Anda di halaman 1dari 28

CHAPTER 6

INCOME STATEMENT: REVENUE AND EXPENSE

DOSEN :
IBU ATI KUSHARIANI

Disusun oleh,
KELOMPOK 1 :

BAHARUDIN RAMADANI 023001908015


DIAH FAUZA ULFA RIVA’I 023001908003
FITRA HAYDA TRISTANTI 023001908038
MUHAMMAD IHSAN PRIANSYAH 023001908035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019/2020
KONSEKUENSI STANDAR AKUNTANSI

Konsekuensi ekonomi (economic consequences) adalah konsep, yang menyatakan bahwa


walaupun bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan
akuntansi dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori
pasar modal, efisiensi, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi
ekonomi bagi pemakai laporan keuangan, walaupun tidak secara langsung mempengaruhi
aliran kas perusahaan.

Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menegaskan bahwa pilihan kebijakan


akuntansi akan mempengaruhi nilai ekonomi perusahaan dan berdampak pada perilaku
bisnis, pemerintah, dan kreditur dalam membuat keputusan. Gagasan mengenai konsep ini
adalah bahwa kebijakan akuntansi perusahaan dan perubahannya sangat penting bagi
manajemen. Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi tentang pilihan kebijakan akuntansi
adalah penting dengan alasan:

1. Konsep tersebut menarik dalam kebenarannya. Banyak kejadian-kejadian menarik dalam


penerapan akuntansi berasal dari konsekuensi ekonomi.
2. Saran bahwa kebijakan akuntansi tidak penting bertentangan dengan pengalaman
akuntan. Banyak akuntansi keuangan berfokus pada diskusi dan argumen tentang
kebijakan akuntansi mana yang harus dipakai dalam kondisi yang berbeda. Konsep
konsekuensi ekonomi konsisten dengan pengalaman dunia nyata.
3. Adanya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan tentang mengapa mereka ada.
Hal ini muncul dari kontrak yang disetujui oleh perusahaan, khususnya kontrak
kompensasi eksekutif dan kontrak hutang.

Konsekuensi ekonomis muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti


kompensasi eksekutif dan kontrak utang. Konsekuensi ekonomi diperlukan untuk
mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi walaupun perubahan tersebut
tidak mempengaruhi secara langsung terhadap arus kas perusahaan.

Pelaporan keuangan memiliki beberapa konsekuensi ekonomis (economic consequences


of financial reporting) yakni:

1. Informasi keuangan dapat mempengaruhi distribusi kekayaan diantara investor. Investor


yang memperoleh informasi lebih banyak (mempekerjakan analis sekuritas) mungkin
mampu meningkatkan kekayaan mereka daripada investor yang kurang informasi.
2. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkatan risiko yang diterima
perusahaan. Fokus pada jangka pendek, memiliki risiko lebih kecil, tetapi mungkin
mengandung efek-efek jangka panjang yang merugikan (long-term detrimental effects).
3. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat formasi modal dalam ekonomi dan
menghasilkan realokasi kekayaan antara konsumsi dan investasi dalam ekonomi.
4. Informasi keuangan dapat mempengaruhi bagaimana investasi dialokasikan dalam
perusahaan.
A. Munculnya Konsekuensi Ekonomi
Salah satu akun yang paling persuasif dari konsekuensi ekonomi ada dalam artikel
Stepen Zeff (1978) dengan judul "The Rise of Economic Consequences". Pertanyaan dasar
yang muncul masih relevan hingga kini. Zef mendefinisikan konsekuensi ekononomi sebagai
"dampak laporan akuntansi pada perilaku pembuatan keputusan pada bisnis, pemerintah dan
kreditor". Esensi dari definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi
keputusan riil yang dibuat oleh manajer (atau pihak lain), daripada secara sederhana
mencerminkan hasil dari keputusan tersebut. Zeff mendokumentasikan beberapa contoh
dimana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah berusaha untuk mempengaruhi atau telah
mempengaruhi standar akuntansi yang dibuat oleh Accounting Principle Board (pendahulu
FASB) dan pendahulunya The Committee on Accounting Procedure.

"Intervensi pihak ketiga" ini, seperti yang disebut oleh Zeff, memperumit penyusunan
standar akuntansi. Jika kebijakan akuntansi tidak penting, pemilihan kebijakan tersebut akan
dilakukan secara ketat antara badan pembuat standar akuntansi, dan audior yang tugasnya
mengimplementasikan standar, karena mereka adalah bagian utama yang terlibat dalam
pemilihan kebijakan akuntansi. Jika hanya bagian ini yang terlibat, model akuntansi yang
sederhana, berdasarkan konsep yang diketahui seperti pencocokan biaya dan pendapatan,
realisasi, dan konservatisme, dapat diterapkan dengan tak ada satupun, selain bagian yang
terlibat, akan peduli kebijakan spesifik apa yang digunakan. Dengan kata lain, pilihan
kebijakan akuntansi akan netral pada dampaknya.

B. Translasi Pertukaran Asing – Penerapan dan Teori

Review SFAS 8 Pada Oktober 1975, FSAB mengeluarkan SFAS 8. standar ini
membutuhkan penggunaan metode temporal pada translasi. Untuk
memahami metode ini, kita perlu me-review perbedaan antara
item neraca saldo nonmoneter dan moneter.
Non-moneter item terdiri dari persediaan dan asset modal.
Poin utama yang diperhatikan adalah bahwa jumlah arus kas yang
diterima dapat berfluktuasi karena perubahan kondisi pasar atau
tingkat harga. juga perusahaan dapat menyesuaikan harganya
untuk merespon inflasi, mempengaruhi harga penjualan secara
merugikan. Jadi, nilai pasar persediaan dapat turun, dalam kasus
dimana arus kas masa depan dari penggunaan aset modal
perusahaan akan terpengaruh.
Monetary item meliputi item seperti kas dan piutang, serta
pada bagian kewajiban, hutang dan hutang obligasi, dengan
catatan bahwa jumlah yang diterima atau dibayar adalah tetap.
Jadi, perubahan kondisi ekonomi tidak mempengaruhi fakta
bahwa perusahaan memiliki $100 pada aktiva dan hutang jangka
panjang $1,000. Monetary item berbeda dengan nonmonetary item
karena jumlah yang dibayar atau diterima adalah tetap
berdasarkan kontrak, mengingat, jumlah yang diterima dapat
bervariasi dengan perubahan harga dan kondisi ekonomi lainnya.
Dalam metode temporal pada translasi, nonmonetary item pada
neraca saldo dalam pembukuan asing ditranslasikan ke dalam
mata uang perusahaan induk, pada tarif pertukaran ketika aset-aset
tersebut diperoleh. Kita menyebut tarif ini sebagai tarif historis.
Monetari item yang ditranslasikan pada tarif pertukaran pada
tanggal laporan keuangan, disebut tarif kini (current rate), jika
tarif kini berubah selama tahun itu, maka jumlah aset moneter atau
hutang yang ditranslasi juga akan berubah dari saldo awalnya,
meskipun saldonya tidak berubah dalam mata uang asing. Hal ini
membuat penyesuaian translasi.
Review SFAS 52 Sebagai hasil dari penyebarluasan fokus yang sama dengan
yang ditimbulkan oleh manajemen Massey-Ferguson, FASB
memutuskan di tahun 1979 untuk menguji ulang akuntansi untuk
translasi mata uang asing. Hasilnya adalah SFAS 52, yang
dikeluarkan pada Desember 1981. Figure 7-1 meringkas beragam
metode translasi yang diperlukan dalam SFAS 52. Pikirkan proses
tiga tahap. Tahap pertama adalah pembukuan laporan keuangan
asing dalam mata uang lokalnya. Dalam tahap 2, laporan
keuangan ini ditranslasikan ke dalam pembukuan mata uang
fungsional menggunaka metode temporal (kecuali mata uang lokal
adalah mata uang fungsional). Dalam tahap 3, laporan mata uang
fungsional ditranslasikan (kecuali mata uang fungsionalnya adalah
dollar US) ke dollar US mengunakan metode tarif sekarang.

