Anda di halaman 1dari 8

Apakah yang dimaksud dengan kelurahan/ desa

siaga aktif?
08 Juni 2018 | Dilihat 2444 Kali

Apakah yang dimaksud dengan kelurahan/ desa siaga aktif?

Suatu kelurahan/ desa dikatakan sebagai kelurahan/ desa siaga aktif jika :

1. Penduduknya dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar (yankesdas) setiap hari.

2. Penduduknya dapat mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya


Masyarakat (UKBM).

3. Melaksanakan Surveillance Berbasis Masyarakat (SBM) : a. Pemantauan penyakit,


b. Pemantauan kesehatan ibu dan anak (KIA), c. Pemantauan gizi, dan d.
Pemantauan lingkungan dan perilaku.

4. Penduduk dapat memahami dan mengatasi kedaruratan kesehatan.

5. Penduduk dapat memahami cara penanggulangan bencana.

6. Masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Pelayanan Kesehatan Dasar :


Yang melaksanakan adalah tenaga kesehatan dengan memberikan pelayanan
kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, anak, penemuan dan penanganan penderita
penyakit.
Pengembangan UKBM :

 Aktifnya posyandu balita

 Aktifnya posyandu lansia

 Adanya pos kesehatan pondok pesantren

 Pos upaya kesehatan kerja (UKK)


Melaksanakan Surveillance Berbasis Masyarakat :
Yang melaksanakan adalah kader dan tenaga kesehatan, dengan kegiatan sebagai
berikut :

1. Pengamatan dan pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan
dan perilaku yang menimbulkan masalah kesehatan masyarakat.

2. Pelaporan kurang dari 24 jam kepada tenaga kesehatan untuk respon cepat.

3. Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan.


4. Pelaporan kematian.
Penanggulangan bencana, dilakukan dengan kegiatan :

 Bimbingan dalam mencari tempat yang aman untuk mengungsi.

 Sosialisasi akibat bencana.

 Sanitasi dasar di pengungsian.

 Menggalang donor darah secara sukarela.

 Pelayanan kesehatan bagi pengungsi.


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Dalam hal ini masyarakat mandiri di bidang kesehatan dan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. Diantara kegiatan yang dilakukan adalah :

 Melaporkan segera jika dirinya, keluarganya dan tetangganya menderita penyakit


menular.

 Memanfaatkan dan menanam tanaman obat keluarga (TOGA).

 Berobat jika sakit atau mengantar orang lain berobat.

 Periksa hamil secara teratur ke tenaga kesehatan.

 Makan dengan gizi berimbang.

 Menggunakan garam beryodium pada saat memasak.

 Tersedia oralit dan zink untuk balita.

 Pertolongan persalinan kepada tenaga kesehatan.

 Tablet tambah darah (Fe) selama hamil dan nifas.

 Vitamin A bagi ibu nifas.

 ASI eksklusif.

 Makanan pendamping ASI dan vitamin A balita.

 Timbang bayi dan balita dengan kartu menuju sehat (KMS).

 Imunisasi bayi, anak, ibu dan wanita usia subur.

 Tidak merokok, minuman keras, napza dan bahan berbahaya lainnya.

 Menyediakan rumah dan kendaraan untuk keadaan darurat.

 Dana sosial ibu bersalin, tabungan ibu bersalin dan dana sehat.

 Mengupayakan dan memakai sanitasi dasar.

 Mencegah pencemaran lingkungan.

 Akseptor aktif KB.


 Memanfaatkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM), pos
kesehatan kelurahan dan pelayanan kesehatan.

 Melaporkan kematian.

 PHBS lain yang dianjurkan.

 Saling mengingatkan untuk ber-PHBS.

