DOSEN :
IBU ATI KUSHARIANI
Disusun oleh,
KELOMPOK 1 :
"Intervensi pihak ketiga" ini, seperti yang disebut oleh Zeff, memperumit penyusunan
standar akuntansi. Jika kebijakan akuntansi tidak penting, pemilihan kebijakan tersebut akan
dilakukan secara ketat antara badan pembuat standar akuntansi, dan audior yang tugasnya
mengimplementasikan standar, karena mereka adalah bagian utama yang terlibat dalam
pemilihan kebijakan akuntansi. Jika hanya bagian ini yang terlibat, model akuntansi yang
sederhana, berdasarkan konsep yang diketahui seperti pencocokan biaya dan pendapatan,
realisasi, dan konservatisme, dapat diterapkan dengan tak ada satupun, selain bagian yang
terlibat, akan peduli kebijakan spesifik apa yang digunakan. Dengan kata lain, pilihan
kebijakan akuntansi akan netral pada dampaknya.
Review SFAS 8 Pada Oktober 1975, FSAB mengeluarkan SFAS 8. standar ini
membutuhkan penggunaan metode temporal pada translasi. Untuk
memahami metode ini, kita perlu me-review perbedaan antara
item neraca saldo nonmoneter dan moneter.
Non-moneter item terdiri dari persediaan dan asset modal.
Poin utama yang diperhatikan adalah bahwa jumlah arus kas yang
diterima dapat berfluktuasi karena perubahan kondisi pasar atau
tingkat harga. juga perusahaan dapat menyesuaikan harganya
untuk merespon inflasi, mempengaruhi harga penjualan secara
merugikan. Jadi, nilai pasar persediaan dapat turun, dalam kasus
dimana arus kas masa depan dari penggunaan aset modal
perusahaan akan terpengaruh.
Monetary item meliputi item seperti kas dan piutang, serta
pada bagian kewajiban, hutang dan hutang obligasi, dengan
catatan bahwa jumlah yang diterima atau dibayar adalah tetap.
Jadi, perubahan kondisi ekonomi tidak mempengaruhi fakta
bahwa perusahaan memiliki $100 pada aktiva dan hutang jangka
panjang $1,000. Monetary item berbeda dengan nonmonetary item
karena jumlah yang dibayar atau diterima adalah tetap
berdasarkan kontrak, mengingat, jumlah yang diterima dapat
bervariasi dengan perubahan harga dan kondisi ekonomi lainnya.
Dalam metode temporal pada translasi, nonmonetary item pada
neraca saldo dalam pembukuan asing ditranslasikan ke dalam
mata uang perusahaan induk, pada tarif pertukaran ketika aset-aset
tersebut diperoleh. Kita menyebut tarif ini sebagai tarif historis.
Monetari item yang ditranslasikan pada tarif pertukaran pada
tanggal laporan keuangan, disebut tarif kini (current rate), jika
tarif kini berubah selama tahun itu, maka jumlah aset moneter atau
hutang yang ditranslasi juga akan berubah dari saldo awalnya,
meskipun saldonya tidak berubah dalam mata uang asing. Hal ini
membuat penyesuaian translasi.
Review SFAS 52 Sebagai hasil dari penyebarluasan fokus yang sama dengan
yang ditimbulkan oleh manajemen Massey-Ferguson, FASB
memutuskan di tahun 1979 untuk menguji ulang akuntansi untuk
translasi mata uang asing. Hasilnya adalah SFAS 52, yang
dikeluarkan pada Desember 1981. Figure 7-1 meringkas beragam
metode translasi yang diperlukan dalam SFAS 52. Pikirkan proses
tiga tahap. Tahap pertama adalah pembukuan laporan keuangan
asing dalam mata uang lokalnya. Dalam tahap 2, laporan
keuangan ini ditranslasikan ke dalam pembukuan mata uang
fungsional menggunaka metode temporal (kecuali mata uang lokal
adalah mata uang fungsional). Dalam tahap 3, laporan mata uang
fungsional ditranslasikan (kecuali mata uang fungsionalnya adalah
dollar US) ke dollar US mengunakan metode tarif sekarang.
Paritas Daya Beli. Dasar dari teori ini adalah bahwa mata uang mewakili daya
beli pada barang atau jasa dan memaksa pasar akan beroperasi
pada tarif pertukaran untuk mempertahankan daya beli tetap
konstan dalam negara-negara yang berbeda.
