Anda di halaman 1dari 28

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMK PARIWISATA PHT
Komp. Keahlian : Tata Boga
Program Keahlian : Kuliner
Mata Pelajaran : Keamanan Pangan (sanitasi, hygiene, dan keselamatan
kerja)
Materi Pokok : Kue
Kelas / Semester : XI / 1
Tahun Pelajaran : 2019 - 2020
Alokasi Waktu : 2 Jam × @ 45 Menit
Pertemuan : 1x pertemuan

A. Kompetensi Inti Dan Kompentesi Dasar


Kompetensi Inti
KI 1 : Memahami, menrapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan
factual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan
lingkup kerja Tata Boga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks,
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah,
dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.
KI 2 : Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur
kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang
kerja Tata Boga. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan
kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan
keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solusi dalam ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Menunjukkan
keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir,
menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


● IPK Dari KDpada KI Pengetahuan

3.12.1. Menjelaskan pengertian penyakit akibat kerja


3.12.2. Mengidentifikasi macam penyakit akibat kerja
3.12.3. menguraikan macam penyakit akibat kerja

 IPK dari KD pada KI keterampilan

4.12.1. Mempraktekan pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja


4.12.2. Membuat laporan pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja.
C. Kompetensi Dasar (KD)
3.12. Menganalisis penyakit akibat kerja

4.12 Melakukan pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery Learning
peserta didik diharapkan dapat :

3.12.1. Menjelaskan penyakit akibat kerja dengan benar

3.12.2. Mengidentifikasi macam penyakit akibat kerja dengan benar


3.12.3. Menguraikan macam penyakit akibat kerja dengan benar

4.12.1. Mempraktekan pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja dengan


sesuai SOP yang ada
4.12.2. Membuat laporan pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja dengan
sesuai SOP yang ada

E. Materi Pembelajaran
1. Pengertian penyakit akibat kerja
2. Macam penyakit akibat kerja
3. Contoh macam penyakit akibat kerja
4. Pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja
F. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran
a. Pendekatan (untuk mencapai KD keseluruhan)
 Pendekatan : Scientific.

b. Model Pembelajaran (untuk mencapai KD keseluruhan)


 Model : Discovery Learning

c. Metode Pembelajaran (untuk mencapai KD keseluruhan)


 Metode : Pengamatan, Diskusi, Presentasi, Tanya
Jawab,penugasan,

G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan ke 1 (satu) (2 JP)
Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-Langkah Pembelajaran Waktu
A. Pendahuluan
1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan
berdoa untuk memulai pembelajaran
2. Menanyakan kesiapan dan kenyamaan siswa untuk
belajar
3. Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
4. Memberikan motivasi dan rasa syukur pada sang
pencipta 20
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai Menit
6. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan
untuk mengarahkan siswa menemukan penyakit akibat
kerja 2`Membentuk kelompok kerja untuk menggali
informasi tentang penyakit akibat kerja
7. Memberikan motivasi dengan menampilkan gambar /
video mengenai materi yang akan dibahas
B. Kegiatan Inti (Sintak Discovery Learning)
Stimulation 1. Pemberian Rangsangan (Stimulation)
 Siswa diberikan contoh gambar atau video penyakit
akibat kerja (critical)
 Siswa mengamati bahan bacaan, gambar, video, dan
sumber belajar lain tentang penyakit akibat kerja
(critical, creative) 170
 Siswa menanyakan berbagai hal yang tidak difahami Menit
dalam bahan bacaan (critical, creative)

2. Pernyataan / Identifikasi Masalah (Problem Statement)


Problem  Siswa melakukan diskusi berdasarkan bahan bacaan,
Statement gambar, video, dan sumber belajar lain mengenai
pengertian, jenis, karakterisik, dan macam-macam
penyakit akibat kerja(creative, collaborative)
 Siswa mengambil kesimpulan dari hasil diskusi dan
hasil pengamatan sumber belajar (critical,
collaborative)
 Siswa meguraikan hasil diskusi dan pengamatan
(collaborative)