Ingat bahwa penyesuaian translasi yang muncul dalam dua


kasus pengecualian - operasi asing yang terintegrasi dan ekonomi
inflasi tinggi - harus dimasukkan dalam pendapatan bersih kini
dalam SFAS 52,seperti dalam SFAS 8.

C. Teori Ekonomi Penentuan Tarif Pertukaran

Paritas Daya Beli. Dasar dari teori ini adalah bahwa mata uang mewakili daya
beli pada barang atau jasa dan memaksa pasar akan beroperasi
pada tarif pertukaran untuk mempertahankan daya beli tetap
konstan dalam negara-negara yang berbeda.
Teori paritas daya beli juga diterapkan dalam ekonomi inflasi
tinggi karena inflasi adalah salah satu alasan mengapa daya beli
dapat berbeda di tiap negara. Negara yang mengalami inflasi
tinggi relatif pada apa yang dapat diharapkan negara lain untuk
melihat penurunan yang berlanjut dalam nilai mata uangnya pada
pasar mata uang asing dan defisit dalam neraca saldonya. Salah
satu alasan mengapa harga daging bisa mencapai $5 di Amerika
adalah inflasi domestiknya. Maka, seperti yang disarankan dalam
contoh, nilai dollar Amerika menurun relatif terhadap mata uang
asing dan neraca saldo Amerika mengalami defisit seiring dengan
tekanan konsumen untuk membeli mata uang asing untuk
mendapatkan harga daging asing yang lebih murah. Nilai mata
uang negara pada pasar pertukaran asing kemudian akan jatuh
dalam usaha untuk memperbaiki keseimbangan.
Paritas Tarif Teori lain penentuan tarif pertukaran berdasar pada tarif bunga.
Dasar dari teori ini adalah bahwa tarif bunga yang tinggi dalam
Bunga. suatu negara akan mendorong arus modal ke negara tersebut. Hal
ini akan menciptakan permintaan pada mata uang negara tersebut
dalam pasar pertukaran asing dan nilai untuk mata uang tersebut.
Untuk tujuan kita. hal utamanya adalah bahwa teori paritas
daya beli mengimplikasikan kebalikan hubungan antara tingkat
harga barang dan jasa dalam suatu negara dan nilai mata uang
negara tersebut pada pasar pertukaran asing. Jadi, harga domestik
yang tinggi mengimplikasikan sisa defisit pembayaran yang
membawa pada pengurangan nilai mata uang, dan sebaliknya.
Teori paritas daya beli tidak membuat hubungan seperti itu karena
hal ini berkonsentrasi pada arus modal ketimbang harga barang
dan jasa.
Sekarang kita dapat mempertimbangkan pengaruh teori
tersebut dalam akuntansi untuk konversi pertukaran dan hasil
penyesuaian translasi.

D. Kritik SFAS 8 dan SFAS 52

Menurut SFAS 52, tujuan dasar translasi mata uang asing adalah untuk menyediakan
informasi yang secara umum cocok dengan dampak ekonomi yang diharapkan dari
perubahan tarif pada arus kas dan ekuitas perusahaan. Tujuan ini dirasa masuk akal dan
konsisten dengan SFAS 1 dalam Kerangka Konseptual FASB. Karena itu, kita akan
menggunakannya sebagai dasar untuk kritik kita.
SFAS 52 juga mengacu pada kritik pervasif bahwa translasi dalam SFAS 8 tidak
mencerminkan kenyataan yang mendasari operasi asing. Tentunya, Massey-Ferguson akan
setuju degan kritik ini. Namun, kita akan berargumen bahwa SFAS 8 konsisten dengan teori
paritas daya beli dan pada tingkat yang lebih rendah, dengan teori paritas tingkat bunga pada
perubahan tarif pertukaran. Kadang, sulit untuk melihat SFAS 52 konsisten dengan kedua
teori ini.
Dampak yang dihasilkan dalam SFAS 8 adalah tidak ada kerugian atau keuntungan
pada aktiva nonmoneter yang dicatat dalam SFAS 8 ketika tarif pertukaran asing berubah
karena aktiva tersebut ditranslasikan pada tarif historis. Jadi, SFAS 8 konsisten dengan teori
paritas daya beli, paling tidak berhubungan dengan aktiva nonmoneter.
Hal ini juga dianggap bahwa SFAS 8 konsisten dengan teori paritas tingkat bunga,
paling tidak sejauh konsentrasi pada kewajiban bersih moneter. Dalam paritas tingkat bunga,
nilai mata uang asing akan melemah dalam pasar pertukaran asing jika tingkat bunga
ekonomi asing akan turun relatif terhadap tingkat bunga di negara lain. Tingkat bunga yang
lebih rendah pada ekonomi asing berarti bahwa perusahaan yang dikonsolidasi dapat
membayar kembali kewajiban bersih moneternya dan meminjam kembali pada tingkat bunga
yang lebih rendah; yaitu, perusahaan tersebut mendapat keuntungan (asumsikan tak ada
penalti untuk pembiayaan ulang). Karena itu, pemasukan keuntungan dan kerugian translasi
pada kewajiban bersih moneter dalam SFAS 8 juga dianggap konsisten dengan teori paritas
tingkat bunga.
Karena teori paritas tingkat bunga tidak membuat hubungan langsung antara tingkat
harga dalam ekonomi asing dan tarif pertukaran, maka sulit untuk menilai apakah hal ini
konsisten dengan translasi SFAS 8 pada aktiva nonmoneter pada tarif historis.

