidase pada tipe A dan tipe B karena dua-duanya berfungsi
untuk menghancurkan reseptor sel inang.

Influenza adalah penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh

virus influenza yang mudah menular. Penularan virus dapat terjadi melalui udara

pada saat orang berbicara, batuk dan bersin. Influenza merupakan penyakit yang

umum terjangkit di kalangan masyarakat. Penyakit ini sering di identikkan dengan

flu biasa yang terkenal sebagai penyakit murah meriah. Padahal penyakit

influenza dan flu biasa memiliki tingkat bahaya yang berbeda. Influenza dapat

menjadi wabah yang menyebar dari satu kota ke kota lain bahkan dari satu negara

ke negara lain. Penyebaran virus ini tidak bisa di prediksi dan di hentikan karena

penularannya terjadi pada masa satu hingga dua hari sebelum timbulnya gejala.

Ketika gejala di temukan, penyakit sudah menyebar luas sehingga berkembang

menjadi epidemi.

Virus influenza berasal dari famili Orthomyxoviridae. Sebenarnya ada 5

jenis virus influenza yang telah ditemukan oleh para ilmuwan. Yaitu virus

influenza tipe A,B,C, virus influenza isavirus dan virus influenza thogotovirus.

Dari kelima virus influenza beberapa berbahaya bagi manusia, yaitu virus

influenza A, B dan C. Berdasarkan tingkat bahayanya, virus influenza dibagi 3,

yaitu:
- Virus influenza A, virus ini menginfeksi manusia, mamalia dan unggas.

contohnya: flu burung, H5N1

- Virus Influenza B, menginfeksi manusia dan binatang laut seperti singa

laut dan linsang.

- Virus influenza C, menginfeksi manusia dan babi, contohnya: flu biasa

- Virus influenza A dan B menyebabkan epidemi musiman. Sedangkan virus

influenza tipe C tidak menyebabkan epidemi dan merupakan penyebab

flue biasa yang biasanya tidak perlu penanganan khusus akan sembuh

dengan sendirinya. Namun jangan menganggapnya sepele, karena semua

infeksi virus influenza jika di biarkan dapat memicu pneumonia yang

dapat berakhir dengan kematian.

2.2 Tanda Gejala Virus Influenza

Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah

infeksi. Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun

demam juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar

38-39 °C (kurang lebih 100-103 °F). Banyak orang merasa begitu sakit sehingga

mereka tidak dapat bangun dari tempati tidur selama beberapa hari, dengan rasa

sakit dan nyeri sekujur tubuh, yang terasa lebih berat pada daerah punggung dan

kaki. Gejala influenza dapat meliputi:

 Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)

 Batuk

 Hidung tersumbat

 Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorok


 Kelelahan

 Nyeri kepala

 Iritasi mata, mata berair

 Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut,

tenggorok, dan hidung

 Ruam petechiae pada anak, gejala gastrointestinal seperti diare dan

nyeri abdomen, (dapat menjadi parah pada anak dengan influenza B).

2.3 Patofisiologi Virus Influenza

Patofisiologi influenza dimulai dari inhalasi droplet virus influenza, diikuti

replikasi virus dan kemudian infeksi virus menyebabkan inflamasi pada saluran

pernafasan.

Virus influenza masuk melalui inhalasi dari droplet yang infeksius, aerosol

partikel mikro, maupun inokulasi langsung lewat sentuhan tangan dari penderita.

Virus kemudian mengikat reseptor asam sialat yang terdapat pada sel epitel jalan

napas, khususnya di trakea dan bronkus. Kemudian, replikasi virus mencapai

puncaknya dalam 48 jam pasca infeksi dan jumlah virus berhubungan langsung

dengan derajat keparahan penyakit.

Pada kasus yang berat, terdapat perluasan infeksi virus mencapai bagian

paru-paru distal yang sesuai dengan karakteristik pneumonitis interstisial.

Kerusakan pada alveoli yang disertai pembentukan membran hialin menyebabkan

perdarahan dan eksudat keluar dari kapiler alveolar menuju lumen yang kemudian

mengakibatkan gangguan pertukaran gas dan disfungsi napas berat.


