Anda di halaman 1dari 18

PAPER KEBANKSENTRALAN

“PERANAN MAKRO BANK SENTRAL DALAM KEBIJAKAN MONETER”

Anggota Kelompok :

1. Ni Kadek Mega Dwi Lestari (1707512107)

2. Ni Made Ayu Widya Novitasari (1707512142)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

1
2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

1.3 Tujuan penulisan ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Teori Kebijakan Moneter ....................................................................... 2


2.2 Kerangka Strategis Kebijakan Moneter ..................................................................... 3
2.3 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ................................................................ 6
2.4 Kerangka Operasional Kebijakan Moneter.............................................................. 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “PERANAN
MAKRO BANK SENTRAL DALAM KEBIJAKAN MONETER (RPS 9)”. Meskipun banyak
hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Dosen yang telah membantu dan
membimbing kami demi terwujudnya kinerja yang efisien. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi saran atau kritik baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dare kesempurnaan,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Dan juga semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi seluruh
kalangan yang membutuhkan terutama kepada para mahasiswa.

Om Santhi, Santhi, Shanti Om

Denpasar, 20 Oktober 2019

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Later Belakang
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter
pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan
tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan teori kebijakan moneter ?
2. Bagaimana kerangka strategis kebijakan moneter ?
3. Bagaimana mekanisme transmisi kebijakan moneter ?
4. Bagaimana kerangka operasional kebijakan moneter ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dan teori kebijakan moneter.
2. Untuk mengetahui kerangka strategis kebijakan moneter.
3. Untuk mengetahui mekanisme transmisi kebijakan moneter.
4. Untuk mengetahui kerangka operasional kebijakan moneter.

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan Teori Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral


dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk mencapai
perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Pada dasarnya tujuan kebijakan
moneter adalah dicapainya keseimbangan interen (internal balance) dan keseimbangan
ekstem (external balance). Keseimbangan interen biasanya diwujudkan oleh terciptanya
kesempatan kerja yang tinggi, dan laju inflasi yang rendah. Sedangkan keseimbangan
ekstem ditujukan agar neraca pembayaran internasional seimbang.

Kebijakan moneter dengan sasaran tunggal pada umumnya menggunakan


pendekatan harga, sementara kebijakan moneter dengan sasaran multi pada umumnya
menggunakan pendekatan kuantitas. Diperlukan indikator untuk mengetahui indikasi
kebijakan yang dilakukan sehingga diperlukan adanya sasaran-sasaran yang bersifat antara
yang biasa disebut sasaran antara. Beberapa pilihan sasaran antara yang dapat digunakan
antara lain ialah M1, M2 (dari sisi pasiva neraca sistem moneter), kredit perbankan (dari
sisi aktiva neraca sistem moneter), dan suku bunga. Untuk mencapai sasaran antara, bank
sentral sebagai otoritas moneter memerlukan sasaran operasional, yaitu uang primer (M0),
reserve bank-bank (bagian dari M0), dan suku bunga (antarbank atau jangka pendek).
Kebijakan moneter dibagi dalam dua jenis, yaitu kebijakan moneter ekspansif dan
kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang
ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui
peningkatan jumlah uang beredar. Sedangkan kebijakan moneter kontraktif adalah
kebijakan moneter yang ditujukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara
lain dilakukan melalui penurunan jumlah uang beredar.

Dalam praktiknya, pemerintah mengharapkan adanya perkembangan kegiatan


perekonomian berupa stabilitas ekonomi makro yang antara lain dapat tercermin dari
stabilitas harga (rendahnya laju inflasi), membaiknya perkembangan output riil
(pertumbuhan ekonomi), serta cukup luasnya lapangan/ kesempatan kerja yang tersedia.
Kebijakan moneter ini adalah bagian integral kebijakan ekonomi makro, yang secara

2
umum dapat dicapai melalui pertimbangan siklus kegiatan ekonomi, sifat perekonomian
suatu negara tertutup atau terbuka, serta terkait faktor-faktor fundamental ekonomi yang
lain. Di tiap-tiap negara, kebijakan moneter dapat dilaksanakan dengan dasar pertimbangan
dan tata cara yang berbeda. Perbedaan ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai
serta mekanisme transmisi yang berlaku pada perekonomian yang berlangsung di negara
tersebut.

2.2 Kerangka Strategis Kebijakan Moneter

Kerangka strategis kebijakan moneter pada dasarnya terkait dengan penetapan tujuan
akhir kebijakan moneter dan strategi untuk mencapainya. Secara prinsip terdapat beberapa
strategi dalam mencapai tujuan kebijakan moneter. Setiap strategi memiliki karakteristik
sesuai dengan indikator tertentu yang digunakan sebagai nominal anchor (jangkar
nominal) atau semacam “sasaran antara” dalam mencapai tujuan akhir. Beberapa startegi
kebijakan moneter tersebut, antara lain, ialah (i) exchange rate targeting (penargetan nilai
tukar), (ii) monetary targeting (penargetan besaran moneter), (iii) inflation targeting
(penargetan inflasi), (iv) implicit but notexplicit anchor (strategi kebijakan moneter tanpa
jangkar yang tegas).

2.2.1 Penargetan Nilai Tukar


Startegi kebijakan moneter dengan penargetan nilai tukar mendasarkan pada
keyakinan bahwa nilai tukarlah yang paling dominan pengaruhnya terhadap pencapaian
sasaran akhir kebijakan moneter. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga alternatif yang
dapat ditempuh. Pertama, dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap harga
komoditas tertentu yang diakui secara internasional, seperti emas (standar emas).
Kedua, dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang negara-
negara besar yang mempunyai laju inflasi yang rendah. Ketiga, dengan menyesuaikan
nilai mata uang domestik terhadap mata uang negara tertentu ketika perubahan nilai
mata uang diperkenankan sejalan dengan perbedaan laju inflasi diantara kedua negara
(crawling peg).

Kelebihan dari penargetan nilai tukar, antara lain adalah sebagai berikut. Pertama,
penargetan nilai tukar dapat meredam laju inflasi yang berasal dari perubahan harga
barang-barang impor. Kedua, penargetan nilai tukar dapat mengarahkan ekspetasi

3
masyarakat terhadap inflasi. Ketiga, penargetan nilai tukar memberikan kaidah buku
(rules) dan dapat mendisiplinkan pelaksanaan kebijakan moneter. Keempat, penargetan
nilai tukar bersifat cukup sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami oleh
masyarakat.

Disamping kelebihan-kelebihan, penerapan strategi ini juga memiliki kelemahan


sebagai berikut. Pertama, penargetan nilai tukar dalam kondisi ketika perekonomian
suatu negara sangat terbuka dan mobilitas dana luar negeri sangat tinggi akan
menghilangkan independensi kebijakan monetern domestik dari pengaruh luar negeri.
Kedua, penargetan nilai tukar dapat menyebabkan setiap gejolak struktural yang terjadi
dinegara lain akan ditransmisikan atau berdampak secara langsung pada stabilitas
perekonomian domestik. Ketiga, penargetan nilai tukar rentan terhadap tindakan
spekulasi dalam pemegangan mata uang domestik khususnya bagi negara yang
memiliki cadangan devisa yang tidak besar.

2.2.2 Penargetan Besaran Moneter


Penargetan besaran moneter merupakan menetapkan pertumbuhan jumlah uang
beredar sebagai sasaran antara, misalnya, uang beredar dalam arti sempit (M1) dan
dalam arti luas (M2), serta kredit. Kelebihan utama dari penargetan moeneter
dibandinngkan dengan penargetan nilai tukar adalah dimungkinkannya kebijakan
moneter yang independen sehingga bank sentral dapat memfokuskan pencapaian tujuan
yang ditetapkan seperti laju inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan.
Sebagaimana penargetan nilai tukar, penargetan besaran moneter memungkinkan
masyarakat segera mengetahui stance (arah) kebijakan moneter yang ditempuh oleh
bank sentral. Sinyal tersebut diharapkan dapat mengarahkan ekspetasi masyarakat
terhadap laju inflasi yang akan terjadi serta mengurangi tekanan inflasi. Strategi ini
sangat bergantung pada kestabilan hubungan antara bsesaran moneter dan sasaran akhir
kebijakan (perkembangan harga dan output). Dengan semakin berkembangnya
instrumen keuangan dan semakin terintegrasinya perekonomian domestik dengan
internasional, kestabilan hubungan tersebut menjadi terganggu, seperti tercermin pada
ketidakstabilan incomevelocity (tingkat perputaran uang dalam ekonomi). Hal itu antara

4
lain yang menjadi alasan mengapa bank sentral tidak menerapkan strategi tersebut
dengan kaku, atau bahkan meninggalkan strategi itu.
2.2.3 Penargetan Inflasi
Penargetan inflasi dilakukan dengan mengumumkan kepada publik mengenai
target inflasi jangka menengah dan komitmen bank sentral untuk mencapai stabilitas
harga sebagai tujuan jangka panjang dari kebijakan moneter. Untuk mencapai sasaran
inflasi tersebut, strategi ini tidak mendasarkan pada satu indikator saja, misalnya nilai
tukar atau uang beredar saja, tetapi mengevaluasi berbagai indikator kunci dan relevan
untuk perumusan kebijakan moneter. Yang diutamakan adalah pencapaian sasaran akhir
inflasi, dan bukan pencapaian sasaran antara seperti uang beredar atau nilai tukar.
Dengan menargetkan inflasi sebagai jangkar nominal, bank sentral dapat menjadi
kestabilan harga sebagai tujuan akhir.
Walaupun penargetan dilakukan pada inflasi, strategi ini tidak mengabaikan
pencapaian tujuan kebijakan moneter lainnya seperti perkembangan keluaran (output)
dan kesempatan kerja. Dalam hal ini, bank sentral senantiasa berupaya unuk
memperhitungkan stabilitas perkembangan output dan kesempatan kerja (pada tingkat
tertentu) dalam jangka pendek dalam penetapan sasaran inflasi jangka-menengah yang
ingin dicapai. Selain itu, dalam rangka meminimumkan penurunan perkembangan
output, bank sentral melakukan penyesuaian secara bertahap sasaran inflasi jangka
pendek menuju ke arah pencapaian sasaran laju inflasi jangka menengah-panjang yang
lebih rendah.
2.2.4 Strategi Kebijakan Moneter Tanpa Jangka yang Tepat
Dalam rangka mencapai kinerja perekonomian yang memuaskan seperti inflasi
yang rendah dan stabil serta pertumbuhan ekonomi yang sehat, beberapa negara lebih
memilih startegi kebijakan moneter tanpa mengungkapkan penargetan secara tegas.
Akan tetapi, bank sentral tersebut tetap memberikan perhatian dan komitmen untuk
mencapai tujuan akhir kebijakan moneter. Sebagai salah satu contoh adalah bank sental
Amerika Serikat yang tidak menyebutkan secara tegas mengenai jangkar nominal yang
digunakan.
Walaupun di Amerika Serikat stretegi tersebut telah berhasil, strategi itu
dianggap kurang terbuka/transparan sehingga masyarakat cenderung mereka maksud
dan tujuan kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral. Hal ini dapat memicu