E. Konsekuensi Ekonomi SFAS 8

Manajemen perusahaan-perusahaan multinasional diintervensi dalam proses penyusunan


standar yang berhubungan dengan translasi pertukaran asing. Reaksi manajemen Massey-
Ferguson adalah tipikal dan konsisten dengan dampak konsekuensi ekonomi yang
dideskripsikan oleh Zeff. Terlihat bahwa intervensi pemilik manajemen cukup mampu
bahwa FASB mundur dan SFAS 8 pada alternatif yang lebih dapat diterima secara politik,
atau dalam istilah Zeff, altemnatif yang lebih "delicately balanced", meski dukungan yang
dapat dipertimbangkan untuk SFAS 8 dalam teori ekonomi.
Tapi SFAS 8 tidak memiliki pengaruh arus kas langsung. Keuntungan dan kerugian
pertukaran hanyalah item kertas. Jadi, dalam teori pasar efisien, harga saham perusahaan
multinasional yang terpengaruh tidak akan dipengaruhi oleh kerugian dan keuntungan
pertukaran; yaitu nilai pasar saham ini tidak boleh terpengaruh oleh metode tertentu yang
digunakan untuk konversi pertukaran asing. Dengan kata lain, tidak boleh ada konsekuensi
ekonomi.

F. Hubungan antara Teori Pasar Efisien dan Konsekuensi Ekonomi

Pada poin ini, kita mungkin memiliki kejanggalan lain. Teori pasar efisien memprediksi
tak ada reaksi harga sekuritas pada perubahan, kebijakan akuntansi yang tidak
mempengaruhi profitabilitas yang mendasari dan arus kas; Jika tidak ada reaksi harga
sekuritas (implikasikan tak ada perubahan dalam biaya modal perusahaan), hal ini tidak jelas
mengapa manajemen dan pemerintah harus memperhatikan secara khusus tentang kebijakan
akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Dengan kata lain, teori pasar efisien,
mengimplikasikan pentingnya pengungkapan penuh termasuk pengungkapan kebijakan
akuntansi. Namun, sekali pengungkapan penuh atas kebijakan akuntansi dibuat, pasar akan
menginterpretasikan nilai sekuritas perusahaan yang berhubungan dengan kebijakan yang
digunakan dan tidak akan dipermainkan oleh beragam pendapatan bersih yang dilaporkan
yang timbul dari kabijakan akuntansi yang berbeda.
Namun, dalam tiga bidang pilihan kebijakan akuntansi, kita telah melihat bahwa tiga
anggota dari pengguna laporan keuangan - manajemen, pemerintah dan investor - memang
bereaksi pada perubahan dokumen dalam kebijakan akuntansi. Keunggulan reaksi
manajemen agaknya mengejutkan, meskipun melibatkan permohonan pada otoritas
pemerintahan untuk mengintervensi kepentingannya. Berbagai reaksi ini diringkas dalam
konsep konsekuensi ekonomi; yaitu, pilihan kebijakan akuntansi dapat menjadi masalah
meski dalam ketiadaan dampak arus kas.
Jadi, kebijakan akuntansi memiliki potensi untuk mempengaruhi keputusan riil
manajemen, termasuk keputusan untuk mengintervensi baik untuk atau menentang standar
akuntansi yang diusulkan. Aspek "kibasan ekor anjing" pada konsekuensi ekonomi ini lebih
mengejutkan karena banyak fakta mengajurkan bahwa perubahan utama sekuritas
digambarkan dengan oleh teori pasar sekuritas efisien.

DEFINISI PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN


A. Pengertian Pendapatan (Revenue)

Menurut PSAK No. 23, Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan
aktivitas entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti, dan sewa. Santoso menyatakan bahwa pendapatan
adalah arus masuk atau penambahan aktiva atau penyelesaian suatu kewajiban atau
kombinasi dari keduanya yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa
atau aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi inti
(major/central operation) yang berkelanjutan (regular) dari suatu perusahaan.

Menurut Soemarso pendapatan adalah peningkatan manfaat ekonomi selama periode


akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukkan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal.
FASB dalam SFAC Comprehensive income adalah perubahan dalam
Nomor 6 ekuitas suatu perusahaan bisnis selama suatu perioe yang
berasal dari transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa
lain atau kejadian lain yang bukan berasal dari sumber
pemilik. Termasuk semua perubahan dalam ekuitas
selama periode tertentu kecuali yang diakibatkan dari
investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.
Vernon Kam “Income is the change in the capital of entity
between two points in time, excluding changes due to
investment by and distribution to owners, where capital is
expressed in term of value and is based on a given scale”.
Jadi, income adalah perubahan dalam capital (modal)
dari suatu kesatuan usaha antara dua titik waktu yang
berbeda, kecuali perubahan yang disebabkan karena
investasi oleh dan distribusi kepada pemilik, dimana
capital dinyatakan dalam nilai dan didasarkan pada skala
tertentu.
SFAC nomor 1 “informasi tentang earnings perusahaan dan
komponen-komponen yang diukur dengan dasar accrual
accounting, umunya menyediakan indikasi yang terbaik
tentang kinerja perusahaan daripada informasi tentang
penerimaan dan pembayaran cash sekarang (current cash
receipts and payments).”

Secara sintaktis kita mengenal istilah accounting income atau laba akuntansi yang
merupakan hasil penandingan antara pendapatan dan beban, atau selisih antara pendapatan
dan beban yang berdasarkan pada prinsip realisasi dan aturan matching yang
memadai.Kandungan informasi dalam laba akuntansi mempunyai keunggulan dan manfaat
seperti yang dikemukakan dalam SFAC nomor 1
Secara lebih spesifik, pelaporan laba akuntansi mempunyai tujuan
1. Sebagai alat ukur efisiensi manajemen.
2. Untuk membedakan antara modal dan laba.
3. Memberikan informasi yang dapat dipakai untuk memprediksi dividen.
4. Sebagai alat untuk mengukur keberhasilan manajemen dan pedoman bagi
tapengambilan keputusan manajemen.
5. Sebagai salah satu dasar untuk penentuan pajak, dan
6. Sebagai dasar untuk pembagian bonus dan kompensasi

Kelemahan laba akuntansi Cara Mengatasi dari konsepsi laba


1. Konsepsi laba dianggap belum dirumuskan 1. Berusaha memperbaiki laporan laba
dengan jelas, belum ada landasan teoritis akuntansi dengan memberikan
jangka panjang dalam pelaporan laba tekanan pada data transaksi dan
akuntansi tersebut. aktualisasi secara lebih mendalam.
2. Generally Accepted Accounting Principle 2. Sebaiknya ada konsep laba yang
(GAAP), masih memungkinkan dan tunggal dan operasional yang dapat
membolehkan perhitungan laba atas digunakan sebagai indikator
penerapan metode dan teknik akuntansi kemampuan perusahaan untuk
yang tidak konsisten. membayar individen.
3. Laba akuntansi yang didasarkan pada 3. Membuat konsep tunggal mengenai
konsep historical cost menjadi kurang laba yang lebih sesuai dengan apa
bermakna apabila pengaruh perubahan yang disebut konsep laba secara
harga diperhitungkan dalam penentuan ekonomi.
angka laba tersebut. 4. Seharusnya ada berbagai konsep
4. Laba akuntansi hanya laba di atas kertas laba untuk berbagai kepentingan
saja karena angka laba yang tinggi belum (different income for different
tentu menggambarkan kemampuan purpose).
likuiditas perusahaan atau menggambarkan
kemampuan dalam memberikan cash
dividen.