3. Pengumpulan Data (Data Collection)


Siswa mengumpulkan data mengenai bGuru meminta siswa
Data untuk mengolah dan menyimpulkan hasil kerja diskusi
Collection tentang penyakit akibat kerja.
 Siswa mengolah temuan / data hasil dari berbagai
literatur dan kegiatan diskusi serta menyimpulkan
hasil kerja kelompok tentang penyakit akibat
kerja.(collaborative)
 Siswa menganalisis Guru meminta siswa untuk
mengolah dan menyimpulkan hasil kerja diskusi tentang
penyakit akibat kerja.
 Siswa mengolah temuan / data hasil dari berbagai
literatur dan kegiatan diskusi serta menyimpulkan
hasil kerja kelompok tentang penyakit akibat
kerja.(critical, creative)
Verification  Siswa menanyakan berbagai hal tentang Guru meminta
siswa untuk mengolah dan menyimpulkan hasil kerja
diskusi tentang penyakit akibat kerja.
 Siswa mengolah temuan / data hasil dari berbagai
literatur dan kegiatan diskusi serta menyimpulkan
hasil kerja kelompok tentang penyakit akibat kerja.
(creative)

Generalization
4. Pembuktian (Verification) :
 Siswa melakukan presentasi cara Guru meminta siswa
untuk mengolah dan menyimpulkan hasil kerja diskusi
tentang penyakit akibat kerja.
 Siswa mengolah temuan / data hasil dari berbagai
Confirmation literatur dan kegiatan diskusi serta menyimpulkan
hasil kerja kelompok tentang penyakit akibat kerja.
(creative, collaborative)
 Siswa menanggapi presentasi dari kelompok lain
(critial, collaborative)

5. Menarik Kesimpulan (Generalization) :


 Siswa menarik kesimpulan secara bersama-sama
berdasarkan hasil presentasi dan diskusi (critical,
collaborative, creative)

6. Menkonfirmasi (Confirmation) :
 Guru memberikan kesimpulan dan penekanan
terhadap materi yang sudah dibahas (confirmation)

C. Kegiatan Penutup
1. Guru mengevaluasi materi yang telah dibahas untuk
mengukur ketercapaian pembelajaran
2. Guru bersama siswa melakukan refleksi dan
menyimpulkan bersama hasil pembelajaran hari ini
3. Guru memberikan umpan balik (post test) 35
4. Guru menyampaikan pengayaan (tugas / PR) Menit
5. Guru menyampaikan arahan untuk materi yang akan
dibahas minggu depan
6. Guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama dan
memberi salam

H. Alat/Bahan dan Media Pembelajaran

Media Powerpoint, media nyata


Alat  LCD
Bahan  powerpoint
 Video, gambar.
Sumber  Referensi artikel/informasi dari media Internet
belajar  Handout
 Modul keamanan pangan (sanitasi,higienis, dan keselamatan kerja) karya
Doni Rasid, S.Pd

I. Penilaian Pembelajaran
Teknik Penilaian :
1. Penilaian Pengetahuan
a. Aspek yang dinilai (lihat indikator pengetahuan)
b. Instrumen : Lembar Penugasan (Terlampir)
c. Rubrik Penilaian (Terlampir)

2. Penilaian Keterampilan
a. Aspek yang dinilai (lihat indikator keterampilan)
b. Instrumen : Lembar Penugasan (Terlampir)
c. Rubrik Penilaian (Terlampir)
3. Penilaian Sikap
a. Aspek yang dinilai (sesuai dengan kompetensi)
b. Instrumen : Lembar Penugasan (Terlampir)

Cianjur, Juli 2019


Mengetahui
Kepala sekolah, Guru Mata Pelajaran,

Rina Juwita Ningsih, SE Sri Aminah Mulyani, S.Pd


Lampiran 1.

Lampiran 1

Aplikasi Konsep Kesehatan dan Keselaman Kerja (K3) Bagi Tenaga Kesehatan

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku pada tahun
2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara
yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja
Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan dan perilaku
sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika
kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai
faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah


mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan yang perlu kita perhatikan yaitu semua
tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan
dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan tenaga atau petugas kesehatan
mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi,
ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan dan
keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi
sarana dan prasarana, maka risiko yang dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin
meningkat.

Petugas atau tenaga kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
masalah kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi untuk setipa tahunnya.
Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat – alat kesehatan, berionisasi dan
radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan
percobaan dengan penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh
karena itu penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya
dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor / Aspek Kesehatan.

Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana/Prasana Kesehatan adalah sarana kesehatan yang meliputi berbagai alat /


media elektronik yang harus ada di Tempat Kerja Kesehatan untuk penentuan jenis
penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh
terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.

Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai sistem yang memadai dengan
sirkulasi udara yang adekuat agar suasana di dalam ruangan tersebut menjadi nyaman.

Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai pemadam api yang tepat
terhadap segala sesuatu yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran.

Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K)

Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan


resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga
komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang
optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian
dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan
akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

1. Kapasitas Kerja

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan.


Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30– 40% masyarakat pekerja
kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa
anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk
bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan
bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan
dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam
melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut
masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

2. Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 –
24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium
menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-
ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan
pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara
lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang
berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban
psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.

3. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan


kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit
Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work
Related Diseases).

Identifikasi Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kesehatan Dan
Pencegahannya
A. Kecelakaan Kerja; Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan
dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium
dapat berbentuk 2 jenis yaitu : Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
dan Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :

Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari: Peralatan / Media
Elektronik, Bahan dan lain-lain; Lingkungan kerja; Proses kerja; Sifat pekerjaan;
Cara kerja

Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat
terjadi antara lain karena: Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana; Cacat
tubuh yang tidak kentara (bodily defect); Keletihanan dan kelemahan daya tahan
tubuh; Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di Tempat Kerja Kesehatan :

1. Terpeleset , biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi di Tempat Kerja Kesehatan. Sedang akibat Ringan
seperti terjadi memar dan Berat seperti terjadi fraktura, dislokasi, memar otak, dan
lain-lain.

Pencegahan : * Pakai sepatu anti slip * Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali
sepatu longgar * Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan
licin) atau tidak rata konstruksinya. * Pemeliharaan lantai dan tangga

2. Mengangkat beban. Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat,


terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi. Akibat : cedera pada
punggung.Sedangkan Pencegahan : * Beban jangan terlalu berat * Jangan berdiri
terlalu jauh dari beban * Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi
pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok * Pakaian penggotong jangan
terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.

Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja di Tempat Kerja
Kesehatan
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau
asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab,
harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja.
Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab
timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis,
uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan
faktor manusia juga (WHO).

Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)
sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat
Hubungan Kerja adalah “penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan
kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan
di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan
kekambuhan penyakit.

Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor
biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia
(pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat
kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah,
cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus
(panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di
kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)

1) Faktor Biologis : Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi


berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic,
colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang
terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan
sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat
kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang
terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan
cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar,
sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih
besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan
menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar
kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.
Pencegahan : * Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemilogi dan desinfeksi. * Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan
untuk memastikan dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk
bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi. * Menggunakan
desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar. * Sterilisasi dan desinfeksi
terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara benar *
Pengelolaan limbah infeksius dengan benar * Menggunakan kabinet keamanan
biologis yang sesuai. * Kebersihan diri dari petugas.

2) Faktor Kimia: Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan
bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang
banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang
paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif
terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah
dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak,
dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (
trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit
dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam
dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang
terpapar.

Pencegahan : * ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang
ada untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan
laboratorium. * Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga
kesehatan laboratorium. * Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung
tangan, celemek, jas laboratorium) dengan benar. * Hindari penggunaan lensa
kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa. * Menggunakan alat pelindung
pernafasan dengan benar.

3) Faktor Ergonomi : Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya


menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan
dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi
bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal
sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job

Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja


dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini
disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya
tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan
dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam
jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan
keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

4) Faktor Fisik : Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan


masalah kesehatan kerja meliputi: * Kebisingan, getaran akibat alat / media
elektronik dapat menyebabkan stress dan ketulian * Pencahayaan yang kurang di
ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi dapat
menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja. * Suhu dan kelembaban
yang tinggi di tempat kerja * Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan
sekitar.Terkena radiasi * Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi
pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat
membahayakan petugas yang menangani.

Pencegahan : * Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang


laboratorium. * Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup
memadai. * Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi * Pengaturan
jadwal kerja yang sesuai. * Pelindung mata untuk sinar laser * Filter untuk
mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah

5. Faktor Psikososial: Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan


yang dapat menyebabkan stress : * Pelayanan kesehatan sering kali bersifat
emergency dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja
kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan
kewibawaan dan keramahan-tamahan * Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang
sangat monoton. * Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan
bawahan atau sesama teman kerja.Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra
kerja di sektor formal ataupun informal.
Pengendalian Penyakit Akibat Kerja Dan Kecelakaan Melalui Penerapan Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja

A. Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control) antara lain :

 UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Petugas


kesehatan dan non kesehatan
 UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.
 Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahayaPeraturan/persyaratan
pembuangan limbah dll.

B. Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative control) antara


lain :

 Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis yang
meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan
 Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
 Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk
masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya
 Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk
pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan (boiler, alat-alat
radiology, dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut
dilaksanakan
 Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan
mengupayakan pencegahannya.

C. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control) antara lain :

 Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja


 Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas kesehatan
dan non kesehatan (penggunaan alat pelindung)
 Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain
D. Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)

Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal
(Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap
jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan
yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi
penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat
pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit
akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini
dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:

Pemeriksaan Awal: Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang


calon / pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan
pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status
kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari
segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.
Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi : * Anamnese umum * Anamnese
pekerjaan * Penyakit yang pernah diderita * Alrergi * Imunisasi yang pernah
didapat * Pemeriksaan badan * Pemeriksaan laboratorium rutin * Pemeriksaan
tertentu: * Tuberkulin test * Psikotest

Pemeriksaan Berkala: Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara


berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko
kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar
pemeriksaan berkala Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum
dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah
dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam
pekerjaan.

Pemeriksaan Khusus: Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus


diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada
keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan
pengembangan K3 tidak hanya untuk intern di Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal
memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada
masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif.
Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja
atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act
dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.

Kesehatan dan keselamatan kerja di Tempat Kerja Kesehatan bertujuan agar petugas,
masyarakat dan lingkungan tenaga kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung-
jawab terhadap kesehatan masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan,
petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat kerja kesehatan serta menjalin kerjasama
lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaan K3 tersebut.

Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola tempat
kerja kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini. Demikian
pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran
program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi
juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini. Melalui kegiatan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja , diharapkan petugas kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di
tempat kerja kesehatan dapat bekerja dengan lebih produktif, sehingga tugas sebagai
pelayan kesehatan kepada masyarakat dapat ditingkatkan mutunya, menuju Indonesia
Sehat 2010.

Ada banyak metode pencegahan, tapi menurut kami cara mencegah penyakit pada
waktu kerja adalah kedisiplinan, doa istri dan anak-anak, dan paling penting doa
orang tua untuk anak-anaknya.

A. PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA

Kecelakaan kerja diartikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses suatu kegiatan yang telah
direncanakan. Sedangkan pengertian kecelakaan akibat kerja adalah
Kecelakaan yang terjadi terkait dengan pekerjaan, yaitu kecelakaan yang
diakibatkan langsung oleh pekerjaan, atau pada saat melaksanakan pekerjaan.
Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja dapat menyebabkan kerugian
besar, antara lain kerusakan sarana produksi, biaya pengobatan, kompensasi
akibat kecelakaan kerja dan pekerja tidak dapat bekerja kembali karena
kecacatan yang ditimbulkannya.

Kecelakaan kerja berhubungan erat dengan keselamatan kerja, karena


kecelakaan kerja adalah upaya menuju keselamatan kerja.Ketentuan
keselamatan kerja seperti tertuang pada Bab III pasal 3 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 menyatakan bahwa tujuan
keselamatan kerja adalah untuk:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu


kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

Berdasarkan Hukum K3 yang dimaksud dengan norma keselamatan kerja


adalah sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang
tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang
tidak kondusif. Berdasarkan aturan K3, Norma keselamatan kerja diharapkan
mampu:

(1) Menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau


kematian terhadap pekerja dan mencegah terjadinya kerusakan tempat
dan peralatan kerja.

(2) Mencegah pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat


kerja.

(3) Menjadi instrumen yang menciptakan dan memelihara derajat kesehatan


kerja setinggi-tingginya
Pengertian (definisi) Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik
jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah oleh aktivitas kerja
ataupun kondisi lain yang berhubungan dengan pekerjaan.

Beberapa contoh penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : silicosis(karena paparan
debu silica), asbestosis (karena paparan debu asbes), low back pain (karena
pengangkutan manual), white finger syndrom (karena getaran mekanis pada alat
kerja), dsb.

Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : Biologi (Bakteri,
Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan
Berbahaya/Radioaktif), Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya), Biomekanik
(Postur, Gerakan Berulang, Pengangkutan Manual), Psikologi (Stress, dsb).