5
ketidakpastian di pasar mengenai prospek perkembangan harga dan output.
Ketidaktegasan strategi tersebut juga dapat menurunkan akuntabilitas bank sentral
dimata masyarakat dan parlemen karena tidak adanya kriteria keberhasilan pencapaian
kebijakan moneter yang umumnya ditentukan terlebih dahulu.
2.3 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Kerangka strategis kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral banyak
dipengaruhi oleh keyakinan bank sentral yang bersangkutan terhadap suatu proses
tertentu mengenai bagaimana kebijakan moneter berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi dan inflasi. Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme
transmisi kebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uang dalam
perekonomian dan pertama kali dijelaskan oleh Quantity Theory of Money (Teori
Kuantitas uang). Teori itu pada dasaarnya menggambarkan analisis hubungan langsung
yang sistematis antara pertumbuhan jumlah uang beredar dan inflasi, yang dinyatakan
dalam suatu yang dikenal sebagai “The Equation of Exchange” :
𝑀𝑉 = 𝑃𝑇

Jumlah uang beredar (M) dikali dengan tingkat perputaran uang (V) sama dengan
volume output atau transaksi ekonomi secara rill (T) dikalikan dengan tingkat harga (P).
Dengan kata lain, dalam keseimbangan jumlah uang beredar yang digunakan
dalamseluruh kegiatan transaksi ekonomi (MV) sama dengan jumlah output yang
dihitung dengan harga yang berlaku ditransaksi (PT).

6
Berdasarkan mekanisme transmisi ini, dalam jangka pendek pertumbuhan
jumlah uang yang beredar hanya mempengaruhi perkembangan output riil. Selanjutnya,
dalam jangka menengah pertumbuhan jumlah uang yang beredar akan mendorong
kenaikan harga (inflasi), yang pada gilirannya menyebabkan penurunan perkembangan
output riil menuju posisi semula. Dalam keseimbangan jangka panjang, pertumbuhan
jumlah uang yang beredar tidak berpengaruh pada perkembangan output riil, tetapi
mendorong kenaikan laju inflasi secara proposional.
Jalur moneter yang bersifat langsung ini dianggap tidak dapat menjelaskan
pengaruh faktor-faktor selain uang terhadap inflasi, seperti suku bunga, nilai tukar,
harga aset, kredit, dan ekspektasi. dalam perkembangan selanjutnya, selain jalur
moneter langsung (direct monetary channel), mekanisme transmisi pada umumnya juga
dapat melalui lima jalur lainnya, yaitu interest rate channel (jalur harga aset), credit
channel (jalur kredit), dan expectation channel (jalur ekspektasi). Dalam transmisi
kebijakan moneter setiap negara berbeda antara satu dan yang lainnya, tergantung pada
perbedaan struktur perekonomian, perkembangan pasar keuangan, dan sistem nilai
tukar yang dianut.
2.3.1 Jalur Suku Bunga

Mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga menekankan bahwa kebijakan


moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui perubahan suku bunga.
Dalam hal ini, pengaruh perubahan suku bunga jangka pendek ditransmisikan pada suku
bunga jangka menengah panjang melalui mekanisme penyeimbang sisi permintaan dan
penawaran di pasar uang. perkembangan suku bunga tersebut akan mempengaruhi cost
of capital (biaya modal), yang pada gilirannya akan mempengaruhi pengeluaran
investasi dan konsumsi yang merupakan komponen dari permintaan agregat.

7
2.3.2 Jalur Nilai Tukar
Mekanisme transmisi melalui jalur nilai tukar menekankan bahwa pergerakan
nilai tukar dapat mempengaruhi perkembangan penawaran dan permintaan agregat dan
mempengaruhi output dan harga. Besar kecilnya pengaruh pergerakan nilai tukar
tergantung pada setiap negaranya. Misalnya, dalam sistem nilai tukar mengambang,
kebijakan moneter eskspansif oleh bank sentral akan mendorong depresiasi mata uang
domestik dan meningkatkan harga barang ekspor atau impor. Hal itu akan mendorong
kenaikan harga barang domestik walaupun tidak terdapat ekspansi di sisi permintaan
agregat. Sementara itu dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali, pengaruh
kebijakan moneter pada perkembangan output riil dan inflasi menjadi semakin lemah
(dengan time leg [tenggang waktu] yang lama), terutama terdapat substitusi yang tidak
sempurna antara aset dan domestik dan aset luar negeri.

