Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

Untuk Dapat Menganalisa Kinerja Unit Pembangkit Akibat Outage dan


Pengaruh kepada Produksi Energi Listrik di PT Indonesia Power UPJP Kamojang
Unit 2 diperlukan beberapa teori dan referensi untuk acuan dan juga memerlukan
beberapa teori terkait topik yang telah dipilih.

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah Pembangkit Listrik (Power


generator) yang menggunakan panasbumi (Geothermal) sebagai energi
penggeraknya. Indonesia dikaruniai sumber panas bumi yang berlimpah karena
banyaknya gunung berapi di indonesia, dari pulau-pulau besar yang ada, hanya
pulauKalimantan saja yang tidak mempunyai potensi panas bumi. Keuntungan
teknologi ini antara lain : bersih, dapat beroperasi pada suhu yang lebih rendah
daripada PLTN, dan aman, bahkan geothermal adalah yang terbersih
dibandingkan dengan nuklir, minyak bumi dan batu bara. Meskipun tergolong
ramah lingkungan, namun beberapa hal perlu dipertimbangkan apabila pembangkit
listrik tenaga panas bumi ingin dikembangkan sebagai pembangkit dengan skala
besar. Beberapa parameter yang harus dipertimbangkan adalah kandungan uap panas
dan sifat fisika dari uap panas di dalam reservoir dan penurunan tekanan yang terjadi
sebagai akibat digunakannya uap panas di dalam reservoir. Apabila semua aspek
tersebut dapat dipenuhi, tidak tertutup kemungkinan bahwa pembangkit ini akan
diterima oleh semua pihak. PLTP juga membawa pengaruh yang kurang
menguntungkan pada lingkungan dan harus diminimalisasi, antara lain : polusi udara,
polusi air, polusi suara, dan penurunan permukaan tanah
Gambar II-1 Drilled Geothermal
Panas bumi merupakan sumber tenaga listrik untuk pembangkit listrik tenaga
panas bumi (PLTP). Sesungguhnya prinsip kerja PLTP sama saja dengan PLTU.
Hanya saja yang digunakan pada PLTP adalah uap panas bumi yang telah dipisahkan
dari air, yang berasal langsung dari perut bumi. Karena itu PLTP. biasanya dibangun
di daerah pegunungan dekat gunung berapi. Biaya operasional PLTP juga lebih
murah dibandingkan dengan PLTU, karena tidak perlu membeli bahan bakar, namun
membutuhkan biaya investasi yang cukup besar untuk biaya eksplorasi dan
pengeboran perut bumi. Uap panas bumi didapatkan dari suatu kantong uap di perut
bumi. Tepatnya di atas lapisan batuan yang keras di atas magma dan mendapatkan air
dari lapisan humus di bawah hutan penahan air hujan. Pengeboran dilakukan di atas
permukaan kantong uap tersebut, hingga uap dalam akan menyembur keluar.
Semburan uap dialirkan ke turbin penggerak generator. Namun ada dampak yang
tidak menguntungkan dari uap yang menyembur keluar ini. Uap yang keluar dari
sumur sering mengandung berbagai unsur kimia yang terlarut dalam bahan-bahan
padat sehingga uap itu tidak begitu murni. Zat-zat pengotor antara lain Fe, Cl, SiO 2,
CO2, H2S dan NH4. Pengotor ini akan mengurangi efisiensi PLTP, merusak sudu-
sudu turbin dan mencemari lingkungan.Setelah menggerakan turbin, uap akan
diembunkan dalam kondensor menjadi air dan disuntikan kembali ke dalam perut
bumi menuju kantong uap. Jumlah kandungan uap dalam kantong uap ini terbatas,
karenanya daya PLTP yang sudah maupun akan dibangun harus disesuaikan dengan
perkiraan jumlah kandungan tersebut. Melihat siklus dari PLTP ini maka PLTP
termasuk pada pusat pembangkit yang menggunakan energi yang terbaharukan.Untuk
membangkitkan listrik dengan panas bumi dilakukan dengan mengebor tanah di
daerah yang berpotensi panas bumi untuk membuat lubang gas panas yang akan
dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap (boiler) sehingga uapnya bisa
menggerakkan turbin uap yang tersambung ke Generator.Panas bumi yang
mempunyai tekanan tinggi dapat langsung memutar turbin generator, setelah uap
yang keluar dibersihkan terlebih dahulu. Pembangkit listrik tenaga panas bumi
termasuk sumber Energi terbaharui.

