LAPORAN PRAKTIKUM Kadar Co2 DG Titras
LAPORAN PRAKTIKUM Kadar Co2 DG Titras
Respirasi berasal dari kata latin yaitu respirare yang berarti bernafas. Reaksi
respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula
menjadi molekul anorganik berupa CO2 dan H2O (Salisbury & Ross, 1995).
Respirasi aerob merupakan proses yang umum terjadi dalam hampir semua
organisme eukariot, dan secara umum proses respirasi di dalam tumbuhan mirip
dengan apa yang dijumpai di dalam hewan dan eukoriot tingkat rendah, tetapi
beberapa aspek khusus dari respirasi tumbuhan membedakannya dari respirasi
hewan. Respirasi aerob adalah proses biologi yang memobilisasi dan
mengoksidasi molekul organik secara terkontrol. Selama respirasi, energi bebas
dilepas dan disimpan sementara dalam bentuk ATP yang siap digunakan untuk
aktifitas sel dan perkembangan tumbuhan (Tjitrosomo 1987).
Lebih terinci oleh Jukri & Heru (2004:19) bahwa respirasi merupakan reaksi
oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk
aktifitas sel dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi
tinggi lainnya. Jadi respirasi merupakan proses pembongkaran molekul kompleks
menjadi molekul yang lebih sederhana. Sedangkan fotosintesis yang disebutkan
tadi adalah kebalikannya, yakni penyusunan atau pembentukan molekul organik
kompleks dari molekul yang lebih sederhana.
Respirasi sel-sel tumbuhan berupa oksidasi molekul organik oleh oksigen dari
udara akan membentuk karbon dioksida dan air. Beberapa reaksi respirasi yang
menghasilkan energi bergabung untuk membentuk ATP dan penggabungan inilah
yang memungkinkan penyimpanan sebahagian energi yang timbul selama
respirasi, tidak hanya hilang sebagai panas. Jadi fungsi utama respirasi adalah
menghasilkan molekul-molekul ATP.
CO2 juga terbentuk dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik
oleh mikroorganisme. Umumnya juga terdapat dalam air yang telah
tercemar. Karbondioksida pula diperairan berasal dari difusi atmosfer, air hujan,
air yang melewati tanah organik, dan respirasi tumbuhan dan hewan, serta bakteri
aerob dan anaerob (Efendi, 2003).
Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan
biasa dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat
RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna
atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989).
Faktor yang mempengaruhi laju respirasi ada dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi tingkat perkembangan, susunan kimia jaringan,
ukuran produk, pelapis alami dan jenis jaringan. Sedangkan faktor eksternal
meliputi suhu, gas etilen, ketersediaan O2 dan CO2. Laju respirasi menentukan
daya tahan produk yang disimpan sehingga produk yang laju respirasinya rendah
umumnya disimpan lebih lama dalam kondisi yang baik. Respirasi pada tumbuhan
ditandai oleh penurunan konsentrasi gas O2 dan peningkatan konsentrasi
CO2 dalam chamber (Wills et al., 1981).
1. Ketersediaan substrat
2. Ketersediaan oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara
tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang
dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang
tersedia di udara ( Yasa, 2009).
3. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor
Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan
suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Bagi
sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya
2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh
sampai 30 atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi
Q10 mulai menurun (Salisbury & Ross, 1995).
1000 x 11,5 ml x 40
= 230
1000 x 2 ml
Ruang 2
1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
Kadar CO2 = =
1000 x V sampel (NaOH)
1000 x 13,7 ml x 40
= 274
1000 x 2 ml
Ruang 3
1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
Kadar CO2 = =
1000 x V sampel (NaOH)
1000 x 11,5 ml x 40
= 230
1000 x 2 ml
Oven 1
1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
Kadar CO2 = =
1000 x V sampel (NaOH)
1000 x 8 ml x 40
= 160
1000 x 2 ml
Oven 2
1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
Kadar CO2 = =
1000 x V sampel (NaOH)
1000 x 7,5 ml x 40
= 150
1000 x 2 ml
Oven 3
1000 x V titran (HCl) x Mr sampel (NaOH)
Kadar CO2 = =
1000 x V sampel (NaOH)
1000 x 11,3 ml x 40
= 226
1000 x 2 ml
Koesien respirasi (KR) ialah rasio molekul (volume) CO2 yang dilepaskan oleh
jaringan pada periode waktu tertentu dan molekul (volume) O2 yang diambil
(Tjondronegoro 2010). Besar kecilnya nilai koesien respirasi ini dipengaruhi oleh
bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi
tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1987).
Untuk perlakuan pada suhu ruang (25°C) pada botol 1 memerlukan volume HCl
sebanyak 11,5 ml untuk mengubah larutan menjadi berwarna merah muda
sedangkan kadar CO2 yang dikeluarkan berdasarkan perhitungan rumus yaitu
sebesar 230 ml/L. Pada botol 2 di suhu ruang memerlukan volume HCl sebanyak
13,7 ml untuk mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang dikeluarkan
sebesar 274 ml/L. Sedangkan pada botol 3 di suhu ruang memerlukan volume
HCl sebanyak 230 ml untuk mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang
dikeluarkan sebesar 72 ml/L.
Untuk perlakuan dalam oven (40°C) pada botol 1 memerlukan volume HCl
sebanyak 8ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 160ml/L. Pada botol 2
yang ditaruh di oven memerlukan volume HCl sebanyak 7,5 ml dan
kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 150 ml/L. Sedangkan Pada botol 3 yang
ditaruh di oven memerlukan volume HCl sebanyak 11,3 ml dan kadar CO2 yang
dikeluarkan sebesar 226 ml/L.
Berdasarkan data yang didapat tersebut maka dapat diketahui bahwa laju respirasi
dipengaruhi oleh suhu dan CO2. Selain itu juga dipengaruhi oleh oksigen.
Menurut Salisbury (1995) Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies
tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan 25°C.
Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35°C, laju respirasi tetap
meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun.
KESIMPULAN
Faktor lain yaitu CO2, dimana CO2 yang dihasilkan pada proses respirasi didalam
oven tidak diimbangi dengan tersedianya oksigen. Adapun kadar CO2 yang
dikeluarkan oleh kecambah kacang hijau dapat menjadi tolak ukur laju respirasi
yang dilakukan oleh kecambah kacang hijau tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Djukri & Heru. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi. Universitas Negeri Yogyakarta
Efendi, 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan
lingkungan perairan. KANISIUS (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Wills RHH, Lee TH, Graham D, Glasson WBM, Hall EG. 1981.
Postharvest. An Introduction to the Physiology and Handling of Fruits
and Vegetables. Kensington, N.S.W. Australia: New South Wales
University Press Limited.