Respon imun tubuh terhadap virus influenza mencakup peningkatan sitokin

proinflamasi seperti IL-6 dan IFN-α oleh sel yang terinfeksi. Peningkatan sitokin

memuncak pada 48 hari kedua pascainfeksi dan sesuai dengan berat gejala yang

dialami pasien.

Antibodi serum (IgM, IgG, dan IgA) terhadap hemaglutinin (HA) dan

neuraminidase (NA) baru muncul setelah satu minggu pascainfeksi dan belum

berperan dalam proteksi terhadap penyakit akut, namun dapat memberikan

imunitas dan proteksi terhadap reinfeksi oleh tipe virus yang sama hingga

beberapa tahun.

2.4 Penyebab Virus Influenza

Penyebab utama influenza atau pilek ini adalah virus yang bernama

Rinovirus. Virus yang terdapat dalam mukus atau lapisan lendir penderita flu,

dapat mengontaminasi permukaan alat-alat rumah tangga yang sering disentuh.

Sehingga virus penyebab infeksi ini dapat dipindah-pindahkan ke ujung-ujung jari

orang lain selam melakukan aktivitas sehari-hari. Jika jari-jari yang mengandung

virus diusapkan pada mata dan hidung sehingga virus berpindah ke tempat

tersebut, maka dapat menimbulkan gejala flu.

Perpindahan rinovirus dalam mukus dari alat rumah tangga ke jari-jari

melalui aktivitas rutin sehari-hari terjadi pada 23,5% jari, setelah mukus

mengering selama 1 jam. Dengan pengeringan selama 24 jam, perpindahan virus

menurun menjadi 4%, dan setelah 48 jam tidak ditemukan adalanya perpindahan.
2.5 Pemeriksaaan Penunjang Virus Influenza

Diagnosis influenza sering bergantung pada gambaran klinis saja, namun tes

laboratorium seperti uji diagnostik cepat influenza dapat membantu untuk

mengkonfirmasi diagnosis influenza dan untuk memantau pengembangan

epidemi.

a. Anamnesis

Gejala sistemik yang muncul mendadak setelah 1-2 hari periode inkubasi,

yang ditandai oleh demam, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan

penurunan nafsu makan. Keluhan pernapasan seperti batuk kering, nyeri

tenggorok, dan pilek dapat terjadi bersamaan dengan gejala sistemik, namun yang

lebih menjadi keluhan utama biasanya adalah gejala sistemik dibandingkan gejala

pernapasan. Nyeri otot terutama dikeluhkan pada tungkai dan lengan atau otot

punggung. Nyeri sendi tanpa disertai tanda-tanda radang sendi. Nyeri pada mata

khususnya saat melihat ke samping dan disertai rasa terbakar atau peningkatan

produksi air mata.

Gejala yang sugestif untuk influenza antara lain:

- Demam antara 37,8 - 40°C, kontinyu maupun intermiten, dengan durasi 3

hari (dapat pula hingga 4-8 hari)

- Batuk, biasanya tanpa disertai dahak, kecuali apabila terdapat komplikasi

pneumonia

- Nyeri tenggorokan
- Pilek atau hidung tersumbat

- Nyeri otot

- Nyeri kepala

- Nyeri mata, dapat disertai mata berair

- Muntah

- Pada anak-anak dapat disertai dengan diare

b. Pemeriksaan Fisik

Status generalis umumnya menunjukkan pasien tampak lemah, flushing,

kulit teraba hangat dan lembab. Konjungtiva hiperemis dan berair, membran

mukosa hidung hiperemis, tanpa adanya eksudasi.

Pada auskultasi paru dapat ditemukan ronki kering yang transien atau ronki basah

yang terlokalisir. Pada anak-anak dapat terjadi limfadenopati servikal dan

gejala croup.

c. Diagnosis Banding

Pada situasi dimana terjadi wabah influenza, diagnosis klinis cukup akurat

khususnya pada kelompok pasien dewasa dengan akurasi hingga 90%.Namun,

pada kondisi tertentu (misalnya pada pasien yang dirawat di rumah rawat atau

pada anak-anak), diagnosis banding berikut ini perlu dipertimbangkan:

- Infeksi respiratory syncytial virus (RSV)

- Pneumonia bakterial

- Faringitis streptokokal

- Infeksi virus parainfluenza

- Infeksi adenovirus
- Infeksi virus dengue

- Infeksi HIV/AIDS

- Pertusis

- Meningitis

- Malaria.

