Anda di halaman 1dari 11

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

July 28, 2013 by rindymanggalya 1 Comment

1. Definisi dari Surveilans Epidemiologi


Surveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara terus menerus dari suatu
kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakan untuk
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen program kesehatan)
Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda.
Pertama, surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus terhadap faktor
penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan keadaan sehat atau sakit.
Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran, dan penyebaran data yang terkait, dan
dianggap sangat berguna untuk penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang
demikian luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi kesehatan rutin, dan karena itu
keduanya dapat dianggap berperan bersama-sama.
Kedua yaitu menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk menanggulangi masalah
kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran penyakit menahun suatu bencana alam.
Sistem surveilans ini sering dikelola dalam jangka waktu yang terbatas dan terintegrasi secara erat
dengan pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila informasi tentang insidens sangat
dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak dapat diandalkan maka sistem
ini dapat digunakan. (Vaughan, 1993).
a. Menurut WHO :
Surveilans adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan terus
menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak – pihak yang perlu mengetahui
sehingga dapat diambil tindakan
yang tepat.(Last, 2001 dalam Bhisma Murti, 2003 )
b. Menurut Centers for Disease Control ( CDC ), 1996.
Surveilans adalah : Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan
terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan
masyarakat, dipadukan dengan desiminasi data secara tepat waktu kepada pihak – pihak yang perlu
mengetahuinya.
Defenisi Surveilans epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan secara sistematik
berkesinambungan, analisa dan interprestasi data kesehatan dalam proses menjelaskan dan
memonitoring kesehatan dengan kata lain surveilans epidemiologi merupakan kegiatan
pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian
akibat penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu
untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan. (Noor,1997). Surveilans epidemiologi adalah
pengamatan yang terus menerus atas distribusi, dan kecenderungan suatu penyakit melalui
pengumpulan data yang sistematis agar dapat ditentukan penanggulangannya yang secepat-
cepatnya (Gunawan, 2000).
Surveilans Epidemiologi adalah pengumpulan dan analisa data epidemiologi yang akan
digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang pencegahan dan penanggulangan
penyakit yang meliputi kegiatan :
1. Perencanaan Program Pemberantasan Penyakit.
Mengenal Epidemiologi Penyakit berarti mengenal apa yang kita hadapi dan mengenal
perencanaan program yang baik.
2. Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit.
Bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dan sesudah program dilaksanakan sehingga dapat
diukur keberhasilannya menggunakan data sueveilans epidemiologi.
3. Penanggulangan wabah Kejadian Luar Biasa.
Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan wajib dilakukan oleh setiap instansi
kesehatan Pemerintah, instansi Kesehatan Propinsi, instansi kesehatan kabupaten/kota dan lembaga
masyarakat dan swasta baik secara fungsional atau struktural. Mekanisme kegiatan Surveilans
epidemiologi Kesehatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis dan terus
menerus. Surveilans beralasan untuk dilakukan jika dilatari oleh kondisi – kondisi berikut ( WHO,
2002 ) :
1. Beban Penyakit ( Burden of Disease ) tinggi, sehingga merupakan masalah penting kesehatan
masyarakat.
2. Terdapat tindakan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
3. Data yang relevan mudah diperoleh
4. Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan ( pertimbangan efisiensi ).
Dengan system surveilans yang peka terhadap perubahan-perubahan pola penayakit di suatu