B. FUNGSI KESELAMATAN KERJA

Adapun fungsi dari keselamatan kerja, antara lain:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan kerja
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

C. PENCEGAHAN KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi atau mencegah


terjadinya kecelakaan kerja, antara lain melalui:

a. Mengidentifikasi faktor penyebab yang dapat menimbulkan bahaya


(identifikasi resiko bahaya). Dilakukan melalui pengamatan seksama
kemungkinan bahaya dari keempat faktor penyebab bahaya.

b. Melakukan pengendalian teknis (Engineering Control)


1) Eliminasi

2) Substitusi

3) Isolasi (Rekayasa Engineering)

4) Perubahan Proses (Pengadaan infrastruktur termasuk APD)

5) Instruksi Kerja

6) Sosialisasi/Pelatihan

7) Pemantauan dan pengukuran

c. Melakukan pengendalian administratif

1) Pengurangan waktu kerja

2) Rotasi, Mutasi

Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala.


2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3. Pelayanan Kesehatan.
4. Penyedian Sarana dan Prasarana serta perbaikan tempat kerja yang lebih
aman, sehat dan ergonomis.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Occupational Diseases) adalah penyakit yang


disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permennaker No. Per.
01/Men/1981) yang akan berakibat cacat sebagian maupun cacat total.Cacat Sebagian
adalah hilangnya atau tidak fungsinya sebagian anggota tubuh tenaga kerja untuk
selama-lamanya. Sedangkan Cacat Total adalah keadaan tenaga kerja tidak mampu
bekerja sama sekali untuk selama-lamanya
Faktor-Fakor Penyebab Penyakit Akibat Kerja:

1. Faktor Fisik

Suara tinggi/bising : menyebabkan ketulian,

Temperatur/suhu tinggi : menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, heat Cramp,


Heat Exhaustion, Heat Stroke.

Radiasi sinar elektromagnetik : infra merah menyebabkan katarak, ultraviolet


menyebabkan konjungtivitis, radioaktrif/alfa/beta/gama/X menyebabkan
gangguan terhadap sel tubuh manusia.

Tekanan udara tinggi : menyebabkan Coison Disease

Getaran :menyebabkan Reynaud’s Disease, Gangguan proses metabolisme,


Polineurutis.

2. Golongan Kimia

Asal : bahan baku, bahan tambahan, hasil antara, hasil samping, hasil (produk),
sisa produksi atau bahan buangan.

Bentuk : zat padat, cair, gas, uap maupun partikel.

Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit
dan mukosa

Masuknya dapat secara akut dan secara kronis

Efek terhadap tubuh : iritasi, alergi, korosif, Asphyxia, keracunan sistemik,


kanker, kerusakan/kelainan janin, pneumoconiosis, efek bius (narkose), Pengaruh
genetic.

3. Golongan Biologi

Berasal dari : virus, bakteri, parasit, jamur, serangga, binatang buas, dll

Golongan Ergonomi/fisiologi

Akibat : cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah,
Kontruksi salah.
Efek terhadap tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang, perubahan
bentuk, dislokasi.

4. Golongan mental Psikologi

Akibat : suasana kerja monoton dan tidak nyaman, hubungan kerja kurang baik,
upah kerja kurang, terpencil, tak sesuai bakat.

Manifestasinya berupa stress.

Jenis penyakit apa saja yang tergolong Penyakit Akibat Kerja (PAK)

 Pneumokoniosis (silikosis, asbetosis, antrakosilikosis, dll)


 Penyakit paru dan saluran pernapasan (brokhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras
 Penyakit paru dan pernapasan oleh debu kapas, vlas, henep, dan sisal
(bissinosis)
 Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal dalam proses pekerjaan
 Alveolitis allergika
 Penyakit yang disebabkan berilium atau persenyawaannya yang beracun
 Penyakit yang disebabkan oleh kadmium
 Penyakit yang disebabkan oleh mangan
 Penyakit yang disebabkan oleh arsen
 Penyakit yang disebabkan oleh raksa
 Penyakit yang disebabkan oleh timbal
 Penyakit yang disebabkan oleh flour
 Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfide
 Penyakit yang disebabkan oleh hidrokarbon alifatik atau aromatik yang
beracun
 Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena
 Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat
 Penyakit yang disebakan oleh Alkohol, glikol, atau keton
 Penyakit yang disebakan oleh karbon monoksida
 Kelainan pendengaran akibat kebisingan
 Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik
 Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik
 Penyakit kulit (dermatosis)
 Kanker paru
 Penyakit infeksi oleh virus, bakteri, atau parasit
 Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau kelembaban
tinggi
 Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat

Bagaimana menelusurinya

Diagnosis penyakit akibat kerja dapat diketahui saat dilakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala dan harus segera dilaporkan ke Disnaker setempat paling lambat 2×24
jam sesuai dengan KepMenakertrans No. 333 Tahun 1989. Perlu diketahui, data awal
kesehatan sebelum bekerja harus dimiliki oleh perusahaan yang nantinya diikuti
dengan data hasil pemeriksaan berkala.

Untuk menganalisis penyakit akibat kerja diperlukan data pendukung antara lain:

1. Data hasil pemeriksaan kesehatan awal (sebelum tenaga kerja dipekerjakan di


perusahaan yang bersangkutan)
2. Data hasil pemeriksaan kesehatan berkala (pemeriksaan yang dilakukan
secara periodik selama tenaga kerja bekerja di perusahaan yang
bersangkutan)
3. Data hasil pemeriksaan khusus (pemeriksaan dokter yang merawat tenaga
kerja tentang riwayat penyakit yang dideritanya)
4. Data hasil pengujian lingkungan kerja oleh Pusat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja beserta lembaga lainnya yang ditunjuk oleh Menakertrans
5. Data hasil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara umum
6. Riwayat pekerjaan tenaga kerja
7. Riwayat kesehatan tenaga kerja
8. Data medis/rekam medis tenaga kerja
9. Analisis hasil pemeriksaan lapangan oleh pengawas ketenagakerjaan atau
pertimbangan medis dokter penasehat
D. SOLUSI AKIBAT KECELAKAAN KERJA

Penanganan kecelakaan kerja dilakukan terutama untuk menolong korban


yang mengalami kecelakaan kerja sesegera mungkin sebelum dibawa ke
dokter atau rumah sakit.

Pertolongan sesegera mungkin yang diberikan pada korban dalam kondisi


darurat akibat kecelakaan kerja dikenal dengan istilah Pertolongan Pertama
pada Kecelakaan, yang disingkat menjadi P3K. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2008 tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja Bab I ayat 1
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan P3K adalah upaya memberikan
pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada pekerja/buruh/ dan/atau
orang lain yang berada di tempat kerja, yang mengalami sakit atau cidera di
tempat kerja. P3K bertujuan untuk:

a. Menyelamatkan nyawa korban

b. Meringankan penderitaan korban

c. Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah

d.Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan yang lebih baik


diberikan (misalnya dari dokter atau rumah sakit)

e. Membantu mencarikan pertolongan lebih lanjut

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik


Indonesia Nomor 15 Tahun 2008 dinyatakan bahwa pengusaha wajib
menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja. Petugas P3K
yang dimiliki harus memiliki kriteria berikut antara lain:

a. Bekerja di perusahaan bersangkutan

b. Sehat jasmani dan rohani

c. Bersedia ditunjuk sebagai petugas P3K


d. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar P3K yang dibuktikan
melalui sertifikat.

Cara Mencegah Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja merupakan suatu hambatan pada
tingkat keamanan dalam bekerja. Dalam hal ini perlu adanya pengertian serta
usaha pencegahan, baik untuk keselamatan maupun kesehatan kerja disamping
perlu adanya hubungan baik antara sesama tenaga kerja maupun pimpinan.

Usaha pencegahan akibat kekurangan segi teknis di bidang konstruksi dapat


dilakukan dengan desain kerja yang baik dan organisasi / pengaturan
kerja. Pencegahan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dalam tiga cara:

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah usaha atau tindakan para pekerja agar tidak
terpajan zat-zat berbahaya. Usaha itu antara lain:

Membuat Undang-undang dan peraturan menyangkut penyakit akibat kerja

Memodifikasi alat industri

Substitusi. Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang membahayakan


dengan bahan yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan
maupun mutunya.

Ventilasi

Baik secara umum maupun secara lokal yaitu dengan udara bersih yang
dialirkan ke ruang kerja dengan menghisap udara keluar ruangan.