Teori paritas daya beli juga diterapkan dalam ekonomi inflasi
tinggi karena inflasi adalah salah satu alasan mengapa daya beli
dapat berbeda di tiap negara. Negara yang mengalami inflasi
tinggi relatif pada apa yang dapat diharapkan negara lain untuk
melihat penurunan yang berlanjut dalam nilai mata uangnya pada
pasar mata uang asing dan defisit dalam neraca saldonya. Salah
satu alasan mengapa harga daging bisa mencapai $5 di Amerika
adalah inflasi domestiknya. Maka, seperti yang disarankan dalam
contoh, nilai dollar Amerika menurun relatif terhadap mata uang
asing dan neraca saldo Amerika mengalami defisit seiring dengan
tekanan konsumen untuk membeli mata uang asing untuk
mendapatkan harga daging asing yang lebih murah. Nilai mata
uang negara pada pasar pertukaran asing kemudian akan jatuh
dalam usaha untuk memperbaiki keseimbangan.
Paritas Tarif Teori lain penentuan tarif pertukaran berdasar pada tarif bunga.
Dasar dari teori ini adalah bahwa tarif bunga yang tinggi dalam
Bunga. suatu negara akan mendorong arus modal ke negara tersebut. Hal
ini akan menciptakan permintaan pada mata uang negara tersebut
dalam pasar pertukaran asing dan nilai untuk mata uang tersebut.
Untuk tujuan kita. hal utamanya adalah bahwa teori paritas
daya beli mengimplikasikan kebalikan hubungan antara tingkat
harga barang dan jasa dalam suatu negara dan nilai mata uang
negara tersebut pada pasar pertukaran asing. Jadi, harga domestik
yang tinggi mengimplikasikan sisa defisit pembayaran yang
membawa pada pengurangan nilai mata uang, dan sebaliknya.
Teori paritas daya beli tidak membuat hubungan seperti itu karena
hal ini berkonsentrasi pada arus modal ketimbang harga barang
dan jasa.
Sekarang kita dapat mempertimbangkan pengaruh teori
tersebut dalam akuntansi untuk konversi pertukaran dan hasil
penyesuaian translasi.
Menurut SFAS 52, tujuan dasar translasi mata uang asing adalah untuk menyediakan
informasi yang secara umum cocok dengan dampak ekonomi yang diharapkan dari
perubahan tarif pada arus kas dan ekuitas perusahaan. Tujuan ini dirasa masuk akal dan
konsisten dengan SFAS 1 dalam Kerangka Konseptual FASB. Karena itu, kita akan
menggunakannya sebagai dasar untuk kritik kita.
SFAS 52 juga mengacu pada kritik pervasif bahwa translasi dalam SFAS 8 tidak
mencerminkan kenyataan yang mendasari operasi asing. Tentunya, Massey-Ferguson akan
setuju degan kritik ini. Namun, kita akan berargumen bahwa SFAS 8 konsisten dengan teori
paritas daya beli dan pada tingkat yang lebih rendah, dengan teori paritas tingkat bunga pada
perubahan tarif pertukaran. Kadang, sulit untuk melihat SFAS 52 konsisten dengan kedua
teori ini.
Dampak yang dihasilkan dalam SFAS 8 adalah tidak ada kerugian atau keuntungan
pada aktiva nonmoneter yang dicatat dalam SFAS 8 ketika tarif pertukaran asing berubah
karena aktiva tersebut ditranslasikan pada tarif historis. Jadi, SFAS 8 konsisten dengan teori
paritas daya beli, paling tidak berhubungan dengan aktiva nonmoneter.
Hal ini juga dianggap bahwa SFAS 8 konsisten dengan teori paritas tingkat bunga,
paling tidak sejauh konsentrasi pada kewajiban bersih moneter. Dalam paritas tingkat bunga,
nilai mata uang asing akan melemah dalam pasar pertukaran asing jika tingkat bunga
ekonomi asing akan turun relatif terhadap tingkat bunga di negara lain. Tingkat bunga yang
lebih rendah pada ekonomi asing berarti bahwa perusahaan yang dikonsolidasi dapat
membayar kembali kewajiban bersih moneternya dan meminjam kembali pada tingkat bunga
yang lebih rendah; yaitu, perusahaan tersebut mendapat keuntungan (asumsikan tak ada
penalti untuk pembiayaan ulang). Karena itu, pemasukan keuntungan dan kerugian translasi
pada kewajiban bersih moneter dalam SFAS 8 juga dianggap konsisten dengan teori paritas
tingkat bunga.