daerah tertentu dapat mengantisipasi kecenderungan penyakit di suatu daerah.
2. Prinsip Surveilans Epidemiologi
a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.
Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan
lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain;
Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati.
Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan
pengumpulan data adalah menentukan kelompok high risk; Menentukan jenis dan karakteristik
(penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB.
b. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih perlu disusun
sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel,
bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat
memberikan keterangan yang berarti.
c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk
memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat.
d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas dan sudah
disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang
berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.
e. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan,
penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up),
untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk
kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.
3. Hambatan yang terjadi dalam surveilans epidemiologi
Ada beberapa hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya:
1) Kerjasama lintas sektoral
Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor yang berkaitan dengan
kesehatan, kerjasama tersebut membutuhkan partisipasi yang penuh untuk tecapainya pemecahan
masalah kesehatan, kadang kala sektor yang lain mempunyai pertisipasi yang rendah dalam
kerjasama lintas sektoral tersebut.
2) Partisipasi masyarkat rendah
Surveillens epidemiologi yang memang menangani masalah kesehatan masyrakat
eharusnya benar-benar menggali informasi dari masyarakat dan penanganannyapun hasrus dengan
masyarakat, sering dijumpai partsipasi masyarakat dalam pengambilan informasi dari petugas
kesehatan berbelitbelit dan cenderung enutup-nutupi.
3) Sumber daya
Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya
manusia. Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi renponden adlah sebagai
berikut ;
– Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE
– Banyaknya tugas rangkap.
– Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan tugas lain.
4) Ilmu pengetahuan dan teknologi
Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk mempercepat deteksi
din, analisis penanggulangan dan penanggulangan masalah kesehaatan, kondisi di lapangan
seringkali tenologi di laboratorium sering lambat sehingga mengganggu tahap deteksi dini dan
penanganan kasus akan terlambat.
5) Kebijakan
Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam pelaksanaan
surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila memang sudah menjadi KLB. Birokrasi
pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam melakukan surveilans. Kebijakan yang
belum dipahami petugas juga menjadi kendala dalam pelaksanaan surveilans.
6) Dana
Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga. Sering kali
permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan surveilans.
7) Jarak dan Transportasi
Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan surveilans
terhambat. Sering kali jarak membuat kegiatan surveilans berlangsung berhari-hari karena
transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan juga mempengaruhi.
4. Surveilans Penyakit DHF/DBD.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang
sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Penyakit ini mempunyai perjalanan
penyakit yang cepat, mudah menyebar dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
Prediksi kejadian demam berdarah dengue di suatu wilayah, selama ini dilakukan berdasarkan
stratifikasi endemisitas, pola maksimal−minimal dan siklus 3−5 tahun sesuai dari data Surveilans
epidemiologi. Cara prediksi ini terdapat kelemahan karena berubahnya data menjelang musim
penularan DBD dan belum adanya data faktor risiko terkini, sehingga prediksi sering tidak tepat.
Data faktor risiko DBD dapat digunakan untuk menentukan jenis intervensi, sehingga kejadian
