http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce
Mikha Riandani
Jurusan Teknik Jasa Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Instant rice protein maize as a staple food for people with diabetes mellitus alternative is corn rice made with the addition of soy
protein as sumbe. Rice researchers make instant corn with the addition of soy protein to add soy protein in it and also serves to
increase the variety of flavors on the instant corn rice. Research making instant rice protein maize aims to determine the se nsory
quality of instant rice protein maize experimental results in terms of the aspects of color, taste, aroma, and texture. Data
analysis techniques in use are single klasivikasi variance analysis. The independent variables used were corn instant rice
protein 5%, 15% and 25% .. The results of sensory test showed significant differences on aspects of color, taste, texture, and
aroma aspect in all three samples. Rice instant corn flour that has the best quality breadfruit is instant corn rice soy prot ein
with the addition of 5%. Advice from researchers is the need for publication of instant rice protein maize as a staple food for
people with diabetes mellitus alternative with the addition kedelai.Perlu the development of corn and soybean meal for food f or
people with diabetes mellitus, by processing a variety of other foods, by processing a variety of other food products.
10
Mikha Riyandani / Food Science and Culinary Education Journal 2 (1) (2013)
11
Mikha Riyandani / Food Science and Culinary Education Journal 2 (1) (2013)
indeks glikemik yang rendah daripada protein dan serat di dalamnya dan
nasi dari beras. memberikan variasi rasa dari nasi jagung
Untuk meningkatkan variasi dari instan tersebut, dengan prosentase 5%,
olahan nasi jagung instan tersebut 15%, dan 25%. Berdasarkan pemikiran di
diperlukan penambahan sumber protein atas, maka peneliti tertarik untuk
dan penderita diabetes mellitus harus mengangkatnya kedalam penelitian
mencapai asupan protein yang memenuhi, dengan judul penelitian ”Nasi Jagung
tapi tidak melebihi (Joni J. Pagenkemper: instant berprotein sebagai makanan pokok
2012), sumber potein tersebut salah alternatif untuk penderita Diabetes
satunya adalah kedelai, kedelai adalah Melitus”
bahan makanan yang memiliki Tujuan penelitian ini adalah
kandungan komposisi proksimat kedalai Untuk mengetahui kualitas nasi jagung
per 100 gram adalah air 8,5 gram, energi instan berprotein dengan penambahan
416 Kkal, protein 35,5 gram, Lemak (lipid kedelai 5%, 15%, dan 25%, Untuk
total) 19,9 gram, karbohidrat 30,2 mg, mengetahui profil kesukaan masyarakat
serat 9,3 gram, abu 4,9 gram (Deddy terhadap nasi jagung instan berprotein
Muchtadi, 2010: 66) . Penambahan hasil eksperimen, Untuk mengetahui
kedelai pada nasi jagung instan berprotein kadar protein dan serat pada nasi jagung
bertujuan untuk meningkatkan kandungan hasil eksperimen terbaik
aroma, rasa, dan tekstur. 2) Mutu
METODE PENELITIAN organoleptik dari nasi jagung instant
berprotein hasil eksperimen dengan
Objek penelitian dalam penelitian indikator berupa tingkat kesukaan. 3)
ini adalah nasi jagung instan berprotein Kadar Protein dan serat dari nasi jagung
dengan penambahan kedelai 5%, 15% dan instant berprotein. Variabel kontrol pada
25%. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah penambahan bahan-
penelitian ini berdasarkan pada ciri-ciri bahan yang digunakan, pengendalian
tertentu yang diperkirakan dapat peralatan yang digunakan, penimbangan
memperoleh hasil yang sesuai atau bahan, proses pembuatan, ukuran, jumlah
mendekati kriteria yaitu dalam pembuatan air serta suhu dan lama pengukusan
nasi jagung instan berprotein. Berdasarkan dimana semua variabel dikondisikan
hal tersebut maka peneliti menggunakan sama. Metode penelitian menggunakan
teknik pengambilan sampel “simple random metode eksperimen dengan Desain
sampling” yaitu teknik penentuan yang eksperimen yang digunakan dalam
dalam pengambilan sampelnya dilakukan penelitian ini adalah adalah one-shot case
secara acak. dengan demikian maka study. desain ini sangat sederhana.