Karena teori paritas tingkat bunga tidak membuat hubungan langsung antara tingkat
harga dalam ekonomi asing dan tarif pertukaran, maka sulit untuk menilai apakah hal ini
konsisten dengan translasi SFAS 8 pada aktiva nonmoneter pada tarif historis.
Pada poin ini, kita mungkin memiliki kejanggalan lain. Teori pasar efisien memprediksi
tak ada reaksi harga sekuritas pada perubahan, kebijakan akuntansi yang tidak
mempengaruhi profitabilitas yang mendasari dan arus kas; Jika tidak ada reaksi harga
sekuritas (implikasikan tak ada perubahan dalam biaya modal perusahaan), hal ini tidak jelas
mengapa manajemen dan pemerintah harus memperhatikan secara khusus tentang kebijakan
akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Dengan kata lain, teori pasar efisien,
mengimplikasikan pentingnya pengungkapan penuh termasuk pengungkapan kebijakan
akuntansi. Namun, sekali pengungkapan penuh atas kebijakan akuntansi dibuat, pasar akan
menginterpretasikan nilai sekuritas perusahaan yang berhubungan dengan kebijakan yang
digunakan dan tidak akan dipermainkan oleh beragam pendapatan bersih yang dilaporkan
yang timbul dari kabijakan akuntansi yang berbeda.
Namun, dalam tiga bidang pilihan kebijakan akuntansi, kita telah melihat bahwa tiga
anggota dari pengguna laporan keuangan - manajemen, pemerintah dan investor - memang
bereaksi pada perubahan dokumen dalam kebijakan akuntansi. Keunggulan reaksi
manajemen agaknya mengejutkan, meskipun melibatkan permohonan pada otoritas
pemerintahan untuk mengintervensi kepentingannya. Berbagai reaksi ini diringkas dalam
konsep konsekuensi ekonomi; yaitu, pilihan kebijakan akuntansi dapat menjadi masalah
meski dalam ketiadaan dampak arus kas.
Jadi, kebijakan akuntansi memiliki potensi untuk mempengaruhi keputusan riil
manajemen, termasuk keputusan untuk mengintervensi baik untuk atau menentang standar
akuntansi yang diusulkan. Aspek "kibasan ekor anjing" pada konsekuensi ekonomi ini lebih
mengejutkan karena banyak fakta mengajurkan bahwa perubahan utama sekuritas
digambarkan dengan oleh teori pasar sekuritas efisien.
Menurut PSAK No. 23, Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan
aktivitas entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti, dan sewa. Santoso menyatakan bahwa pendapatan
adalah arus masuk atau penambahan aktiva atau penyelesaian suatu kewajiban atau
kombinasi dari keduanya yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa
atau aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi inti
(major/central operation) yang berkelanjutan (regular) dari suatu perusahaan.
Secara sintaktis kita mengenal istilah accounting income atau laba akuntansi yang
merupakan hasil penandingan antara pendapatan dan beban, atau selisih antara pendapatan
dan beban yang berdasarkan pada prinsip realisasi dan aturan matching yang
memadai.Kandungan informasi dalam laba akuntansi mempunyai keunggulan dan manfaat
seperti yang dikemukakan dalam SFAC nomor 1
Secara lebih spesifik, pelaporan laba akuntansi mempunyai tujuan
1. Sebagai alat ukur efisiensi manajemen.
2. Untuk membedakan antara modal dan laba.
3. Memberikan informasi yang dapat dipakai untuk memprediksi dividen.
4. Sebagai alat untuk mengukur keberhasilan manajemen dan pedoman bagi
tapengambilan keputusan manajemen.
5. Sebagai salah satu dasar untuk penentuan pajak, dan
6. Sebagai dasar untuk pembagian bonus dan kompensasi
Menurut Paton dan Littlekon (1940 ), pengertian pendapatan dapat ditinjau dari aspek
fisik dan aspek moneter. Dilihat dari aspek fisik, pendapatan merupakan hasil akhir dari suatu
aliran fisik dalam proses menghasilkan laba. Hasil akhir dari aliran fisik tersebut berupa
barang atau jasa yang dihasilkan dari proses produksi.
