Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN


Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan Phaeseolus radiatus

NAMA : NIA WIDYARSIH


NIM : F05112062
KELAS B REG A

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
ABSTRAK
Pada praktikum mengenai Penetapan Kadar CO2 Pada Jaringan Tumbuhan
Phaeseolus radiatus bertujuan untuk mengetahui laju respirasi dari kecambah
kacang hijau berdasarkan kadar CO2 yang dihasilkan. Penentuan tersebut
dilakukan dengan metode titrasi NaOH dengan HCl. Dilakukan dengan
membandingkan 2 perlakuan. Perlakuan pertama kecambah di biarkan di suhu
ruang (25°C) sedangkan perlakuan kedua kecambah ditaruh di dalam oven
bersuhu 40°. Didapatkan hasil bahwa kecambah yang di taruh di dalam oven
memiliki laju respirasi yang lebih rendah dibandingkan diruangan terbuka. Hal
tersebut dipengaruhi oleh suhu, ketersediaan oksigen, dan C02. Suhu yang tinggi
menyebabkan laju respirasi menurun karena enzim yang berperan dalam proses
metabolisme mengalami denaturasi. Selain itu pada oven yang tertutup
ketersediaan oksigen jauh lebih sedikit sehingga proses penangkapan oksigen
tidak semaksimal pada suhu ruang sehingga kadar CO2 yang dihasilkan pun juga
tidak sebanyak pada kecambah pada suhu ruang.

Kata kunci :Respirasi, Laju respirasi, CO2, O2, Suhu


PENDAHULUAN

Fotosintesis menyediakan molekul organik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan


mahluk hidup lainnya. Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lain yang
disebut respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian
senyawa organik menjadi senyawa anorganik.Respirasi sebagai proses oksidasi
bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan
karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen
tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti
alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).

Respirasi berasal dari kata latin yaitu respirare yang berarti bernafas. Reaksi
respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula
menjadi molekul anorganik berupa CO2 dan H2O (Salisbury & Ross, 1995).

Respirasi aerob merupakan proses yang umum terjadi dalam hampir semua
organisme eukariot, dan secara umum proses respirasi di dalam tumbuhan mirip
dengan apa yang dijumpai di dalam hewan dan eukoriot tingkat rendah, tetapi
beberapa aspek khusus dari respirasi tumbuhan membedakannya dari respirasi
hewan. Respirasi aerob adalah proses biologi yang memobilisasi dan
mengoksidasi molekul organik secara terkontrol. Selama respirasi, energi bebas
dilepas dan disimpan sementara dalam bentuk ATP yang siap digunakan untuk
aktifitas sel dan perkembangan tumbuhan (Tjitrosomo 1987).

Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Oksigen


yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan
difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian
juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan
masuk ke dalam ruang antar sel. Sedangkan untuk menghitung respirasi dapat
menggunakan koefisian respirasi (KR), yaitu perbandingan CO2dengan
O2 (Kamariyani 1984).

Lebih terinci oleh Jukri & Heru (2004:19) bahwa respirasi merupakan reaksi
oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk
aktifitas sel dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi
tinggi lainnya. Jadi respirasi merupakan proses pembongkaran molekul kompleks
menjadi molekul yang lebih sederhana. Sedangkan fotosintesis yang disebutkan
tadi adalah kebalikannya, yakni penyusunan atau pembentukan molekul organik
kompleks dari molekul yang lebih sederhana.
Respirasi sel-sel tumbuhan berupa oksidasi molekul organik oleh oksigen dari
udara akan membentuk karbon dioksida dan air. Beberapa reaksi respirasi yang
menghasilkan energi bergabung untuk membentuk ATP dan penggabungan inilah
yang memungkinkan penyimpanan sebahagian energi yang timbul selama
respirasi, tidak hanya hilang sebagai panas. Jadi fungsi utama respirasi adalah
menghasilkan molekul-molekul ATP.