Menurut Paton dan Littlekon (1940 ), pengertian pendapatan dapat ditinjau dari aspek
fisik dan aspek moneter. Dilihat dari aspek fisik, pendapatan merupakan hasil akhir dari suatu
aliran fisik dalam proses menghasilkan laba. Hasil akhir dari aliran fisik tersebut berupa
barang atau jasa yang dihasilkan dari proses produksi.
Dengan demikian pendapatan dapat diartikan sebagai produk perusahaan, karena
pendapatan ditimbulkan dan melekat dalam seluruh aliran kegiatan perusahaan.

Aliran fisik melibatkan Aliran moneter melibatkan


 Kegiatan menghasilkan dan menjual  Peristiwa naiknya nilai perusahaan
output karena kegiatan produksi
 Obyek kegiatan yang berupa produk itu  Obyek peristiwa yang berupa jumlah
sendiri. rupiah aktiva yang dihasilkan atau
dijual.

B. Pendapatan dan Untung (Gains)


Menurut FASB mendefinisikan pendapatan sebagai aliran masuk atau kenaikan aktiva
suatu entitas atau penurunan hutang ( kombinasi keduannya ) dari penyerahan atau produksi
barang, penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama yang
berlangsung terus-menerus dari entitas tersebut.
FASB mendefinisikan untung ( Gains ) sebagai kenaikan aktiva yang sekaligus menaikan
modal yang berasal dari transaksi sampingan atau isidentil atau transaksi atau peristiwa lain
yang bukan berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik perusahaan.

C. Pembentukan dan Realitas Pendapatan


a) Pembentukan pendapatan ( Earnings process ).
Earnings process adalah suatu konsep yang menjelaskan proses terjadinya pendapatan.
Jadi proses pembentukan pendapatan dimulai dari kegiatan produksi, penjualan, dan
pengumpulan piutang. Menurut Paton dan Littleton (1940) konsep pembentukan pendapatan
tersebut didukang oleh konsep upaya dan hasil. Konsep pembentukan pendapatan juga
dilandasi anggapan bahwa cost (potensidan jasa) yang memiliki kedudukan yang sama dalam
menghasilkan pendapatan.
b) Realitas Pendapatan
Proses transaksi pendapatan ditandai oleh 2 kejadian berikut :
 Adanya kepastian perubahan produk menjadi bentuk aktiva lain ( potensi jasa )
melalui kegiatan penjualan yang sah.
 Diperolehnya aktiva lain ( biasanya aktiva lancar ) sebagai pengesahan terhadap
transaksi penjualan tersebut.
E. Laba Akuntansi Dari Segi Sintaktis
Menurut pendekatan sintaktis, laba didefinisikan sebagai selisih antara pendapatan dan
beban. Laba dianggap telah timbul bila terjadi kenaikan nilai dari kekayaan bersih sebagai
akibat adanya transaksi.
Terdapat Dua Pendekatan dalam Pengukuran Laba
Pendekatan Transaksi
Menurut pendekatan transaksi, laba telah timbul Manfaat pendekatan transaksi dalam
pada saat terjadinya transaksi.Khususnya transaksi pengukuran laba, yaitu :
eksternal, yaitu transaksi yang terjadi dan
 Laba dapat dilaporkan menurut
melibatkan pihak luar.Laba dapat timbul pada saat
berbagai macam kelompok,
terjadinya transaksi pertukaran / penjualan dan
misalnya menurut produk atau
terjadinya pengakuan beban.
pelanggan.
Berikut ini adalah contoh pencatatan transaksi
 Sebagai dasar untuk menentukan
eksternal yang dapat menimbulkan laba :
jenis dan banyaknya asset yang ada
(Dr) Cash Rp xxx,xx
pada akhir periode.
(Cr) Sales Rp xxx,xx
(Dr) Account Receivable Rp xxx,xx
(Cr) Sales Rp xxx,xxp
(Dr) Cost of goods Sold Rp xxx,xx
(Cr) Mercahandise Inventory Rp xxx,xx
(Dr) Salaries Expense Rp xxx,xx
(Cr) Cash Rp xxx,xx
(Dr) Selling Expense Rp xxx,xx
(Cr) Cash Rp xxx,xx
Pendekatan Aktivitas
Dalam pendekatan aktivitas, tidak dilihat ada Manfaat dari penggunaan pendekatan
tidaknya transaksi, melainkan apakah kegiatan aktivitas ini, yaitu informasi laba dapat
telah berlangsung. Dengan perkataan lain, laba digunakan untuk berbagai macam
akan timbul bersamaan dengan berlangsungnya tujuan. Misalnya, untuk mengukur
aktivitas. Misalnya, mulai dari perencanaan efesiensi dan profitabilitas tiap-tiap
produksi, proses produksi, dan penjualan, maka kegiatan.
laba dianggap telah terbentuk / terhimpun /
earned.
F. Laba Akuntansi Dari Segi Semantik

Laba dari segi semantic diartikan sebagai kesejahteraan dan kemakmuran (wealth) atau
diartikan sebagai perubahan kemakmuran, atau perubahan capital, atau modal. Seseorang
dikatakan makmur apabila seseorang dapat mengonsumsi suatu aliran jasa atau kemakmuran
selama periode waktu tertentu dan sama sejahteranya pada akhir periode seperti pada awal
periode. Menurut Irving Fisher, laba adalah arus jasa atau aliran kemakmuran, sedangkan
modal adalah stock dari kemakmuran (stock of wealth).
Menurut konsep kemakmuran, laba timbul jika ada aliran lebih yang masuk setelah aliran
pada awal periode dapat dipertahankan sampai pada akhir periode. Jika aliran jasa pada awal
periode sama dengan aliran pada akhir periode, maka dapat dikategorikan makmur. Dengan
adanya pemikiran tersebut, maka timbul konsep dengan apa yang disebut konsep
mempertahankan kemakmuran atau konsep mempertahankan modal (capital).

