PROTEIN
Di susun oleh :
Ade Novi Rahmawati
1321720001
Kelompok I
Di awasi oleh :
SUYONO
Pada dasarnya, protein tersusun atas asam amino-asam amino, yang diikat oleh
ikatan peptida. Pengadaan dan penyediaan asam amino terjadi amat penting oleh karena
senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad
hidup untuk membentuk asam amino tidak sama. Asam amino digolongkan de dalam
asam amino nir-esensial adalah alanin, prolin, glisin, serin, sistein, tirosin, asparagin,
glutamin, asam aspartat, dan asam glutamat. Jasad hidup tingkat tinggi tidak dapat
mensintesa asam amino esensial. Mekanisme reaksi pembentukanya disusun dari
biosintesa asam tersebut adalah valin, leusin, isoleusin, fenilalanin, triptofan, metionin,
treonin, ornitin, arginin, histidin (Martoharsono, 2000).
Setiap protein memiliki jumlah dan urutan asam amino yang spesifik. Perubahan
posisi asam amino dalam rantai akan menghasilkan protein baru dengan struktur dan
fungsi yang berbeda. Struktur protein merefleksikan fungsi biologisnya.Struktur
protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu),
sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat)(Murray,
1999). Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang
dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Sementara itu, struktur sekunder protein
adalah struktur tiga dimensi lokal dan berbagai rangkaian asam amino pada protein
yang distabilkan oleh ikatan hidrogen (Wahjudi, 2003).
Protein dapat diuji dengan beberapa percobaan, yang dapat dipelajari dalam
ilmu Biokimia. Pengujian protein antara lain
Gelatin adalah protein yang terdapat dalam kolagen (bahan penunjang utama dalam
kulit, tulang rawan dan jaringan ikat) (Tjay&Suhardja, 2007). Gelatin tersusun dari 18
asam amino yang saling terikat, terdiri dari asam aspartat, asam glutamat, serin, valin,
tirosin, lisin, treonin, arginin, glisin, histidin, hidroksipiprolin, isoleusin, leusin,
hidroksilisin, fenilalanin, prolin, alanin dan metionin. Susunan asam amino gelatin
berupa triplet peptida, yaitu glisin-X-Y, dimana X umumnya adalah asam amino prolin
dan Y umumnya adalah asam amino hidroksiprolin. Senyawa gelatin merupakan suatu
polimer linier yang tersusun oleh satuan terulang asam amino glisin-prolin-prolin dan
glisin-prolin-hidroksiprolin yang bergabung membentuk rangkaian polipeptida
(Suryani dkk, 2010).
- Tabung reaksi
- Penangas air
- Pipet tetes
- Gelas ukur
- Pembakar spirtus
- Cawan porselein
B. Bahan yang digunakan
- Albumin
- NaOH
- Aquadest
- Kertas lakmus
- Gelatin
- HCl
- 𝐵𝑎𝐶𝑙2
- Pb asetat
- Na karbonat
- Ninhidrin
- Kasein, pepton, ammonium sulfat
- Urea
- CuSO4, Ag nitrat, HgCl2, daffar asetat
2) Percobaan 2
4) Percobaan 4
Dimasukkan pada tabung (1) 2 mL albumin 0,2% (pH ± 7), (2) 2 mL ammonium
sulfat pekat, (3) 2 mL kasein 0,2%, (4) 2 mL pepton 0.2%
2) Uji Biuret
Dimasukkan pada tabung (1) 2 mL albumin 2%, (2) 2 mL pepton 2%, (3) 2 mL
urea 2%
2) Percobaan 2
Disaring endapan pada semua tabung dan dicuci dengan aquades. Endapan tabung
A dan C adalah Protein hasil flokulasi dan tabung B ialah protein koagulasi
Ditambahkan 10mL aquades pada Endapan A dan C. Larutan ini kemudian dibagi
pada 3 tabung dan diberi label untuk larutan tabung A (A1, A2, A3) dan untuk
larutan tabung C (C1, C2, C3)
Ditambahkan asam encer tetes demi tetes pada tabung A1 dan C1 dan basa encer
tetes demi tetes pada tabung A2 dan C2. Amati perubahan yang terjadi
Dipanaskan tabung A3 dan C3. Kemudian larutannya dibagi ke dalam 2 tabung dan
beri label untuk larutan A3 (A3.1 dan A3.2) dan untuk larutan C3 (C3.1 dan C3.2)
Ditambahkan asam encer tetes demi tetes pada tabung A3.1 dan C3.1 dan basa
encer tetes demi tetes pada tabung A3.2 dan C3.2. Amati perubahan yang terjadi
- Coklat Hitam
1. Albumin
- Terdapat bau rambut terbakar
- Coklat Merah
2. Albumin + NaOH - Lakmus merah menjadi biru
(Basa)
- Albumin
3. Terdapat endapan putih
- Gelatin
1. Albumin :
- terdapat 2 layer.