Karbondioksida merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis yang


dibutuhkan olehfitoplankton dan tumbuhan air. Keberadaan karbondioksida
diperairan sangat dibutukan oleh tumbuhan baik yang besar maupun
yang kecil untuk proses fotosintesis (Kordi, 2004).

CO2 juga terbentuk dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik
oleh mikroorganisme. Umumnya juga terdapat dalam air yang telah
tercemar. Karbondioksida pula diperairan berasal dari difusi atmosfer, air hujan,
air yang melewati tanah organik, dan respirasi tumbuhan dan hewan, serta bakteri
aerob dan anaerob (Efendi, 2003).

Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan
biasa dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat
RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna
atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989).

Faktor yang mempengaruhi laju respirasi ada dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi tingkat perkembangan, susunan kimia jaringan,
ukuran produk, pelapis alami dan jenis jaringan. Sedangkan faktor eksternal
meliputi suhu, gas etilen, ketersediaan O2 dan CO2. Laju respirasi menentukan
daya tahan produk yang disimpan sehingga produk yang laju respirasinya rendah
umumnya disimpan lebih lama dalam kondisi yang baik. Respirasi pada tumbuhan
ditandai oleh penurunan konsentrasi gas O2 dan peningkatan konsentrasi
CO2 dalam chamber (Wills et al., 1981).

Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi laju respirasi, diantaranya adalah


sebagai berikut :

1. Ketersediaan substrat

Respirai bergantung pada ketersediaan substrat. Tumbuhan yang kandungan pati,


fruktan, atau gulanya rendah, melakukan respirasi pada laju yang rendah.
Tumbuhan yang banyak gula sering melakukan respirasi lebih cepat bila gula
disediakan. Bahkan laju respirasi daun sering lebih cepat setelah matahari
tenggelam, saat kandungan gula tinggi dibandingkan dengan ketika matahari
terbit, saat kandungan gulanya lebih rendah (Salisbury & Ross, 1995).

2. Ketersediaan oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara
tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang
dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang
tersedia di udara ( Yasa, 2009).

3. Suhu

Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor
Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan
suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Bagi
sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya
2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh
sampai 30 atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi
Q10 mulai menurun (Salisbury & Ross, 1995).

4. Jenis dan Umur Tumbuhan

Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan


demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-
masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi
dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang
dalam masa pertumbuhan (Yasa, 2009).
METODELOGI

Praktikum Penetapan Kadar CO2 Respirasi Jaringan Tumbuhan ini di


Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN pada hari Kamis, 24 april 2014
dari pukul 12.30 - selesai. alat yang digunakan antara lain yaitu pipa kapiler
bengkok, erlenmeyer, gelas kimia, tabung reaksi kecil, buret dan pipet tetes.
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain yaitu kecambah kacang
hijau (Phaseolus radiatus), NaOH 10 N, vaselin dan metilen blue.
Mula-mula yang dilakukan adalah memasukkan NaOH 10 M sebanyak 10 ml ke
dalam botol selai sebanyak 6 buah. Selanjutnya menimbang 5 gr kecambah
kacang hijau dan kemudian dibungkus dengan kain kasa lalu dimasukkan ke
dalam masing-masing botol selai dengan keadaan menggantung ( jangan terkena
NaOH) selanjutnya membungkus botol dengan aluminium foil dan menutupnya
dengan tutup botol selai. Lalu kemudian memasukkan 3 botol selai dalam oven
dengan suhu 40° C dan meletakkan 3 botol lainnya pada suhu ruang selama 24
jam. Kemudian setelah 24 jam maka praktikan mengambil 2 ml NaOH pada
masing-masing botol selai lalu memasukkannya ke dalam erlenmeyer dan
kemudian praktikan menambah 3 tetes indikator PP dan larutan BaCl 2 0,2 M
sebanyak 0,5 ml kedalamnya. Langkah selanjutnya praktikan menitrasi dengan
HCl 1 M sampai larutan berubah warna menjadi pink ( merah muda). Dan terakhir
menghitung kadar CO2 dengan rumus:

𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒙 𝑽 𝒕𝒊𝒕𝒓𝒂𝒏 (𝑯𝑪𝑳)𝒙 𝑴𝒓 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝑵𝒂𝑶𝑯)


Kadar CO2 =
𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒙 𝑽 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝑵𝒂𝑶𝑯)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil pengamatan yaitu:

No. Perlakuan Volume HCl (ml) Kadar CO2 (mg/l)


1. Suhu ruang 250C Ruang 1 : 11,5 Ruang 1 : 230
Ruang 2 : 13,7 Ruang 2 : 274
Ruang 3 : 11,5 Ruang 3 : 230
Rata-rata 18,35 244,67
2. Dalam oven 400C Oven 1 : 8 Oven 1 : 160
Oven 2 : 7,5 Oven 2 : 150
Oven 3 : 11,3 Oven 3 : 226
Rata-rata 8,93 178,67
Ruang 1
1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
Kadar CO2 = =
1000 x V sampel (NaOH)

1000 x 11,5 ml x 40
= 230
1000 x 2 ml

Ruang 2
1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
Kadar CO2 = =
1000 x V sampel (NaOH)

1000 x 13,7 ml x 40
= 274
1000 x 2 ml

Ruang 3
1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
Kadar CO2 = =
1000 x V sampel (NaOH)

1000 x 11,5 ml x 40
= 230
1000 x 2 ml

Oven 1
1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
Kadar CO2 = =
1000 x V sampel (NaOH)

1000 x 8 ml x 40
= 160
1000 x 2 ml

Oven 2
1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
Kadar CO2 = =
1000 x V sampel (NaOH)

1000 x 7,5 ml x 40
= 150
1000 x 2 ml

Oven 3
1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
Kadar CO2 = =
1000 x V sampel (NaOH)
1000 x 11,3 ml x 40
= 226
1000 x 2 ml

Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan


dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap atau diperlukan
dan menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energi.
Percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui laju respirasi dan menentukan
kuosien respirasi dari tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus). Pada dasarnya,
proses respirasi bertujuan untuk mendapatkan energi yang digunakan dalam
metabolisme dan proses pertumbuhan serta perkembangan untuk menjadi sebuah
tanaman dewasa. Semakin besar suatu tanaman, maka makin besar pula
kebutuhannya akan energi sehingga dalam respirasinya memerlukan oksigen yang
banyak pula. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme
antara lain: umur atau usia organisme tersebut, bobot dari kegiatan yang
dilakukan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta cahaya
juga mempengaruhi rata-rata pernapasan (Dwidjoseputro 1986).

Koesien respirasi (KR) ialah rasio molekul (volume) CO2 yang dilepaskan oleh
jaringan pada periode waktu tertentu dan molekul (volume) O2 yang diambil
(Tjondronegoro 2010). Besar kecilnya nilai koesien respirasi ini dipengaruhi oleh
bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi
tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1987).

Pada praktikum Penetapan Kadar Co2 Respirasi Jaringan Tumbuhan langkah


pertama yang kami lakukan yaitu menyediakan 6 buah botol selai yang kemudian
diisi dengan NaOH. Selanjutnya kacang hijau yang telah dibungkus terlebih
dahulu dengan kain kasa dimasukkan pada tiap botol selai dengan keadaan
menggantung. Lalu botol selai dibungkus dengan aluminium foil. Barulah
setelahnya dilakukan perlakuan yang berbeda dimana 2 botol selai dimasukkan
dalam oven dengan suhu 40°C sedangkan 2 botol lainnya dibiakan pada suhu
ruang selama 24 jam. Setelah itu NaOH pada tipa botol dimabil 2 ml dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan ditambah 3 tetes indikator PP dan
larutan BaCl2. Dan terakhir dititrasi dengan HCl hingga larutan berubah menjadi
merah muda. Selanjutnya menghitung kadar CO2menggunakan rumus berikut:
1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
Kadar CO2 = 1000 x V sampel (NaOH)

Untuk perlakuan pada suhu ruang (25°C) pada botol 1 memerlukan volume HCl
sebanyak 11,5 ml untuk mengubah larutan menjadi berwarna merah muda
sedangkan kadar CO2 yang dikeluarkan berdasarkan perhitungan rumus yaitu
sebesar 230 ml/L. Pada botol 2 di suhu ruang memerlukan volume HCl sebanyak
13,7 ml untuk mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang dikeluarkan
sebesar 274 ml/L. Sedangkan pada botol 3 di suhu ruang memerlukan volume
HCl sebanyak 230 ml untuk mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang
dikeluarkan sebesar 72 ml/L.

Untuk perlakuan dalam oven (40°C) pada botol 1 memerlukan volume HCl
sebanyak 8ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 160ml/L. Pada botol 2
yang ditaruh di oven memerlukan volume HCl sebanyak 7,5 ml dan
kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 150 ml/L. Sedangkan Pada botol 3 yang
ditaruh di oven memerlukan volume HCl sebanyak 11,3 ml dan kadar CO2 yang
dikeluarkan sebesar 226 ml/L.

Berdasarkan data yang didapat tersebut maka dapat diketahui bahwa laju respirasi
dipengaruhi oleh suhu dan CO2. Selain itu juga dipengaruhi oleh oksigen.
Menurut Salisbury (1995) Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies
tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan 25°C.
Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35°C, laju respirasi tetap
meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum Penetapan Kadar Co2 Respirasi Jaringan Tumbuhan


maka dapat disimpulkan bahwa laju respirasi dipengaruhi oleh suhu, CO2, dan
oksigen. Laju respirasi pada kecambah biji kacang hijau lebih tinggi pada suhu
ruang (25°C) dibandingkan di dalam oven (40°C). Hal ini karena bagi sebagian
besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan, Q10respirasi biasanya 2,0 sampai
2,5 pada suhu antara 5 dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau
35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun.
Selain itu pada suhu tinggi enzim yang berperan dalam proses metabolisme akan
mengalami denaturasi sehingga proses respirasi akan berlangsung lebih lama.
Ketersediaan oksigen juga mempengaruhi laju respirasi. Dalam oven oksigen
yang tersedia jauh lebih sedikit dibanding ruangan terbuka sehingga laju respirasi
menurun.

Faktor lain yaitu CO2, dimana CO2 yang dihasilkan pada proses respirasi didalam
oven tidak diimbangi dengan tersedianya oksigen. Adapun kadar CO2 yang
dikeluarkan oleh kecambah kacang hijau dapat menjadi tolak ukur laju respirasi
yang dilakukan oleh kecambah kacang hijau tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Djukri & Heru. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi. Universitas Negeri Yogyakarta

Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Efendi, 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan
lingkungan perairan. KANISIUS (Anggota IKAPI). Yogyakarta.

Kamariyani. 1994. Fisologi Pasca Panen. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Kordi, 2004. Penanggulang Hama dan Penyakit Ikan. Bina Adiaksara,


Jakarta.

Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah


Tropik. Jakarta:PT Gramedia

Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:


ITB.

Simbolon, Hubu dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tjondronegoro dkk. 2010. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Bogor:


Biologi FMIPA IPB Bogor.

Wills RHH, Lee TH, Graham D, Glasson WBM, Hall EG. 1981.
Postharvest. An Introduction to the Physiology and Handling of Fruits
and Vegetables. Kensington, N.S.W. Australia: New South Wales
University Press Limited.

Yasa, I Komang Jaya Santika. 2009. Respirasi Dipengaruhi oleh Beberapa


Faktor. http://www.idonbiu.com. ( Diakses pada tanggal 6 mei 2014).

Anda mungkin juga menyukai