Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN MATA KULIAH

TEKNIK PEMBORAN

INTI BOR

Disusun Oleh:
Irvan S. Pakpahan
21100116120027

LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK, GEODINAMIK, DAN


GEOFISIKA
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
MEI 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud
a. Mampu mengenali tanah dan batuan;
b. Mampu mendeskripsikan tanah dan batuan;
c. Untuk mengetahui nilai standart penetrating test yang dilakukan; dan
d. Untuk mengetahui nilai sudut geser dalam dan kohesi dari uji lab

1.2 Tujuan
a. Mampu mengetahui klasifikasi tanah dan batuan;
b. Dapat Mengetahui nilai kekerasan butir;
c. Mampu mengetahui kekuatan geser tanah; dan
d. Untuk mengetahui kegunaannya di bidang geotkenik

1.3 Waktu dan Tempat


Hari/ Tanggal : Jumat,17 Mei 2019
Pukul : 07:30-09:30 A.M
Tempat : Pelataran Gedung Pertamina Sukowati, Departemen Teknik
Geologi, Universitas Diponegoro
BAB II
LINGKUNGAN PEKERJAAN

Pada hari jumat, tanggal 17 Mei 2019, dilakukan pendeskripsian hasil


pemboran yang dilakukan pada daerah atau desar Trangkil dan Manyaran dengan
masing-masing lokasi memiliki 2 data pemboran. Hasil dari pemboran yang dilakukan
didapatkan informasi mengenai variasi tanah, batuan di bawah permukaan, serta mengetahui
MAT, kepadatan tanah, dan kekuatan geser tanah pada lokasi penelitian. Data-data hasil
pemboran dilakukan untuk keperluan geoteknik dimana pada lokasi yang dilakukan
pemboran digunakan sebagai parameter dalam pembangunan infrastruktur. Infrastruktur
yang dimaksud ialah dalam pembangunan pemukiman dan sebagainya.
BAB III
Deskripsi Lapangan

Pada hari Jumat, 17 Mei 2109 dilaksanakan pendeskripsian hasil pemboran


Praktikum Teknik Pemboran yang berlangsung di depan pelataran Gedung Pertamina
Sukowati. Pada kuliah kali ini dilakukan untuk mempelajari deskripsi core log melalui
core box, baik karakteristik seperti ukuran butir, tebal core, core recovery dan
penamaannya.