2.2 Outage
Pada SPLN K7.001:2007 Outage adalah Istilah yang di gunakan apabila suatu
unit pembangkit Keluar dari sistem atau tidak sinkron ke jaringan karena ada nya
pemeliharaan maupun perbaikan. Otage terjadi apabila suatu unit tidak sikron ke
jaringan san bukan dalam status Reserve Shutdonwn.Suatu Outage di mulai ketika
unit di keluarkan ke jaringan atau pindah status, misalnya dari reserve shutdown
menjadi Maintenance Outage.Outag berakhir ketika unit terhubung ke jaringan.
Status Outage di bedakan menjadi beberapa status yaitu :
2.2.1Planed Outage (PO)yaitu keluarnya unit pembangkit akibat adanya pekerjaan
pemeliharaan periodik pembangkit seperti ispeksi, overhaul atau pekerjaan
lainnya yang sudah di jadwalkan sebelumnya dalam rencana tahunan
pemeliharaan pembangkit atau sesuai rekomendasi pabrikan
2.2.2 Maintenance Outage (MO) yaitu keluarnya pembangkit untuk keperluan
pengujian, pemeliharaan preventif, pemeliharaan korektif, perbaikan atau
penggantian suku cadang atau pekerjaan lainnya pada pembangkit yang di
anggap perlu di lakukan yang tidak dapat di tunda pelaksanaannya.

2.2.3 Forced Outage(FO)yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya kondisi


emergensi pada pembangkit atau adanya gangguan yang tidak dapat di
antisipasi sebelumnya serta tidak di golongkan ke dalam MO dan PO.

2.3 Pengertian Derating


Menurut Protap DKP IKP thn 2007 Derating merupakan turunnya beban
generator akibat adanya gangguan pada sistem.Derating terjadi apbila daya keluaran
(MW) unit kurang dari DMN-Nya.Derating di golongkan menjadi beberapa kategori
yang berbeda.Derating mulai ketika unit tidak mampu mencapai 98% DMN dan lebih
lama dari 30 menit.Derating berakhir ketika peralatan yang menyebabkan derating
tersebut kembali normal, terlepas dari apakan pada saat itu unit di perlukan sistem
atau tidak.Kapasitas yang tersedia di dasarkan pada keluaran unit.

2.4 Reserve Shutdown (RS)


Reserve Shutdown menurut SPLN K7.001 2007 merupakan suatu kondisi
apabila unit siap operasi namun tidak di sinkronkan ke sistem karena beban yan
rendah. Kondisi ini di kenal juga sebagai economy factor.Jika suatu unit keluar karena
permasalahan peralatan, baik unit di perlukan oleh sistem, maka kondisi ini di anggap
sebagai FO, MO, dan PO.Pada saat unit dalam status RS, seringkali pekerjaan
pemeliharaan dilakukan yang menyebabkan unit outage atau derating ketika di minta
di sinkronkan ke sistem.

2.5 Durasi
2.5.1 Service Hours (SH) : adalah jumlah jam operasi unit pembangkit baik dalam
kondisi operasi normal maupun kondisi derating.

2.5.2 Available Hours (AH) : adalah jumlah jam unit siap dioperasikan yaitu
service hour ditambah Reserve Shutdown Hours

2.5.3 Period Hours (PH) : adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu
yang sedang diamati.

2.5.4 Planed Outage Hours (POH) : adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi
sebagai akibat dari Planed Outage untuk pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi
dan overhaul, yang telah dijadwalkan jauh hari sebelumnya (misalkan :
Simple Inspection, Major inspection)

2.5.6 Force Outage Hours (FOH) : adalah jumlah jam unit keluar paksa sebagai
akibat dari gangguan. Bila unit yang periode forced hours lebih dari hari
Jumat jam 24.00 pada Minggu dimana unit keluar, maka Forced Outage
Hours dihitung hanya sampai hari Jumat jam 24.00 selebihnya disebut
Maintenance Outage Hours (MOH).

