(RPP)
Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMK PARIWISATA PHT
Komp. Keahlian : Tata Boga
Program Keahlian : Kuliner
Mata Pelajaran : Keamanan Pangan (sanitasi, hygiene, dan keselamatan
kerja)
Materi Pokok : Kue
Kelas / Semester : XI / 1
Tahun Pelajaran : 2019 - 2020
Alokasi Waktu : 2 Jam × @ 45 Menit
Pertemuan : 1x pertemuan
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery Learning
peserta didik diharapkan dapat :
E. Materi Pembelajaran
1. Pengertian penyakit akibat kerja
2. Macam penyakit akibat kerja
3. Contoh macam penyakit akibat kerja
4. Pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja
F. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran
a. Pendekatan (untuk mencapai KD keseluruhan)
Pendekatan : Scientific.
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan ke 1 (satu) (2 JP)
Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-Langkah Pembelajaran Waktu
A. Pendahuluan
1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan
berdoa untuk memulai pembelajaran
2. Menanyakan kesiapan dan kenyamaan siswa untuk
belajar
3. Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
4. Memberikan motivasi dan rasa syukur pada sang
pencipta 20
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai Menit
6. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan
untuk mengarahkan siswa menemukan penyakit akibat
kerja 2`Membentuk kelompok kerja untuk menggali
informasi tentang penyakit akibat kerja
7. Memberikan motivasi dengan menampilkan gambar /
video mengenai materi yang akan dibahas
B. Kegiatan Inti (Sintak Discovery Learning)
Stimulation 1. Pemberian Rangsangan (Stimulation)
Siswa diberikan contoh gambar atau video penyakit
akibat kerja (critical)
Siswa mengamati bahan bacaan, gambar, video, dan
sumber belajar lain tentang penyakit akibat kerja
(critical, creative) 170
Siswa menanyakan berbagai hal yang tidak difahami Menit
dalam bahan bacaan (critical, creative)
Generalization
4. Pembuktian (Verification) :
Siswa melakukan presentasi cara Guru meminta siswa
untuk mengolah dan menyimpulkan hasil kerja diskusi
tentang penyakit akibat kerja.
Siswa mengolah temuan / data hasil dari berbagai
Confirmation literatur dan kegiatan diskusi serta menyimpulkan
hasil kerja kelompok tentang penyakit akibat kerja.
(creative, collaborative)
Siswa menanggapi presentasi dari kelompok lain
(critial, collaborative)
6. Menkonfirmasi (Confirmation) :
Guru memberikan kesimpulan dan penekanan
terhadap materi yang sudah dibahas (confirmation)
C. Kegiatan Penutup
1. Guru mengevaluasi materi yang telah dibahas untuk
mengukur ketercapaian pembelajaran
2. Guru bersama siswa melakukan refleksi dan
menyimpulkan bersama hasil pembelajaran hari ini
3. Guru memberikan umpan balik (post test) 35
4. Guru menyampaikan pengayaan (tugas / PR) Menit
5. Guru menyampaikan arahan untuk materi yang akan
dibahas minggu depan
6. Guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama dan
memberi salam
I. Penilaian Pembelajaran
Teknik Penilaian :
1. Penilaian Pengetahuan
a. Aspek yang dinilai (lihat indikator pengetahuan)
b. Instrumen : Lembar Penugasan (Terlampir)
c. Rubrik Penilaian (Terlampir)
2. Penilaian Keterampilan
a. Aspek yang dinilai (lihat indikator keterampilan)
b. Instrumen : Lembar Penugasan (Terlampir)
c. Rubrik Penilaian (Terlampir)
3. Penilaian Sikap
a. Aspek yang dinilai (sesuai dengan kompetensi)
b. Instrumen : Lembar Penugasan (Terlampir)
Lampiran 1
Aplikasi Konsep Kesehatan dan Keselaman Kerja (K3) Bagi Tenaga Kesehatan
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku pada tahun
2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara
yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja
Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan dan perilaku
sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika
kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai
faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Petugas atau tenaga kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
masalah kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi untuk setipa tahunnya.
Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat – alat kesehatan, berionisasi dan
radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan
percobaan dengan penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh
karena itu penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya
dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor / Aspek Kesehatan.
Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai sistem yang memadai dengan
sirkulasi udara yang adekuat agar suasana di dalam ruangan tersebut menjadi nyaman.
Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai pemadam api yang tepat
terhadap segala sesuatu yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran.
1. Kapasitas Kerja
2. Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 –
24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium
menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-
ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan
pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara
lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang
berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban
psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
3. Lingkungan Kerja
Identifikasi Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kesehatan Dan
Pencegahannya
A. Kecelakaan Kerja; Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan
dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium
dapat berbentuk 2 jenis yaitu : Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
dan Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.
Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari: Peralatan / Media
Elektronik, Bahan dan lain-lain; Lingkungan kerja; Proses kerja; Sifat pekerjaan;
Cara kerja
Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat
terjadi antara lain karena: Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana; Cacat
tubuh yang tidak kentara (bodily defect); Keletihanan dan kelemahan daya tahan
tubuh; Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
1. Terpeleset , biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi di Tempat Kerja Kesehatan. Sedang akibat Ringan
seperti terjadi memar dan Berat seperti terjadi fraktura, dislokasi, memar otak, dan
lain-lain.
Pencegahan : * Pakai sepatu anti slip * Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali
sepatu longgar * Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan
licin) atau tidak rata konstruksinya. * Pemeliharaan lantai dan tangga
Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja di Tempat Kerja
Kesehatan
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau
asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab,
harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja.
Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab
timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis,
uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan
faktor manusia juga (WHO).
Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)
sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat
Hubungan Kerja adalah “penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan
kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan
di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan
kekambuhan penyakit.
Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor
biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia
(pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat
kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah,
cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus
(panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di
kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)
2) Faktor Kimia: Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan
bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang
banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang
paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif
terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah
dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak,
dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (
trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit
dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam
dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang
terpapar.
Pencegahan : * ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang
ada untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan
laboratorium. * Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga
kesehatan laboratorium. * Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung
tangan, celemek, jas laboratorium) dengan benar. * Hindari penggunaan lensa
kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa. * Menggunakan alat pelindung
pernafasan dengan benar.
Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis yang
meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan
Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk
masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya
Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk
pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan (boiler, alat-alat
radiology, dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut
dilaksanakan
Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan
mengupayakan pencegahannya.
Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal
(Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap
jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan
yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi
penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat
pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit
akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini
dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:
Kesehatan dan keselamatan kerja di Tempat Kerja Kesehatan bertujuan agar petugas,
masyarakat dan lingkungan tenaga kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung-
jawab terhadap kesehatan masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan,
petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat kerja kesehatan serta menjalin kerjasama
lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaan K3 tersebut.
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola tempat
kerja kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini. Demikian
pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran
program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi
juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini. Melalui kegiatan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja , diharapkan petugas kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di
tempat kerja kesehatan dapat bekerja dengan lebih produktif, sehingga tugas sebagai
pelayan kesehatan kepada masyarakat dapat ditingkatkan mutunya, menuju Indonesia
Sehat 2010.
Ada banyak metode pencegahan, tapi menurut kami cara mencegah penyakit pada
waktu kerja adalah kedisiplinan, doa istri dan anak-anak, dan paling penting doa
orang tua untuk anak-anaknya.
Kecelakaan kerja diartikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses suatu kegiatan yang telah
direncanakan. Sedangkan pengertian kecelakaan akibat kerja adalah
Kecelakaan yang terjadi terkait dengan pekerjaan, yaitu kecelakaan yang
diakibatkan langsung oleh pekerjaan, atau pada saat melaksanakan pekerjaan.
Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja dapat menyebabkan kerugian
besar, antara lain kerusakan sarana produksi, biaya pengobatan, kompensasi
akibat kecelakaan kerja dan pekerja tidak dapat bekerja kembali karena
kecacatan yang ditimbulkannya.
Beberapa contoh penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : silicosis(karena paparan
debu silica), asbestosis (karena paparan debu asbes), low back pain (karena
pengangkutan manual), white finger syndrom (karena getaran mekanis pada alat
kerja), dsb.
Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : Biologi (Bakteri,
Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan
Berbahaya/Radioaktif), Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya), Biomekanik
(Postur, Gerakan Berulang, Pengangkutan Manual), Psikologi (Stress, dsb).
2) Substitusi
5) Instruksi Kerja
6) Sosialisasi/Pelatihan
2) Rotasi, Mutasi
1. Faktor Fisik
2. Golongan Kimia
Asal : bahan baku, bahan tambahan, hasil antara, hasil samping, hasil (produk),
sisa produksi atau bahan buangan.
Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit
dan mukosa
3. Golongan Biologi
Berasal dari : virus, bakteri, parasit, jamur, serangga, binatang buas, dll
Golongan Ergonomi/fisiologi
Akibat : cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah,
Kontruksi salah.
Efek terhadap tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang, perubahan
bentuk, dislokasi.
Akibat : suasana kerja monoton dan tidak nyaman, hubungan kerja kurang baik,
upah kerja kurang, terpencil, tak sesuai bakat.
Jenis penyakit apa saja yang tergolong Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Bagaimana menelusurinya
Diagnosis penyakit akibat kerja dapat diketahui saat dilakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala dan harus segera dilaporkan ke Disnaker setempat paling lambat 2×24
jam sesuai dengan KepMenakertrans No. 333 Tahun 1989. Perlu diketahui, data awal
kesehatan sebelum bekerja harus dimiliki oleh perusahaan yang nantinya diikuti
dengan data hasil pemeriksaan berkala.
Untuk menganalisis penyakit akibat kerja diperlukan data pendukung antara lain:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah usaha atau tindakan para pekerja agar tidak
terpajan zat-zat berbahaya. Usaha itu antara lain:
Ventilasi
Baik secara umum maupun secara lokal yaitu dengan udara bersih yang
dialirkan ke ruang kerja dengan menghisap udara keluar ruangan.
Alat Pelindung Diri. Alat ini dapat berbentuk pakaian, topi, pelindung
kepala, sarung tangan, sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk
menahan beban yang berat, masker khusus untuk melindungi pernafasan
terhadap debu atau gas berbahaya, kaca mata khusus dsb.
b. Percegahan sekunder
Penyuluhan
c. Pencegahan tersier
Yaitu mencegah terjadi kecacatan pada pekerja yang sudah terkena penyakit
akibat kerja. Hal ini bisa dilakukan antara lain sbb:
Mengistrahatkan pekerja
Keterangan :
ST : Sudah Tumbuh
MT : Mulai Tumbuh
BT : Belum Tumbuh
Sikap Penilaian
Tanggung Jawab
Rasa Ingin Tahu
Rata-rata Skor
No Nama
Kerjasama
Ketelitian
Predikat
Disiplin
Jujur
1
2
3
4
5
1 = KURANG
2 = SEDANG
3 = BAIK
4 = SANGAT BAIK
KETERANGAN :
Ketelitian: Dalam melaksanakan tugas hati-hati tidak ada yang terlewatkan
Jujur: Objektif dalam pengumpulan data
Disiplin: Mentaati kesepakatan kerja sesuai tugasnya dan tepat waktu
Kerjasama: Antusias, koordinasi dengan teman, kesediaan untuk menolong
orang lain dan tidak hanya tepat terpaku pada tugas yang menjadi tanggung
jawabnya
Rasa ingin tahu : Tidak puas dengan hasil tugas yang dikerjakan dan mencari
sumberlain.
Tanggung jawab: Melaksankan tugas sesuai dengan pembagian kerja