 Tiga Kriteria Desa Siaga Aktif


 08 Juni 2018 | Dilihat 1237 Kali

 Tiga Kriteria Desa Siaga Aktif

 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Pemerintah Kabupaten


Mempawah melalui Dinas Kesehatan mengembangkan program desa atau
kelurahan siaga aktif. Ada tiga kriteria yang telah ditetapkan dalam
pengembangan program tersebut dilingkungan masyarakat.
 “Tiga kriteria dalam pengembangan desa atau kelurahan siaga aktif yakni,
memiliki pelayanan kesehatan dasar seperti adanya pos kesehatan desa
(poskesdes), puskesmas pembantu, puskesmas pemberdayaan masyarakat,
dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),” ungkap Wakil Bupati Gusti
Ramlana di Wisma Chandramidi, Mempawah, Selasa (26/4).
 Ramlana menerangkan, sasaran penting yang ingin dicapai dalam program
tersebut yakni mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Sekaligus
menjadikan desa atau kelurahan siaga aktif dibidang pelayanan kesehatan.
 “Inti dari progam ini untuk memberdayakan masyarakat agar mau dan
mampu mencegah serta mengatasi berbagai ancaman kesehatan
dilingkungannya. Seperti ancaman kekurangan gizi, penyakit menular, dan
penyakit yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa. Masyarakat bisa
memanfaatkan potensi setempat secara bergotong royong,” tuturnya.
 Lebih jauh, Ramlana berharap manajerial pencanangan program desa atau
kelurahan siaga aktif di tingkat puskesmas dan desa dapat lebih ditingkatkan.
Sehingga nantinya mampu memberdayakan dan memotivasi dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat menuju desa sehat.
 “Pembangunan kesehatan menjadi skala prioritas sekaligus agenda utama
pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Dari 214 juta penduduk
Indonesia, 14,6 persennya merupakan penduduk miskin yang tinggal di desa
dengan tingkat pendidikan dan kesehatan rendah

 Faktor Risiko Stroke


 08 Juni 2018 | Dilihat 268 Kali

 Pola Hidup Sehat Kurangi Faktor Risiko Stroke

 Dokter spesialis saraf RS Imanuel Way Halim, dr Ruth Mariva SpS,


menyebutkan, serangan penyakit stroke dapat dicegah atau diminimalkan
dengan mengontrol faktor risikonya serta menjaga pola hidup sehat.
 "Upaya mencegah stroke di antaranya dengan mengelola faktor risiko stroke
secara baik dan benar," kata dr Ruth Mariva SpS dalam seminar awam
tentang peningkatan kualitas hidup pasien stroke, di Bandarlampung, Sabtu
(7/4).
 Menurut dr Ruth, faktor risiko utama stroke adalah darah tinggi, kencing
manis dan penyakit jantung. Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat juga
menjadi faktor risiko, seperti sering mengonsumsi makanan cepat saji,
alkohol, merokok, menggunakan narkoba, kurang berolah raga, serta memiliki
kolesterol dan asam urat tinggi.
 "Untuk pemecahan masalah hipertensi, perlu dilakukan deteksi dini dengan
memeriksa tekanan darah secara rutin. Hipertensi kebanyakan tidak
memberikan gejala, meski kadang-kadang sakit kepala dan tegang di bagian
tengkuk," katanya.
 Sehubungan dengan itu, pihaknya meminta masyarakat untuk menganut pola
hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat, seperti biji-bijian, sayuran
dan buah-buahan, di antaranya jeruk, pisang dan apel.
 "Kurangi mengonsumsi garam dan gula, kurangi makanan gorengan/manis
dan berlemak tinggi, serta mengonsumsi makanan bervariasi. Selain itu,
usahakan tidak stres, selalu berpikir positif dan istirahat cukup, seperti tidur 6-
8 jam sehari dan berolah raga teratur, serta periksa kesehatan secara teratur,
tidak merokok dan tak minum alkohol," katanya.
 Bagi penderita yang sudah stroke kualitas hidup dapat ditingkatkan dengan
tetap semangat, tidak depresi dan latihan teratur. "Pencegahan dilakukan
sebelum kena stroke atau preventif primer, maupun pencegahan stroke
berulang atau preventif sekunder," kata dr Ruth.