DBD dapat dicegah sesuai konsep kewaspadaan dini.
Data surveilans epidemiologi yang dihasilkan, sebagian masih diolah secara manual dan
semi otomatis dengan penyajian masih terbatas dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan penyajian
dalam bentuk peta belum dilakukan. Berdasarkan kenyataan tersebut, dikembangkan sistem
surveilans epidemiologi DBD untuk kewaspadaan dini berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG).
Pada sistem ini, dilakukan pendataan faktor risiko DBD melalui Rapid Survey pada saat
menjelang musim penularan untuk mendapatkan data terbaru untuk menentukan jenis intervensi.
Dengan SIG, dapat dihasilkan peta faktor risiko, peta kasus dan peta kegiatan lain, dan dengan
teknik overlayer dapat dilakukan perencanaan maupun evaluasi program pemberantasan DBD.
Dalam masalah penyakit DBD, surveilans penyakit mencakup empat aspek yaitu
(1)surveilans kasus, (2) vektor (termasuk ekologinya), (3) peran serta masyarakat dan (4) tindakan
pengendalian. Program surveilans epidemiologi DBD meliputi surveilans penyakit yang dilakukan
dengan cara meminta laporan kasus dari rumah sakit dan sarana kesehatan serta surveilans vektor
yang dilakukan dengan melakukan penelitian epidemiologi di daerah yang terjangkit DBD.
Pelaksanaan surveilans epidemiologi vektor DBD untuk deteksi dini biasanya dilakukan penelitian
di tempat-tempat umum; sarana air bersih; pemukiman dan lingkungan perumahan; dan limbah
industri, RS serta kegiatan lain. Kegiatan di atas dilakukan oleh petugas kesehatan, juru pemantau
jentik dan tim pemberantasan nyamuk di sekolah dan masyarakat. Sebagai indikator keberhasilan
program tersebut adalah Angka Bebas Jentik (ABJ). Surveilans epidemiologi penyakit DBD
memegang peranan penting dalam upaya memutus mata rantai penyakit DBD. Namun, pada
kenyataanya belum berjalan dengan baik disebabkan karena faktor eksternal dan internal, misalnya
petugas puskesmas tidak menjalankan tugas dengan sebagaimana mestinya dalam melakukan
Pemantauan Jentik Berkala (PJB).
Berdasarkan surveilans epidemiologi DBD yang telah dilakukan peningkatan dan
penyebaran jumlah kejadian penyakit DBD ada kaitannya dengan beberapa hal berikut:
1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
2. Urbanisasi yang tidak terencana & tidak terkendali
3. Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis
4. Peningkatan sarana transportasi
System surveilans penyakit DBD adalah pengamatan penyakit DBD di Puskesmas meliputi
kegiatan pencatatan , pengolahan dan penyajian data penderita DBD untuk pemantauan mingguan
, laporan mingguan wabah,laporan bulanan program P2DBD, penentuan desa atau kelurahan rawan
, mengetahui distribusi kasus DBD/ kasus tersangka DBD per RW/ dusun, menentukan musim
penularan dan mengetahui kecenderungan penyakit. (ditjen P2M dan PLP.1992).
Kegiatan surveilans sangat dibutuhkan dalam menunjang aspek manajerial program
penyakit DBD, dimana berperan dalam proses perencanaan, monitoring dan evaluasi dari program
kesehatan yang ada.
Pengumpulan data merupakan tahap awal dari rangkaian kegiatan surveilans yang paling
penting untuk proses selanjutnya. Dalam pengumpulan data surveilans dapat dilakukan melalui
surveilans aktif dan pasif. Pengumpulan data tersebut harus mengumpulkan data-data dari bebagai
sumber data. Sumber data dalam surveilans epidemologi merupakan sumber data/ subyek dari
mana data dapat diperoleh yang digunakan untuk kegiatan surveilans epidemologi.
Macam-macam sumber data dalam surveilans epidemiologi (Kepmenkes
RINo.1116/Menkes/SK/VIII/2003) :
1. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
2. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan kantor
pemerintah dan masyarakat.
3. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan masyarakat
4. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan geofisika
5. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
6. Data kondisi lingkungan
7. Laporan wabah
8. Laporan penyelidikan wabah/KLB
9. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
10. Studi epidemiology dan hasil penelitian lainnya
11. Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan dan masyarakat.
12. Laporan kondisi pangan
Metode pengumpulan data penyelidikan wabah / KLB (Contoh Wabah DBD) :
1. Pengamatan / Observasi : mengamati dan mencatat fenomena social dan gejala fisik secara
disengaja dan sistematik
Alat observasi :
• check list
• skala penilaian
• alat-alat mekanik / elektronik
Contoh : observasi mengenai keadaan tempat-tempat genangan air, tempat penampungan air,
kebersihan lingkungan, timbunan sampah dan barang-barang bekas, dan lain-lain.
2. Wawancara / Interview : kegiatan tanya jawab guna memperoleh informasi secara lisan dari
sasaran penelitian (responden) untuk memperoleh kesan langsung dari responden dan menilai
kebenaran yang dikatakan responden
Alat wawancara :
• alat catat
• daftar pertanyaan
• recording
Contoh : wawancara kepada kepala dinas setempat mengenai angka kejadian penyakit DBD,
wawancara dengan tokoh masyarakat mengenai kondisi social budaya masyarakat, wawancara
dengan penderita atau anggota keluarga penderita mengenai kebiasaan penderita sebelm terserang
DBD, dan lain-lain.
3. Angket : cara pengumpulan data mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut
kepentingan umum dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir-formulir.
Alat :
• alat catat
• daftar pertanyaan
Contoh : angket yang ditujukan kepada tiap kepala keluarga mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat yang diterapkan keluarga, angket yang ditujukan kepada penderita / anggota keluarga
penderita mengenai kebiasaan penderita sebelum terserang DBD, dan lain-lain.
4. Dokumentasi: cara pengumpulan data dengan melihat/mengacu pada dokumentasi atau catatan
masalah kesehatan serta data hasil penelitian.
Alat:
• Alat catatan
• Pustaka atau referensi
Contoh: dokumen dari pusat pelayanan kesehatan tentang kejadian suatu masalah kesehatan yang
terjadi diwilayahnya.
Analisis data yang biasa digunakan dalam surveilans DBD meliputi langkah langkah sebagai
berikut:
1) Survey,
2) analisa system,
3) desain , mengimlementasikan model yang diinginkan pemakai
4) Implementasi , mempresentasikan hasil desain kedalam pemograman
5) Uji coba desain
6) Testing akhir
7) Deskripsi pengoprasian
8) Konversi database
9) Instalasi
Kendala yang dialami selama ini dalam analisis data adalah penyampaian informasi hasil
PE oleh Puskesmas ke DKK. Kendala tersebut yaitu keterlambatan penyampaian hasil PE (lebih
dari satu minggu). Tindak lanjut dari PE yang dilakukan oleh DKK , yaitu fogging atau
pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Laporan kasus DBD seharusnya dilakukan dalam kurun
waktu 1x 24 jam, namun pada kenyataannya lebih dari itu. alur pelaporan kasus DBD dimulai dari
masyarakat dan dari petugas kesehatan / RS ataupun klinik lainnya kemudian dilanjutkan pelaporan
ke puskesmas , dari puskesmas akan diteruskan laporannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kota.
Berdasarkan survey kebutuhan dan analisis system terhadap system surveilans dan cara
pencatatan dan pelaporan penyakit demam berdarah mulai dari masyarakat , Puskesmas dan
kemudian ke Dinas Kesehatan maka sitem yang dikembangkan adalah suatu system informasi
surveilans epidemiologi yang bersifat multi user dengan model modular. Adapun model tersebut
mencakup modul pemasukan kasus, modul pemasukan pengamatan, modul masukan pengamatan
jentik berkala, modul penyelidikan Epidemiologi (PE), modul pencatatan fogging, modul Pokja
DBD, modul pemasukan data jumlah penduduk dan modul pelaporan.
Hasil pemasukan data dari modul modul diatas akan menghasilkan laporan laporan yaitu:
angka bebas jentik(ABJ), proporsi penyakit DBD per jenis kelamin, proporsi penyakit DBD per
golongan umur, laporan House indek, laporan incidency rate DBD, laporan case fatality rate,
laporan pelaksanaan PSN, laporan hasil PE dan laporan pelaksanaan fogging.
Pengertian Surveilans Epidemiologi dan Kesehatan
Terdapat berbagai pengertian surveilans. Menurut WHO (2004), surveilans merupakan proses
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus
serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan
penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi
penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi nya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan
penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif.

