Tekborirvan
Tekborirvan
TEKNIK PEMBORAN
INTI BOR
Disusun Oleh:
Irvan S. Pakpahan
21100116120027
SEMARANG
MEI 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
a. Mampu mengenali tanah dan batuan;
b. Mampu mendeskripsikan tanah dan batuan;
c. Untuk mengetahui nilai standart penetrating test yang dilakukan; dan
d. Untuk mengetahui nilai sudut geser dalam dan kohesi dari uji lab
1.2 Tujuan
a. Mampu mengetahui klasifikasi tanah dan batuan;
b. Dapat Mengetahui nilai kekerasan butir;
c. Mampu mengetahui kekuatan geser tanah; dan
d. Untuk mengetahui kegunaannya di bidang geotkenik
4.1 Trangkil
4.2 Manyaran
5.1 Trangkil
Terangkil I
5.2 Manyaran
Manyaran I
Selain itu juga terdapat nilai uji lab berupa kohesi dan sudut geser dalam
Manyaran II
Selain itu juga terdapat nilai uji lab berupa kohesi dan sudut geser dalam
6.1 Trangkil
Terangkil I
Berdasarkan hasil deskripsi pemboran yang dimana didapatkan variasi
litologi dan jugi uji penetrasi serta uji lab untuk mengetahui kekuatan geser
tanah, maka dapat diinterpretasikan pada daerah Trangkil I. Pada Trangkil I
sendiri diketahui terdapat lapisan soil setebal 5 m kemudian diikuti ketebalan
batuan berupa batulempung (claystone) dari 5 mdahingga kedalaman 15 m.
Berdasarkan kondisi seperti diinterpretasikan batulempung dapat menjadi
bidang gelincir ketika terjadi hujan dimana hujan yang terinfiltrasi ke dalam
tanah mengisi tanah hingga masuk ke dalam lapisan batulempung
(claystone) dan membuat lapisan di atasnya (tanah) dapat bergerak akibat
permukaan lempung yang licin dan juga bergantung pada dip (kedudukan
batuan). Dengan diketahuinya muka air tanah yang cukup dangkal (1 m),
maka daerah ini sangat berpotensi terjadinya gerakan tanah. Dengan kondisi
seperti ini diperlukan pengairan yang dimana agar air hujan yang masuk
tidak mengisi ke dalam tanah dan mengalir ke tempat lain. Selain itu juga,
diperlukan pemasangan tiang pancang untuk mengantisipasi pergerakan
tanah apabila terpengaruh oleh getaran atau sebagainya dan growthing untuk
mengikat fragmen dan matriks pada soil agar tidak bergerak. Apabila ingin
dibangun pembangunan di atas, diusahakan beban bangunan yang diberikan
(pemukiman, jalan, dan lain-lain) tidak melebihi dari kuat geser tanah,
sehingga menghindari terjadinya subsidence atau penurunan tanah. Selain
itu diharapkan pondisi yang dibangun berada di tengah batuan yang memiliki
kepadatan relatif kuat hingga sangat kuat.
Terangkil II
Berdasarkan hasil deskripsi pemboran yang dimana didapatkan variasi
litologi dan jugi uji penetrasi serta uji lab untuk mengetahui kekuatan geser
tanah, maka dapat diinterpretasikan pada daerah Trangkil II. Pada Trangkil
I sendiri diketahui terdapat lapisan soil setebal 2 m kemudian diikuti
ketebalan batuan berupa batulempung (claystone) dari 2 mdahingga
kedalaman 10 m. Berdasarkan kondisi seperti diinterpretasikan batulempung
dapat menjadi bidang gelincir ketika terjadi hujan dimana hujan yang
terinfiltrasi ke dalam tanah mengisi tanah hingga masuk ke dalam lapisan
batulempung (claystone) dan membuat lapisan di atasnya (tanah) dapat
bergerak akibat permukaan lempung yang licin dan juga bergantung pada
dip (kedudukan batuan). Dengan diketahuinya muka air tanah yang cukup
dangkal (1 m), maka daerah ini sangat berpotensi terjadinya gerakan tanah.
Dengan kondisi seperti ini diperlukan pengairan yang dimana agar air hujan
yang masuk tidak mengisi ke dalam tanah dan mengalir ke tempat lain.
Selain itu juga, diperlukan pemasangan tiang pancang untuk mengantisipasi
pergerakan tanah apabila terpengaruh oleh getaran atau sebagainya dan
growthing untuk mengikat fragmen dan matriks pada soil agar tidak
bergerak. Apabila ingin dibangun pembangunan di atas, diusahakan beban
bangunan yang diberikan (pemukiman, jalan, dan lain-lain) tidak melebihi
dari kuat geser tanah, sehingga menghindari terjadinya subsidence atau
penurunan tanah. Selain itu diharapkan pondisi yang dibangun berada di
tengah batuan yang memiliki kepadatan relatif kuat hingga sangat kuat.
6.2 Manyaran
Manyaran I
Manyaran II