3.1 Pemboran Trangkil I


Peraga Core Log pertama yang dideskripsi diberi kode Trangkil 1 sesuai
dengan daerahnya karena pada core box terdapat fragmen batuan. Fragmen atau
lapisan core memiliki nama yang beragam. Berikut ini merupakan pendeskripsian
log per seri kedalaman.
Pada kedalaman 0-1 m, terdapat lapisan soil dimana memiliki ketebalan
rata-rata 100 cm. Core Recovery sebesar 40 hingga 100 persen. Karakteristiknya
yaitu memiliki warna cokelat kehitaman. Ukuran dari butirnya sebesar <1/256 mm
(clay) dengan butir yang dapat teramati memiliki bentuk bentuk butir subrounded
dimana fragmen berupa pasir dan matriks berupa lempung (dominated). Lapisan
ini memiliki kondisi kelembapan (moist condition) yaitu lempbap (moist).
Kemudian juga memiliki kepadatan relatif sangat lepas dimana fragmen dan
matriks ataupun butirannya tidak saling mengikat. Kemudian lapisan tanah pada
kedalaman ini memiliki tingkat plastisitas tinggi dimana mampu mampu
mengikuti tekanan ataupun gaya yang diberikan. Pada lapisan ini berdasarkan hasil
deskripsinya dari ukuran butir serta kondisinya belum terserdimentasi dan
terkonsolidasi, maka dinamakan dengan sandy clay jenis tanah. Jenis lapisan ini
masa sama hingga kedalaman 5 m dari atas permukaan dan juga hanya berbeda
pada persentase komposisinya.
Pada kedalaman 6-15 m memiliki ketebalan rata-rata 100 cm. Core
Recovery sebesar 40 hingga 100 persen. Karakteristiknya yaitu memiliki warna
cokelat kehitaman. Ukuran butirnya bervariasi sebesar 1/64 hingga <1/256 mm
(silt-clay) dan juga terdapat yang berukuran 1/4 hingga ½ mm. Fabrikasi atau
perbandingan ukuran butirnya fine fabric (<25 mm) hingga coarse fabric (25-
100m). Pada lapisan batuan di kedalaman 6 hingga 15 m ini memiliki tingkat
pelapukan yaitu slightly weatheres. Tidak teramati laminasi atau perlapisan pada
batuan. Jika ditinjau berdasarkan kekuatannya, Batuan pada kedalaman ini
memiliki rata-rata kekuatan cukup rendah. Batuan pada kedalaman ini merupakan
claystone.
3.2 Pemboran Trangkil II
Peraga Core Log pertama yang dideskripsi diberi kode Trangkil 1 sesuai
dengan daerahnya karena pada core box terdapat fragmen batuan. Fragmen atau
lapisan core memiliki nama yang beragam. Berikut ini merupakan pendeskripsian
log per seri kedalaman.
Pada kedalaman 0-2 m, terdapat lapisan soil dimana memiliki ketebalan
rata-rata 100 cm. Core Recovery sebesar 80 hingga 100 persen. Karakteristiknya
yaitu memiliki warna cokelat kehitaman. Ukuran dari butirnya sebesar <1/256 mm
(clay) hingga ½ mm dan juga 1 hingg ½ mm dengan butir yang dapat teramati
memiliki bentuk bentuk butir subrounded dimana fragmen berupa pasir dan
matriks berupa lempung (dominated). Lapisan ini memiliki kondisi kelembapan
(moist condition) yaitu lempbap (moist). Kemudian juga memiliki kepadatan
relatif sangat lepas dimana fragmen dan matriks ataupun butirannya tidak saling
mengikat. Kemudian lapisan tanah pada kedalaman ini memiliki tingkat plastisitas
tinggi dimana mampu mampu mengikuti tekanan ataupun gaya yang diberikan.
Pada lapisan ini berdasarkan hasil deskripsinya dari ukuran butir serta kondisinya
belum terserdimentasi dan terkonsolidasi, maka dinamakan dengan sandy clay
jenis tanah. Jenis lapisan ini masa sama hingga kedalaman 5 m dari atas permukaan
