PENDAHULUAN
1
kehamilan 24-36 minggu). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan,
dan penanganan dini komplikasi kehamilan.10
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas
yang diberikan kepada semua ibu hamil. Pelayanan antenatal meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan edukasi. Beberapa metode dapat digunakan
untuk mendiagnosis presentasi dan posisi janin. Metode tersebut meliputi palpasi abdomen,
pemeriksaan vagina, auskultasi, dan pada beberapa kasus yang meragukan dilakukan
sonografi. Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan secara sistematis dengan menggunakan
empat manuver yang dikenal dengan pemeriksaan Leopold.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria).2
3. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas /LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di
trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Kurang energi kronis disini maksudnya
ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).2
4. Ukur Tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus
tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.
Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.2
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada
trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul
berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan
pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari
120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.2
6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan
Pencegahan terjadinya tetanus neonatorum, maka ibu hamil harus mendapat imunisasi
TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu saat ini. Ibu hamil
minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi
tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TTLong Life) tidak perlu diberikan imunisasi
TT lagi. Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya terdapat
interval minimal.
5
Interval minimal pemberian imunisasi TT dan lama perlindungannya dapat dilihat pada
tabel berikut :
6
kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil pada trimester kedua dilakukan atas
indikasi.2
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan
ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu
hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.2
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan pemeriksaan
gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
kedua, dan sekali pada trimester ketiga.2
e. Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria
dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria
dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.2
f. Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang
diduga menderita sifilis. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada
kehamilan.2
g. Pemeriksaan HIV
Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua ibu hamil secara inklusif pada
pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang
persalinan. Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan
diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada pemeriksaan
laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Teknik
penawaran ini disebut Provider Initiated Testing and Councelling (PITC) atau Tes HIV atas
Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).2
h. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita tuberkulosis
sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain
pemeriksaaan tersebut, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di
fasilitas rujukan. Mengingat kasus perdarahan dan preeklamsi/eklamsi merupakan penyebab
utama kematian ibu, maka diperlukan pemeriksaan dengan menggunakan alat deteksi risiko
7
ibu hamil oleh bidan termasuk bidan desa meliputi alat pemeriksaan laboratorium rutin
(golongan darah, Hb), alat pemeriksaan laboratorium khusus (gluko-protein urin), dan tes
hamil.2
9. Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium,
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan
kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan
sistem rujukan.2
10. Temu wicara (konseling)
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi :
a. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga
kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya
(sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan
misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun,
menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.
c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam
kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan,
kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda-tanda bahaya baik selama kehamilan,
persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan
berbau pada jalan lahir saat nifas dan lainnya. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar
ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
e. Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup
dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin
dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara
rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya.
8
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular dan penyakit
tidak menular karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan tes HIV dan Konseling di daerah Epidemi meluas dan
terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah epidemic rendah.
Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera diberikan informasi
mengenai resiko penularan HIV dari ibu ke janinnya. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif
maka dilakukan konseling Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Bagi ibu
hamil yang negatif diberikan penjelasan untuk menjaga HIV negative selama hamil,
menyusui dan seterusnya.
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah
bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi.
Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
i. KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk
menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan
keluarga.
j. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang masih memberikan
perlindungan untuk mencegah ibu dan bayi mengalami tetanus neonatorum. Setiap ibu hamil
minimal mempunyai status imunisasi T2 agar terlindungi terhadap infeksi tetanus.
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak
(brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.2
Kehamilan dengan resiko tinggi untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan
dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal
komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar
suami/pasangan atau anggota keluarga.2 Kehamilan dengan risiko tinggi perhatian dan jadwal
kunjungan harus lebih ketat.3 Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat
9
kali. Dalam program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K,
yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah Kl,
K2, K3 dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia
kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28 - 36 minggu dan
sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan di atas 36 minggu.2
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan
serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan
penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama
kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi
kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan. Bila
diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metode
yang tersedia. Selain itu, anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke dokter setidaknya 1 kali
untuk deteksi kelainan medis secara umum. Untuk memantau kehamilan ibu, gunakan buku
KIA. Buku diisi setiap kali ibu melakukan kunjungan antenatal, lalu berikan kepada ibu
untuk disimpan dan dibawa kembali pada kunjungan berikutnya. Berikan informasi mengenai
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) kepada ibu. Anjurkan ibu
mengikuti Kelas Ibu.2
10
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kehamilan dan persalinan meliputi asuhan antenatal, persalinan, dan nifas
kehamilan sebelumnya, cara persalinan, jumlah dan jenis kelamin anak hidup, berat badan
lahir, cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan, dan informasi dan saat persalinan
atau keguguran terakhir.
e. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Identifikasi kehamilan, identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam
kehamilan), penyakit lain yang diderita, dan gerakan bayi dalam kandungan.
f. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit keluarga meliputi diabetes mellitus, hipertensi atau hamil kembar,
dan kelainan bawaan.
g. Riwayat Penyakit Ibu
Penyakit yang pernah diderita, DM, HDK, infeksi saluran kemih, penyakit jantung,
infeksi virus berbahaya, alergi obat atau makanan tertentu, pernah mendapat transfusi darah
dan indikasi tindakan tersebut, inkompatibilitas rhesus dan paparan sinar-X/Rontgen.
h. Riwayat Penyakit yang Memerlukan Tindakan Pembedahan
Dilatasi dan kuretase, reparasi vagina, seksio sesarea, serviks inkompeten, dan operasi
non-ginekologi.
i. Riwayat mengikuti program Keluarga Berencana.
j. Riwayat Imunisasi.
k. Riwayat Menyusui.
2.1.3.2 Pemeriksaan1
a. Keadaan Umum meliputi tanda vital, pemeriksaan jantung dan paru, pemeriksaan payudara
dan kelainan otot dan rangka serta neurologik.
b. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bentuk dan ukuran abdomen, parut bekas operasi, tanda-tanda kehamilan,
gerakan janin, varises atau pelebaran vena, hernia dan edema.
Palpasi : tinggi fundus, punggung bayi, presentasi dan sejauh mana bagian terbawah
bayi masuk.
Auskultasi : 10 minggu dengan Doppler dan 20 minggu dengan fetoskop Pinard
Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis pada Trimester I/II.
11
Gambar 2.2 Pengukuran tinggi fundus3
12
Tabel 2.2 Rangkuman tatalaksana asuhan antenatal pertrimester
Keterangan :
1. Tabel di atas adalah pedoman untuk ibu yang menjalani asuhan antenatal sesuai jadwal.
2. Jika ada jadwal kunjungan yang terlewatkan, lengkapi tatalaksana yang terlewatkan pada
kunjungan berikutnya.
13
3. Lakukan rujukan sesuai indikasi jika menemukan kelainan pada pemeriksaan terutama
jika kelainan tersebut tidak membaik pada kunjungan berikutnya.
4. (V) = rutin, (*) = sesuai indikasi, (V*) = rutin untuk daerah endemis
2.1.3.3 Laboratorium1
Pemeriksaan analisis urin rutin, analisis tinja rutin, Hb, MCV, golongan darah, hitung
jenis sel darah, gula darah, antigen Hepatitis B Virus, antibodi Rubela, HIV/VDRL dan
ultrasonografi (rutin pada kehamilan 18 - 22 minggu untuk identifikasi kelainan janin).
14
terbawah janin, maka perdarahan mulai meningkat hingga membahayakan keselamatan ibu.
Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat menimbulkan perdarahan hebat
tanpa didahului oleh perdarahan bercak atau berulang sebelumnya. Plasenta previa menjadi
penyebab dari 25 % kasus perdarahan antepartum. Mendekati saat persalinan, perdarahan
dapat disebabkan oleh solusio plasenta (40 %) atau vasa previa (5 %) dari keseluruhan kasus
perdarahan antepartum.1
2.1.4.2 Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu disertai dengan
peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data
atau informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada sebelumnya) dengan
preeklampsia. Gejala dan tanda lain dari preeklampsia adalah sebagai berikut : hiperrefleksia
(iritabilitas susunan saraf pusat), sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak
membaik dengan pengobatan umum, gangguan penglihatan seperti pandangan kabur,
skotomata, silau atau berkunang kunang, nyeri epigastrik, oliguria (kurang dari 500 ml/24
jam), tekanan darah sistolik 20 - 30 mmHg dan diastolik 10 - 20 mmHg di atas normal,
proreinuria (di atas positif 3) dan edema menyeluruh.1
2.1.4.3 Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum
Nyeri hebat di daerah abdominopelvikum pada kehamilan trimester kedua atau ketiga
dan disertai dengan riwayat dan tanda-tanda di bawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada
solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan maupun tersembunyi yaitu pada
kasus trauma abdomen, preeklampsia, tinggi fundus uteri lebih besar dari kehamilan, bagian-
bagian janin sulit diraba, uterus tegang dan nyeri serta janin mati dalam rahim.1
15
2.1.4.4 Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai
Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan
adalah muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan, disuria, menggigil atau
demam, ketuban pecah dini atau sebelum waktunya, uterus lebih besar atau lebih kecil dari
usia kehamilan yang sesungguhnya.1
16
beras, ½ pasang hati ayam, 1 potong tahu, wortel parut, bayam, 1 sendok teh minyak
goreng, dan 400 ml air. Latihan fisik normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
Hubungan suami-istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai
kondom).
