Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komplikasi selama kehamilan, persalinan dan paska melahirkan merupakan penyebab


utama kematian dan kecacatan di kalangan wanita usia reproduksi di negara berkembang.
Angka kematian ibu merupakan risiko yang terkait dalam setiap kehamilan, yaitu risiko
obstetri.1 Meningkatkan kesehatan ibu merupakan indikator Millenium Development Goals
poin ke lima dan terkait dalam tujuan ketiga didalam Sustainable Development Goals.
Indikator ini berguna untuk memonitor hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan dan
persalinan.2 Berdasarkan data dari WHO, kematian ibu akibat komplikasi selama kehamilan
dan persalinan telah menurun 43% dari perkiraan 532.000 pada tahun 1990 menjadi 303.000
pada tahun 2015. Untuk mengurangi rasio kematian ibu sebesar 75% antara tahun 1990 dan
2015, membutuhkan penurunan tahunan sebesar 5,5%.1 Penurunan AKI per tahun kurang dari
setengah persen yang diharapkan untuk mencapai target Millenium Development Goals.3
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menyatakan bahwa AKI
mengalami penurunan dari tahun 2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 305
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.4 Walaupun sudah mengalami penurunan, tetapi
angka tersebut masih cukup jauh dari target MDGs 2015 yakni 102 per 100.000 kelahiran
hidup.5 Tahun 2008 Universitas Andalas melakukan survey terhadap AKI di Sumatera Barat
yaitu sebesar 212 /100.000 kelahiran hidup. Namun dilihat dari kejadian jumlah kematian ibu
di Provisnsi Sumatera Barat, sudah ada penurunan dari tahun 2011 tercatat sekitar 129 orang
menjadi 99 orang pada tahun 2012.6 Pada tahun 2016 AKI di Sumbar menurun menjadi 108
per 100.000 kelahiran hidup.7
Mendukung kesehatan ibu hamil penting untuk meningkatkan status kesehatan
mereka. Salah satu cara meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil adalah memperkuat
Antenatal Care (ANC), yaitu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
kepada ibu hamil yang dilaksanakan sesuai standar.8 Antenatal Care (ANC) merupakan
pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin ibu hamil untuk mendiagnosis komplikasi obstetri serta
untuk memberikan informasi tentang gaya hidup, kehamilan dan persalinan. Hal ini membawa
ibu hamil lebih dekat ke tenaga kesehatan dan meningkatkan peluangnya untuk bertahan
hidup.9 Persyaratan minimal frekuensi jumlah kunjungan pelayanan ibu hamil di tiap
trimester, yaitu satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada
trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia

1
kehamilan 24-36 minggu). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan,
dan penanganan dini komplikasi kehamilan.10
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas
yang diberikan kepada semua ibu hamil. Pelayanan antenatal meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan edukasi. Beberapa metode dapat digunakan
untuk mendiagnosis presentasi dan posisi janin. Metode tersebut meliputi palpasi abdomen,
pemeriksaan vagina, auskultasi, dan pada beberapa kasus yang meragukan dilakukan
sonografi. Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan secara sistematis dengan menggunakan
empat manuver yang dikenal dengan pemeriksaan Leopold.

1.2 Batasan Masalah


Makalah ini membahas tentang asuhan antenatal meliputi pelayanan antenatal
terpadu, jadwal kunjungan antenatal, penelusuran rutin dan pemeriksaan penyakit selama
kehamilan, gejala dan tanda bahaya selama kehamilan, komunikasi informasi dan edukasi
terkait kehamilan serta pemeriksaan leopold.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pelayanan antenatal terpadu, jadwal
kunjungan antenatal, penelusuran rutin dan pemeriksaan penyakit selama kehamilan, gejala
dan tanda bahaya selama kehamilan, komunikasi informasi dan edukasi terkait kehamilan
serta pemeriksaan leopold.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk
kepada literatur.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Antenatal

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik


untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan
rutin selama kehamilan.1 Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi
kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin, dan bayi baru lahir serta ibu nifas.2

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:


1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.
2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya.
4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi.
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan dan merawat bayi.
6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan
keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.1

2.1.1 Pelayanan Antenatal Terpadu

Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas


yang diberikan kepada semua ibu hamil. Melalui pelayanan antenatal terpadu, tenaga
kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu
mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara
adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal.2

Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit


atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai
standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas. Pelayanan antenatal terpadu
merupakan pelayanan kesehatan komprehensif dan berkualitas yang dilakukan melalui :
a. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi dan gizi agar
kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan cerdas.
b. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan.
c. Penyiapan persalinan yang bersih dan aman.
3
d. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit/komplikasi.
e. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan.
f. Melibatkan ibu hamil, suami dan keluarganya dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu
hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.