dan juga hanya berbeda pada persentase komposisinya.
Pada kedalaman 2-10 m memiliki ketebalan rata-rata 100 cm. Core
Recovery sebesar 20 hingga 100 persen. Karakteristiknya yaitu memiliki warna
cokelat kehitaman. Ukuran butirnya sebesar <1/256 mm (clay). Fabrikasi atau
perbandingan ukuran butirnya fine fabric (<25 mm). Pada lapisan batuan di
kedalaman 6 hingga 15 m ini memiliki tingkat pelapukan yaitu slightly weatheres.
Tidak teramati laminasi atau perlapisan pada batuan. Jika ditinjau berdasarkan
kekuatannya, Batuan pada kedalaman ini memiliki rata-rata kekuatan cukup
rendah. Batuan pada kedalaman ini merupakan claystone.
3.3 Pemboran Manyaran I
Peraga Core Log pertama yang dideskripsi diberi kode Trangkil 1 sesuai
dengan daerahnya karena pada core box terdapat fragmen batuan. Fragmen atau
lapisan core memiliki nama yang beragam. Berikut ini merupakan pendeskripsian
log per seri kedalaman.
Pada kedalaman 0-15 m, terdapat lapisan soil dimana memiliki ketebalan
rata-rata 100 cm. Core Recovery sebesar 40 hingga 80 persen. Karakteristiknya
yaitu memiliki warna cokelat kehitaman. Ukuran bervariasi dari butirnya sebesar
<1/256 mm (clay), <1/256 mm hingga ¼ mm, 1/4 mm hingga ½ mm, ½ hingga
1 mm dengan butir yang dapat teramati memiliki bentuk bentuk butir subrounded
hingga rounded dimana fragmen berupa pasir dan matriks berupa dan lanau
(dominated). Lapisan ini memiliki kondisi kelembapan (moist condition) yaitu
lempbap (moist). Kemudian juga memiliki kepadatan relatif sangat lepas dimana
fragmen dan matriks ataupun butirannya tidak saling mengikat. Kemudian lapisan
tanah pada kedalaman ini memiliki tingkat plastisitas tinggi dimana mampu
mampu mengikuti tekanan ataupun gaya yang diberikan. Pada lapisan ini
berdasarkan hasil deskripsinya dari ukuran butir serta kondisinya belum
terserdimentasi dan terkonsolidasi, maka dinamakan dengan sandy clay (sand (20-
30%)) dan silty clay (silt (20-30%)) jenis tanah.
3.4 Pemboran Manyaran II
Peraga Core Log pertama yang dideskripsi diberi kode Trangkil 1 sesuai
dengan daerahnya karena pada core box terdapat fragmen batuan. Fragmen atau
lapisan core memiliki nama yang beragam. Berikut ini merupakan pendeskripsian
log per seri kedalaman.
Pada kedalaman 0-15 m, terdapat lapisan soil dimana memiliki ketebalan
rata-rata 100 cm. Core Recovery sebesar 40 hingga 80 persen. Karakteristiknya
yaitu memiliki warna cokelat kehitaman. Ukuran bervariasi dari butirnya sebesar
<1/256 mm (clay), <1/256 mm hingga ¼ mm, 1/4 mm hingga ½ mm, ½ hingga
1 mm dengan butir yang dapat teramati memiliki bentuk bentuk butir subrounded
hingga rounded dimana fragmen berupa pasir dan matriks berupa dan lanau
(dominated). Lapisan ini memiliki kondisi kelembapan (moist condition) yaitu
lembap (moist). Kemudian juga memiliki kepadatan relatif sangat lepas dimana
fragmen dan matriks ataupun butirannya tidak saling mengikat. Kemudian lapisan
tanah pada kedalaman ini memiliki tingkat plastisitas tinggi dimana mampu
mampu mengikuti tekanan ataupun gaya yang diberikan. Pada lapisan ini
berdasarkan hasil deskripsinya dari ukuran butir serta kondisinya belum
terserdimentasi dan terkonsolidasi, maka dinamakan dengan sandy clay (sand (20-
30%)) dan clay jenis tanah.
BAB IV
INFORMASI LAPANGAN, GEOLOGI DAERAH, DAN TOPOGRAFI