Dengan demikian pendapatan dapat diartikan sebagai produk perusahaan, karena
pendapatan ditimbulkan dan melekat dalam seluruh aliran kegiatan perusahaan.
Laba dari segi semantic diartikan sebagai kesejahteraan dan kemakmuran (wealth) atau
diartikan sebagai perubahan kemakmuran, atau perubahan capital, atau modal. Seseorang
dikatakan makmur apabila seseorang dapat mengonsumsi suatu aliran jasa atau kemakmuran
selama periode waktu tertentu dan sama sejahteranya pada akhir periode seperti pada awal
periode. Menurut Irving Fisher, laba adalah arus jasa atau aliran kemakmuran, sedangkan
modal adalah stock dari kemakmuran (stock of wealth).
Menurut konsep kemakmuran, laba timbul jika ada aliran lebih yang masuk setelah aliran
pada awal periode dapat dipertahankan sampai pada akhir periode. Jika aliran jasa pada awal
periode sama dengan aliran pada akhir periode, maka dapat dikategorikan makmur. Dengan
adanya pemikiran tersebut, maka timbul konsep dengan apa yang disebut konsep
mempertahankan kemakmuran atau konsep mempertahankan modal (capital).
Pengakuan Pendapatan
Menurut Simamora pengakuan adalah proses formal mencatat dan melaporkan suatu
pos dalam laporan keuangan, sedangkan menurut Skousen mengatakan bahwa pendapatan
selalu diakui pada saat dua kriteria penting terpenuhi:
Pendapatan dapat diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara
entitas dengan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur pada nilai wajar
yang diterima atau dapat diterima dikurangi diskon dagang dan rabat volume yang
diperbolehkan oleh entitas. Kriteria pengakuan dalam pernyataan ini biasanya diterapkan
secara terpisah pada setiap transaksi. Namun, dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk
menerapkan kriteria pengakuan tersebut pada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi
secara terpisah dari suatu transaksi tunggal, agar mencerminkan substansi dari transaksi
tersebut. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-
sama jika transaksi tersebut terkait sedemikian rupa sehingga pengaruh komersilnya tidak
dapat dimengerti tanpa melihat pada rangkaian transaksi tersebut secara keseluruhan.
Selama ini telah dikenal secara umum bahwa ada dua dasar pengakuan dari pendapatan,
yaitu:
1. Accrual Basis Pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta
dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang
bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual
memberikan informasi kepada pengguna tidak hanya
transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas tetapi juga liabilitas pembayaran kas dimasa
depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang
akan diterima di masa depan.
Laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi
masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Cash Basis Dasar tunai adalah apabila pendapatan yang hanya
diperhitungkan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas.
Dan penjualan barang atau jasa hanya dapat diperhitungkan
pada saat tagihan langganan diterima.
Pengukuran Pendapatan
Menurut Belkoui pengukuran memiliki arti “pemberian angka-angka kepada objek atau
kejadian-kejadian menurut aturan tertentu. Tanpa melihat batasan-batasan tersebut, secara
tradisional pengukuran dalam akuntansi akan melibatkan pemberian nilai-nilai angka kepada
objek, kejadian atau atributnya dengan suatu cara tertentu, sehingga dapat memastikan
pelaksanaan atau disagresasi data dengan mudah”.
Harga Pertukaran Masa Lalu Harga ini adalah harga pokok sumber daya tersebut saat
mendapatkannya. Biasanya digunakan untuk mengukur
(Historical Cost)
persediaan, peralatan, dan aktiva lain.
Harga Pertukaran Pembelian Harga ini biasanya diidentifikasikan sebagai harga pokok
pergantian karena sumber daya yang ditimbulkan oleh
(Current Purchase Exchange)
sumber daya yang diukur dengan harga beli yang berlaku
saat ini akan dibayar untuk memperoleh sumber daya
tersebut apabila sumber daya ini tidak terpenuhi.