2.5.7 Maintenance Outage Hours (MOH) : adalah jumlah jam unit tidak dapat
beroperasi untuk keperluan pengujian, pemeliharaan preventif, pemeliharaan
korektif, perbaikan atau penggantian suku cadang pada pembangkit yang
dianggap perlu dilakukan yang pelaksanaanya tidak dapat ditunda pada jadwal
Planned Outage berikutnya dan telah dijadwalkan dalam ROM berikutnya.

2.5.8 Equivalent Forced Derated Hours (EFDH) : adalah perkalian antara jumlah
jam unit pembangkit derating secara paksa (Forced derating) dan besar
penurunan dearting dibagi dengan kapasitas.
2.5.9 Equivalent Planned Derated Hours (EPDH) : adalah perkalian antara jumlah
jam unit pembangkit mengalami maintenance derating dan besar penurunan
derating dibagi dengan kapasitas.

2.5.9 Equivalent Forced Derated Hours During Reserve Shutdown (EFDHRS) :


adalah perkalian antara jumlah jam unit pembangkit force derating selama
reserve shutdown dan besar penurunan derating dibagi dengan kapasitas.

2.6 Indikator Kinerja Pembangkit

Indikator Kinerja Pembangkit sangat diperlukan dalam operasi unit pembangkit.


Keakurasian data perhitungan, kecepatan dan ketepatan informasi merupakan
pendukung dan masukan terhadap pengambilan keputusan manajemen dalam
mengelola / memanage unit pemgbangkit.Disamping itu, kebutuhan sistem saat ini
menghendaki pengertian yang sama tentang formulasi indeks kinerja pembangkit.
Oleh karena itu untuk memudahkan dan dapat melakukan dalam perhitungan indeks
kinerja pembangkit disusun panduan sesuai ketetapan yang berlaku. Menurut Protap
DKP-IKP tahun 2007 yang mengacu pada SPLN K7.001:2007

Dua kategori utama status unit pembangkit di tunjukan pada ganbar di


atas.Inactive adalah status unit tidak siap operasi untuk jangka waktu lama, karena
unit di keluarkan untuk alas an ekonomi atau alasan lainnya yang tidak berkaitan
dengan peralatan/instalasi pembangkit. Sedangkan Active terdiri dari berbagai status
operasi unit pembangkit dengan rincian hingga empat tingkatan (SPLN
K7.001:2007). Maka Indikator kinerja pembangkit (IKP) yakni EAF (Equivalent
Availability Factor) Total kesiapan unit pembangkit beroperasi dapat di hitung
dengan rumus persamaan sebagai berikut :

..................................(2-1)

Keterangan :
AH = Availability Hours
PH = period Hours
EPDH = Equivalent planned Derated Hours
ESDH = Equivalent Seasonal Derated Hours
Jika pembangkit memiliki EAF 100% maka pembangkit tersebut siap
beroperasi selama setahun penuh (8760 jam) tanpa berhenti, namun realisasi seperti
ini tidak mungkin terjadi karena dalam satu tahun setiap pembangkit mengalami
Outage dan pemeliharaan yang memaksa pembangkit untuk mengubah status menjadi
Outage yang dapat mempengaruhi produksi energy listrik yang akan di hasilkan.
Semakin baik nilai EAF maka semakin bak pula kinerja unit pembangkit tersebut
dalam memproduksi energy listrik yang di hasilkan.Kebalikan dari EAF yaitu EFOR
dimana EFOR merupakan keadaaan dimana unit pembangkit tidak dapat beroperasi
karena adanya Outage dan oemeliharaan yang memaksa unit menjadi berstatus
Outage. Nilai EFOR harus seminimal mungkin, jika nilai EFOR melebihi …. Sesuai
ketetapan yang mengacu pada GADS DRI NERC 2007. Untuk menghitung Total
tingkat gangguan mesin pembangkit EFOR (Equivalent Forced Outage Rate) yaitu :