peneliti memberi hak yang sama kepada Peneliti hanya mengadakan treatment satu
setiap subjek untuk memperoleh kali yang diperkirakan sudah mempunyai
kesempatan dipilih menjadi sampel. pengaruh. Metode penilaian yang
Variabel bebas dalam penelitian ini digunakan ada 2, yaitu penilaian subyektif
adalah, Nasi jagung instan dengan dan penilaian obyektif. Penilaian subyektif
penambahan kedelai putih 5%, 15% dan dilakukan dengan uji inderawi
25%. Variabel terikat dalam penelitian ini menggunakan panelis agak terlatih yang
adalah : 1) Mutu atau kualitas inderawi berjumlah 16 orang, dan uji kesukaan
dari nasi jagung instant berprotein hasil menggunakan panelis tidak terlatih
eksperimen meliputi indikator warna, dengan jumlah 80 orang penderita
12
Mikha Riyandani / Food Science and Culinary Education Journal 2 (1) (2013)
diabetes mellitus yang merupakan pasien dan tekstur. Adapun deskripsi data per
rawat jalan Puskesmas 1 Purwonegoro. aspek berdasarkan penilaian dari masing-
Penilaian obyektif yaitu dengan penilaian masing panelis agak terlatih (dalam
kandungan gizi yang meliputi kandungan bentuk skor bulat) dipaparkan sebagai
protein dan serat. Untuk hasil uji inderawi berikut:
data yang diperoleh kemudian dianalisis Warna, hasil uji inderawi
dengan menggunakan Analisis Klasifikasi menunjukkan bahwa rerata skor tertinggi
Tunggal, sedangkan untuk uji kesukaan berdasarkan indikator warna
menggunakan analisis deskriptif menunjukkan bahwa selisih rerata skor
prosentase. antara sampel 137 dengan sampel 574
adalah 0,1, selisih rerata skor antara
HASIL DAN PEMBAHASAN sampel 137 dengan sampel 362 adalah
1,06 , dan selisih rerata skor antara sampel
Hasil Uji Inderawi 574 dengan sampel 362 adalah 0,63 .
Uji inderawi dilakukan oleh 16 Untuk mempermudah dan memperjelas
orang panelis agak terlatih untuk menilai dapat dilihat pada grafik digram batang
ketiga nasi jagung instan hasil eksperimen rerata skor seperti pada gambar berikut ini
berdasarkan aspek warna, rasa, aroma, :
5,00
4,20
3,40
2,60
1,80
1,00
5% 15% 25%
Series1
Rasa, hasil uji inderawi tidak berbeda nyata. Pada sampel 137
menunjukkan bahwa rerata skor tertinggi dengan sampel 362 menujukkan adanya
berdasarkan indikator rasa menunjukan berbeda nyata. Untuk mempermudah dan
bahwa selisih rerata skor lebih besar memperjelas dapat dilihat pada grafik
dibandingkan nilai pembandingnya yaitu digram batang rerata skor seperti pada
0,77. Pada sampel 137 dengan sampel 574 gambar berikut ini:
dan sampel 574 dan 362 menunjukkan
5,00
4,20
3,40
2,60
1,80
1,00
5% 15% 25%
Series1
Aroma, hasil uji inderawi bahwa selisih rerata skor lebih besar
menunjukkan bahwa rerata skor tertinggi dibandingkan nilai pembandingnya yaitu
berdasarkan indikator aroma menunjukan 0,71. Pada sampel 137 dengan sampel 574
13
Mikha Riyandani / Food Science and Culinary Education Journal 2 (1) (2013)
5,00
4,20
3,40
2,60
1,80
1,00
5% 15% 25%
Series1
Tekstur, hasil uji inderawi Dan 574 dengan sampel 362 diperoleh
menunjukkan bahwa rerata skor tertinggi selisih rerata lebih kecil dibandingkan nilai
berdasarkan indikator tekstur menunjukan pembanding sehingga menunjukkan
bahwa selisih rerata skor lebih besar bahwa sampel tersebut tidak beda nyata.
dibandingkan nilai pembandingnya yaitu Untuk mempermudah dan memperjelas
0,74. Pada sampel 137 dengan sampel 574 dapat dilihat pada grafik digram batang
menunjukkan tidak berbeda nyata. rerata skor seperti pada gambar berikut
Sedangkan pada sampel 137 dengan ini:
sampel 362 menunjukan berbeda nyata.
5,00
4,20
3,40
2,60
1,80
1,00
5% 15% 25%
Series1
14
Mikha Riyandani / Food Science and Culinary Education Journal 2 (1) (2013)
Rasa 137
574 307 Suka
362 213 Kurang suka
167 Tidak suka
15
Mikha Riyandani / Food Science and Culinary Education Journal 2 (1) (2013)
16