Harga Pertukaran Penjualan Harga ini biasanya diidentifikasikan sebagai harga yang
berlaku saat ini dan kondisi harga kemungkinan besar
(Current Sale Exchange) stabil atau perubahan tidak material, misalnya untuk
pertukaran logam mulia.
a. Pengakuan Pendapatan
PSAK Nomor 23 tentang Pendapatan menyatakan bahwa Pendapatan adalah arus
masuk bruto dari manfaat ekonomi yg timbul dari aktivitas normal entitas selama
periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal. Dalam PSAK 23, pendapatan terdiri dari:
1. Penjualan barang;
2. Penjualan jasa;
3. Bunga, royalti dan dividen
Pengakuan masing-masing jenis pendapatan menurut PSAK adalah:
1. Paragraf 14 PSAK 23 menyatakan bahwa Pendapatan dari penjualan barang
diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a) Entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang
secara signifikan kpd pembeli;
b) Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait
dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian
efektif atas barang yang dijual;
c) Jumlah pendapatan dapat diukur secara handal;
d) Kemungkinan besar manfaat ekonomik yang terkait dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas; dan
e) Biaya yg terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan tersebut dapat diukur dengan andal.
Apabila salah satu dari kelima syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu
transaksi penjualan, maka entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu
pendapatan.
2. Paragraf 20 PSAK 23 menyatakan bahwa, jika hasil transaksi yang terkait
dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan
sehubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan mengacu pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi dapat
diestimasi secara andal jika seluruh kondisi berikut ini terpenuhi:
a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b. Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas;
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan
dapat diukur dengan andal; dan
d. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
Apabila salah satu dari keempat syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu
transaksi penjualan jasa, maka entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu
pendapatan.
3. Paragraf 29 PSAK 23 menyatakan bahwa Pendapatan yang timbul dari
penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan
dividen diakui jika:
a) Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas,
b) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Ukuran untuk menilai adanya kemungkinan besar manfaat ekonomi akan
mengalir ke entitas menunjukkan bahwa SAK sangat konservatif terhadap
pengakuan pendapatan.
b. Pengukuran Pendapatan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan menyatakan bahwa pendapatan harus
diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Adapun
penjelasannya lebih lanjut dari pernyataan tersebut yang dikemukakan dalam PSAK
adalah Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi oleh persetujuan antara
perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur pada
nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima dikurangi jumlah diskon
usaha dan rabat yang diperbolehkan oleh entitas.
Yang disebut nilai wajar disini adalah suatu jumlah dimana suatu aktiva mungkin
ditukar atau suatu hutang diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk melakukan transaksi wajar.
Menurut Soemarso, beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang
atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba atau
sebagai penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam
menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan pemerintah. Beban dalam arti luas
termasuk semua biaya yang sudah habis masa berlakunya yang dapat dikurangkan dari
pendapatan. Beban itu sendiri terjadi karena dua sebab, yaitu:
1. Pertama, yang berasal dari cost yang sudah expired (melampaui masanya);
2. Kedua, karena penggunaan maksudnya beban itu hadir kalau kita sudah melakukan
pemakaian tertentu atau utilitas.
Menurut IAI dalam bukunya Standar Akuntansi Keuangan, mendefinisikan beban atau
expenses adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Karakteristik Beban
Jenis-jenis Beban
Menurut Soemarso beban dapat dikelompokkan menjadi beban penjualan (selling expenses),
beban administrasi dan umum (general and administrative expenses) dan beban lain-lain
(other expense).
Beban penjualan Beban penjualan adalah semua beban yang terjadi dalam
(Selling Expenses) hubungannya dengan kegiatan menjual dan memasarkan
barang seperti kegiatan promosi, penjualan dan
pengangkutan barang-barang yang dijual. Contoh: beban
iklan dan promosi
Beban administrasi dan umum Beban yang bersifat umum dalam perusahaan.
(General and Administrative Contoh: beban gaji dan upah, beban LAT, beban
Expenses) pemeliharaan, dll.
Menurut menurut IAI dalam bukunya SAK, beban diakui dalam laporan laba rugi atas
dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang
diperoleh. Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan
hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak langsung,
beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis.
Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva
seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merk dagang. Prosedural lokasi ini dimaksudkan untuk
mengakui beban dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat ekonomi aktiva yang
bersangkutan.
Beban diakui dalam laporan laba rugi berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Adanya penurunan aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan misalnya aktiva
tetap.