..........................................(2-2)

Keterangan :
EFDH = Equivalent Forced derating Hours
FOHD = Forced Outage Hour Dalam/gangguan dalam
SH = Service Hour
EFDHRS = Equivalent Forced Derated Hour during Reserve
Shutdown

2.7 Bagian-Bagian Utama PLTP


2.7.1 Vent structure
Vent Structure berfungsi untuk mengatur tekanan, agar tekanan masuk
turbin selalu konstan.
Sebagai katup pengaman, yang akan membuang tekanan berlebih bila terjadi
pemadaman menyeluruh ( black out ).

Gambar II-4 Gambar Vent Structure

2.7.2 Separator
Alat ini dipasang untuk membersihkan uap dari partikel-partikel berat,
karena uap untuk keperluan turbin harus terbebas dari kontaminasi.Separator
yang dipakai adalah jenis cyclone. Artinya uap yang masuk kedalam separator
akan berputar, kemudian akaibat pengaruh gaya sentrifugal akan mengakibatkan
partikel berat terlempar atau jatuh, sementara uap yang sudah bersih akan
mengalir pada demister.

Gambar II-4 Gambar Separator PLTP


2.7.3 Demister
Karena panjangnya uap dari sumur ke unit pembangkit, kemungkinan uap
berubah dan mengandung bintik-bintik air.Untuk itu dipasang suatu alat yang dapat
menyaring uap tersebut sehingga uap yang masuk ke turbin benar-benar terbebas dari
bintik-bintik air.Demister merupakan penyaring-penyaring partikel-partikel padat
yang tidak tersaring separator.

Gambar II-5 Gambar Demister di PLTP

2.7.4 Kondensor
Kondensor yang digunakan adalah jenis kontak langsung ( direct contact )
yaitu dengan cara menyemprotkan air pendingin dari menara pendingin langsung
pada uap bekas yang dipakai turbin. Uap bekas yang tidak mengembun dikeluarkan
dari kondensor oleh ejector.Ejector juga berfungsi untuk mempertahankan hampa
kondensor pada saat operasi normal atau membuat hampa tekanan kondensor sewaktu
kondisi awal start.Pada saat operasi normal perbedaan tekanan antara air.
Gambar II-6 Gambar Kondensor PLTP

2.7.5 Cooling Tower


Cooling tower ini terbuat dari bangunan kayu. Untuk unit 1 terdiri dari 3 (tiga)
ruang dengan 3 (tiga) kipas hisap paksa, sedangkan untuk unit II dan unit III masing-
masing terdiri dari 5 (lima) ruang dengan 5 (lima) kipas hisap paksa. Air yang
dipompa dari kondensor di distribusikan ke 6 (enam) buah bak yang ada diatas
menara (Hot Water Basin). Jumlah air yang mengalir ke tiap-tiap bak diatur agar
permukaan dari keenam bak tersebut sama tinggi.

Gambar II-7Cooling tower di PLTP


2.7.6 Turbin
Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang mempergunakan jenis
tunggal dua aliran (Single Cylinder Double Flow) yang merupakan kombinasi tingkat
aksi dan reaksi. Yang membedakan tingkat aksi dan reaksi adalah proses ekspansi
uapnya.Pada tingkat aksi, ekspansi uap atau penurunan tekanan terjadi pada suhu
diam. Sedangkan pada tingkat reaksi, ekspansi uap atau penurunan tekanan terjadi
pada suhu diam dan suhu gerak.

Gambar II-8 Turbin


Speifikasi Turbin di PT Indonesia Power UPJP Kamojang :
Tabel II-1 Spesifikasi Turbin PLTP Kamojang
Uraian Satuan Kamojang Unit 2

Pabrik pembuat Mitsubishi Heavy


Industry Ltd.