G. Laba Akuntansi Dari Segi Pragmatik


Laba sebagai alat prediksi, angka laba dapat memberikan informasi sebagai alat untuk
menaksir dan menduga aliran kas untuk pembagian dividen, dan sebagai alat untuk menaksir
kemampuan perusahaan dalam menaksir earning power dan nilai perusahaan di masa
mendatang.
Laba sebagai alat pengendalian manajemen, laba dapat digunakan sebagai tolok ukur bagi
manajemen dalam mengukur kinerja manajer atau divisi dari suatu perusahaan.

H. Pengukuran Laba Dalam Konsep Mempertahankan Kapital


Berdasarkan defenisi laba yang telah dikemukan oleh Kam dan menurut konsep
mempertahankan capital, kita harus dapat membedakan terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan kapital (capital) dan skala (scale).
a) Kapital Finansial (Finansial Capital)
Capital financial merupakan klaim dalam bentuk jumlah rupiah / dolar tanpa
memperhatikan wujud fisiknya. Dengan konsep ini, laba atau return atas capital
financialakan timbul bila jumlah rupiah klaim financial pada akhir periode melebihi
jumlah rupiah klaim financial pada awal periode setelah pengaruh transaksi pemilik
dikeluarkan (Suwardjono)
Dalam analisi keuangan, kita mengenal Return on Asset (ROA) yang
mengukur tingkat return atas financial capital tersebut, dengan rumus seperti berikut :
ROA = INCOME/(AVERAGE TOTAL
ASSETS)
REVENUE RECOGNITION AND MEASUREMENT (PENGAKUAN DAN
PENGUKURAN PENDAPATAN)

Pengakuan Pendapatan

Menurut Simamora pengakuan adalah proses formal mencatat dan melaporkan suatu
pos dalam laporan keuangan, sedangkan menurut Skousen mengatakan bahwa pendapatan
selalu diakui pada saat dua kriteria penting terpenuhi:

a. Pendapatan sudah diselesaikan (perusahaan sudah melakukan sesuatu) dan,


b. Kas, atau keabsahan janji untuk pembayaran dimasa datang sudah diterima
(perusahaan sudah menerima suatu sebagai pengembalian).
Tujuan pengakuan pendapatan adalah untuk mengetahui seberapa besar pendapatan
yang menjadi pendapatan pada periode tertentu atau yang bersangkutan dan untuk
mengetahui berapa besar pendapatan yang diterima dimuka.

 Kriteria Pengakuan Pendapatan


1. Pendapatan diakui selama kegiatan produksi, Pendapatan dapat diakui selama
kegiatan produksi, meskipun produk yang dihasilkan perusahaan masih dalam
proses produksi.
2. Pendapatan diakui saat produksi selesai, Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
untuk mengakui pendapatan saat produksi selesai, diantaranya adalah :
 Harga jual dapat ditentukan dengan cukup tepat.
 Tidak diperlukan biaya atau kegiatan pemasaran yang materiil untuk menjual
produk tersebut.
 Cost produk sulit untuk ditentukan.
 Satuan-satuan persediaan dapat saling dipertukarkan.
3. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan, terjadi pada saat biaya yang timbul
setelah penjualan dan penjualan barang yang pembelinya memiliki hak untuk
mengembalikan barang.
Pengakuan pendapatan ini terdiri dari 3 jenis pendapatan yaitu sebagai berikut :
 Biaya setelah penjualan, misalnya biaya penagihan piutang, biaya garansi
barang dll.
 Hak pengembalian barang, dilakukan apabila hak hak pengembalian sudah
berlalu/ habis atau apabila semua syarat diatas dipenuhi.
 Penjualan jasa, menentukan kejadian yang menandai apakah penyerahan jasa
telah dilakukan.
4. Pengakuan pendapatan pada saat kas diterima, alasan yang mendukung
penggunaan dasar penerimaan kas untuk pengakuan pendapatan yang berasal dari
penjualan angsuran didasarkan pertimbangan sebagai berikut :
 Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan aktiva yang
mempunyai daya beli murni.
 Semakin lama jangka waktu angsuran, semakin besar kemungkinan piutang
itu tidak dapat ditagih.
 Biaya sesudah penjualan, terutama biaya penagihan dan pengumpulan
piutang, biasanya lebih tinggi dibanding biaya sesudah penjualan untuk jenis
penjualan kredit.

Pendapatan dapat diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara
entitas dengan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur pada nilai wajar
yang diterima atau dapat diterima dikurangi diskon dagang dan rabat volume yang
diperbolehkan oleh entitas. Kriteria pengakuan dalam pernyataan ini biasanya diterapkan
secara terpisah pada setiap transaksi. Namun, dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk
menerapkan kriteria pengakuan tersebut pada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi
secara terpisah dari suatu transaksi tunggal, agar mencerminkan substansi dari transaksi
tersebut. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-
sama jika transaksi tersebut terkait sedemikian rupa sehingga pengaruh komersilnya tidak
dapat dimengerti tanpa melihat pada rangkaian transaksi tersebut secara keseluruhan.

Selama ini telah dikenal secara umum bahwa ada dua dasar pengakuan dari pendapatan,
yaitu:

1. Accrual Basis  Pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta
dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang
bersangkutan.
 Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual
memberikan informasi kepada pengguna tidak hanya
transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas tetapi juga liabilitas pembayaran kas dimasa
depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang
akan diterima di masa depan.
 Laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi
masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Cash Basis  Dasar tunai adalah apabila pendapatan yang hanya
diperhitungkan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas.
 Dan penjualan barang atau jasa hanya dapat diperhitungkan
pada saat tagihan langganan diterima.

Pengukuran Pendapatan
Menurut Belkoui pengukuran memiliki arti “pemberian angka-angka kepada objek atau
kejadian-kejadian menurut aturan tertentu. Tanpa melihat batasan-batasan tersebut, secara
tradisional pengukuran dalam akuntansi akan melibatkan pemberian nilai-nilai angka kepada
objek, kejadian atau atributnya dengan suatu cara tertentu, sehingga dapat memastikan
pelaksanaan atau disagresasi data dengan mudah”.

Ada empat dasar pengukuran yang digunakan dalam akuntansi, yaitu:

Harga Pertukaran Masa Lalu Harga ini adalah harga pokok sumber daya tersebut saat
mendapatkannya. Biasanya digunakan untuk mengukur
(Historical Cost)
persediaan, peralatan, dan aktiva lain.

Harga Pertukaran Pembelian Harga ini biasanya diidentifikasikan sebagai harga pokok
pergantian karena sumber daya yang ditimbulkan oleh
(Current Purchase Exchange)
sumber daya yang diukur dengan harga beli yang berlaku
saat ini akan dibayar untuk memperoleh sumber daya
tersebut apabila sumber daya ini tidak terpenuhi.