Alat Pelindung Diri. Alat ini dapat berbentuk pakaian, topi, pelindung
kepala, sarung tangan, sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk
menahan beban yang berat, masker khusus untuk melindungi pernafasan
terhadap debu atau gas berbahaya, kaca mata khusus dsb.

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja. Hal ini meliputi pemeriksaan


kesehatan sebelum bekerja dan pemeriksaan secara berkala untuk mencari
faktor penyebab yang menimbulkan gangguan maupun kelainan kesehatan
terhadap tenaga kerja.

Latihan dan informasi sebelum bekerja

Agar pekerja mengetahui dan berhati-hati terhadap berbagai kemungkinan


adanya bahaya.

Pendidikan dan penyuluhan tentang K3, Dilaksanakan secara teratur.

b. Percegahan sekunder

Pencegahan sekunder diperlukan untuk mendeteksi dini penyakit akibat


kerja. Pencegahan sekunder antara lain bisa dilakukan seperti:

Penyuluhan

Identifikasi zat berbahaya

Pemerikasaan kesehatan berkala

Surveilans penyakit akibat kerja

c. Pencegahan tersier

Yaitu mencegah terjadi kecacatan pada pekerja yang sudah terkena penyakit
akibat kerja. Hal ini bisa dilakukan antara lain sbb:

Mengistrahatkan pekerja

Melakukan pemindahan pekerja dari tempat yang terpajan

Melakukan pemeriksaan berkala untuk evaluasi penyakit.


LAMPIRAN 2
PENILAIAN
1. PENILAIAN SIKAP
Jurnal Penilaian Sikap :
Kemampuan Kemampuan Memberi Saran
Bekerjasama Menjawab / Masukan
No Nama Siswa (Percaya Diri) (Percaya Diri, (Percaya Diri,
Sopan) Sopan, Inisiatif)
ST MT BT ST MT BT ST MT BT

Keterangan :
ST : Sudah Tumbuh
MT : Mulai Tumbuh
BT : Belum Tumbuh

No Aspek Pedoman Penskroran


ST, apabila selalu bertanya dengan percaya diri
Kemampuan Bertanya
1 MT, apabila kadang-kadang bertanya
(Percaya Diri)
BT, apabila belum berani bertanya
ST, apabila dapat menjawab dengan rasional dan jelas
Kemampuan
dengan percaya diri
Menjawab /
2 MT, apabila berusaha menjawab dengan rasional dan jelas
Argumentasi (Percaya
dengan percaya diri
Diri)
BT, apabila belum bisa menjawab dengan rasional dan jelas
Kemamouan memberi ST, apabila selalu memberi masukan/saran
3 masukan (Percaya MT, apabila kadang-kadang memberi masukan/saran
Diri, sopan, insiatif) BT, apabila belum memberi masukan/saran
Lembar Pengamatan Penilaian Sikap Diskusi

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Sekolah : SMK PARIWISATA PHT


Mata Pelajaran : KEAMANAN PANGAN (Sanitasi, Higienis, Dan
Keselamatan Kerja)
Kelas/Semester : X/I
Tahun Pelajaran : 2018/2019
Waktu Pengamatan :
Pertemuan :
Topik :

Sikap Penilaian

Tanggung Jawab
Rasa Ingin Tahu

Rata-rata Skor
No Nama

Kerjasama
Ketelitian

Predikat
Disiplin
Jujur

1
2
3
4
5

1 = KURANG
2 = SEDANG
3 = BAIK
4 = SANGAT BAIK
KETERANGAN :
 Ketelitian: Dalam melaksanakan tugas hati-hati tidak ada yang terlewatkan
 Jujur: Objektif dalam pengumpulan data
 Disiplin: Mentaati kesepakatan kerja sesuai tugasnya dan tepat waktu
 Kerjasama: Antusias, koordinasi dengan teman, kesediaan untuk menolong
orang lain dan tidak hanya tepat terpaku pada tugas yang menjadi tanggung
jawabnya
 Rasa ingin tahu : Tidak puas dengan hasil tugas yang dikerjakan dan mencari
sumberlain.
 Tanggung jawab: Melaksankan tugas sesuai dengan pembagian kerja

Cianjur, Juli 2019


Mengetahui
Kepala sekolah, Guru Mata Pelajaran,

Rina Juwita Ningsih, SE Sri Aminah Mulyani, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai