Oleh :
Fitri Yulianti
Muhammad Nurin Azmi
Sugiyana
2016
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah mencurahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Qur’an
Hadits. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang Pelestarian Lingkungan dalam
Pandangan Islam.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena
keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan
saran dan kritik yang positif dan membangun dari agar makalah ini menjadi lebih baik dan
berdaya guna di masa yang akan datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
LATAR BELAKANG
Islam datang dan diturunkan Allah SWT sebagai rahmatallil`alamin (rahmat bagi
seluruh alam). Rahmat dalam bahasa arab berarti mengasihi atau kasih sayang. Ini
menunjukkan bahwa orang Islam dimanapun dan kapanpun harus senantiasa mengasihi. Dan
kasihnya bukan hanya untuk kalangan tertentu atau makhluk tertentu tetapi kepada seluruh
alam termasuk di dalamnya terhadap lingkungan.
Islam merupakan agama yang mengatur semua aspek kehidupan di muka bumi,
termasuk mengenai bagaimana manusia dalam menjaga lingkungan. Islam memberikan
pandangan tersendiri terhadap lingkungan, karena manusia diciptakan sebagai khalifah di
bumi, yang harus menjaga dan melestarikan bumi. Apabila masyarakat muslim memahami
bahwa interaksi yang benar dengan lingkungan juga merupakan ibadah, mungkin kerusakan
lingkungan tidak akan sebesar yang terjadi saat ini.
Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa hal yang erat kaitannya
mengenai Pelestarian Lingkungan dalam Pandangan Islam.
1
BAB I
PEMBAHASAAN
Sedangkan menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.2
Lingkungan adalah ruang kehidupan dalam arti seluas-luasnya bagi makhluk hidup
atau organisme (manusia serta flora-fauna). Jika pengertian ini digunakan untuk memahami
konsep Islam tentang lingkungan, maka ada beberapa istilah Al Qur’an yang berkaitan
dengan lingkungan tersebut seperti as-sama’ (jagat raya), al-ard (bumi), al-‘alamin (seluruh
spesies). Jadi, Lingkungan dalam konsep Islam senantiasa dipahami dalam hubungannya
dengan Tuhan sebagai pencipta, pemelihara, dan sekaligus pemberi tempat bagi kehidupan
untuk seluruh makhluknya secara kaffah yang baik serta ideal.
Dalam Islam itu bukanlah semata-mata mengatur ibadah saja atau dengan kata lain
kepentingan tiap-tiap pribadi dengan Allah saja, tetapi juga memikirkan dan mengatur di
dalam bermasyarakat dan berinteraksi dengan makhluk lain. Pesan-pesan Al-Qur'an
mengenai lingkungan sangat jelas dan prospektif. Ada beberapa pesan tentang lingkungan
dalam Al-Qur'an, yang intinya antara lain : lingkungan sebagai suatu sistem, tanggung jawab
manusia untuk memelihara lingkungan hidup, larangan merusak lingkungan, sumber daya
dan problematikanya, peringatan mengenai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi karena
ulah tangan manusia dan pengelolaan yang mengabaikan petunjuk Allah serta solusi
pengelolaan lingkungan.
1
Ilyas Asaad, “Teologi Lingkungan”, [pdf], hlm. 12
2
https://id.wikipedia.org
2
ض الذِي ع َِملُوا لَعَل ُه ْم َ ِليُذِيقَ ُه ْم بَ ْع اسِ سبَتْ أ َ ْيدِي الن َ سا ُد فِي ا ْلبَ ِر َوا ْلبَحْ ِر ِب َما َك َ
َ َظ َه َر ا ْلف
ان أ َ ْكث َ ُر ُه ْم َ عَاقِبَةُ ال ِذ
َ ين ِم ْن قَ ْب ُل ۚ َك َ فك
َان ُ ض فَا ْن
َ ظ ُروا َك ْي ِ يروا فِي ْاْل َ ْر ُ س ِ ون ۞ قُ ْل َ ُيَ ْر ِجع
۞ ين َ ُمش ِْر ِك
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi,
supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi
dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari
mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)".”3
Ada yang mengatakan kerusakan di sini adalah kekeringan dan sedikitnya tumbuh-
tumbuhan dan kurangnya keberkahan. Ibnu Abbas mengatakan: “kurangnya keberkahan
dikarenakan perbuatan manusia agar mereka bertaubat”
An-Nuhhas berkata: “kerusakan yang ada di laut maksudnya yaitu kurangnya hewan
buruan (ikan dan sejenisnya) dikarenakan dosa manusia”
Sesungguhnya Allah SWT sudah memberikan semua yang ada di bumi hanya untuk
manusia, dan marilah kita renungkan bersama Allah SWT sudah memberikan kepada kita
yang terbaik, tidak pernah dan mustahil Allah memberikan sesuatu yang buruk bagi kita,
hanya saja kita sebagai manusia kurang pandai bersyukur, yaitu dengan menjaga apa yang
sudah diamanahkan kepada kita.
3
QS. Ar-Ruum:41-42
4
Ath-Thobari, “Jami’ Al-Bayan Fii Ta’wil Al-Qur’an”, juz. 20, hlm. 108.
5
Al-Qurthubi, “Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an”, Juz 14, hlm. 40.
6
Ath-Thobari, Loc. Cit.
3
muka bumi. Maka apakah kita sudah siap untuk mempertanggungjawabkan amanah tersebut?
Sedangkan kita sudah melihat bumi kita tercinta sekarang sudah banyak kerusakan dimana-
mana dikarenakan ulah manusia.
Kata pelestarian berasal dari kata “lestari” yang berarti tetap seperti keadaan semula,
tidak berubah, bertahan kekal.7 Kemudian mendapat tambahan pe dan akhiran an, menjadi
pelestarian yang berarti; (1) proses, cara, perbuatan melestarikan; (2) perlindungan dari
kemusnahan dan kerusa-kan, pengawetan, konservasi; (3) pengelolaan sumber daya alam
yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan manjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragamannya.
Sedangkan lingkungan berarti; (1) kesatuan ruang dengan semua benda, daya
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya; (2) lingkungan di luar
suatu organisme yang terdiri atas organisme hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan
manusia.8
a) Penanaman Pohon/Penghijauan
Salah satu bukti bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan alam sekitar adalah
perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyingkirkan gangguan dari jalan yang
beliau jadikan sebagai salah satu cabang keimanan, perintah beliau untuk menanam pohon
walaupun esok hari kiamat.
Dalam hal ini, pemerintah berhak memerintahkan rakyat untuk menanam pohon. Al-
Qurthubi berkata dalam tafsirnya, “Bercocok tanam termasuk fardhu kifayah. Imam
(penguasa) berkewajiban mendesak rakyatnya untuk bercocok tanam dan yang semakna
dengan itu, seperti menanam pohon.” 9
Bahkan untuk memotivasi umat beliau agar gemar menanam pohon beliau bersabda :
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 665.
8
Ibid
9
Al-Qurthubi, Op. Cit. Juz 3, hlm. 306.
10
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, hlm. 6012.
4
Bahkan pohon itu akan menjadi asset pahala baginya sesudah mati yang akan terus
mengalirkan pahala baginya.
َم ْن عَل َم ِع ْل ًما أ َ ْو أَجْ َرى نَه ًْرا أ َ ْو َحفَ َر: س ْب ٌع يَجْ ِري ِللعَ ْب ِد أَجْ ُر ُهن َو ُه َو فِي قَ ْب ِر ِه بَ ْع َد َم ْو ِت ِه َ
ْ َص َحفًا أ َ ْو ت َ َركَ َولَدًا ي
.ستَ ْغ ِف ُر َلهُ بَ ْع َد َم ْوتِ ِه ْ س ِجدًا أ َ ْو َو َر َث ُم
ْ س نَ ْخالً أ َ ْو بَ َنى َم َ ِبئْ ًرا أ َ ْو
َ غ َر
“Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah ia mati
dan berada dalam kuburnya. (Tujuh itu adalah) orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan
air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau
meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati.”11
Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak diisi bangunan dan
tidak dimanfaatkan. Allah swt, telah menjelaskan dalam Al-Qur’an:
Kematian sebuah tanah akan terjadi kalau tanah itu ditinggalkan dan tidak ditanami,
tidak ada bangunan serta peradaban, kecuali kalau kemudian tumbuh didalamnya pepohonan.