2. Adanya proses produksi untuk menghasilkan barang-barang atau jasa.
3. Adanya kewajiban perusahaan terhadap karyawan misalnya pembayaran gaji dan
upah.
4. Adanya kewajiban perusahaan tanpa diiringi dengan perolehan aktiva, misalnya
garansi produk dan pembayaran bunga pinjaman.
Beban harus diakui dalam laporan laba rugi ketika penurunan keuntunganekonomi di masa
depan berhubungan dengan penurunan aset atau peningkatankewajiban dapat diukur secara
reliabel.Semua kos dapat ditangguhkan pembebanannya apabila kos kriteria sebagai aktiva
yaitu :
No
Kriteria Expense Recognition
1. 1 probabilitas bahwa akan Expense
Adanya dikatakan probable karena pada
ada future economic benefits yang umumnya kita berada di lingkungan yang penuh
1.
terlibat dalam item tersebut akan dengan uncertainty. Untuk memastikan
mengalir dari atau kepada entitas probabilitas tersebut maka kita harus membuat
bisnis kita. degree of uncertainty. Degree of uncertainty ini
juga harus memenuhi karakteristik prudence
(kehati-hatian dalam menetapkan degree
probabilitas dalam melakukan judgement yang
dibutuhkan dalam mengestimasi keadaan yang
kondisinya uncertain) dan neutrality (free from
bias).
2. Item tersebut harus memiliki cost Pengukuran yang reliable maksudnya adalah
atau value yang dapat diukur ketika pengukuran membutuhkan estimasi,
secara reliable maka harus ada bukti yang cukup untuk
mendukung validitas dari estimasi tersebut.
Misalnya untuk mengakui suatu item sebagai
expense maka bukti yang valid adalah adanya
penurunan pada nilai suatu aset atau kenaikan
nilai liabilitas.
Dengan demikian dapat disimpulkan beban yang berkaitan dengan proses memperoleh
pendapatan, harus diakui pada saat pendapatan tersebut diperoleh, sedangkan beban yang
berkaitan secara langsung dengan proses dan untuk memperoleh pendapatan harus diakui
pada saat beban tersebut dimanfaatkan.
Dalam mengukur beban dalam satu periode akuntansi, dibutuhkan berbagai keputusan
atau pertimbangan untuk menentukan bagaimana beban tersebut akan dialokasikan pada
periode-periode selanjutnya yang menunjukkanadanya pendapatan. Dalam hal tersebut,
terdapat berbagai standar.Biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang digunakan untuk
penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu, Pengukuran biaya dapat didasarkan pada:
Meskipun pada prakteknya metode pengukuran yang masih banyak digunakan adalah
historical cost, namun dengan mulai diadopsinya IFRS diIndonesia, maka pengukuran yang
sesuai standar adalah dengan menggunakan metode fair value. Dengan demikian, untuk
pencatatan beban sebagai akibat dari depresiasi (penyusutan), nilai yang dicantumkan dalam
beban adalah nilai selisihantara nilai wajar dengan nilai buku (apabila nilai wajar lebih kecil
dari nilai bukunya).
Alokasi beban
Satu pendekatan untuk mengukur beban adalah untuk mengalokasikan pada periode
dimana mereka berada. Proses matching berhubungan dengan kekonsistenan atau
terhubungnya pengakuan pendapatan dan beban yang dihasilkan langsung dan secara
tergabung dari transaksi atau kejadian yang lainnya. Matching secara benar merupakan
tugas yang susah, dan berkait dengan keputusan yang besar di bagian akuntan. Akuntan
tersebut harus mengidentifikasikan asset yang mana yang terpakai dan jumlah yang
seharusnya di hapus terhadap pendapatan untuk suatu periode.
Konsep matching adalah kepentingan yang kritis di dalam akuntansi historical cost.
Hal tersebut menyediak petunjuk para akuntan dalam memutuskan biaya yang mana
seharusnya dibebankan dan di matchkan terhadap revenue untuk periode tersebut, dan biaya
yang mana dianggap masih berlaku. Untuk mengatasi masalah-masalah yang terlibat dengan
menentukan dan mengukur biaya yang akan dibebankan dan di carried forward, terdapatnya
tiga metode dasar dari matching yang secara umum, yaitu:
Cost Historis Cost historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang
(Historis Cost) dikorbankan untuk memperoleh aktiva.
