Ali Qureishi, Yan Lee, Katherine Belfield, John P Birchall, Matija Daniel
Abstract: Otitis media akut dan otitis media efeusi merupakan penyakit yang
sering pada anak-anak, penyebab morbiditas yang signifikan dan penyebab
peresepan antibiotik di layanan kesehatan primer. Meskipun terapi efektif telah
tersedia, masih terdapat beberapa kekurangan dan diharapkan akan ditemukan
terapi yang lebih baik. Penemuan terkini dalam penelitian terkait otitis media
mengenai etiologi dan patogenesis telah membantu investigasi lebih jauh yang
bertujuan untuk mengembangkan pilihan terapi. Artikel ini menyediakan review
bukti terbaru terkait pemahaman mengenai otitis media akut dan otitis media efusi,
strategi terapi terkini, keterbatasannya, area baru penelitian dan strategi
penatalaksanaan.
Kata kunci: otitis media, telinga, pendengaran, infeksi, biofilm, antibiotik
Pendahuluan
Otitis media (OM) adalah kelompok penyakit inflamasi dan infeksi yang
kompleks yang mengenai telinga tengah, dengan berbagai variasi subtipe dengan
manifestasi klinis, komplikasi dan tatalaksana yang berbeda. OM merupakan
penyebab kunjungan ke layanan kesehatan diseluruh dunia dan komplikasinya
menyebabkan kehilangan pendengaran yang dapat dicegah terutama pada negara
berkembang.1 Artikel ini menampilkan pencapaian ilmiah terbaru dalam
penelitian mengenai OM dan terapi klinisnya.
OM merupakan penyakit yang mengenai telinga tengah dan mukosa telinga
tengah, dibelakang membran timpani. Telinga tengah adalah kavitas yang terdapat
tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus dan stapes), dimana tuba eustachius
terletak di anterior (berhubungan ke nasofaring), sel mastoid di posterior,
membran timpani di lateral dan telinga dalam di medial. Struktur yang penting
lainnya ialah otak, meningen di superior dan sinus sigmoid di posterior, dan
infeksi telinga tenga lain dapat meluas ke struktur disekitarnya. Telinga tengah
tersusun oleh epitel respiratori termodifikasi, meliputi sel silia dan sel goblet;
epitel memproduksi mukus yang secara normal dialirkan kebawah tuba eustachius.
Tipe OM yang berbeda muncul dengan cara yang berbeda.2 OM akut biasanya
menyerang anak berusia dibawah 2 tahun dan datang dengan gejala dan tanda
otalgia dan demam yangonsetnya akut, pada anak secara sistemik tampak sakit.
1
2
Tipe ini merupakan inflamasi akut dan disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Subtipe utama OMA adalah OM supuratif akut, dengan karakteristik adanya pus
di telinga tengah. Jika terjadi perforasi membran timpani (terjadi pada sekitar 5%
kasus)3-5 kemudian akan muncul discharge; perforasi biasanya dapat sembuh
secara spontan.3 OMA merupakan satu dari penyakit infeksi terbanyak pada anak;
dan mayoritas kasus bersifat self limiting,6 tetapi menyebabkan morbiditas tinggi,
meskipun secara keseluruhan tingkat mortalitas rendah.7,8
Komplikasi yang relatif sering ialah mastoiditis akut, didefinisikan sebagai
inflamasi akut periosteum mastoid dan sel udara mastoid; terjadi ketika infeksi
OMA menyebar dari telinga tengah menuju sel udara mastoid kemudian menutupi
periosteum. Insidennya 1.2-6.9 pada 100,000 dan biasanya terjadi pada anak usia
dibawah 2 tahun.9 Pasien biasanya datang dengan gejala OMA, pembengkakan
post aurikula dan nyeri mastoid. Kondisi ini lebih serius dibandingkan OMA
tanpa komplikasi, yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, antibiotik
intravena dan pembedahan jika telah terbentuk abses atau mastoiditis yang tidak
respon terhadap antibiotik. Sebaliknya, Otitis media efusi (OME) adalah kondisi
inflamasi kronik. Khasnya menyerang anak berusia antara 3 dan 7 tahun.
Karakteristik adanya efusi, cairan seperti lem dibelakang membran timpani yang
intak, tidak adanya tanda dan gejala inflamasi akut;10 gejala yang tersering
dilaporkan ialah kehilangan pendengaran, yang menyebabkan keterlambatan
bicara maupun gangguan belajar.
Secara histologis merupakan inflamasi kronik yang ditandai inflamasi di
mukosa telinga tengah, produksi mukus berlebihan dan produksi mukus dengan
viskositas lebih tinggi.11 Mukus merupakan komponen utama pada efusi telinga
tengah, dengan cairan yang menebal menyerupai lem, berbagai komponen lain
seperti bateri juga ditemukan pada efusi telinga tengah.11 Kehilangan pendengaran
pada OME sering bersitfat sementara, sama halnya efusi telinga tengah yang
sering sembuh spontan.10 terutama jika OME berlanjut menjadu OMA;6 ketika
OME mengalami penyembuhan, tidak terlihatnya gejala pada anak dan sembuh
pada 63% kasus selama 3 bulan dan 88% kasus dalam1 tahun.6 karena alasan ini,
periode “tunggu dan lihat” sebaiknya diadopsi dan terapi diberikan pada pasien
dengan efusi yang persisten. OME biasanya terjadi bilateral dan jika terjadi pada
3
Epidemiologi
Diperkirakan antara 50%-85% anak mengalami setidaknya satu kali episode
OMA pada usia 3 tahun dengan insiden tertinggi pada usia antara 6 dan 15
tahun.14 OME merupakan penyebab gangguan pendengaran tersering pada anak di
negara berkembang, dan dapat menyerang sebanyak 80% anak di berbagai
tingkat,10,11 dengan sekitar 2.2 juta kasus baru OME setiap tahun terjadi di
Amerika Serikat.15
Anak berusia muda lebih rentan terhadap OMA dan OME akibat predisposisi
anatomis; dimana tuba eustachius berukuran lebih pendek, lebih fleksibel dan
horizontal sehingga memungkinkan patogen nasofaring masuk ke telinga tengah
dengan relatif mudah. Faktanya, dimensi nasofaring lebih kecil pada anak yang
menderita serangan OMA yang berulang.16 Tuba eustachius matur pada usia 7
tahun; hal ini menjelaskan mengapa insiden pada usia ini relatif berkurang.
Imaturitas sistem imun juga berkontribusi sebagai faktor terjadinya OMA.
Beberapa populasi diketahui memiliki insidensi OM yang tinggi; seperti anak
suku Aborigin Australia17 dan anak yang berasal dari Greenland.18 Penelitian lain
mengidentifikasi sejumlah pola hidup yang berpotensi dan faktor sosiodemografis
yang berkontribusi, meskipus masih terdapat kontroversi terhadap pentingnya
faktor resiko sebagaimana interdependensinya. Hal ini meliputi faktor resiko host
termasuk usia (<5 tahun), jenis kelamin laki-laki, etnis (putih), berat badan lahir
(<2.5 kg), kelahiran prematur (<37 minggu gestasi) dan penggunaan pacifier,
jumlah bersaudara, pendidikan orangtua/pekerjaan (kelompok sosialekonomi yang
rendah), pendapatan rumahtangga (dibawah garis kemiskinal), riwayat infeksi
telinga personal dan keluarga, paparan asap rokok prenatal/postnatal.19 Yang
terbaru, riwayat atopi20 dan abnormalitas gen spesifik(TLR421 and FBX01122)
juga berimplikasi sebagai faktor resiko host pada OM. Review sistematik didunia
saat ini memperkirakan sebanyak 709 juta jumlah kasus baru OMA tiap tahun,
yang lebih banyak menyerang anak dibawah 5 tahun dan sebanyak 31 juta kasus
baru OMSK dengan 22.6% pada anak dibawah 5 tahun.1 Review ini juga
memperkirakan bahwa OM yang berkaitan dengan gangguan pendengaran terjadi
pada 30.82 per 10.000 populasi dan 21.000 kematian akibat komplikasi
OM.Penelitian lain memperkirakan mortalitas sebanyak 28.000 kasus pertahun
5
Etiologi
Etiologi OM bersifat multifaktorial dan berkaitan dengan varian anatomis,
patofisiologi meliputi interaksi antara agen mikroba dan respon sistem imun dan
biologi sel celah telinga tengan (mastoid, kavitas telinga tengah, tuba eustachius)
dan nasofaring.25,26 Infeksi virus traktus respiratorius bagian atas sering didahului
atau bersamaan dengan episode OMA; seperti respiratory synctial virus,
adenovirus dan sitomegalovirus.27 Infeksi virus saat ini dianggap berperan dalam
progres OMA dan penelitian acak terkontrol saat ini menunjukkan peran terapi
antivirus pada OMA.28 Diyakini bahwa infeksi virus pada nasofaring
menyebabkan lingkungan yang mendukung kolonisasi bakteri, adhesi sel dan
invasi telinga tengah.27 Bakteri sering berperan dalam infeksi saluran napas bagian
atas dan sering ditemukan di efusi telinga tengah pada OMA. Penyebabnya antara
lainStreptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis,
dan jarang disebabkan Staphylococcus aureus, and Streptococcus pyogenes;
kuman ini diyakini masuk ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Terdapat
berbagai kejadian temuan bakteri ini dari efusi pada OMA, namun S.pneumonia
dan H.influenza paling sering terdeteksi pada penelitian terbaru.29,30 Bakteri serupa
yang berasal dari cairan OME telah dikultur, meskipun penelitian berbeda di
lingkungan dan negara berbeda mungkin mendapat hasil yang berbeda. Secara
umum, bakteri yang ditemukan pada OME sama dengan bakteri pada OMA
rekuren (OMAR).31 Infeksi saluran napas bagian atas memicu kongesti mukosa di
tuba eustachius dan nasofaring. Kongesti ini mencegah fungsi tuba eustachius
normal dan pengaturan tekanan di telinga tengah menjadi terganggu. Jika
berlanjut, aspirasi patogen nasofaring dapat masuk ke telinga tengah. Adanya
6
tengah kronik dan inflamasi, tetapi etiologinya bersifat kompleks. OMSK sering
ditemui pada anak-anak; di negara berkembang sering diakibatkan insersi tabung
ventilasi (tabung ventilasi ekstrusi dan menyebabkan perforasi membran timpani),
dimana OMSK di negara berkembang sering merupakan komplikasi OMA dengan
perforasi.40 Infeksi telinga tengah yang kronik atau tidak ditangani secara adekuat
dapat menyebabkan epitel skuamosa bermigrasi menuju tepi perforasi,
menyebabkannya permanen. Faktor imunologi dan genetik, berperan dalam
etiologi OMSK; namun, banyak aspek yang memerlukan penelitian lebih lanjut.13
Meskipun kultur bakteri berguna sebagai terapi organisme resisten obat, penelitian
telah menemukan 90%-100% discharge telinga menghasilkan 2 atau lebih bakteri
aerob dan anaerob.23
Patofisiologi OMA
Tekanan negatif ME
OME: Patogenesis
Adenoid Polimorfik
Disfungsi TE
Cairan viskos di ME
OME
Merokok
Diagnosis
Berbagai guideline tersedia untuk membantu klinis dalam mendiagnosis OM
dan subtipe nya. OMA dibedakan dari OME dan OMSK berdasarkan riwayat dan
temuan pemeriksaan. Miringotomi (insisi membran timpani) diyakini sebagai gold
standard diagnosis adanya cairan telinga tengah;26 namun, prosedur ini tidak selalu
dilakukan pada anak terutama jika diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
penilaian klinis.
OMA merupakan proses purulen di telinga tengah, sehingga tanda dan gejala
inflamasi akut akan muncul. OMA hanya berlangsung beberapa hari, dan biasanya
muncul dengan gejala demam, otalgia, iritabilitas, otorea, letargi, anoreksia dan
muntah; temuan gejala saja tidak sensitif dan spesifik dalam mendiagnosis.41
Guideline American Academyof Pediatric42 menyatakan bahwa OMA sebaiknya
didiagnosis pada anak dengan membran timpani yang bulging sedang hingga berat
9
atau onset baru otorea yang bukan sekunder akibat otitis eksterna. Diagnosis dapat
ditegakkan dari adanya bulging ringan dengan otalgia atau eritema membran
timpani; tidak ditemukannya efusi telinga tengah (dinilai dengan otoskop
pneumatik atau timpanometri) bukan merupakan diagnosis. Otoskopi pneumatik
dan timpanometri menilai mobilitas membran timpani dan jika membran timpani
yang tidak perforasi imobile, mengindikasikan adanya efusi telinga tengah; kedua
teknik tersebut mengandalkan tekanan kanal telinga, dimana otoskopi pneumatik
memvisualisasi membran timpani secara langsung dan timpanometri menilai
mobilitas dengan pantulan suara. Jika anak mengalami 3 kali episode OMA dalam
periode 6 bulan atau 4 kali dalam 1 tahun, kondisi ini disebut sebagai OMAR.43
OME dapat terjadi sebagai efek sisa dari OMA, atau tanpa adanya riwayat
sebelumnya. Gambaran klinis meliputi riwayat kesulitan mendengar, gangguan
perhatian, masalah perlaku, keterlambatan bicara dan perkembangan bahasa dan
gangguan keseimbangan.41 Otoskopi penting dalam menegakkan diagnosis dengan
sensitivitas dan spesifisitas mencapai 90% dan 80%;44 dan meningkat dengan
bantuan otoskopi pneumatik. Temuan klinis bervariasi yaitu warna membran
abnormal (seperti kuning/amber/biru), retraksi/konkaf membran timpani, adanya
air-fluid level. Adanya bukti yang mendukung diperoleh dari audiogram
(pemeriksaan pendengaran untuk menunjukkan tuli konduktif ringan) dan
timpanogram (menunjukkan membran timpani yang imobile atau tekanan negatif
telinga tengah). Perhatian orangtua terhadap kehilangan pendengaran dapat
dipertimbangkan dan sebaiknya tidak digantikan dengan investigasi audiologikal
formal.26
OMSK didiagnosis ketika ditemukan perforasi membran timpani permanen
pada telinga tengah dengan atau tanpa otorea persisten; discharge dapat ditemukan
dalam minimal 2-6 minggu.40 Riwayat penyakit krusial dalam membedakan antar
OMSK, otitis eksterna dan OMA; pada nyeri OMSK biasanya bukan merupakan
gambaran dominan dan discharge telinga cenderung berdurasi lama. Diagnosis
dikonfirmasi dengan otoskopi dimana biasanya dapat mendeteksi perforasi
membran timpani dan discharge membran timpani.