Tanah dikategorikan hidup apabila di dalamnya terdapat air dan pemukiman sebagai tempat
tinggal.
Menghidupkan lahan mati adalah ungkapan dalam khazanah keilmuan yang diambil
dari pernyataan Nabi saw, dalam bagian matan hadits. Salah satunya:
Dalam hadits ini Nabi saw, menegaskan bahwa status kepemilikan bagi tanah yang
kosong adalah bagi mereka yang menghidupkannya, sebagai motivasi dan anjuran bagi
mereka yang menghidupkannya. Menghidupkan lahan mati, usaha ini dikategorikan sebagai
11
Al-Albany, Shahih Al-Jami’, hlm. 3602.
12
QS. Yasin:33
13
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, hlm. 3073
5
suatu keutamaan yang dianjurkan Islam, serta dijanjikan bagi yang mengupayakannya pahala
yang amat besar.14
Salah satu hadits yang menganjurkan berbuat baik dengan memelihara dan
melindungi binatang dengan cara :
ُب النفَقَة
ُ شر ُ علَى ال ِذي يَرك
َ ََب وي َ و
“Orang yang menunggangi dan meminum (susunya) wajib memberinya makanan”.15
ب ٌ ش ِر َب ثم َخر َج فإذا َك ْلَ َش فَ َو َج َد ِبئْ ًرا فَنَ َز َل فِي َها ف َ علَ ْي ِه الع
ُ ط َ شت َد
ْ ط ِريق ا َ شي ِب ِ بَ ْينَ َما َر ُج ٌل يَ ْم
كان ب َل َغَ العطش مث ُل الذي ِ ب ِم َن َ ط ِش فقا َل الر ُج ُل لَقَ ْد َبلَ َغ هذا ال َك ْل َ ث يأ ُك ُل الث َرى ِم َن الع ُ َي ْل َه
س ْو َل ُ فغفر لهُ قالوا يَا َر
َ ُشكر ّللاُ لهَ َسقَى ال َك ْل َب ف َ َسكهُ بفي ِه ف َ بِي فنز َل البِئْ َر فَ َم َلَ ُخفهُ ثم أم
.ت َك ِبد َر ْطبَة أ َجْ ٌر ِ ّللاِ وإن لَنَا في البَ َهائِ ِم أَجْ ًرا فقا َل في ُك ِل ذا
“suatu ketika seorang laki-laki tengah berjalan di suatu jalanan, tiba-tiba terasa olehnya kehausan
yang amat sangat, maka turunlah ia ke dalam suatu sumur lalu minum. Sesudah itu ia keluar dari
sumur tiba-tiba ia melihat seekor anjing yang dalam keadaan haus pula sedang menjilat tanah, ketika
itu orang tersebut berkata kepada dirinya, demi Allah, anjing initelah menderita seperti apa yang ia
alami. Kemudian ia pun turun ke dalam sumur kemudian mengisikan air ke dalam sepatunya, sepatu
itu digigitnya. Setelah ia naik ke atas, ia pun segera memberi minum kepada anjing yang tengah
dalam kehausan iu. Lantaran demikian, Tuhan mensyukuri dan mengampuni dosanya. Setelah Nabi
saw, menjelaskan hal ini, para sahabat bertanya: “ya Rasulullah, apakah kami memperoleh pahala
dalam memberikan makanandan minuman kepada hewan-hewan kami ?”. Nabi menjawab : “tiap-
tiap manfaat yang diberikan kepada hewan hidup, Tuhan memberi pahala”.16
Hadits di atas memberikan ketegasan betapa Islam sangat peduli akan keselamatan
dan perlindungan hewan. Bahkan disebutkan, bahwa bagi yang menolong hewan sekaligus
memperoleh tiga imbalan, yaitu : (1) Allah berterima kasih kepadanya; (2) Allah
mengampuni dosa-dosanya; dan (3) Allah memberikan imbalan pahala kepadanya Di
samping sebagai Pencipta, Allah adalah penguasa terhadap seluruh makhluk-Nya, termasuk
14
Yusuf Qardhawi. Ri’ayah al-Biah fi al-Syari’ah al-Islam. hlm. 54.
15
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, hlm. 2512
16
Al-Bukhari, Op. Cit, hlm. 2466
6
binatang. Dia lah yang memberi rezeki, dan Dia mengetahui tempat berdiam dan tempat
penyimpanan makanannya.