4.1 Trangkil

Daerah Terangkil merupakan salah satu kelurahan dari Kecamatan Gunung


pati dengan elevasi 152 hingga 130, dimana berdasarkan geologi regional lembar
Magelang-Semarang (Thanden dkk, 1996), daerah Terangkil ini sendiri tersusun
atas Formasi Kerek. Formasi ini mempunyai ciri khas berupa perselingan antara
lempung, napal lempungan, napal, batupasir tufaan gampingan dan batupasir tufaan.
Perulangan ini menunjukkan struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan bersusun
(graded bedding) yang mencirikan gejala flysch. Berdasarkan fosil foraminifera
planktonik dan bentoniknya, formasi ini terbentuk pada Miosen Awal – Miosen
Akhir ( N10 – N18 ) pada lingkungan shelf. Ketebalan formasi ini bervariasi antara
1000 – 3000 meter.

4.2 Manyaran

Daerah Terangkil merupakan salah satu kelurahan dari Selatan Kota


Semarang dengan elevasi 90 hingga 112, dimana berdasarkan geologi regional
lembar Magelang-Semarang (Thanden dkk, 1996), variasi litologi bawah
permukaan Daerah Manyaran Permai yang berada di Kelurahan Sadeng Kecamatan
Gunungpati Semarang ini terdiri atas batuan sedimen Qtdk satuan konglomerat
polomik Formasi Damar dan Tmk satuan batu lempung biru Formasi Kalibiuk.
Formasi Damar terdiri dari batu pasir tufan, konglomerat, breksi vulkanik. Batu
pasir mengandung mineral mafik, felspar dan kuarsa. Breksi vulkanik mungkin
diendapkan sebagai lahar. Formasi KalibiukKerek terdiri dari batu lempung, napal,
batu pasir tufan, konglomerat, breksi vulkanik dan batu gamping. Batu lempung,
kelabu muda tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir.
BAB V
KONDISI GEOTEKNIK DAN PROFIL TANAH

5.1 Trangkil
 Terangkil I

Pada hasil pemboran didapatkan profi tanah dari kedalaman 10 m hingga


permukaan ialah berupa litologi claystone dan juga tanah sandy clay yang dimana
sandy clay nya ada yang merupakan hasil pelapukan dan juga merupakan hasil
sedimentasi. Masing-masing kedalaman memiliki nilai SPT yang berbeda-beda
dimana nilai SPT ini untuk mengetahui nilai kepadatan relative. Berikut ini
merupakan nilai SPT yang didapatkan dari lapangan :

Kedalaman SPT Kepadatan Relatif (SNI Layer Type


(Depth) 03 – 2436 – 1991,
2006)
2 15 Sangat Teguh Sandy Clay
4 28 Keras Sandy Clay
6 19 Keras Sandy Clay
8 22 Keras Sandy Clay
10 25 Keras Claystone
12 33 Sangat Keras Claystone
14 >60 Sangat Keras Claystone
Selain itu juga terdapat nilai uji lab berupa kohesi dan sudut geser dalam

Pemboran Box Berat Isi Sudut Geser Kohesi (C)


Trangkil I 1 1.772 5.26 0.30
2 1.944 4.82 1.53
3 1.850 3.43 0.60
Trangkil II 1 1.745 3.21 0.60
2 1.809 14.71 0.90
Manyaran I 1 1.788 1.58 0.37
2 1.838 7.59 0.70
3 1.892 6.12 1.15
Manyaran II 1 1.839 4.00 0.55
2 1.904 9.23 1.30
Berdasarkan hasilnya, maka diinterpretasikan kondisi geoteknik terangkil
1 ialah pada kedalaman 4-10 m dikelaskan ke dalam kelas keras (SNI 03 – 2436 –
1991, 2006), dan pada kedalaman 0-6 m dikelaskan ke dalam kelas sangat teguh
(SNI 03 – 2436 – 1991, 2006) dengan muka air tanah pada kedalaman 1 m pada zona
infiltrasi berupa soil.
 Terangkil II

Pada hasil pemboran didapatkan profi tanah dari kedalaman 15 m hingga


permukaan ialah berupa litologi claystone dan juga tanah sandy clay yang dimana
sandy clay nya ada yang merupakan hasil pelapukan dan juga merupakan hasil
sedimentasi. Masing-masing kedalaman memiliki nilai SPT yang berbeda-beda
dimana nilai SPT ini untuk mengetahui nilai kepadatan relative. Berikut ini
merupakan nilai SPT yang didapatkan dari lapangan :

Kedalaman SPT Kepadatan Relatif (SNI Layer Type


(Depth) 03 – 2436 – 1991,
2006)
2 12 Sangat Teguh Sandy Clay
4 14 Sangat Teguh Sandy Clay
6 17 Keras Sandy Clay
8 19 Keras Sandy Clay
10 21 Keras Claystone
Selain itu juga terdapat nilai uji lab berupa kohesi dan sudut geser dalam

Pemboran Box Berat Isi Sudut Geser Kohesi (C)


Trangkil I 1 1.772 5.26 0.30
2 1.944 4.82 1.53
3 1.850 3.43 0.60
Trangkil II 1 1.745 3.21 0.60
2 1.809 14.71 0.90
Manyaran I 1 1.788 1.58 0.37
2 1.838 7.59 0.70
3 1.892 6.12 1.15
Manyaran II 1 1.839 4.00 0.55
2 1.904 9.23 1.30
Berdasarkan hasilnya, maka diinterpretasikan kondisi geoteknik terangkil
1 ialah pada kedalaman 12-14 m dikelaskan ke dalam kelas sangat keras (SNI 03
– 2436 – 1991, 2006), kedalaman 4-10 m dikelaskan ke dalam kelas keras (SNI 03
– 2436 – 1991, 2006), dan pada kedalaman 0-2 m dikelaskan ke dalam kelas sangat
teguh (SNI 03 – 2436 – 1991, 2006) dengan muka air tanah pada kedalaman 1 m pada
zona infiltrasi berupa soil.