ARTIKEL TERKINI

 MENKES MINTA MASYARAKAT TETAP JAGA KESEHATAN SEBELUM LANSIA


 PENTINGNYA CEK KESEHATAN GIGI BERKALA
 PERINGATAN HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA 2019
 PAMERAN DAN EDUKASI KESEHATAN MENYAMBUT HARI LANSIA NASIONAL 2019
 TANGGAPAN MENKES TERKAIT POLUSI UDARA DI JAKARTA
 JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA UNTUK CEK KONDISI TUBUH ANDA
 ONE DAY FOR CHILDREN 2019 : SUARA ANAK UNTUK INDONESIA
 PEMBUKAAN PAMERAN DAN GELAR DAGANG DALAM HARGANAS XXVI DI BANJARBARU, KALSEL
 SEMARAK PERINGATAN HARI SAKA BAKTI HUSADA KE-34
 APA ITU TOSS TBC DAN KENALI GEJALA TBC
 MENKES MINTA MASYARAKAT TETAP JAGA KESEHATAN SEBELUM LANSIA
 PENTINGNYA CEK KESEHATAN GIGI BERKALA
 PERINGATAN HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA 2019
 PAMERAN DAN EDUKASI KESEHATAN MENYAMBUT HARI LANSIA NASIONAL 2019
 TANGGAPAN MENKES TERKAIT POLUSI UDARA DI JAKARTA
 JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA UNTUK CEK KONDISI TUBUH ANDA
 ONE DAY FOR CHILDREN 2019 : SUARA ANAK UNTUK INDONESIA
 PEMBUKAAN PAMERAN DAN GELAR DAGANG DALAM HARGANAS XXVI DI BANJARBARU, KALSEL
 SEMARAK PERINGATAN HARI SAKA BAKTI HUSADA KE-34
 APA ITU TOSS TBC DAN KENALI GEJALA TBC
 MENKES MINTA MASYARAKAT TETAP JAGA KESEHATAN SEBELUM LANSIA
 PENTINGNYA CEK KESEHATAN GIGI BERKALA
 PERINGATAN HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA 2019
 PAMERAN DAN EDUKASI KESEHATAN MENYAMBUT HARI LANSIA NASIONAL 2019
 TANGGAPAN MENKES TERKAIT POLUSI UDARA DI JAKARTA
 JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA UNTUK CEK KONDISI TUBUH ANDA
 ONE DAY FOR CHILDREN 2019 : SUARA ANAK UNTUK INDONESIA
 PEMBUKAAN PAMERAN DAN GELAR DAGANG DALAM HARGANAS XXVI DI BANJARBARU, KALSEL
 SEMARAK PERINGATAN HARI SAKA BAKTI HUSADA KE-34
 APA ITU TOSS TBC DAN KENALI GEJALA TBC
 HOME

 UMUM

 DESA SIAGA

DESA SIAGA
28 Juni 2018 | Dilihat 13770 Kali
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri.
Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas – batas wilayah, yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan Desa Siaga


Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli,
dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :

 Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya


kesehatan.

 Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan


bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah,
kegawadaruratan dan sebagainya)

 Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan


kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.
Ciri-Ciri Desa Siaga

1. Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan dasar
( dengan sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik bangunan,
perlengkapan & peralatan alat komunikasi ke masyarakat & ke puskesmas )

2. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat

3. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri

4. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat


Sasaran Pengembangan
Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi,
sasaran ini dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya

2. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan
pemuda, kader serta petugas kesehatan

3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan,


peraturan perundang –undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa,
camat, pejabat terkait, LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.
Kriteria Pengembangan
Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat
kriteria.

1. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah ada
forum atau lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja
misalnya kelompok rembuk desa, kelompok pengajian, atau kelompok persekutuan
do’a.

2. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota forum
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat , selain posyandu. Demikian
juga dengan polindes dan posyandu sedikitnya sudah oada tahap madya.

3. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan secara
aktif,dan mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan biaya berbasis
masyarakat.Jika selama ini pembiyaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti
karena kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan,masyarakat didorong lagi
untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan di
butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.

4. Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah


terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta berperilaku hidup
bersih dan sehat.
Keberhasilan Program
Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok
indikator, yaitu : indikator input, proses, output dan outcome (Depkes, 2009).
1. Indikator Input

 Jumlah kader desa siaga.

 Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.

 Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.

 Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.

 Tersedianya dana operasional desa siaga.

 Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.

 Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang dijumpai


dalam warna yang sesuai.

 Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi kurang,


jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).
2. Indikator proses

 Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan sebagainya).

 Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.

 Berfungsi/tidaknya poskesdes.

 Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.


 Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan berbasis
masyarakat.

 Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

 Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.


3. Indikator Output

 Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.

 Jumlah kunjungan neonates (KN2).

 Jumlah BBLR yang dirujuk.

 Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.

 Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.

 Jumlah balita yang mendapat imunisasi.

 Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.

 Jumlah keluarga yang punya jamban.

 Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.

 Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.

 Adanya data kesehatan lingkungan.

 Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang menjadi
masalah setempat.

 Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.


4. Indikator outcome

 Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.

 Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.

 Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.

 Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.

Anda mungkin juga menyukai