4. Atas : Hitam
b. Penambahan Pb- Bawah : Putih
Asetat dan HCl pekat - berbau seperti telor busuk
pada albumin dan 2. Gelatin
gelatin - Larutan putih keruh
- terbentuk endapan putih
- tidak berbau
Perlakuan
No Gambar
Sampel Warna Asal
.
Penambah
Pemanasan
an NaOH
Albumin 2 Kuning
1 Tidak Bewarna Ungu
% Keruh
Tidak
2 (NH4)2SO4 Tidak Bewarna Tidak Bewarna
Bewarna
Pepton 2
3 Kuning Kuning Ungu
%
Setelah
Kasein 2 Pemanasan
4 Tidak Bewarna Kuning Ungu
%
2) Uji Biuret
Penambahan CuSO4
No. Sampel Warna Asal Sebelum Setelah Gambar
Pengocokan Pengocokan
1 Albumin 2 % Tidak Bewarna Ungu Ungu
2 Urea Tidak Bewarna Ungu Ungu
Merah Muda
3 Pepton 2 % Kuning Ungu
Seulas
Setelah
Pengocokan
D. Pengendapan Oleh Garam Logam Berat
Terdapat
Gumpalan
Albumin + Terdapat Gumpalan
Putih
B Lar. Dapar Putih Dalam Jumlah
Asetat Banyak
Terdapat Gumpalan
Albumin +
C Bening Putih Dalam Jumlah
NaOH 0.1 N
Banyak
2) Suspensi endapan sampel A (Albumin + HCl 0.1 N)
No
Perlakuan Hasil Gambar
Tabung
Sampel A +
2 Larut Sempurna
NAOH 3 N
Partikel
gumpalan
putih semakin
1 Sampel C + HCL 3 N
kecil dan larut
tetapi tidak
sempurna
Larut
2 Sampel C + NAOH 3 N
Sempurna
Partikel
gumpalan
Sampel C
putih semakin
dipanaskan A + HCl 3 N
kecil dan larut
15 menit
tetapi tidak
3 kemudian
sempurna
dibagi ke 2
tabung
reaksi
A + NaOH 3 Larut
N Sempurna
VIII. Pembahasan
Praktikum kali ini yang dilakukan adalah uji kualitatif protein yang dimana uji
ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kandungan protein dalam sampel,
menjelaskan proses analisis protein dan mengajarkan cara menganalisis protein dengan
cara-cara kualitatif seperti uji penentuan unsur protein, uji ninhidrin, uji biuret, dan uji
dengan garam logam berat.
Dalam praktikum ini dilakukan uji kualitatif protein yang terkandung dalam
sampel tepung albumin. Reaksi warna protein merupakan salah satu percobaan yang
digunakan untuk analisa kualitatif protein yang terkandung dalam suatu sampel
makanan.