5.2 Manyaran
 Manyaran I

Pada hasil pemboran didapatkan profi tanah dari kedalaman 15 m hingga


permukaan ialah berupa litologi claystone dan juga tanah sandy clay yang dimana
sandy clay nya ada yang merupakan hasil pelapukan dan juga merupakan hasil
sedimentasi. Masing-masing kedalaman memiliki nilai SPT yang berbeda-beda
dimana nilai SPT ini untuk mengetahui nilai kepadatan relative. Berikut ini
merupakan nilai SPT yang didapatkan dari lapangan :
Kedalaman SPT Kepadatan Relatif (SNI Layer Type
(Depth) 03 – 2436 – 1991,
2006)
2 12 Sangat Teguh Silty Clay
4 14 Sangat Teguh Silty Clay
6 15 Keras Silty Clay
8 23 Keras Clayly Sand
10 28 Keras Silty Clay
12 24 Keras Silty Clay
14 30 Sangat Keras Silty Clay

Selain itu juga terdapat nilai uji lab berupa kohesi dan sudut geser dalam

Pemboran Box Berat Isi Sudut Geser Kohesi (C)


Trangkil I 1 1.772 5.26 0.30
2 1.944 4.82 1.53
3 1.850 3.43 0.60
Trangkil II 1 1.745 3.21 0.60
2 1.809 14.71 0.90
Manyaran I 1 1.788 1.58 0.37
2 1.838 7.59 0.70
3 1.892 6.12 1.15
Manyaran II 1 1.839 4.00 0.55
2 1.904 9.23 1.30
Berdasarkan hasilnya, maka diinterpretasikan kondisi geoteknik terangkil
1 ialah pada kedalaman 4-10 m dikelaskan ke dalam kelas keras (SNI 03 – 2436 –
1991, 2006), dan pada kedalaman 0-6 m dikelaskan ke dalam kelas sangat teguh
(SNI 03 – 2436 – 1991, 2006) dengan muka air tanah pada kedalaman 1 m pada zona
infiltrasi berupa soil.

 Manyaran II

Pada hasil pemboran didapatkan profi tanah dari kedalaman 15 m hingga


permukaan ialah berupa litologi claystone dan juga tanah sandy clay yang dimana
sandy clay nya ada yang merupakan hasil pelapukan dan juga merupakan hasil
sedimentasi. Masing-masing kedalaman memiliki nilai SPT yang berbeda-beda
dimana nilai SPT ini untuk mengetahui nilai kepadatan relative. Berikut ini
merupakan nilai SPT yang didapatkan dari lapangan :

Kedalaman SPT Kepadatan Relatif (SNI Layer Type


(Depth) 03 – 2436 – 1991,
2006)
2 25 Sangat Teguh Sandy Clay
4 19 Sangat Teguh Sandy Clay
6 23 Keras Sandy Clay
8 26 Keras Sandy Clay
10 32 Keras Sandy Clay

Selain itu juga terdapat nilai uji lab berupa kohesi dan sudut geser dalam

Pemboran Box Berat Isi Sudut Geser Kohesi (C)