2.3.3 Jalur Harga Aset


Mekanisme transmisi melalui jalur harga aset menekankan bahwa kebijakan
moneter berpengaruh terhadap perubahan harga aset dan kekayaan masyarakat yang
selanjutnya mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi. Apabila bank sentral
melakukan kebijakan moneter kontraktif, kebijakan tersebut akan mendorong
peningkatan suku bunga yang dimana akan menekan harga pasar aset perusahaan.
penurunan harga aset dapat berakibat pada dua hal yaitu, mengurangi kemampuan
perusahaan untuk melakukan ekspansi, dan menurunkan nilai kekayaan dan pendapatan
yang bertujuan mengurangi pengeluaran konsumsi. Secara keseluruhan kedua hal
tersebut berdampak pada penurunan pengeluaran agregat.

8
2.3.4 Jalur Kredit
Mekanisme transmisi melalui jalur kredit menekan bahwa pengaruh kebujakan
moneter terhadap output dan harga terjadi melalui kredit perbankan. Transmisi dapat
dibedakan menjadi dua jalur, yaitu bank lending channel (jalur pinjaman bank) yang
menekan pengaruh kebijakan moneter pada kredit karena kondisi keuangan bank,
khususnya sisi aset, kedua firm balance sheet channel (jalur neraca perusahaan) yang
menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuangan perusahaan, seperti
cash flow (arus kas) dan leverage (rasio utang terhadap modal), dan selanjutnya kan
mempengaruhi akses perusahaan untuk mendapatkan kredit.

2.3.5 Jalur Ekspektasi


Mekanisme transmisi melalui jalur ekspetasi menekankan bahwa kebijakan
moneter dapat diarahkan untuk mempengaruhi pembentukan ekspektasi mengenai
inflasi dan kegiatan ekonomi. Kondisi ini mempengaruhi perilaku agen-agen ekonomi
dalam melakukan keputusan komsumsi dan investasi, yang pada gilirannya akan
mendorong perubahan permintaan agregat dan inflasi. Misalkan, dalam hal bank sentral
menempuh kebijakan moneter ekspansif, kenaikan jumlah uang yang beredar akan
mendorong naiknya laju inflasi. Dengan harga-harga yang meningkat ekspektasi inflasi
masyarakat akan meningkat pula, dan selanjutnya apabila tidak diatasi dengan
kebijakan moeneter kolektif , kebijakan moneter ekspansif akan mendorong laju inflasi
meningkat lebih tinggi.

9
2.3.6 Jalur Ketidakpastian (Uncertainy)

Kebijakan moneter yang ketat dengan menaikan suku bunga bisa mendorong
ketidakpastian pasar karena pelaku ekonomi berekspektasi akan terjadi kenaikan biaya
modal dan akan mengganggu hingga suku bunga kembali turun. Hal ini meningkatkan
ketidakpastian sehingga investasi turun karena pelaku bisnis aka menunda atau
mengurangi aktivitas bisnisnya.

2.4 Kerangka Operasional Kebijakan Moneter

Pada umumnya kerangka operasional kebijakan moneter mencakup instrumen, sasaran-


operasional, dan sasaran-antara yang dipergunakan untuk mencapai sasaran akhir yang telah
ditetapkan. Sasaran-antara diperlukan karena untuk mencapai sasaran akhir yang ditetapkan
terdapat tenggang waktu antara pelaksanaan kebijakan moneter dan hasil pencapaian sasaran-
akhir. Oleh karena itu, diperlukan adanya indikator-indikator yang segera dapat dilihat untuk
mengetahui indikasi arah pergerakan ekonomi dan inflasi ke depan dan respon kebijakan
moneter yang di perlukan yang biasa disebut dengan sasaran-antara. Sasaran-antara yang
dipilih harus memiliki kestabilan hubungan dengan sasaran-akhir.