Percobaan yang pertama yaitu penentuan unsur protein, protein terdiri dari unit-
unit pembangunnya yaitu asam amino yang mengandung unsur karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen. Beberapa protein mengandung pula belerang, fosfor, dan mineral
dalam jumlah yang sedikit sekali. Komposisi elementer protein umumnya tetap, yaitu
terdiri dari: karbon 55%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 1%, dan
fosfor kurang dari 1%. Pada percobaan pertama yaitu sampel yang digunakan adalah
tepung albumin yang dimasukan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan secara
berangsur-angsur, hasilnya yaitu berwarna hitam dan terdapat kondensasi pada bgian
atas tabung reaksi dan juga berbau rambut terbakar. Hal ini dikarenakan (protein) dalam
rumus empirisnya mengandung unsur karbon dan nitrogen. Terbentuknya warna hitam
dikarenakan adanya unsur karbon. Unsur nitrogen akan menyebabkan bau raambut
terbakar. Sedangkan kondensasi pada bagian atas tabung disebabkan terdapatnya unsur
hidrogen dan oksigen, dimana jika kedua unsur ini berikatan, maka akan membentuk
unsur yang dalam bentuk gas karena pemanasan. Percobaan selanjutnya yaitu
menggunakan sampel albumin yang ditambahkan dengan kristal NaOH, hasilnya yaitu
sampel bewarna coklat kemerahan dan berbau gas ammonia, dan memberikan warna
merah menjadi biru pada kerta lakmus. Hal ini dikarenakan terdapatnya unsur Nitrogen
dan Hidrogen pada protein dan menjadi basa karena ada penambahan NaOH pada
albumin. Sedangkan terbentuknya warna coklat mungkin disebabkan kontaminasi pada
wadah ataupun pada bahan yang digunakan. Percobaan selanjutnya yaitu tepung
albumin dan gelatin, saat dipanaskan keduanya terdapat endapan putih dan setelah
ditambahkan Pb-Asetat, albumin menjadi warna hitam sedangkan gelatin terdapat
endapan putih dan tidak bewarna. Dan setelah ditambahkan HCl pekat pada masing-
masing sampel, albumin menjadi 2 layer pada bagian atas bewarna hitam sedangkan
pada bagian bawah bewarna putih dan berbau telur busuk. Sedangkan pada sampel
gelatin larutan menjadi putih keruh terbentuk endapan putih dan tidak berbau. Sampel
albumin saat penambahan Pb-Asetat menjadi warna hitam sedangkan pada gelatin tidak
bewarna, hal ini dapat terjadi karena pada struktur albumin mampu mengikat belerang
(S) dan fosfor (P) sedangkan pada gelatin tidak, karena dalam struktur molekul gelatin
hanya mampu mengikat karbon, nitrogen, hidrogen, dan oksigen. Bau telur busuk pada
sampel albumin disebabkan karena adanya unsur belerang.
Pecobaan selanjutnya yaitu uji daya larut, percobaanya yaitu sampel albumin
ditambahkan dengan pelarut seperti air, NaOH, Na-Karbonat, dan HCl pada tabung
reaksi yang berbeda-beda. Hasilnya adalah albumin dapat larut di keempat pelarut
tersebut. Kelarutan ditentukan oleh jenis protein dan jenis pelarut. Albumin dapat larut
karena memiliki sifat larut dalam system laruan, kelarutan yang terjadi disebabkan oleh
monomer-monomer asam amino yang memiliki kaki NH2, COOH, H dan rantai alkil
(R) yang sangat menentukan kelarutannya. Saat dilarutkan dalam air , kan tampak
homogeny karena gugus karbohidratakan melepas H+ dan gugus amino akan menerima
H+. begitu juga saat dicampur dengan basa NaOH, basa bukan merupak pelarut organik
non polar seperti eter, aseton dan klorofom, ketika dicampur dengan albumin makan
protein yang OH- nya tinggi mampu mengikat ion H+ yang terdapat dalam gugus NH3.
Pada pelarutan dengan HCl, konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan dngan ion
–COO- sehingga terbentuk gugus –COOH. Sehingga protein dapat larut pada asam,
basa ataupun dalam larutan garam.