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan pada kasus influenza yang

ringan karena diagnosis biasanya dapat ditegakkan cukup jelas dengan anamnesis

dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk

mengidentifikasi tipe strain virus influenza biasanya hanya diperlukan pada kasus

epidemik ataupun pandemik.

 Uji Diagnostik Cepat Influenza

Pemeriksaan immunoassay untuk mengenali antigen nukleoprotein virus

tipe A dan B dari spesimen sekret jalan napas.

Sensitivitas uji diagnostik cepat influenza:

- Sensitivitas bervariasi antara 40-80% dibandingkan kultur virus

- Sensitivitas pada anak-anak lebih tinggi sehubungan dengan jumlah virus

yang dikandung dalam sekret hidung anak-anak dibanding dewasa

- Sensitivitas lebih tinggi pada hari-hari pertama sejak mulai muncul gejala

Sampel terbaik adalah usapan atau aspirasi nasofaringeal dibandingkan usap

tenggorok atau sekret kumur.


 Uji Diagnostik Molekuler

Pemeriksaan bertujuan untuk mendeteksi asam nukleat virus dari spesimen

dengan tekniik hibridisasi asam nukleat dan polymerase chain reaction (PCR).

PCR berpotensi lebih sensitif dibandingkan kultur virus dan dapat mendeteksi

subtipe virus secara cepat. Sensitivitas PCR lebih baik menggunakan usapan

nasofaringeal maupun aspirat trakeal dan sputum (pada pasien dengan gejala

infeksi saluran napas bawah).

Reagen untuk PCR virus H7N9. Sumber: DE Jordan, PHIL CDC, 2012

 Pemeriksaan Serologi

Berguna dalam diagnosis retrospektif infeksi influenza menggunakan

teknik fiksasi komplemen dan inhibisi hemaglutinasi. Pemeriksaan ini

memerlukan perbandingan serum spesimen akut (dalam 7 hari sejak awitan

gejala) dan konvalesen dengan jarak pengumpulan spesimen 10-20 hari. Sangat

terbatas manfaatnya untuk diagnosis influenza akut namun sangat penting dalam
penelitian virus influenza dan investigasi epidemiologi serta evaluasi respon

antibodi terhadap vaksinasi.

 Isolasi Virus

Virus dapat diisolasi dari spesimen usap rongga hidung, tenggorok, bilasan

rongga hidung, maupun sputum. Sampel ditempatkan pada wadah tertutup

dengan medium transpor virus dan segera dikirim ke laboratorium rujukan.

Spesimen kemudian diinokulasi pada biakan sel ginjal hewan tertentu untuk

melihat efek sitopatik/hemadsorpsi. 90% kultur menunjukkan hasil positif setelah

3 hari sejak inokulasi, atau maksimal 7 hari.

 TEKNOLOGI KEPERAWATANRIDTs

( Influenza rapid diagnostic tests ) RIDTs dapat membantu untuk dengan


cepat mengidentifikasi influenza A dalamlembaga, sekolah dan / atau
masyarakat dengan meningkatnya laporan ILI dan dapatmembantu
memfasilitasi tepat waktu pelaksanaan intervensi kontrol untuk kontrol
institusiwabah dan menginformasikan pedoman kesehatan masyarakat.
Masyarakat semi-tertutup juga dapat mengambil manfaat dari pengujian
termasuk pengujian penumpangcruiseships mana wabah dapat terjadi
setiap saat sepanjang tahun.meskipunmengurangi sensitivitas relatif
terhadap tes lain seperti kultur virus dan RT-PCR,deteksi antigen cepat
dalam proporsi kasus ILI dalam pengaturan wabahadalah sugestif bahwa
influenza terlibat. Bila mungkin, setidaknya beberapaspesimen positif
harus dikonfirmasi oleh salah satu dari ini lebih sensitif dan metode
tertentu.
2.5 Penatalaksanaan Virus Influenza