Gambar 2.1 Kerangka konsep pelayanan antenatal komprehensif dan terpadu2

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan


yang berkualitas sesuai standar yang dikenal dengan 10T, terdiri dari:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari
9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan
adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan
dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang
dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).2

4
2. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria).2
3. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas /LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di
trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Kurang energi kronis disini maksudnya
ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).2
4. Ukur Tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus
tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.
Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.2
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada
trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul
berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan
pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari
120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.2
6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan
Pencegahan terjadinya tetanus neonatorum, maka ibu hamil harus mendapat imunisasi
TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu saat ini. Ibu hamil
minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi
tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TTLong Life) tidak perlu diberikan imunisasi
TT lagi. Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya terdapat
interval minimal.

5
Interval minimal pemberian imunisasi TT dan lama perlindungannya dapat dilihat pada
tabel berikut :

Imunisasi TT Selang waktu minimal Lama Perlindungan


pemberian imunisasi
TT 1 Langkah awal pembentukan kekebalan tubuh
terhadap penyakit tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT4 >25 tahun
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

7. Beri Tablet tambah darah (tablet besi)


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah
darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan
sejak kontak pertama.2
8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan
laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin
darah, dan pemeriksaan spesifik daerah endemis/epidemi (malaria, HIV, dll). Sementara
pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas
indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.2
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis
golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang
sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.2

b. Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb)


Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada
trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena

6
kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil pada trimester kedua dilakukan atas
indikasi.2
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan
ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu
hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.2
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan pemeriksaan
gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
kedua, dan sekali pada trimester ketiga.2
e. Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria
dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria
dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.2
f. Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang
diduga menderita sifilis. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada
kehamilan.2
g. Pemeriksaan HIV
Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua ibu hamil secara inklusif pada
pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang
persalinan. Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan
diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada pemeriksaan
laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Teknik
penawaran ini disebut Provider Initiated Testing and Councelling (PITC) atau Tes HIV atas
Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).2
h. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita tuberkulosis
sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain
pemeriksaaan tersebut, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di
fasilitas rujukan. Mengingat kasus perdarahan dan preeklamsi/eklamsi merupakan penyebab
utama kematian ibu, maka diperlukan pemeriksaan dengan menggunakan alat deteksi risiko

7
ibu hamil oleh bidan termasuk bidan desa meliputi alat pemeriksaan laboratorium rutin
(golongan darah, Hb), alat pemeriksaan laboratorium khusus (gluko-protein urin), dan tes
hamil.2

9. Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium,
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan
kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan
sistem rujukan.2
10. Temu wicara (konseling)
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi :
a. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga
kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya
(sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan
misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun,
menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.
c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam
kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan,
kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda-tanda bahaya baik selama kehamilan,
persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan
berbau pada jalan lahir saat nifas dan lainnya. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar
ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
e. Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup
dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin
dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara
rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya.

8
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular dan penyakit
tidak menular karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan tes HIV dan Konseling di daerah Epidemi meluas dan
terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah epidemic rendah.
Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera diberikan informasi
mengenai resiko penularan HIV dari ibu ke janinnya. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif
maka dilakukan konseling Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Bagi ibu
hamil yang negatif diberikan penjelasan untuk menjaga HIV negative selama hamil,
menyusui dan seterusnya.
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah
bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi.
Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
i. KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk
menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan
keluarga.
j. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang masih memberikan
perlindungan untuk mencegah ibu dan bayi mengalami tetanus neonatorum. Setiap ibu hamil
minimal mempunyai status imunisasi T2 agar terlindungi terhadap infeksi tetanus.
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak
(brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.2

2.1.2 Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal

Kehamilan dengan resiko tinggi untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan
dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal
komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar
suami/pasangan atau anggota keluarga.2 Kehamilan dengan risiko tinggi perhatian dan jadwal
kunjungan harus lebih ketat.3 Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat

9
kali. Dalam program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K,
yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah Kl,
K2, K3 dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia
kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28 - 36 minggu dan
sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan di atas 36 minggu.2

Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan
serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan
penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama
kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi
kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan. Bila
diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metode
yang tersedia. Selain itu, anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke dokter setidaknya 1 kali
untuk deteksi kelainan medis secara umum. Untuk memantau kehamilan ibu, gunakan buku
KIA. Buku diisi setiap kali ibu melakukan kunjungan antenatal, lalu berikan kepada ibu
untuk disimpan dan dibawa kembali pada kunjungan berikutnya. Berikan informasi mengenai
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) kepada ibu. Anjurkan ibu
mengikuti Kelas Ibu.2

2.1.3 Pemeriksaan Rutin dan Penelusuran Penyulit selama Kehamilan


Pada pemeriksaan rutin, dilakukan pula pencatatan data klien dan keluarganya serta
pemeriksaan fisik dan obstetrik.
2.1.3.1 Identifikasi dan Riwayat Kesehatan1
a. Data Umum Pribadi
Data umum pribadi meliputi nama, usia, alamat, pekerjaan ibu/suami, lamanya
menikah, dan kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan.
b. Keluhan saat ini
Keluhan saat ini meliputi jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu serta lamanya
mengalami gangguan tersebut.
c. Riwayat Haid
Riwayat haid meliputi Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), usia kehamilan dan
taksiran persalinan (Rumus Naegele: tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3).

10
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kehamilan dan persalinan meliputi asuhan antenatal, persalinan, dan nifas
kehamilan sebelumnya, cara persalinan, jumlah dan jenis kelamin anak hidup, berat badan
lahir, cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan, dan informasi dan saat persalinan
atau keguguran terakhir.
e. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Identifikasi kehamilan, identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam
kehamilan), penyakit lain yang diderita, dan gerakan bayi dalam kandungan.
f. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit keluarga meliputi diabetes mellitus, hipertensi atau hamil kembar,
dan kelainan bawaan.
g. Riwayat Penyakit Ibu
Penyakit yang pernah diderita, DM, HDK, infeksi saluran kemih, penyakit jantung,
infeksi virus berbahaya, alergi obat atau makanan tertentu, pernah mendapat transfusi darah
dan indikasi tindakan tersebut, inkompatibilitas rhesus dan paparan sinar-X/Rontgen.
h. Riwayat Penyakit yang Memerlukan Tindakan Pembedahan
Dilatasi dan kuretase, reparasi vagina, seksio sesarea, serviks inkompeten, dan operasi
non-ginekologi.
i. Riwayat mengikuti program Keluarga Berencana.
j. Riwayat Imunisasi.
k. Riwayat Menyusui.

2.1.3.2 Pemeriksaan1
a. Keadaan Umum meliputi tanda vital, pemeriksaan jantung dan paru, pemeriksaan payudara
dan kelainan otot dan rangka serta neurologik.
b. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : bentuk dan ukuran abdomen, parut bekas operasi, tanda-tanda kehamilan,
gerakan janin, varises atau pelebaran vena, hernia dan edema.
 Palpasi : tinggi fundus, punggung bayi, presentasi dan sejauh mana bagian terbawah
bayi masuk.
 Auskultasi : 10 minggu dengan Doppler dan 20 minggu dengan fetoskop Pinard
 Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis pada Trimester I/II.

11
Gambar 2.2 Pengukuran tinggi fundus3

c. Pemeriksaan fisik obstetri setiap kunjungan3


 Pemeriksaan fisik obstetri pada kunjungan pertama meliputi tinggi fundus uteri
(menggunakan pita ukur bila usia kehamilan >20 minggu), vulva/perineum untuk
memeriksa adanya varises, kondiloma, edema, hemoroid atau kelainan lainnya.
Pemeriksaan dalam untuk menilai serviks, uterus, adneksa, kelenjer bartolini,
kelenjer skene, dan uretra. Pemeriksaan inspekulo untuk menilai serviks, tanda-
tanda infeksi, dan cairan dari ostium uteri.
 Pemeriksaan fisik obstetri pada setiap kunjungan berikutnya yaitu pantau tumbuh
kembang janin dengan mengukur tinggi fundus uteri, palpasi abdomen dengan
menggunakan manuver leopold I-IV, dan auskultasi denyut jantung janin
menggunakan fetoskop atau doppler (jika usia kehamilan>16 minggu).

12
Tabel 2.2 Rangkuman tatalaksana asuhan antenatal pertrimester

Keterangan :
1. Tabel di atas adalah pedoman untuk ibu yang menjalani asuhan antenatal sesuai jadwal.
2. Jika ada jadwal kunjungan yang terlewatkan, lengkapi tatalaksana yang terlewatkan pada
kunjungan berikutnya.