b. Nutrisi
Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2.500
kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat memberikan
kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang
dimengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya. Jumiah kalori yang berlebih dapat
menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10 - 12 kg
selama hamil.
Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari. Sumber
protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau
hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan
kelahiran prematur, anemia, dan edema.
Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adaiah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium
yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi
kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan
yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen melalui hemoglobin di dalam
sel-sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan
asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah trimester
kedua. Bila tidak ditemukan anemia, pemberian besi per minggu cukup adekuat. Zat
besi yang diberikan dapat berupa ferrous gluconate, ferrous fumarate, aau ferrous
sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi
zat besi.
17
Asam folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel.
Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari.
Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.1
18
2. Manuver kedua (Leopold II) dilakukan setelah penentuan letak janin, dengan meletakan
telapak tangan disalah satu sisi abdomen ibu, dan dengan memberikan tekanan lambat
tetapi dalam. Pada satu sisi, dirasakan struktur yang keras dan resisten-punggung. Pada
sisi lain, dirasakan bagian kecil ireguler yang mudah digerakan, ekstremitas janin.
Memperhatikan apakah punggung terarah ke anterior, transversal, atau posterior, dapat
membantu menetukan orientasi janin.4
3. Manuver ketiga (Leopold III) dilakukan dengan cara ibu jari dan jari jari satu tangan
menggenggam bagian terbawah abdomen ibu, tepat diatas simpisis pubis. Jika bagian
terendah janin tidak engaged, akan terasa massa yang dapat digerakkan, biasanya kepala.
Perbedaan antara kepala dan bokong ditentukan seperti pada manuver pertama. Namun,
jika bagian terendah janin telah masuk jalan lahir (enganged), hasil manuver ini hanya
menunjukan bahwa bagian terbawah polus janin berada di dalam pelvis, dan rinciannya
ditentukan melalui manuver keempat.4
4. Manuver keempat (Leopold IV) dilakukan dengan pemeriksa menghadap ke arah kaki
ibu dan dengan ujung tiga jari pertama masing-masing tangan, memberikan tekanan yang
dalam searah aksis apertura pelvis superior. Pada berbagai keadaan, ketika kepala telah
berjalan turun ke dalam pelvis, bagian anterior bahu mudah dibedakan melalui manuver
ketiga.4
19
1. Pemeriksaan Leopold 1
Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus.
Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika diperlukan,
fiksasi uterus bawah denga meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan dibagian
lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis).
Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah) kemudian atr
posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian
bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut dan
menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
20
Gambar 2.7 Pemeriksaan Leopold II4
3. Pemeriksaan Leopold III
Pemeriksa tetap menghadap ke muka pasien
Gunakan tangan kanan untuk mempalpasi bagian bawah rahim
Dengan keempat jari dan ibu jari pegang bagian terbawah janin (kepala) dan tentukan
sudah terfiksir atau belum
21
4. Pemeriksaan Leopold IV
22
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa metode dapat digunakan untuk mendiagnosis presentasi dan posisi janin.
Metode tersebut meliputi palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, auskultasi, dan pada
beberapa kasus yang meragukan dilakukan sonografi. Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan
secara sistematis dengan menggunakan empat manuver yang dikenal dengan pemeriksaan
Leopold.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
13. Word Health Organization. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. Jakarta : 2013.
14. Cunningham FG et al. Obstetri Williams 23rd ed. USA: The McGraw-Hill Companies,
Inc; 2010.
25