Tipe Doube flow, 5


condensing Turbin

Kapasitas MW 55

Tekanan Uap Masuk Bar 6.5

Tekanan Uap Keluar Bar 0.1

Temperatur Uap ᵒC 161,9

Rotasi Rpm 3000

Flow Uap Kg/j 388300

2.7.7 Generator
Generator merupakan sebuah mesin listrik yang dapat mengubah daya
mekanis menjadi daya listrik.Terdapat dua jenis generator yaitu AC dan generator
DC.Tergantung jenis tegangan yang di hasilkannya. Menurut Yon Rinjoyo (2004),
perbedaan prinsip kerja generator AC dengan DC adalah untuk untuk generator DC
kumparan jangkar ada pada bagian rotor dan terletak di antara kutub-kutub magnit
yang tetap di tempat. Pada generator AC adalah konstruksi yang sebaliknya yaitu
kumparan jangkar di sebut juga kumprana stator karna berada pada tempat yang tetap,
sedangkan kumparan rotor bersama-sama.
Gambar II-9 Gambar Generator
Adapun spesifikasi generator di PLTP Kamojang adalah :
Tabel II-2 Spesifikasi Genrator PLT Indonesia Power UPJP Kamojang
Uraian Satuan Kamojang Unit 2

Pabrik pembuatan Mitsubishi Electric Corp

Phase 3

Frekuensi Hz 50

Tegangan Pada Terminal Volt 11.800

Rotasi Rpm 3.000

Arus pada beban nominal Amp 3.364

Kapasitas KVA 68.750

Cos φ PF 0,8

2.7.8 Trafo
Trafo utama yang digunakan adalah tipe ONAN dengan tegangan 11.8 KV
pada sisi primer dan 150 KV pada sisi sekunder. Tegangan output generator 11.8 KV
ini kemudian dinaikkan melalui trafo step up menjadi 150 KV untuk dipararelkan
dengan sistem 150 KV

Gambar II-10 Trafo PLTP IP kamojang


2.7.9 Motor Main Cooling Water Pump (MCWP)

MCWP adalah salah satu system pendingin utama yang ada di PLTP Darajat,
yang fungsinya adalah untuk memompakan air dari kondensator yang suhunya
mencapai 100° C ke cooling tower untuk di dinginkan, selain itu MCWP juga
berfungsi untuk menjaga kestabilan ketinggian air di dalam kondensator agar
kondensator bisa bekerja secara maksimal
Gambar II-11MCWP PLTP IP kamojang

2.8 Factor-Faktor Produksi

Sesuai Protap DKP-IKP tahun 2007 ada beberapa faktor yang


dapatmempengaruhi Produksi energy Listrik yang dapat di hasilkan oleh suatu
pembangkit yaitu :
2.8.1 Planned Outage Factor (POF) adalah factor unit keluar karena adanya unit
inspection.

………………………………………………......(2-3)

2.8.2 Maintenance Outage Factor (MOF) adalah faktor unit keluar karena adanya
pemeliharaan.

………..………………………………………...(2-4)

2.8.3 Force Outage Factor (FOF) adalah faktor unit keluar karena adanya gangguan.

……………………………………………….…(2-5)

2.8.4 Reserve Shutdown Factor (RSF) adalah factor unit keluar karena kebutuhan
listrik turun.

…………………………………………………(2-6)
2.8.5 Output Factor (OF) adalah faktor pembebanan unit.Faktor ini tidak ada
rumusnya, biasanya diambil dengan memperhitungkan Derating unit dan sistem
kelistrikan.
2.8.6 Availability Factor (AF) adalah faktor kesiapan unit untuk membangkitkan
tenaga listrik.
…………………………………………………….(2-7)

2.8.7 Service Factor (SF) adalah faktor service/kapasitas unit.

……………………………………………………..(2-8)

2.8.8 Produksi Energi Listrik


Produksi Gross = SH x Daya terpasang x OF

Anda mungkin juga menyukai