13
3. Lakukan rujukan sesuai indikasi jika menemukan kelainan pada pemeriksaan terutama
jika kelainan tersebut tidak membaik pada kunjungan berikutnya.
4. (V) = rutin, (*) = sesuai indikasi, (V*) = rutin untuk daerah endemis

2.1.3.3 Laboratorium1
Pemeriksaan analisis urin rutin, analisis tinja rutin, Hb, MCV, golongan darah, hitung
jenis sel darah, gula darah, antigen Hepatitis B Virus, antibodi Rubela, HIV/VDRL dan
ultrasonografi (rutin pada kehamilan 18 - 22 minggu untuk identifikasi kelainan janin).

2.1.4. Gejala dan Tanda Bahaya Selama Kehamilan


2.1.4.1 Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu,
umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 1.0 - 12 % kehamilan akan berakhir dengan
keguguran yang pada umumnya (60 - 80 %) disebabkan oleh kelainan kromosom vang
ditemui pada spermatozoa ataupun ovum. Penyebab yang sama dan menimbulkan gejala
perdarahan pada kehamilan muda dan ukuran pembesaran uterus yang di atas normal, pada
umumnya disebabkan oleh mola hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda dengan uji
kehamilan yang tidak jelas, pembesaran urerus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari usia
kehamilan, dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan oleh kehamilan ektopik.1

Gambar 2.3 a. Plasenta previa totalis b. parsialis c. marginalis


Perdarahan pada kehamilan lanjut atau di atas 20 minggu pada umumnya disebabkan oleh
plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat terkait dengan luas plasenta dan kondisi
segmen bawah rahim yang menjadi tempat implantasi plasenta tersebut. Pada plasenta yang
tipis dan menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya terjadi perdarahan bercak berulang
dan apabila segmen bawah rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan bagian

14
terbawah janin, maka perdarahan mulai meningkat hingga membahayakan keselamatan ibu.
Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat menimbulkan perdarahan hebat
tanpa didahului oleh perdarahan bercak atau berulang sebelumnya. Plasenta previa menjadi
penyebab dari 25 % kasus perdarahan antepartum. Mendekati saat persalinan, perdarahan
dapat disebabkan oleh solusio plasenta (40 %) atau vasa previa (5 %) dari keseluruhan kasus
perdarahan antepartum.1
2.1.4.2 Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu disertai dengan
peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data
atau informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada sebelumnya) dengan
preeklampsia. Gejala dan tanda lain dari preeklampsia adalah sebagai berikut : hiperrefleksia
(iritabilitas susunan saraf pusat), sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak
membaik dengan pengobatan umum, gangguan penglihatan seperti pandangan kabur,
skotomata, silau atau berkunang kunang, nyeri epigastrik, oliguria (kurang dari 500 ml/24
jam), tekanan darah sistolik 20 - 30 mmHg dan diastolik 10 - 20 mmHg di atas normal,
proreinuria (di atas positif 3) dan edema menyeluruh.1
2.1.4.3 Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum
Nyeri hebat di daerah abdominopelvikum pada kehamilan trimester kedua atau ketiga
dan disertai dengan riwayat dan tanda-tanda di bawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada
solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan maupun tersembunyi yaitu pada
kasus trauma abdomen, preeklampsia, tinggi fundus uteri lebih besar dari kehamilan, bagian-
bagian janin sulit diraba, uterus tegang dan nyeri serta janin mati dalam rahim.1

Gambar 2.4 a. Solusio plasenta dengan perdarahan, b. Perdarahan tersembunyi

15
2.1.4.4 Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai
Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan
adalah muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan, disuria, menggigil atau
demam, ketuban pecah dini atau sebelum waktunya, uterus lebih besar atau lebih kecil dari
usia kehamilan yang sesungguhnya.1