Menurut CDC (Center of


Disease Control), merupakan pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara
sistematis dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi
upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan diseminasi data secara tepat waktu kepada
pihak-pihak yang perlu mengetahuinya
Sementara menurut Timmreck (2005), pengertian surveilans kesehatan masyarakat merupakan
proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara
sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi
kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan,
menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk
mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar
data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat
digunakan.

Sedangkan menurut DCP2 (2008), surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan,


analisis, dan analisis data secara terus-menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan
(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan
masalah kesehatan lainnya.

Tujuan Surveilans menurut Depkes RI (2004a) adalah untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit dalam masyarakat, sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal
pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat administrasi.
Sedangkan Komponen kegiatan surveilans menurut antara lain sebagai berikut :

1. Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat dan ada
hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan dari pengumpulan data epidemiologi
adalah: untuk menentukan kelompok populasi yang mempunyai resiko terbesar terhadap serangan
penyakit; untuk menentukan reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis dari penyebab penyakit
dan karakteristiknya; untuk memastikan keadaan yang dapat menyebabkan berlangsungnya transmisi
penyakit; untuk mencatat penyakit secara keseluruhan; untuk memastikan sifat dasar suatu wabah,
sumbernya, cara penularannya dan seberapa jauh penyebarannya.
2. Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya dikompilasi, dianalisis
berdasarkan orang, tempat dan Analisa dapat berupa teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah
dibaca dan merupakan informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat
saran bagaimana menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru.
3. Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi data digunakan
untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut dan disebarluaskan ke unit terkait
antara lain berupa laporan kepada atasan atau kepada lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih
lanjut.
Pada bidang kesehatan masyarakat, menurut McNabb et al., (2002), kegiatan surveilans
mempunyai aktifitas inti sebagai berikut:

1. Pendeteksian kasus (case detection), merupakan proses mengidentifikasi peristiwa atau keadaan
kesehatan. Unit sumber data menyediakan data yang diperl ukan dalam penyelenggaraan surveilans
epidemiologi seperti rumah sakit, puskesmas, laboratorium, unit penelitian, unit program-sektor dan
unit statistik.
2. Pencatatan kasus (registration), merupakan proses pencatatan kasus hasil identifikasi peristiwa atau
keadaan kesehatan.
3. Konfirmasi (confirmation), merupakan evaluasi dari ukuran-ukuran epidemiologi sampai pada hasil
percobaan laboratorium.
4. Pelaporan (reporting), berupa data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans
epidemiologi yang kemudian disampaikan kepada berbagai pihak yang dapat melakukan tindakan
penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan. Juga disampaikan kepada pusat
penelitian dan kajian serta untuk pertukaran data dalam jejaring surveilans
5. Analisis data (data analysis), merupakan analisis terhadap berbagai data dan angka sebagai bahan
untuk menentukan indikator pada
6. Respon segera/ kesiapsiagaan wabah (epidemic preparedness), merupakan kesiapsiagaan dalam
menghadapi wabah/kejadian luar biasa.
7. Respon terencana (response and control), merupakan sistem pengawasan kesehatan masyarakat.
Respon ini hanya dapat digunakan jika data yang ada bisa digunakan dalam peringatan dini pada
munculnya masalah kesehatan masyarakat.
8. Umpan balik (feedback), berfungsi penting untuk sistem pengawasan, alur pesan dan informasi
kembali ke tingkat yang lebih rendah dari tingkat yang lebih tinggi.
Dalam pelaksanaannya, diperlukan sistem evaluasi pada surveilans ini. Evaluasi Sistem
Surveilans Kesehatan merupakan penilaian periodik dari perubahan dalam hasil yang
ditargetkan (sasaran) yang dapat dihubungkan dengan sistem surveilans dan respon. Evaluasi
dimaksudkan untuk melihat perubahan dalam keluaran, hasil dan pengaruh (negatif atau positif
target atau non target) dari sistem surveilans dan respon.

Kriteria evaluasi tersebut menurut Unicef (1990) dalam Trisnantoro (2005) antara lain:

1. Relevansi, apakah nilai intervensi sesuai dengan kebutuhan utama pemegang kekuasaan, prioritas
nasional, kebijakan nasional dan internasional. Standar global ini bisa sebagai referensi evaluasi baik
proses maupun hasil.
2. Efisiensi, apakah program cukup efisien untuk mencapai tujuan.
3. Efektivitas, apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Dampak, yaitu efek yang timbul dari kegiatan baik positif maupun negatif meliputi sosial, ekonomi,
lingkungan individu, komunitas atau institusi.
5. Kelanjutan, yaitu apakah aktivitas dan dampaknya mungkin diteruskan ketika dukungan dari luar
dihentikan dan akankah akan lebih banyak ditiru atau diadaptasi.
Refference, antara lain:

 2004. WHO Comprehensive Assessment of the National Disease surveilans in Indonesia.


 Trisnantoro, L. 2005. Desentralisasi Kesehatan di Indonesia dan Perubahan Fungsi Pemerintah 2001-
2003. Gadjah Mada University Press
 Timmreck, C.T. .2005. Epidemiologi: Suatu Pengantar, Edisi 2, terjemahan oleh Munaya Fauziah,
dkk. EGC.
 McNabb, S.J., et al., Conceptual Framework of Public Health Survellance and Action and Its
Application in Health Sector Reform. BMC Public Health, 2 (2).
 2008. Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease Control Priority
Project.
SURVEILANS
DEFINISI SURVEILANS :

 Menurut WHO : Suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
kesehatan secara sistematis, terus menerus dan penyebarluasan informasi kepada pihak
terkait untuk melakukan tindakan.
 Menurut CDC (Center of Disease Control) : pengumpulan, analisis dan interpretasi data
kesehatan secara sistematis dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan,
implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan diseminasi data
secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya

TUJUAN :

1. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi (outbreak)


2. Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan pengendalian
penyakit,
3. Memasok informasi utk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan, perencanaan,
implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.
4. Monitoring kecenderungan (Tren) penyakit endemis dan mengestimasi dampak penyakit di
masa mendatang.
5. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.

LINGKUP :

 Epidemic
 Penyakit infeksi (Penyakit Menular)
 Penyakit Tidak Menular
 Health Services Problem.
 Population Problem.
 Environment Problem

SUMBER DATA (WHO) :

1. Data Mortalitas (kematian)


2. Data Morbiditas (Kesakitan)
3. Data epidemik
4. Laporan penggunaan laboratorium (hasil test lab.)
5. Laporan investigasi kasus secara individual
6. Laporan investigasi epidemik (penyelidikan wabah)
7. Survei khusus (register penyakit, survei serologis)
8. Informasi binatang sebagai reservoir dan vektor.
9. Data demografik
10. Data lingkungan.

MANFAAT & KEGUNAAN :

 Mempelajari pola kejadian penyakit dan penyakit potensial pada populasi sehingga dapat
efektif dalam investigasi, controling dan pencegahan penyakit di populasi.
 Mempelajari riwayat alamiah penyakit, spektrum klinik dan epidemiologi penyakit (siapa,
kapan dan dimana terjadinya, serta keterpaparan faktor resiko)
 Menyediakan basis data yang dapat digunakan untuk memperkirakan tindakan pencegahan
dan kontrol dalam pengembangan dan pelaksanaan.

KEGIATAN RUTIN UNIT SURVEILANS :

a) Melaksanakan kegiatan surveilans

 Pengumpulan data
 Pengolahan dan penyajian
 Analisis dan interpretasi
 Penyebarluasan informasi dan rekomendasi

b) Penanggulangan KLB :

 SKD KLB
 Penyelidikan dan penanggulangan KLB

c) Pengembangan sistem surveilans termasuk pengembangan jaringan informasi

d) Koordinasi kegiatan surveilans : lintas program dan lintas sektoral

JENIS SURVEILANS :

a) Surveilans aktif
 Pengamatan kasus dilakukan secara langsung ke lapangan.
Hasil yang diperoleh lengkap dan jauh lebih baik
Dibutuhkannya dana dan tenaga khusus.

b) Surveilans pasif

 Pengamatan kasus dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui laporan.


Hasil yang diperoleh kurang lengkap.

ALASAN DILAKSANAKAN SURVEILANS :

Surveilans beralasan untuk dilakukan jika dilatari kondisi :

 Beban penyakit (burden of disease) tinggi, sehingga merupakan masalah penting kesehatan
masyarakat.
 Terdapat tindakan kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut.
 Data relevan mudah diperoleh
 Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan (pertimbangan efisien).

Anda mungkin juga menyukai