Pada uji selanjutnya yaitu uji reaksi warna, pada uji ini terdapat 2 percobaan
yaitu uji ninhidrin dan uji biuret. Reaksi warna yang terjadi karena adanya reaksi
tertentu antara pereaksi yang digunakan dengan gugus kimiawi tertentu antara pereaksi
yang digunakan dengan gugus kimiawi tertentu didalam molekul protein yang diuji.
Karena itu reaksi warna pada uji ini khas bukan untuk protein tetapi untuk senyawa atau
gugus tetentu yang ada didalam protein. Pada percobaan ini digunakan 4 sampel yang
berbeda, yaitu: Albumin, pepton, kasein dan (NH4)2SO4 yang masing-masing
ditambahkan larutan ninhidrin setelah itu dipanaskan di dalam penangas air selama 10
menit, perubahan warna yang terjadi pada albumin pepton dan kasein yaitu menjadi
ungu, sedangkan (NH4)2SO4 tetap tidak bewarna. Hal ini terjadi karena terduksinya
ninhidrin oleh NH3 bebas membentuk senyawa kompleks bewarna ungu. Reaksi asam
amino dengan ninhidrin akan menghasilkan aldehid dan sambil melepaskan CO2 dan
ammonia. Niinhidrin merupakan oksidator penyebab dekarboksilasi oksidatif dari asam
amino-α dengan mengeluarkan CO dengan mengeluarkan CO2, aldehid dan NH3. Uji
warna selajutnya yaitu uji biuret, sampel yang digunakan adalah albumin, pepton dan
urea kristal yang dipanaskan hingga cair dan ditambahkan aquadest. Masing-masing
sampel ditambahkan NaOH 10% dan CuSO4 0,1%, warna yang terbentuk yaitu ungu
saat ditetesi sedikit demi sedikit CuSO4 0,1%, tetapi pada saat pengocokan pepton
berubah warna menjadi merah muda seulas, hal ini bisa disebabkan karena warna awal
pepton ialah kuning dan terjadi pembiasan warna yang harusnya bewarna ungu menjadi
warna merah muda seulas. Dengan terbentuknya warna ungu dapat dikatakan bahwa
suatu larutan mengandung protein tinggi karena mempunyai ikatan peptida yang
panjang. Uji biuret dapat digunakan untuk mengetahui bahwa proses hidrolisis suatu
protein telas selesai. Proses hidrolisis protein dapat membuktikan suatu petida yang
terdiri dari 2 atau lebih ikatan peptide bereaksi dengan Cu2+ dlam larutan basa maka
akan membentuk kompleks yang bewarna ungu.
Percobaan selanjutnya yaitu pengendapan oleh garam logam berat, sampel yang
digunakan yaitu albumin sedangkan pereaksi yang digunakan adalah Pb-Asetat, HgCl2,
dan AgNO3. Pada penambahan Pb-Asetat sebanyak 5 tetes terbentuk larutan putih
keruh dan tidak terbentuk endapan, saat diberikan Pb-Asetat berlebih tidak ada
perubahan apapun yang terjadi pada larutan. Sedangkan untuk albumin yang
ditambahkan dengan HgCl2, warna yang terbentuk saat penambahan 5 tetes pertama
HgCl2 adalah bewarna putih susu dan terbentuk busa, ketika diberi HgCl2 berlebih tidak
terjadi perubahan warna. Sedangkan untuk albumin dengan penambahan AgNO3 yaitu
pada 5 tetes pertama AgNO3 yang ditambahkan larutan menjadi sedikit keruh, dan
diberi AgNO3 berlebih terbentuk larutan yang semakin keruh, terbentuk endapan dan
busa semakin banyak. Pengendapan protein pada percobaan ini terjadi karena ion
positif logam berikatan dengan ion negatif protein dan ion negatif asam yang berikatan
dengan ion positif protein. Dalam suasana asam, molekul protein akan membentuk ion
positif, sedangkan pada suasana basa akan membentuk ion negatif. Albumin akan
mengalami pengendapan karena mengalami titik isolistrik akibat reaksi antara albumin
(basa sehingga larutan bermuatan negatif) dengan logam Ag yang mengakibatkan
terjadinya denaturasi dan koagulasi.warna keruh disebabkan akibat terjadi ikatan antara
Ag menjadi senyawa Proteinat sehingga logam logam tersebut dapat menjenuhkan
larutan hingga pH larutan berada diatas pH isolistrik sehingga gumpalan larut kembali
dan terjadi pengendapan untuk logam Ag.