Trangkil I 1 1.772 5.26 0.30
2 1.944 4.82 1.53
3 1.850 3.43 0.60
Trangkil II 1 1.745 3.21 0.60
2 1.809 14.71 0.90
Manyaran I 1 1.788 1.58 0.37
2 1.838 7.59 0.70
3 1.892 6.12 1.15
Manyaran II 1 1.839 4.00 0.55
2 1.904 9.23 1.30
Berdasarkan hasilnya, maka diinterpretasikan kondisi geoteknik terangkil
1 ialah pada kedalaman 12-14 m dikelaskan ke dalam kelas sangat keras (SNI 03
– 2436 – 1991, 2006), kedalaman 4-10 m dikelaskan ke dalam kelas keras (SNI 03
– 2436 – 1991, 2006), dan pada kedalaman 0-2 m dikelaskan ke dalam kelas sangat
teguh (SNI 03 – 2436 – 1991, 2006) dengan muka air tanah pada kedalaman 1 m pada
zona infiltrasi berupa soil.
BAB VI
INTERPRETASI DAN REKOMENDASI

6.1 Trangkil
 Terangkil I
Berdasarkan hasil deskripsi pemboran yang dimana didapatkan variasi
litologi dan jugi uji penetrasi serta uji lab untuk mengetahui kekuatan geser
tanah, maka dapat diinterpretasikan pada daerah Trangkil I. Pada Trangkil I
sendiri diketahui terdapat lapisan soil setebal 5 m kemudian diikuti ketebalan
batuan berupa batulempung (claystone) dari 5 mdahingga kedalaman 15 m.
Berdasarkan kondisi seperti diinterpretasikan batulempung dapat menjadi
bidang gelincir ketika terjadi hujan dimana hujan yang terinfiltrasi ke dalam
tanah mengisi tanah hingga masuk ke dalam lapisan batulempung
(claystone) dan membuat lapisan di atasnya (tanah) dapat bergerak akibat
permukaan lempung yang licin dan juga bergantung pada dip (kedudukan
batuan). Dengan diketahuinya muka air tanah yang cukup dangkal (1 m),
maka daerah ini sangat berpotensi terjadinya gerakan tanah. Dengan kondisi
seperti ini diperlukan pengairan yang dimana agar air hujan yang masuk
tidak mengisi ke dalam tanah dan mengalir ke tempat lain. Selain itu juga,
diperlukan pemasangan tiang pancang untuk mengantisipasi pergerakan
tanah apabila terpengaruh oleh getaran atau sebagainya dan growthing untuk
mengikat fragmen dan matriks pada soil agar tidak bergerak. Apabila ingin
dibangun pembangunan di atas, diusahakan beban bangunan yang diberikan
(pemukiman, jalan, dan lain-lain) tidak melebihi dari kuat geser tanah,
sehingga menghindari terjadinya subsidence atau penurunan tanah. Selain
itu diharapkan pondisi yang dibangun berada di tengah batuan yang memiliki
kepadatan relatif kuat hingga sangat kuat.
 Terangkil II
Berdasarkan hasil deskripsi pemboran yang dimana didapatkan variasi
litologi dan jugi uji penetrasi serta uji lab untuk mengetahui kekuatan geser
tanah, maka dapat diinterpretasikan pada daerah Trangkil II. Pada Trangkil
I sendiri diketahui terdapat lapisan soil setebal 2 m kemudian diikuti
ketebalan batuan berupa batulempung (claystone) dari 2 mdahingga
kedalaman 10 m. Berdasarkan kondisi seperti diinterpretasikan batulempung
dapat menjadi bidang gelincir ketika terjadi hujan dimana hujan yang
terinfiltrasi ke dalam tanah mengisi tanah hingga masuk ke dalam lapisan
batulempung (claystone) dan membuat lapisan di atasnya (tanah) dapat
bergerak akibat permukaan lempung yang licin dan juga bergantung pada
dip (kedudukan batuan). Dengan diketahuinya muka air tanah yang cukup
dangkal (1 m), maka daerah ini sangat berpotensi terjadinya gerakan tanah.
Dengan kondisi seperti ini diperlukan pengairan yang dimana agar air hujan
yang masuk tidak mengisi ke dalam tanah dan mengalir ke tempat lain.
Selain itu juga, diperlukan pemasangan tiang pancang untuk mengantisipasi
pergerakan tanah apabila terpengaruh oleh getaran atau sebagainya dan
growthing untuk mengikat fragmen dan matriks pada soil agar tidak
bergerak. Apabila ingin dibangun pembangunan di atas, diusahakan beban
bangunan yang diberikan (pemukiman, jalan, dan lain-lain) tidak melebihi
dari kuat geser tanah, sehingga menghindari terjadinya subsidence atau
penurunan tanah. Selain itu diharapkan pondisi yang dibangun berada di
tengah batuan yang memiliki kepadatan relatif kuat hingga sangat kuat.