2.1.5. Konseling, Informasi, dan Edukasi (KIE)


Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIE) wajib dimiliki oleh setiap ibu hamil, karena
materi konseling dan edukasi yang perlu diberikan tercantum di buku tersebut.
a. Pastikan bahwa ibu memahami hal-hal berikut:
 Persiapan persalinan, meliputi siapa yang akan menolong persalinan, dimana akan
melahirkan, siapa yang akan membantu dan menemani dalam persalinan,
kemungkinan kesiapan donor darah bila timbul permasalahan, metode transportasi
bila diperlukan rujukan dan dukungan biaya.
 Pentingnya peran suami atau pasangan dan keluarga selama kehamilan dan
persalinan.
 Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai seperti sakit kepala lebih dari biasa,
perdarahan pervaginam, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah/tangan,
nyeri abdomen (epigastrium), mual dan muntah berlebihan, demam, janin tidak
bergerak sebanyak biasanya.
 Pemberian makanan bayi, air susu ibu (ASI) eksklusif, dan inisiasi menyusu dini
(IMD). Konseling pemberian makanan bayi sebaiknya dimulai sejak usia kehamilan
12 minggu dan dimantapkan sebelum kehamilan 34 minggu.
 Penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin misalnya hipertensi,
TBC, HIV, serta infeksi menular seksual lainnya.
 Perlunya menghentikan kebiasaan yang berisiko bagi kesehatan, seperti merokok dan
minum alkohol.
 Program KB terutama penggunaan kontrasepsi pascasalin
 Informasi terkait kekerasan terhadap perempuan
 Kesehatan ibu termasuk kebersihan, aktivitas, dan nutrisi. Menjaga kebersihan tubuh
dengan mandi teratur dua kali sehari, mengganti pakaian dalam yang bersih dan
kering, dan membasuh vagina, minum cukup cairan, peningkatan konsumsi makanan
hingga 300 kalori/hari dari menu seimbang. Contoh: nasi tim dari 4 sendok makan

16
beras, ½ pasang hati ayam, 1 potong tahu, wortel parut, bayam, 1 sendok teh minyak
goreng, dan 400 ml air. Latihan fisik normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
Hubungan suami-istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai
kondom).
b. Nutrisi
 Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2.500
kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat memberikan
kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang
dimengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya. Jumiah kalori yang berlebih dapat
menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10 - 12 kg
selama hamil.
 Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari. Sumber
protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau
hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan
kelahiran prematur, anemia, dan edema.
 Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adaiah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium
yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi
kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
 Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan
yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen melalui hemoglobin di dalam
sel-sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan
asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah trimester
kedua. Bila tidak ditemukan anemia, pemberian besi per minggu cukup adekuat. Zat
besi yang diberikan dapat berupa ferrous gluconate, ferrous fumarate, aau ferrous
sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi
zat besi.

17
 Asam folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel.
Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari.
Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.1

2.2. Pemeriksaan Leopold


Beberapa metode dapat digunakan untuk mendiagnosis presentasi dan posisi janin.
Metode tersebut meliputi palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, auskultasi, dan pada
beberapa kasus yang meragukan dilakukan sonografi. Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan
secara sistematis dengan menggunakan empat manuver yang diperkenalkan oleh Leopold
pada tahun 1894. Ibu berada pada posisi supinasi dan dalam posisi yang nyaman serta bagian
perut terbuka. Manuver ini sulit atau bahkan tidak dapat dilakukan dan diinterpretasi jika
pasien obesitas, jika cairan amnion berlebih atau jika plasenta terletak di bagian anterior.4
1. Manuver pertama (Leopold I) memungkinkan identifikasi polus janin, yaitu sefalik atau
podalik yang menempati fundus uterus. Bokong memberikan sensasi massa besar
nodular, sedangkan kepala terasa keras dan bulat serta lebih mudah bergerak dan dapat
diayun.4

Gambar 2.5 Pemeriksaan Leopold3

18
2. Manuver kedua (Leopold II) dilakukan setelah penentuan letak janin, dengan meletakan
telapak tangan disalah satu sisi abdomen ibu, dan dengan memberikan tekanan lambat
tetapi dalam. Pada satu sisi, dirasakan struktur yang keras dan resisten-punggung. Pada
sisi lain, dirasakan bagian kecil ireguler yang mudah digerakan, ekstremitas janin.
Memperhatikan apakah punggung terarah ke anterior, transversal, atau posterior, dapat
membantu menetukan orientasi janin.4
3. Manuver ketiga (Leopold III) dilakukan dengan cara ibu jari dan jari jari satu tangan
menggenggam bagian terbawah abdomen ibu, tepat diatas simpisis pubis. Jika bagian
terendah janin tidak engaged, akan terasa massa yang dapat digerakkan, biasanya kepala.
Perbedaan antara kepala dan bokong ditentukan seperti pada manuver pertama. Namun,
jika bagian terendah janin telah masuk jalan lahir (enganged), hasil manuver ini hanya
menunjukan bahwa bagian terbawah polus janin berada di dalam pelvis, dan rinciannya
ditentukan melalui manuver keempat.4
4. Manuver keempat (Leopold IV) dilakukan dengan pemeriksa menghadap ke arah kaki
ibu dan dengan ujung tiga jari pertama masing-masing tangan, memberikan tekanan yang
dalam searah aksis apertura pelvis superior. Pada berbagai keadaan, ketika kepala telah
berjalan turun ke dalam pelvis, bagian anterior bahu mudah dibedakan melalui manuver
ketiga.4