10
Terapi terkini
Terdapat rekomendasi-rekomendasi yang ditetapkan dalam tatalaksana medis dan
pembedahan pada tipe OM yang berbeda.45 Secara umum, OMA dapat
menunjukkan perbaikan yang memuaskan tanpa penggunaan antibiotik, dengan
analgesik dan antipiretik. Penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa sekitar 80%
anak dengan mengalami pemulihan spontan dalam 2-14 hari.46-48 Pada anak
berusia <2 tahun penyembuhan lebih sulit dan mungkin hanya 30% dalam
beberapa hari.49 Guidelines AS terkini untuk terapi OMA merekomendasikan
bahwa antibiotik sebaiknya diberikan pada anak berusia dibawah 6 bulan pada
OMA unilateral atau bilateral yang berat (otalgia sedang hingga berat, otalgi yang
bertahan setidaknya dalam 48 jam, suhu 39°C).42,50 Antibiotik juga sebaiknya
diresepkan pada OMA yang tidak berat jika ditemukan bilateral pada anak berusia
6-23 bulan. Pada kasus OMA unilateral yang tidak berat pada anak berusia 6-23
bulan atau OMA unilateral/bilateral berat pada anak usia 24 bulan ke atas,
antibiotik diresepkan atau sebaiknya diobservasi; jika memilih untuk observasi,
antibiotik akan diberikan jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam. Sebagai
tambahan dalam penilaian kondisi anak, pemikiran orangtua maupun pengasuh
anak harus dipertimbangkan dan membuat keputusan yang disepakati. Penilaian
nyeri dan penatalaksanaan merupakan aspek penting dalam penanganan OMA.
Periode inisial observasi tidak berhubungan dengan tingginya resiko komplikasi
jika diberikan terapi secepat mungkin.46
Peresepan antibiotik rutin diberikan pada OMA sebanyak 31% di Belanda dan 98%
di Amerika Serikat dan Australia.41 Pilihan antibiotik adalah amoksisilin, kecuali
pasien telah mendapatkannya dalam 30 hari terakhir atau sedang menderita
konjungtivitis purulen. Antibiotik dengan tambahan beta-laktamase sebaiknya
digunakan pada kasus ini atau ketika terdapat OMAR atau riwayat OMA yang
tidak berespon terhadap amoksisilin. Riwayat alergi harus diperhatikan dan
penggunaan agen alternatif jika terdapat alergi penisilin.
Pada OMAR, tindakan bedah berupa insersi tabung ventilasi dipertimbangkan jika
OMAR berhubungan dengan efusi telinga tengah persisten diantara serangan
OMA.51 Antibiotik profilaksis secara umum tidak direkomendasikan pada OMAR,
meskipun penelitian sistematik menyatakan penggunaannya efektif;52
11
Genetik
Faktor genetik sebagai predisposisi OM belum sepenuhnya dipahami,
meskipun beberapa target genetik telah diidentifikasi. OMA dan OMSK
diturunkan diperkirakan pada 40% -70% kasus telah dilaporkan; namun mayoritas
gen yang menjadi kecurigaan belum ditemukan.61 Kemungkinan ada gabungan
anatara molekul pertahanan bawaan yang dapat atau tidak menjadi cacat, memicu
terjadinya OM. Potensi target teraupetik adalah gen yang meregulasi ekspresi
mukus, produksi mukus dan respon host terhadap bakteri di telinga tengah.39
Pemahaman yang baik mengenai genetik pada OM dapat mendukung
pengembangan preventatif atau meminimalkan faktor resiko pada individu.