6.2 Manyaran
 Manyaran I

Berdasarkan hasil deskripsi pemboran yang dimana didapatkan variasi


litologi dan jugi uji penetrasi serta uji lab untuk mengetahui kekuatan geser
tanah, maka dapat diinterpretasikan pada daerah Manyaran I. Pada
ManyaranI sendiri diketahui terdapat lapisan soil setebal 15 m. Berdasarkan
kondisi seperti diinterpretasikan batulempung dapat menjadi bidang gelincir
ketika terjadi hujan dimana hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah mengisi
tanah hingga masuk ke dalam lapisan batulempung (claystone) dan membuat
lapisan di atasnya (tanah) dapat bergerak akibat permukaan lempung yang
licin dan juga bergantung pada dip (kedudukan batuan). Dengan
diketahuinya muka air tanah yang cukup dangkal (1 m), maka daerah ini
sangat berpotensi terjadinya gerakan tanah. Dengan kondisi seperti ini
diperlukan pengairan yang dimana agar air hujan yang masuk tidak mengisi
ke dalam tanah dan mengalir ke tempat lain. Selain itu juga, diperlukan
pemasangan tiang pancang untuk mengantisipasi pergerakan tanah apabila
terpengaruh oleh getaran atau sebagainya dan growthing untuk mengikat
fragmen dan matriks pada soil agar tidak bergerak. Apabila ingin dibangun
pembangunan di atas, diusahakan beban bangunan yang diberikan
(pemukiman, jalan, dan lain-lain) tidak melebihi dari kuat geser tanah,
sehingga menghindari terjadinya subsidence atau penurunan tanah. Selain
itu diharapkan pondisi yang dibangun berada di tengah batuan yang memiliki
kepadatan relatif kuat hingga sangat kuat.

 Manyaran II

Berdasarkan hasil deskripsi pemboran yang dimana didapatkan variasi


litologi dan jugi uji penetrasi serta uji lab untuk mengetahui kekuatan geser
tanah, maka dapat diinterpretasikan pada daerah Trangkil I. Pada Trangkil I
sendiri diketahui terdapat lapisan soil setebal 10 m. Berdasarkan kondisi
seperti diinterpretasikan batulempung dapat menjadi bidang gelincir ketika
terjadi hujan dimana hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah mengisi tanah
hingga masuk ke dalam lapisan batulempung (claystone) dan membuat
lapisan di atasnya (tanah) dapat bergerak akibat permukaan lempung yang
licin dan juga bergantung pada dip (kedudukan batuan). Dengan
diketahuinya muka air tanah yang cukup dangkal (1 m), maka daerah ini
sangat berpotensi terjadinya gerakan tanah. Dengan kondisi seperti ini
diperlukan pengairan yang dimana agar air hujan yang masuk tidak mengisi
ke dalam tanah dan mengalir ke tempat lain. Selain itu juga, diperlukan
pemasangan tiang pancang untuk mengantisipasi pergerakan tanah apabila
terpengaruh oleh getaran atau sebagainya dan growthing untuk mengikat
fragmen dan matriks pada soil agar tidak bergerak. Apabila ingin dibangun
pembangunan di atas, diusahakan beban bangunan yang diberikan
(pemukiman, jalan, dan lain-lain) tidak melebihi dari kuat geser tanah,
sehingga menghindari terjadinya subsidence atau penurunan tanah. Selain
itu diharapkan pondisi yang dibangun berada di tengah batuan yang memiliki
kepadatan relatif kuat hingga sangat kuat.

Anda mungkin juga menyukai