Harga Pertukaran Penjualan Harga ini biasanya diidentifikasikan sebagai harga yang
berlaku saat ini dan kondisi harga kemungkinan besar
(Current Sale Exchange) stabil atau perubahan tidak material, misalnya untuk
pertukaran logam mulia.

Harga Pertukaran Harga ini mencerminkan penerimaan tunai di masa


mendatang dan mendiskontokannya terhadap nilai yang
Masa Mendatang
berlaku sehingga realisasi dan kesetaraan pendapatan dapat
(Future Exchange) terjamin. Penggunaannya untuk menaksir harga pokok di
masa yang akan datang atas dasar persentase selesai atau
penjualan kredit.

Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No.23

a. Pengakuan Pendapatan
PSAK Nomor 23 tentang Pendapatan menyatakan bahwa Pendapatan adalah arus
masuk bruto dari manfaat ekonomi yg timbul dari aktivitas normal entitas selama
periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal. Dalam PSAK 23, pendapatan terdiri dari:
1. Penjualan barang;
2. Penjualan jasa;
3. Bunga, royalti dan dividen
Pengakuan masing-masing jenis pendapatan menurut PSAK adalah:
1. Paragraf 14 PSAK 23 menyatakan bahwa Pendapatan dari penjualan barang
diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a) Entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang
secara signifikan kpd pembeli;
b) Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait
dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian
efektif atas barang yang dijual;
c) Jumlah pendapatan dapat diukur secara handal;
d) Kemungkinan besar manfaat ekonomik yang terkait dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas; dan
e) Biaya yg terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan tersebut dapat diukur dengan andal.
Apabila salah satu dari kelima syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu
transaksi penjualan, maka entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu
pendapatan.
2. Paragraf 20 PSAK 23 menyatakan bahwa, jika hasil transaksi yang terkait
dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan
sehubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan mengacu pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi dapat
diestimasi secara andal jika seluruh kondisi berikut ini terpenuhi:
a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b. Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas;
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan
dapat diukur dengan andal; dan
d. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
Apabila salah satu dari keempat syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu
transaksi penjualan jasa, maka entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu
pendapatan.
3. Paragraf 29 PSAK 23 menyatakan bahwa Pendapatan yang timbul dari
penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan
dividen diakui jika:
a) Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas,
b) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Ukuran untuk menilai adanya kemungkinan besar manfaat ekonomi akan
mengalir ke entitas menunjukkan bahwa SAK sangat konservatif terhadap
pengakuan pendapatan.

b. Pengukuran Pendapatan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan menyatakan bahwa pendapatan harus
diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Adapun
penjelasannya lebih lanjut dari pernyataan tersebut yang dikemukakan dalam PSAK
adalah Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi oleh persetujuan antara
perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur pada
nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima dikurangi jumlah diskon
usaha dan rabat yang diperbolehkan oleh entitas.
Yang disebut nilai wajar disini adalah suatu jumlah dimana suatu aktiva mungkin
ditukar atau suatu hutang diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk melakukan transaksi wajar.

EXPENSE AND LOSSES DEFINED (DEFINISI BEBAN DAN KERUGIAN)

Definisi Beban (Expense)

Menurut Soemarso, beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang
atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba atau
sebagai penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam
menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan pemerintah. Beban dalam arti luas
termasuk semua biaya yang sudah habis masa berlakunya yang dapat dikurangkan dari
pendapatan. Beban itu sendiri terjadi karena dua sebab, yaitu:

1. Pertama, yang berasal dari cost yang sudah expired (melampaui masanya);
2. Kedua, karena penggunaan maksudnya beban itu hadir kalau kita sudah melakukan
pemakaian tertentu atau utilitas.

Menurut IAI dalam bukunya Standar Akuntansi Keuangan, mendefinisikan beban atau
expenses adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

Karakteristik Beban

Ada tiga karakteristik beban dalam akuntansi:

Penurunan Aktiva  Beban timbul karena terjadi transaksi yang mengakibatkan


pengurangan atau penurunan aktiva atau menimbulkan aliran
keluar manfaat ekonomi.
 Pemakaian aktiva mengakibatkan timbulnya beban karena telah
habis untuk pengiriman barang atau diberikan perusahaan
sehingga tidak merasakan lagi manfaat ekonomi aktiva tersebut.
 Pemakaian bahan baku yang barangnya belum terjual belum lagi
bisa dikatakan beban tetapi biaya, apabila sudah terjual baru
dapat dikatakan beban karena pemakaian aktiva yang digunakan
untuk segala keperluan barang tersebut.
Operasi Utama yang  Tidak semua penurunan aktiva dapat menjadi beban, agar terjadi
maka harus berkaitan dengan kegiatan utama perusahaan yang
Berkesinambungan
continue.
 Penurunan aset yang berkaitan dengan operasi dan bukan dengan
investasi dan pendanaan.
Kenaikan  Kewajiban suatu keadaan perusahaan telah memanfaatkan barang
Kewajiban dan jasa namun sebelumnya tidak mengakuinya sebagai aset atau
belum mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan jasa
yang dikuasai pihak lain. Hal tersebut menimbulkan keharusan
perusahaan untuk membayar atau melakukan pengorbanan
ekonomik di masa datang sehingga timbul kewajiban.
 Misalnya jasa pengiriman barang yang belum dibayar oleh
perusahaan namun jasa pengirimannya telah dinikmati
perusahaan dan menimbulkan pendapatan. Dengan demikian
beban (untuk pengiriman) harus timbul dengan kenaikan
kewajiban.

Jenis-jenis Beban

Menurut Soemarso beban dapat dikelompokkan menjadi beban penjualan (selling expenses),
beban administrasi dan umum (general and administrative expenses) dan beban lain-lain
(other expense).

Beban penjualan  Beban penjualan adalah semua beban yang terjadi dalam
(Selling Expenses) hubungannya dengan kegiatan menjual dan memasarkan
barang seperti kegiatan promosi, penjualan dan
pengangkutan barang-barang yang dijual. Contoh: beban
iklan dan promosi
Beban administrasi dan umum  Beban yang bersifat umum dalam perusahaan.
(General and Administrative Contoh: beban gaji dan upah, beban LAT, beban
Expenses) pemeliharaan, dll.