Penelitian genetik telah menemukan peran penting hipoksia terhadap OME dan ini
mungkin menjelaskan keefektifan penggunaan tabung ventilasi, yang akan
13
Vaksin Pneumokokus
Tindakan pencegahan OM penting untuk meminimalisir dampak penyakit ini,
yang berhubungan dengan peresepan antibiotik dan terjadinya resistensi bakteri.
Kandidat antigen untuk vaksinasi yang menjanjikan telah ditemukan yaitu S.
pneumoniae (penyebab tersering OMA),H. influenza, danM catarrhalis.Vaksin
konjugat pneumokokus awalnya dikembangkan untuk penyakit pneumokokus
(seperti pneumonia), tetapi terbukti bermanfaat untuk mencegah penyebab
tersering OMA.63 Sehingga banyak penelitian tertarik dan telah melaporkan
efikasi vaksin pneumokokus dalam mencegah OMA pneumokokus.63,64 Setelah
pengenalan terhadap 7-valent pneumococcal conjugate vaccine (PCV7), insidensi
anak dengan OMA menurun di AS dan Kanada. Pada anak berusia dibawah 2
tahun, terjadi pengurangan kasus OMA sebesar 43%, berkurangnya peresepan
antibiotik sebesar 42% dan pengurangan biaya akibat OMA sebesar 32%.65
Penelitian di Kanada menunjukkan penurunan 25.2% kasus OMA secara
keseluruhan dari 2000 sampai 2007, dengan 13.2% setelah vaksin dan berdampak
paling besar pada anak berusia kurang dari 2 tahun.64 Pengurangan signifikan pada
serotipe vaksin nasofaring diketahui setelah pengenalan PCV7.66 Sementara PCV7
menyebabkan berkurangnya serotipe setelah vaksin, karier dan prevalensi
pneumokokus serotipe 19A meningkat sebagai otopatogen;67 isolasi S.pneumoniae
serotipe 19A resisten terhadap seluruh obat yang diperbolehkan pada anak oleh
14
sistemik, terutama jika dibutuhkan dosis tinggi.84 Secara luas terdapat dua strategi
pemberian yaitu transtimpanik dan intratimpanik. Pemberian transtimpani
bergantung pada kemungkinan molekul teraupetik menyebar melalui membran
timpani dari kanal telinga menuju telinga tengah; ini dapat difasilitasi dengan
penggunaan chemical permeation enhancers. Pada penelitian in vivo experiments
menunjukkan bahwa metode ini merupakan stratedi yang menjanjikan dimasa
depan, meskipun tidak digunakan secara klinis saat ini. Agen teraupetik juga
dapat diberikan secara transtimpani sebagai partikel magnetik,86 tetapi juga belum
digunakan secara klinis sebagai tetapi OM saat ini. Kemungkinan keterbatasan
utama pemberian transtimpani berkaitan dengan keterbatasan jumlah obat yang
dapat masuk ke membran timpani. Alternatif pemberian obat secara langsung ke
telinga tengah, yang memungkinkan lebih banyak jumlah obat yang masuk untuk
mencapai area target. Namun, dibutuhkan insisi atau pungsi membran timpani
untuk mencapai area target obat. Berbagai metode yang telah diketahui yaitu
pemberian gel87 dan pil antibiotik56 dengan strategi selanjutnya untuk eradikasi
biofilm S. aureus in vitro.
Keamanan metode pemberian ini sebaiknya dinilai berdasarkan penggunaan
klinis secara luas. Obat apapun, bagaimanapun cara pemberiannya memiliki
potensi toksik jika diberikan langsung dengan kuantitas yang besar. Telinga
tengah maupun terlinga dalam dapat terganggu akibat toksisitas, efek pendengaran
dan/atau keseimbangan. Pemeriksaan toksisitas yang komprehensif diharuskan
sebelum aplikasi klinis.
Kesimpulan
OME dan OMA merupakan penyebab signifikan morbiditas pasien dan biaya
pelayanan kesehatan. Guideline terbaru menampilkan tatalaksana tetapi masih
memiliki kekurangan yang signifikan. Penelitian di bidang mikrobiologi, studi
biofilm, perkembangan vaksin, genetik dan pemberian obat sebagai potensi untuk
tatalaksana yang lebih baik dimasa depan.