Disusun Oleh :
Azka Hukmu Irsyada
22010117220117
Dosen Pembimbing :
dr. Tania Tedjo Minuljo, Sp.PD
Residen Pembimbing :
dr. Gita Nurtaningtyas Aini
2
keluhan nyeri pada benjolan dan sekitarnya. Tidak ada kesulitan dalam menelan
dan bernafas akibat adanya benjolan. Tidak ada faktor yang memperberat maupun
memperingan keluhan. Tidak ada keluhan benjolan lain di sekitar leher. Karena
benjolan yang makin besar, pasien memeriksakan diri ke puskesmas. Kemudian
pasien dirujuk ke RS Permata Medika. Oleh RS Permata Medika pasien dirujuk
ke RSDK. Saat diperiksa di poli pasien mengaku sesak nafas saat beraktivitas (-),
berdebar-debar (-), mudah lelah (-), menyukai udara panas (-), menyukai udara
dingin (-), keringat berlebih (-), mudah tegang/gugup (-), nafsu makan meningkat
(-), nafsu makan menurun (-), berat badan meningkat (-), berat badan menurun (-),
keringat berkurang (-), kulit kering (-), konstipasi (-), suara serak (-), kurang
pendengaran (-), demam (-), BAK tidak ada keluhan, BAB tidak ada keluhan,
diare (-), batuk (-), sesak nafas (-), batuk darah (-).
3
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang mahasiswa, tinggal bersama orang tua dan saudara kandung
Pembiayaan Rumah Sakit ditanggung JKN non PBI.
Kesan : sosial ekonomi cukup
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2018 di Poli Endokrin
Penyakit Dalam pada pukul 10.00 WIB.
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis, GCS E4M6V5=15
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Denyut nadi : 78 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Laju pernafasan : 20x/menit
Suhu : 37,0 C (aksiler)
Berat badan : 53 kg
Tinggi Badan : 172 cm
IMT : 17,92 kg/m2 (normoweight)
Kulit : Sawo matang, turgor kulit cukup, pucat (-)
Kepala : Mesosefal, malar rash (-), rambut mudah rontok (-)
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
eksoftalmus (-/-), tanda Von Graefe (-), tanda Dalrymple
(-), tanda Joffroy (-), tanda Moebius (-), tanda Stellwag (-)
Hidung : Epistaksis (-/-), discharge (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Mulut :Bibir pucat (-), bibir sianosis (-), bibir kering (-),
faring hiperemis (-), uvula di tengah (+), tonsil T1-T1
hiperemis (-)
Telinga : Discharge (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (+) diameter + 5
cm, di lobus dextra tiroid, kesan nodul, permukaan rata,
batas tidak tegas, konsistensi kenyal, tidak berbenjol,
4
dengan perabaan suhu sama dengan sekitar, benjolan ikut
bergerak ke cranial saat menelan, pulsasi (-), bruit (-),
peningkatan JVP (-), nyeri tekan (-)
Thoraks : Simetris, bentuk normal, retraksi (-), sela iga melebar (-)
Paru Depan
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi paru kanan = paru kiri
stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Paru Belakang
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi paru kanan = paru kiri
stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba setinggi spatium intercostal V 2 cm
medial linea mid clavicularis sinistra, thrill (-), kuat angkat
(-), pulsasi parasternal (-), pulsasi epigastrial (-), sternal
lift (-)
Perkusi : Batas atas = spatium intercostalis II linea parasternal
sinistra
Batas kiri = sesuai ictus cordis
Batas kanan = linea parasternal dekstra
Pinggang jantung cekung
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, bising (-), gallop (-)
5
Abdomen
Inspeksi : Datar, rash (-), venektasi (-), caput medusa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, area traube timpani, pekak sisi (+) normal,
pekak alih (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Superior Inferior
Mukosa kuku pucat -/- -/-
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Fine tremor -/-
Acropachy -/-
Tangan teraba panas -/-
Tangan basah -/-
Indeks Wayne
Gejala
6
11.Berat badan menurun (-) 0
Tanda
1.Tiroid teraba (+) +3
2.Bising tiroid (-) -2
3.Eksoftalmus (-) 0
4.Lid retraction(-) 0
5.Lid lag(-) 0
6.Hiperkinesis(-) -2
7.Tangan panas (-) -2
8.Tangan basah (-) -1
9.Fibrilasi atrium (-) 0
10.Nadi teratur: 78x/menit -3
Total skor -7 (euthyroid)
Hasil skor:
< 11 = eutiroid
11-18 = normal
>19 = hipertiorid
Indeks Billewicz
Gejala
7
2.kulit kasar (-) -7
3.kulit dingin (-) -2
4.periorbital bengkak (-) -6
5. Pulse rate (-) -4
6.Ankle jerk (-) -6
Total skor - 47 (bukan hipotiroid)
Skor:
>25: hipotiroid
<-30: bukan hipotiroid
8
Ex : - Menjelaskan bahwa benjolan di leher berasal dari kelenjar
tiroid
- Menjelaskan kepada pasien bahwa akan dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui aktivas kelenjar
tiroid dan komplikasi dari struma berupa pendesakan ke
saluran napas dan saluran percernaan
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien harus kontrol
untuk memantau perkembangan penyakit pasien
9
Kesan
- Ukuran glandula tiroid kanan membesar (volume ± 32,46 mL) dengan
parenkim inhomogen, disertai nodul solid irregukar, uniform, dan
peningkatan vaskularisasi intra dan perinodul → gambaran struma nodusa.