Ada bahaya lain yang berkaitan dengan sumber kekayaan air, yaitu penggunaan air
secara berlebihan. Air dianggap sebagai sesuatu yang murah dan tidak berharga. Karena
hanya manusia-manusia yang berfikir yang mengetahui betapa berharga kegunaan dan nilai
air. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT.
َ س ِر ِف
ين ُّ س ِرفُوا ِإنهُ ََّل يُ ِح
ْ ب ا ْل ُم ْ ُ َو ََّل ت
“Dan janganlah kalian israf (berlebih-lebihan). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlaku israf.”17
“Nabi saw, pernah bepergian bersama Sa’ad bin Abi Waqqas. Ketika Sa’ad berwudhu, Nabi
berkata : “Jangan menggunakan air berlebihan”. Sa’ad bertanya : “Apakah menggunakan
air juga bisa berlebihan ?”. Nabi menjawab: “Ya, sekalipun kamu melakukannya di sungai
yang mengalir”.”18
17
QS. Al-A’raf:31
18
Ahmad, Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 12, hlm. 23.
19
Al-Albany, Op. Cit, hlm. 6098
7
“Dulu ada seorang laki-laki yang jalan di sebuah jalan. Tiba-tiba dia melihat ranting pohon
berduri. Dia singkirkan ranting itu maka Allah berterima kasih kepadanya dan
mengampuninya.”20
Al-Qur'an membicarakan tentang Tuhan, Manusia dan Alam. Tiga tema yang
berulang disebutkan dalam kitab suci umat Islam ini, bila dipahami dengan baik dan benar,
serta dilaksanakan, maka ada harapan bahwa sebuah peradaban yang lebih ramah mungkin
dapat diwujudkan.
Telah diungkapkan oleh filosof Muhammad Iqbal, beliau menulis: "Kemanusiaan saat
ini membutuhkan tiga hal, yaitu penafsiran spiritual atas alam raya, emansipasi spiritual atas
individu, dan satu himpunan asas yang dianut secara universal yang akan menjelaskan
evolusi masyarakat manusia atas dasar spiritual."21
Manusia ialah makhluk terbaik di antara semua ciptaan Allah dan memegang
tanggungjawab mengelola bumi, maka semua yang ada di bumi diserahkan untuk manusia.
Manusia diberikan beberapa kelebihan diantara makhluk ciptaan-Nya, yaitu kemuliaan,
diberikan fasilitas di daratan dan lautan, mendapat rizki dari yang baik-baik, dan kelebihan
yang sempurna atas makhluk lainnya. Bumi dan semua isi yang berada di dalamnya
diciptakan Allah untuk manusia, segala yang manusia inginkan berupa apa saja yang ada di
langit dan bumi. Daratan dan lautan serta sungai-sungai, matahari dan bulan, malam dan
siang, tanaman dan buah-buahan, binatang melata dan binatang ternak.
ِ َولَقَ ْد كَر ْم َنا بَنِي آ َد َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم فِي ا ْلبَ ِر َوا ْلبَحْ ِر َو َر َز ْقنَا ُه ْم ِم َن الط ِيبَا
َ ت َوفَض ْلنَا ُه ْم
علَ ٰى َكثِير
ً ِمم ْن َخلَ ْقنَا تَ ْف ِض
يال
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”22
Sebagai wakil Allah, manusia wajib untuk bisa merepresentasikan dirinya sesuai
dengan sifat-sifat Allah. Salah satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara atau
penjaga alam. Jadi sebagai wakil (khalifah) Allah di muka bumi, manusia harus aktif dan
bertanggung jawab untuk menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi
sebagai tempat kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus menjaga keberlanjutan
kehidupannya dalam batas-batas kemampuan manusia.
20
Al-Bukhari, Op. Cit, hlm. 652
21
Quraisy Shihab, Membumikan Al Qur`an, hlm. 32
22
QS. Al-Isra’:70
8
Tugas manusia sebagai khalifah tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri,
kelompok atau bangsa dan sejenisnya, tetapi ia harus berpikir dan bersikap untuk
kemaslahatan semua pihak. Ia tidak boleh bersikap sebagai penakluk alam atau berlaku
sewenang-wenang terhadapnya, karena sesungguhnya yang mampu menundukkan alam
hanyalah Allah, manusia tidak mempunyai kemampuan sedikitpun kecuali kemampuan yang
dianugerahkan kepadanya.
Keutamaan yang sempurna dari kebanyakan mahluk lain ialah karunia akal yang
dimiliki manusia. Dengan akal fikirannya, manusia mampu menaklukan segala apa yang ada
di alam untuk keperluan dirinya. Dengan adanya kenikmatan akal yang luar biasa tersebut
menjadi sangat berbahaya jika pada akhirnya mereka tidak menjadi khalifah yang amanah.
Parahnya, keadaan seperti inilah yang sekarang sedang terjadi.
Dapat disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi saat ini merupakan akibat dari
keserakahan manusia yang memilih cara pintas mengeksploitasi lingkungannya secara habis-
habisan atau besar-besaran. Oleh karena itu, sejak awal Allah telah memperingatkan adanya
akibat ulah manusia tersebut yaitu sebagai motivasi, Allah manjanjikan kebahagiaan akhirat
bagi orang yang tidak berbuat kerusakan.
Seharusnya umat islam menjaga lingkungannya sesuai dengan firman Allah SWT.
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini sebagai berikut, “Firman Allâh Azza
wa Jalla yang maknanya, ‘Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya.’ Allah melarang tindakan perusakan dan hal-hal yang
membahayakan alam, setelah dilakukan perbaikan atasnya. Sebab apabila berbagai macam
urusan sudah berjalan dengan baik lalu setelah itu terjadi perusakan, maka hal itu lebih
23
QS. Al-A’raf:56
9
membahayakan umat manusia. Oleh karena itu, Allah melarang hal itu dan memerintahkan
para hamba-Nya agar beribadah, berdoa, dan tunduk serta merendahkan diri kepada-Nya.24
Sesungguhnya dengan akal yang Allah anugerahkan, manusia lebih dari makhluk-
makhluk lainnya. Kita lebih mulia dari hewan. Maka kita punya tanggung jawab besar untuk
menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup demi kesejahteraan hidup manusia di
bumi ini. Seyogyanya kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran Al-qur’an dalam hal
mengolah lingkungan. Supaya kita dapat lebih bijak dan bertanggung jawab.
BAB II
KESIMPULAN
24
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, juz 3, hlm. 385
10
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwasanya itu semua menjadi alasan mengapa
Alloh menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an tentang pentingnya lingkungan hidup
dan cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini.
Bahaya yang diakibatkan menurutkan kehendak nafsu sangat jelas dampaknya pada
kehancuran bumi. Hal ini dapat berupa ekspliotasi yang berlebihan dan tidak
memepertimbangkan daya dukung lingkungan, pemborosan, menguras sesuatu yang tidak
penting dan tidak efisien, bermewah-mewahan dalam konsumsi dan gaya hidup dan
seterusnya. Manusia yang melakukan cara seperti itu tentu mengelola bumi tanpa landasan
dan petunjuk Allah sesuai dengan apa yang diisyaratkan kepadanya selaku hamba Tuhan.
Syariat adalah fitrah di mana bumi hanya dapat diatur dengan ilmu syariatnya tersebut. Bila
sesuatu menyalahi fitrah, maka akibatnya dapat terjadi kefatalan. Tanpa standar nilai-nilai
syariat tersebut, manusia cenderung melihat kebenaran menurut hawa nafsu.
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimasyqy, Al-Hafidz Ibnu Katsir. 2006. Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim. Beirut: Darul
Kutub Ilmiyah.
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Beirut : Dar al-Fikr.
25
QS. Ar-Rum:29
11
Al-Bukhari, al-Imam al-Hafidz Abi ’Abdillah Ibn Isma’il. 2003. Shahīhu-l-Bukhāri.
Beirut: Dār Ibn Hazm.
Asaad, Ilyas. 2011. Teologi Lingkungan. [pdf], diakses tanggal 27 September 2016.
Ath-Thobari. 1995. Jami’ Al-Bayan Fii Ta’wil Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr.
Dawud, Abu. Sunan Abi Daud, Beirut: Dar al-Fikr, tt, Juz II.
Shihab, Quraisy. 2007. Membumikan Al Qur`an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. [pdf]
https://id.wikipedia.org
12