Beban lain-lain  Beban-beban yang tidak dapat dihubungkan secara


(Other Expense) langsung dan pasti dengan kegiatan utama perusahaan
(perdagangan) dikelompokkan kedalam beban lain-lain
(other expenses) atau beban non-usaha (non-operating
expenses).
 Beban bunga timbul sebagai akibat dari kegiatan
perusahaan untuk memperoleh dana (pembelanjaan),
maka disebut beban pembelanjaan (financing expenses).
Contoh lain: kerugian dari penjualan aktiva tetap dalam
laporan laba rugi, pendapatan dan beban lain-lain
kadang-kadang digabung.

EXPENSE RECOGNITION & MEASUREMENT


Expense Recognition ( Pengakuan Beban )

Menurut menurut IAI dalam bukunya SAK, beban diakui dalam laporan laba rugi atas
dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang
diperoleh. Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan
hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak langsung,
beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis.
Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva
seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merk dagang. Prosedural lokasi ini dimaksudkan untuk
mengakui beban dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat ekonomi aktiva yang
bersangkutan.
Beban diakui dalam laporan laba rugi berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Adanya penurunan aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan misalnya aktiva
tetap.
2. Adanya proses produksi untuk menghasilkan barang-barang atau jasa.
3. Adanya kewajiban perusahaan terhadap karyawan misalnya pembayaran gaji dan
upah.
4. Adanya kewajiban perusahaan tanpa diiringi dengan perolehan aktiva, misalnya
garansi produk dan pembayaran bunga pinjaman.
Beban harus diakui dalam laporan laba rugi ketika penurunan keuntunganekonomi di masa
depan berhubungan dengan penurunan aset atau peningkatankewajiban dapat diukur secara
reliabel.Semua kos dapat ditangguhkan pembebanannya apabila kos kriteria sebagai aktiva
yaitu :

 Memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masamendatang, dikuasai oleh


perusahaan, dan berasal dari transaksimasa lalu).
 Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masamendatang yang
melekat pada aktiva dapat dinikmati oleh entitasyang menguasai.
 Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal
Beban juga dapat timbul dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya
pengakuan aktiva. Misalnya adanya hutang garansi produk
Ada dua kriteria yang harus dipenuhi dalam expense recognition menurut kerangka kerja
IASB yaitu:

No
Kriteria Expense Recognition
1. 1 probabilitas bahwa akan Expense
Adanya dikatakan probable karena pada
ada future economic benefits yang umumnya kita berada di lingkungan yang penuh
1.
terlibat dalam item tersebut akan dengan uncertainty. Untuk memastikan
mengalir dari atau kepada entitas probabilitas tersebut maka kita harus membuat
bisnis kita. degree of uncertainty. Degree of uncertainty ini
juga harus memenuhi karakteristik prudence
(kehati-hatian dalam menetapkan degree
probabilitas dalam melakukan judgement yang
dibutuhkan dalam mengestimasi keadaan yang
kondisinya uncertain) dan neutrality (free from
bias).

2. Item tersebut harus memiliki cost Pengukuran yang reliable maksudnya adalah
atau value yang dapat diukur ketika pengukuran membutuhkan estimasi,
secara reliable maka harus ada bukti yang cukup untuk
mendukung validitas dari estimasi tersebut.
Misalnya untuk mengakui suatu item sebagai
expense maka bukti yang valid adalah adanya
penurunan pada nilai suatu aset atau kenaikan
nilai liabilitas.

Dengan demikian dapat disimpulkan beban yang berkaitan dengan proses memperoleh
pendapatan, harus diakui pada saat pendapatan tersebut diperoleh, sedangkan beban yang
berkaitan secara langsung dengan proses dan untuk memperoleh pendapatan harus diakui
pada saat beban tersebut dimanfaatkan.

Expense Measurement (Pengukuran Beban)

Dalam mengukur beban dalam satu periode akuntansi, dibutuhkan berbagai keputusan
atau pertimbangan untuk menentukan bagaimana beban tersebut akan dialokasikan pada
periode-periode selanjutnya yang menunjukkanadanya pendapatan. Dalam hal tersebut,
terdapat berbagai standar.Biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang digunakan untuk
penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu, Pengukuran biaya dapat didasarkan pada:

Meskipun pada prakteknya metode pengukuran yang masih banyak digunakan adalah
historical cost, namun dengan mulai diadopsinya IFRS diIndonesia, maka pengukuran yang
sesuai standar adalah dengan menggunakan metode fair value. Dengan demikian, untuk
pencatatan beban sebagai akibat dari depresiasi (penyusutan), nilai yang dicantumkan dalam
beban adalah nilai selisihantara nilai wajar dengan nilai buku (apabila nilai wajar lebih kecil
dari nilai bukunya).

 Alokasi beban
Satu pendekatan untuk mengukur beban adalah untuk mengalokasikan pada periode
dimana mereka berada. Proses matching berhubungan dengan kekonsistenan atau
terhubungnya pengakuan pendapatan dan beban yang dihasilkan langsung dan secara
tergabung dari transaksi atau kejadian yang lainnya. Matching secara benar merupakan
tugas yang susah, dan berkait dengan keputusan yang besar di bagian akuntan. Akuntan
tersebut harus mengidentifikasikan asset yang mana yang terpakai dan jumlah yang
seharusnya di hapus terhadap pendapatan untuk suatu periode.
Konsep matching adalah kepentingan yang kritis di dalam akuntansi historical cost.
Hal tersebut menyediak petunjuk para akuntan dalam memutuskan biaya yang mana
seharusnya dibebankan dan di matchkan terhadap revenue untuk periode tersebut, dan biaya
yang mana dianggap masih berlaku. Untuk mengatasi masalah-masalah yang terlibat dengan
menentukan dan mengukur biaya yang akan dibebankan dan di carried forward, terdapatnya
tiga metode dasar dari matching yang secara umum, yaitu:

a. Associating cost and effect


b. Systematic and rational allocation
c. Immediate recognition
Yang pertama adalah jalan yang paling ideal, dimana yang kedua dan ketiga ketika yang
pertama tidak dapat digunakan.

a. Associating cause and effect


Akuntan memutuskan dimana beberapa barang dan jasa digunakan harus memiliki
pertolongan dalam pembuatan pendapatan pada suatu periode. Pendapatan dari menjual
produk biasanya berhubungan dengan biaya dari produk yang dijual tersebut. Tidak adanya
biaya dari seuatu penjualan jika tidak adanya pendapatan. Contohnya adalah “long term
contracts”. Akuntan tidak secara langsung menghubungkan biaya dengan pendapatan, namun
menyamakannya dengan biaya interval waktu.

b. Systematic and allocation procedure


Pengasosiasian cause dan effect tidak dapat digunakan untuk semua beban. Ketika
tidak dapat diterapkan, terdapat suatu alternative untuk menggunakan systematic dan
prosedur alokasi rasional. Proses matching dimulai dengan pengasosiasian bebang dengan
beberapa segmen waktu.