Selanjutnya, untuk mencapai sasaran-antara tersebut bank sentral memerlukan sasaran-


sasaran yang bersifat operasional agar proses transmisi dapat berjalan dengan rencana. Sasaran
operasional yang dipilih harus memiliki kestabilan hubungan dengan sasaran-antara, harus
dapat dikendalikan oleh bank sentral, dan harus menyediakan informasi lebih awal daripada
sasaran-antara. Beberapa pilihan sasaran-operasional yang dapat digunakan antara lain adalah
uang primer atau suku bunga jangka pendek.

Sementara itu, instrumen moneter adalah instrumen yang dimiliki oleh bank sentral
yang digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mempengaruhi sasaran-
sasaran operasional yang ditetapkan. Beberapa pilihan instrumen yang digunakan antara lain
open market operation (operasi pasar terbuka), reserve requiment (cadangan wajib minimum),

10
discount facility (fasilitas diskonto), dan moral suasion (imbauan), dan intervensi valas.
Rangkaian langkah-langkah bank sentral mulai dari :

1. penentuan dan prakiraan sasaran-antara.


2. Pemantauan variabel-variabel ekonomi keuangan yang dijadikan dasar perumusan
kebijakan moneter.
3. Pelaksanaan pengendalian moneter di pasar uang untuk mencapaisasaran-akhir disebut
sebagai kerangka operasional kebijakan moneter.

Umumnya, pendekatan berdasarkan kuantitas dilakukan dengan menetapkan besaran


sasaran-operasional uang primer dan sasaran-antara jumlah uang yang beredar atau kredit.
Sementara itu pendekatan kualitas (berdasarkan suku bunga) dilakukan dengan menetapkan
sasaran operasional suku bunga jangka pendek, teatapi perkembangan suku bunga jangka
menengah seperti suku bunga deposito, kredit, atau yeild obligasi tidak ditetapkan secara
eksplisit sebagai sasaran-antara. Secara ilustratif, kerangka operasional kebijakan moneter
melalui kedua pendekatan tersebut yang mencerminkan keterkaitan antara instrumen, sasaran-
operasional, sasaran-antara, dan sasaran-akhir dapat digambarkan sebagai berikut :

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebijakan Moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral


dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk mencapai
perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Kebijakan moneter dibagi
dalam dua jenis, yaitu kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif.
Secara prinsip terdapat beberapa strategi dalam mencapai tujuan kebijakan moneter
antara lain, ialah (i) exchange rate targeting (penargetan nilai tukar), (ii) monetary
targeting (penargetan besaran moneter), (iii) inflation targeting (penargetan inflasi),
(iv) implicit but notexplicit anchor (strategi kebijakan moneter tanpa jangkar yang
tegas). Kerangka strategis kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral banyak
dipengaruhi oleh keyakinan bank sentral yang bersangkutan terhadap suatu proses
tertentu mengenai bagaimana kebijakan moneter berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi dan inflasi. Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme
transmisi kebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uang dalam
perekonomian. Dalam transmisi kebijakan moneter setiap negara berbeda antara satu
dan yang lainnya, tergantung pada perbedaan struktur perekonomian, perkembangan
pasar keuangan, dan sistem nilai tukar yang dianut. Kerangka operasional kebijakan
moneter mencakup instrumen, sasaran-operasional, dan sasaran-antara yang
dipergunakan untuk mencapai sasaran akhir yang telah ditetapkan. Sasaran-antara
diperlukan karena untuk mencapai sasaran akhir yang ditetapkan terdapat tenggang
waktu antara pelaksanaan kebijakan moneter dan hasil pencapaian sasaran-akhir.

12
DAFTAR PUSTAKA

Simorangkir, Iskandar. 2014. Pengantar Kebanksentralan : Teori dan Praktik di Indonesia.


Edisi Pertama. Cetakan kedua. Jakarta : Rajawali Pers.

13

Anda mungkin juga menyukai