Penatalaksanaan untuk sebagian besar pasien dengan infeksi influenza

adalah pengobatan suportif dengan istirahat, paracetamol dan hidrasi

cukup. Penatalaksanaan influenza mencakup pengenalan dini komplikasi seperti

pneumonia dan pengobatan yang tepat. Obat antivirus tertentu tersedia influenza

namun memberikan sedikit pengurangan gejala atau durasi penyakit.

1. Pertolongan pertama

- Simptomatik (sesuai dengan gejala yang muncul), sebab antibiotic tidak

efektif untuk infeksi virus

- Peningkatan intake cairan jika tidak ada kontra indikasi

- Obat kumur, untuk menurunkan nyeri tenggorokan

- Antihistamin, untuk menurunkan rinorrhea

- Vitamin C dan ekspektoran; serta

- Vaksinasi

- Banyak beristirahat dan hindari kontak dengan orang lain

- Cukupi kebutuhan cairan dengan banyak minum

- Konsumsi paracetamol atau ibuprofen untuk mengurangi gejala sistemik

2. Rawat jalan
1. Gejala klinis influenza adalah demam, sefalgia, mialgia, batuk, pilek

dan disfagia.

2. Pencegahan dengan vaksin bagi golongan yang memerlukan

imunoprofilaksis.

3. Influenza dapat diobati secara simtomatik, dan dengan antiviral dapat

memperpendek angka sakit.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Influenza adalah penyakit akut yang menyerrang saluran
pernafasan ditandaidengan timbulnya demam, sakit kepala, mialgia,
lesi, coryza, sakit tenggorokandan batuk.Sembuh sendiri dalam waktu
2 - 7 hari. Penyebab ada tiga tipe virusinfluenza yaitu A,B dan C.
Type A terdiri dari 15 subtipe, dimana hanya dua (H1dan H3) yang
dikaitkan dengan terjadinya epidemi dan pandemi secara luas.Type B
jarang menyebabkan terjadinya KLB. Tipe C dikaitkan dengan
timbulnyakasus sporadis dan KLB kecil yang terlokalisir.
Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan C
yang merupakan suatuorthomixovirus golongan RNA.3.Virus
influenza tipe A mempunyai banyak subtipe, diantaranya H5N1
yangmenyebabkan flu burung dan termasuk HPAI.4.
Vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah influenza
dan komplikasi seriusyang diakibatkannya. Dengan pengalaman
selama puluhan tahun di bidang vaksin, SanofiPasteur menyadari
benar pentingnya vaksinasi sebagai bagian dari upaya
meningkatkankesehatan masyarakat dan mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas akibat penyakit influenza.
3.2 Saran
Jagalah kesehatan yang telah diberikan Allah sebagai anugrah terbesar

sehingga kita terhindar dari virus influenza yang dapat mengganggu aktifitas kita

sehari-hari dengan melakukan pencegahan secara dini dan jangan lupa menjaga

kebersihan baik dari badan, tempat, maupun pakaian karena dengan kebersihan

semoga kita terhindar dari virus tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Grijalva CG. Accuracy and interpretation of rapid influenza test in


childern. Pediatrics 2007;119:e6-e11.
Grijalva CG. Estimating influenza hospitalizations among children.
Emerg Infect Dis 2006;12:103-9.
Louie, J.K., Acosta, M.,Winter, K.,Jean,C., Gavali, S., Schechter, R., et
al.Factors associated with death or hospitalization due to pandemic
2009 influenza A(H1N1) infection in California. JAMA 302.
2009:302(10):1902-1896.
Ruest A, Michaud S, Deslandes S, Frost EH. Comparison of the direct
antigen flu A+B test, the quick vue influenza test and clinical case
definition to viral culture and reverse transcription PCR for rapid
diagnosis of influenza virus infection. J Clin Microbiol
2003;41:3487-93.

Anda mungkin juga menyukai