IAS 16/AASB 16 PPE menerjemahkan depresiasi sebagai alokasi sistematis dari


jumlah yang dapat didepresiasi dari suatu asset pada umur penggunaanya. Depresiasi adalah
fenomena yang terjadi dan beban yang dicatat adalah reflek keuangan.
Depresiasi merupakan penurunan dalam nilai suatu asset, penurunan nilai biasanya
dikarenakan penurunan harga nilai pasar. Penurunan tersebut dapat didasarkan karena faktor
fisik dan ekonomis.
Dengan pemaknaan penyusutan sebagai alokasi nilai perolehan ke dalam masa
manfaat aset, maka praktik penyutan akan sangat dipengaruhi oleh:
(1) Metode alokasi
(2) Nilai yang dapat disusutkan, dan
(3) Nilai sisa
Metode alokasi yang sering dilakukan adalah metode garis lurus, unit produksi,
metode yang dipercepat dll.
Namun metode alokasi sistematis dan rasional tetap memiliki kelemahan, yaitu sangat
mengandalkan pada estimasi dan asumsi yang subjektif dan sewenang-wenang. Salah satu
contoh alokasi berbasiskan biaya yang subjektif dan sewenang-wenang adalah amortisasi
goodwill. Alokasi biaya adalah konsep matching yang menjunjung terhadap prosedur yang
bervariasi. Idea ini adalah untuk menemukan beberapa metode yang kurang lebih berhubung
dengan patter dari jasa atau benefit yang disediakan oleh asset untuk periode masa depan.
Terdapat tiga bentuk share based payment, yakni:
 Equity settled share-based payments
 Cash-settled share-based payments
 Other transactions
Pengukuran beban dapat didasarkan pada:

Cost Historis  Cost historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang
(Historis Cost) dikorbankan untuk memperoleh aktiva.
 Pengukuran beban atas dasar cost historis dapat digunakan untuk
jenis aktiva seperti gedung, peralatan, dan sebagainya.
Cost Pengganti atau  Cost masukkan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga
Cost Masukan pertukaran yang harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas
Terkini untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama.
(Replacement Cost Contohnya, penilaian untuk persediaan.
or Curent Input Cost)
Setara Kas  Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan
(Cash Equivalent) cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi
perusahaan normal.
 Pada prakteknya metode pengukuran yang masih banyak
digunakan adalah historical cost, namun dengan mulai di
adopsinya IFRS di Indonesia, maka pengukuran yang sesuai
standar adalah dengan menggunakan metode fair value.

Dengan demikian, untuk pencatatan beban sebagai akibat dari depresiasi (penyusutan),
nilai yang dicantumkan dalam beban adalah nilai selisih antara nilai wajar dengan nilai buku
(apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai bukunya).

Salah satu cara untuk mengukur beban adalah dengan mengalokasikan beban-beban
tersebut ke periode-periode dimana beban tersebut dinikmati. Hal ini biasanya disebut dengan
matching concept. Konsep tersebut memperlakukan cost dengan mengalokasikan cost yang
sudah kadaluarsa (beban) ke periode-periode dimana beban tersebut terjadi. Namun,
pengalokasian tersebut hanya bersifat estimasi. Dalam akuntansi, pencocokan antara beban
dan pendapatan merupakan fungsi utama, namun hal tersebut tetap saja sulit untuk dilakukan
karena berhubungan dengan penilaian akuntan tersebut. Akuntan harus mengidentifikasi
mana aset yang telah digunakan (kadaluarsa) dan jumlah yang harus ditulis sebagai tandingan
pendapatan pada periode tersebut.

Penyajian Beban

Laporan Laba Rugi dapat disusun dengan dua langkah:

Single Step Penyajiannya semua pendapatan dijumlahkan menjadi satu dikurangi


seluruh beban yang ada pada periode laporan.
(langkah tunggal)

Multi Step Penyajiannya ialah pendapatan dikelompokkan menjadi pendapatan


usaha dan pendapatan di luar usaha. Sedangkan beban dikelompokkan
(langkah ganda)
menjadi beban usaha dan di luar usaha. Penyajian dengan langkah
ganda akan dapat dilihat laba yang diperoleh dari usaha dan laba yang
diperoleh dari luar usaha.

Kerugian (Loss)

Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi
sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi.
Kejadian dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari
pendapatan atau investasi pemilik.

Losses atau kerugian di definisikan dalam APB Statement No. 4 dan SFAC No. 6
dalam cara yang sama seperti keuntungan. Kerugian mencerminkan pengurangan pada net
asset tapi tidak

THE VALUE OF CORPORATE EARNINGS


(PENILAIAN PENDAPATAN PERUSAHAAN)

Standar Akuntansi memberikan pedoman dasar penilaian yang dapat digunakan untuk
menentukan berapa rupiah yang diperhitungkan dan dicatat pertama kali dalam suatu
transaksi atau berapa jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu akun dalam laporan
keuangan.

Ada empat dasar dalam penilaian pendapatan antara lain sebagai berikut:

No Penilaian Pendapatan
1 Biaya Historis Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas)
(Historical Cost) yang dibayar sebesar nilai wajar dari imbalan yang
diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat
perolehan.
2 Biaya Kini Aktiva dinilai dalam wujud kas (atau setara kas) yang
(Current Cost) seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara yang
diperoleh sekarang.
3 Nilai Realisasi Atau Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
Penyelesaian sama atau setara aktiva yang sekarang dengan menjual
(Realization/Settlement aktiva dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Value)
4 Nilai Sekarang Aktiva dinyatakan sebesar kas masuk bersih dimasa depan
(Present Value) yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang
diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan
usaha normal

TANTANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

1. Keterbatasan pengetahuan terhadap standar, khusus nya untuk standar yang kompleks
2. Kemudahan aplikasi dan penerimaan standar tidak sesuai harapan
3. Konsekuensi ekonomi naik pada standar-standar tertentu memengaruhi kualitas
standar
4. Menuju standar tunggal dengan kualitas tinggi yang tinggi, IFRS

MASALAH BAGI AUDITOR

Adanya alternatif metode penilaian untuk beberapa asset menciptakan masalah bagi
auditor. Mungkin ada nilai asset yang berbeda yang dapat diterima oleh auditor jika metode
penilaian yang tepat dan konsisten diterapkan, asumsi yang wajar digunakan, dan data yang
digunakan untuk menghasilkan penilaian adalah valid. Auditor bias menghadapi tekanan dari
manajer untuk menerima penilaian mereka atau entitas akan mencari auditor lain. Ada juga
masalah dalam mengenai historical cost, seperti biaya persediaan standar, di mana biaya
justru dinyatakan berdasarkan asumsi tentang proses rekayasa yang dipengaruhi oleh kondisi
yang berubah.

Anda mungkin juga menyukai