- Sonomorfologi glandula submandibular dan glandula parotis kanan kiri
dalam batas normal
- Multiple limfadenopati pada regio colli level 2, 3 kanan (ukuran terbesar ±
2,35 x 0,72 cm) serta level 2, 3 kiri (ukuran terbesar ± 1,48 x 0,53 cm)
10
Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin (4 Oktober 2018)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
Hemoglobin 15,6 g/dL 13.0-16.0
Hematokrit 47,1 % 40-54
Eritrosit 5,4 10^6/uL 4,4-5,9
MCH 28,9 pg 27,00-32,00
MCV 87,2 fL 76-96
MCHC 33,1 g/dL 29,00-36,00
Leukosit 6,9 10^3/uL 3,8-10,6
Trombosit 268 10^3/uL 150-400
RDW 11,9 % 11,60-14,80
MPV 10,5 fL 4,00-11,00
P:
1. Struma Nodusa Eutiroid
Assessment : - Adenoma dd/ Adeno Ca
- Defisiensi iodium
Rencana Awal
Dx : Sidik tiroid, FNAB, UEI (Urine Excretion of Iodine)
Rx : -
11
Mx : Kondisi umum, tanda-tanda vital, ukuran tiroid
12
BAB II
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan utama berupa benjolan di leher. Organ atau
jaringan yang bisa menimbulkan benjolan pada daerah leher adalah kelenjar tiroid,
nodi limfonodi, kelenjar air liur, otot. Kemudian dilakukan pengumpulan data
lebih lanjut melalui anamnesis.
Dari hasil anamnesis diperoleh data sebagai berikut. Lebih kurang 4 bulan
SMRS pasien merasakan benjolan di leher kanan bawah bagian depan sebesar tiga
jari. Benjolan dirasakan makin lama makin membesar, namun tidak signifikan,
tidak nyeri, tidak teraba panas, tidak kemerahan, benjolan kenyal dan ikut
bergerak ke cranial saat menelan. Benjolan yang berasal dari kelenjar tiroid
merupakan kemungkinan utama.
Oleh karena itu, dicari gejala dari gangguan pada kelenjar tiroid.
Didapatkan data sebagai berikut. sesak nafas saat beraktivitas (-), berdebar-debar
(-), mudah lelah (-), menyukai udara panas (-), menyukai udara dingin (-),
keringat berlebih (-), mudah tegang/gugup (-), nafsu makan meningkat (-), nafsu
makan menurun (-), berat badan meningkat (-), berat badan menurun (-), keringat
berkurang (-), kulit kering (-), konstipasi (-), suara serak (-), kurang pendengaran
(-), demam (-), BAK tidak ada keluhan, BAB tidak ada keluhan, diare (-), batuk (-
), sesak nafas (-), batuk darah (-). Didapatkan data bahwa tidak terdapat gangguan
fungsi kelenjar.
13
). Hasil pemeriksaan fisik sesuai dengan data anamnesis yaitu terdapat perubahan
anatomis dari kelenjar tiroid, sehingga dapat disebut struma.
14
terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan
organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat
trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong
trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia.
Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta
cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher
yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan
disfagia.
15
1. Eutiroid
2. Hipotiroid
3. Hipertiroid
16
atas, mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut
rontok, dan atrofi otot.
a. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan
struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke
jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan
memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan
(struma multinoduler toksik).
17
b. Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi
struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik
disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai
simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah
yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan mengandung goitrogen
yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahn RS, Castro MR. Approach to the patient with nontoxic multinodular
goiter. J Clin Endocrinol Metab. 2011 May. 96(5):1202-12.
2. Cooper DS, Doherty GM, Haugen BR, et al. Revised American Thyroid
Association management guidelines for patients with thyroid nodules and
differentiated thyroid cancer. Thyroid. 2009 Nov.19(11):1167-214
3. Knobel M. Etiopathology, clinical features, and treatment of diffuse and
multinodular nontoxic goiters. J Endocrinol invest. 2015 Sep 21.
4. Aghini-Lombardi F, Antonangeli L, Martino E, et al. The spectrum of
thyroid disorders in an iodine-deficient community: the Pescopagano
survey. J Clin Endocrinol Metab. Feb 1999;84(2):561-6.
5. Krohn K, Paschke R. Clinical review 133: progress in understanding the
etiology of thyroid autonomy. J Clin Endocrinol
Metab. Jul 2001;86(7):3336-45.
6. Clark KJ, Cronan JJ, Scola FH. Color Doppler sonography: anatomic and
physiologic assessment of the thyroid. J Clin
Ultrasound. May 1995;23(4):215-23.
7. Braverman LE, Utiger RD, Hermus AR, Huysmans DA:, Clinical
manifestations and treatment of nontoxicc diffuse and nodular goiter. In:
Werner & Ingbar’s The Thyroid. Baltimore, Md: lippincott Williams &
Wilkins:.2000. 866-871
8. Hegedus , Gerber H. Multinodular goiter. In: DeGroot LJ, Jameson JL,
eds, Endocrinology. 2001. 2:1517-1528
19