2.3.1 Prosedur Pemeriksaan Leopold


a. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan kepada ibu, juga bahwa pemeriksaan ini
kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir atau tidak enak tetapi tidak akan
membahayakan bayi yang ada dalam kandungan ibu.
b. Persilahkan ibu untuk berbaring.
c. Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh perut ibu tampak jelas sampai batas dibawah
proc. xypoideus, kemudian minta ibu untuk meletakkan kedua telapak kaki pada
ranjang sehingga terjadi sedikit fleksi pada sendi paha (coxae) dan lutut (genu), untuk
mengurangi ketegangan dinding perut.
d. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan.
e. Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air kemudian keringkan kedua
tangan tersebut dengan handuk.
f. Pemeriksa berada disisi kanan ibu menghadap bagian lateral kanan.
g. Beritahu kepada ibu bahwa pemeriksa akan memulai proses pemeriksaan.

19
1. Pemeriksaan Leopold 1
 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus.
Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika diperlukan,
fiksasi uterus bawah denga meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan dibagian
lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis).
 Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah) kemudian atr
posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu.
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian
bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut dan
menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.

Gambar 2.6 Pemeriksaan Leopold I4


2. Pemeriksaan Leopold II
 Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan
kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang
sama.
 Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak
tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian
yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (eksteremitas).

20
Gambar 2.7 Pemeriksaan Leopold II4
3. Pemeriksaan Leopold III
 Pemeriksa tetap menghadap ke muka pasien
 Gunakan tangan kanan untuk mempalpasi bagian bawah rahim
 Dengan keempat jari dan ibu jari pegang bagian terbawah janin (kepala) dan tentukan
sudah terfiksir atau belum

Gambar 2.8 Pemeriksaan Leopold III4

21
4. Pemeriksaan Leopold IV

Gambar 2.9 Pemeriksaan Leopold IV4


 Pemeriksa berganti menghadap kearah kaki pasien
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus
bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
 Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-jari tangan
yang meraba dinding bawah uterus
 Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan konvergen atau
divergen.

22
BAB III

KESIMPULAN

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik


untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan
rutin selama kehamilan. Kehamilan dengan resiko tinggi untuk menghindari risiko
komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan
kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali
kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota keluarga. Pelayanan asuhan antenatal
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan edukasi.

Beberapa metode dapat digunakan untuk mendiagnosis presentasi dan posisi janin.
Metode tersebut meliputi palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, auskultasi, dan pada
beberapa kasus yang meragukan dilakukan sonografi. Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan
secara sistematis dengan menggunakan empat manuver yang dikenal dengan pemeriksaan
Leopold.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Trends in maternal mortality: 1990 to 2015. estimates by


WHO, UNICEF, UNFPA, World Bank Group and the United Nations Population
Division. Geneva; 2015.
2. United Cities and Local Government Asia Pacific. Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan yang Perlu Diketahui oleh Pemerintah Daerah. UCLG. Jakarta; 2017.
3. World Health Organization. Millenium of Development Goals (MDGs) [Internet].
WHO. 2015 [cited 2019 Okt 22]. Available from:
https://www.who.int/topics/millennium_development_goals/maternal_health/en/
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi Ibu. Jakarta;
2014.
5. Kementrian Kesehatan Republk Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Jakarta; 2017.
6. Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun
2012. Padang; 2013.
7. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumbar. Profil
Gender dan Anak Provinsi Sumbar tahun 2016. Dinkes Sumbar. 2017.
8. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Pemantauan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta; 2010.
9. Akowuah JA, Agyei-Baffour P, Awunyo-Vitor D. Determinants of antenatal
healthcare utilisation by pregnant women in third trimester in peri-urban Ghana. J
Trop Med. 2018;2018:8.
10. Kementrian Kesehatan Republk Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
Jakarta; 2016.
11. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2008.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 97 tahun 2014. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan
seksual.http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/PMK%20No.%2097%20ttg%20P
elayanan%20Kesehatan%20Kehamilan.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2019.

24
13. Word Health Organization. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. Jakarta : 2013.
14. Cunningham FG et al. Obstetri Williams 23rd ed. USA: The McGraw-Hill Companies,
Inc; 2010.

25

Anda mungkin juga menyukai