Pengukuran beban atas dasar cost historis dapat digunakan untuk
jenis aktiva seperti gedung, peralatan, dan sebagainya.
Cost Pengganti atau Cost masukkan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga
Cost Masukan pertukaran yang harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas
Terkini untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama.
(Replacement Cost Contohnya, penilaian untuk persediaan.
or Curent Input Cost)
Setara Kas Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan
(Cash Equivalent) cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi
perusahaan normal.
Pada prakteknya metode pengukuran yang masih banyak
digunakan adalah historical cost, namun dengan mulai di
adopsinya IFRS di Indonesia, maka pengukuran yang sesuai
standar adalah dengan menggunakan metode fair value.
Dengan demikian, untuk pencatatan beban sebagai akibat dari depresiasi (penyusutan),
nilai yang dicantumkan dalam beban adalah nilai selisih antara nilai wajar dengan nilai buku
(apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai bukunya).
Salah satu cara untuk mengukur beban adalah dengan mengalokasikan beban-beban
tersebut ke periode-periode dimana beban tersebut dinikmati. Hal ini biasanya disebut dengan
matching concept. Konsep tersebut memperlakukan cost dengan mengalokasikan cost yang
sudah kadaluarsa (beban) ke periode-periode dimana beban tersebut terjadi. Namun,
pengalokasian tersebut hanya bersifat estimasi. Dalam akuntansi, pencocokan antara beban
dan pendapatan merupakan fungsi utama, namun hal tersebut tetap saja sulit untuk dilakukan
karena berhubungan dengan penilaian akuntan tersebut. Akuntan harus mengidentifikasi
mana aset yang telah digunakan (kadaluarsa) dan jumlah yang harus ditulis sebagai tandingan
pendapatan pada periode tersebut.
Penyajian Beban
Kerugian (Loss)
Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi
sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi.
Kejadian dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari
pendapatan atau investasi pemilik.
Losses atau kerugian di definisikan dalam APB Statement No. 4 dan SFAC No. 6
dalam cara yang sama seperti keuntungan. Kerugian mencerminkan pengurangan pada net
asset tapi tidak
Standar Akuntansi memberikan pedoman dasar penilaian yang dapat digunakan untuk
menentukan berapa rupiah yang diperhitungkan dan dicatat pertama kali dalam suatu
transaksi atau berapa jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu akun dalam laporan
keuangan.
Ada empat dasar dalam penilaian pendapatan antara lain sebagai berikut:
No Penilaian Pendapatan
1 Biaya Historis Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas)
(Historical Cost) yang dibayar sebesar nilai wajar dari imbalan yang
diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat
perolehan.
2 Biaya Kini Aktiva dinilai dalam wujud kas (atau setara kas) yang
(Current Cost) seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara yang
diperoleh sekarang.
3 Nilai Realisasi Atau Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
Penyelesaian sama atau setara aktiva yang sekarang dengan menjual
(Realization/Settlement aktiva dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Value)
4 Nilai Sekarang Aktiva dinyatakan sebesar kas masuk bersih dimasa depan
(Present Value) yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang
diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan
usaha normal
1. Keterbatasan pengetahuan terhadap standar, khusus nya untuk standar yang kompleks
2. Kemudahan aplikasi dan penerimaan standar tidak sesuai harapan
3. Konsekuensi ekonomi naik pada standar-standar tertentu memengaruhi kualitas
standar
4. Menuju standar tunggal dengan kualitas tinggi yang tinggi, IFRS
Adanya alternatif metode penilaian untuk beberapa asset menciptakan masalah bagi
auditor. Mungkin ada nilai asset yang berbeda yang dapat diterima oleh auditor jika metode
penilaian yang tepat dan konsisten diterapkan, asumsi yang wajar digunakan, dan data yang
digunakan untuk menghasilkan penilaian adalah valid. Auditor bias menghadapi tekanan dari
manajer untuk menerima penilaian mereka atau entitas akan mencari auditor lain. Ada juga
masalah dalam mengenai historical cost, seperti biaya persediaan standar, di mana biaya
justru dinyatakan berdasarkan asumsi tentang proses rekayasa yang dipengaruhi oleh kondisi
yang berubah.