Pada percobaan selanjutnya yaitu denaturasi, flokulasi, dan koagulasi.
Denaturasi adalah sebuah proses dimana protein atau asam nukleat kehilangan struktur
tersier dan struktur sekunder dengan penerapan beberapa tekanan eksternal atau
senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam anorgank terkonsentrasi atau panas.
Koagulasi juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana protein tidak dapat terdispersi
sebagai suatu koloid disebabkan unit dari ikatan yang terbentuk cukup banyak.
Koagulasi juga dapat diartikan sebagai salah satu kerusakan protein yang diakibatkan
oleh pemanasan dan kemudian terjadi penggumpalan dan pengerasan pada protein
karena menyerap air pada proses tersebut. Koagulasi adalah proses lanjutan yang terjadi
saat molekul protein yang telah didenaturasi membentuk suatu masa berupa padatan.
Sedangkan flokulasi adalah perubahan struktur protein sekunder, penggumpalan
protein yang mengendap berada didalam keadaan terpisah –pisah. Percobaan yang
pertama yaitu dentaturasi, terdapat 3 tabung yang digunakan yaitu tabung A, tabung B
dan Tabung C. Pada tabung A sampel albumin ditambahkan HCl 0,1 N, pada tabung B
sampel albumin ditambahkan larutan dapar asetat, sedangkan pada tabung C
ditambahkan NaOH 0,1 N. Pada tabung A reaksi yang terjadi yaitu setelah pemansan
adalah tetap tidak bewarna dan setelah ditambahkan dapar asetat terdapat sedikit
gumpalan bewarna putih. Hal ini dapat terjadi karena penambahan NaOH akan
membuat ion OH- dari basa bereaksi dengan NH3+ dari asam amino pada protein
ehingga membentuk suatu anion, H2NRCHCOO-, sehingga asam amino mengemban
muatan negatif netto dengan pH larutan lebih besar daripada titik isoelektriknya. Pada
tabung C terdapat gumpalan putih saat selesai dipanaskan dan setelah ditambahkan
dapar asetat gumpalan putih yang terbentuk semakin banyak. Uji selanjutnya yaitu
menguji hasil suspensi endapan dari tabung A, saat ditambahkan dengan NaOH
suspensi endapan menjadi larut sempurna sedangkan saat penambahan HCl 3 N partikel
gumpalan putih semakin kecil dan larut tetapi tidak sempurna. Hasil ini sama dengan
hasil suspensi A yang dipanaskan terlebih dahulu. Sedangkan percobaan selajutnya
yaitu suspensi endapan sampel C yang ditambahkan NaOH dan HCl, pada penambahan
dengan HCl gumpalan putih semakin kecil dan larut tetapi tidak sempurna sedangkan
pada penambahan NaOH susepensi endapan dapat larut sempurna. Begitu pula dengan
suspense endapan C yang dipanaskan terlebih dahulu sebelum penambahan HCl daan
NaOH, hasilnya sama saja dengan suspensi endapan C yang tidak dipanaskan.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, pada penentuan unsur protein dapat disumpulkan
bahwa protein tersusun atas unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen
(N), dan ada juga yang mengandung sedikit Belerang (S) dan Fosfor (P). Pada uji
kelarutan protein dapat dilihat bahwa protein dapat larut pada pelarut polar, semi polar,
asam dan basa ataupun garam. Untuk pengendapan oleh logam berat pada protein, yaitu
protein dapat membentuk endapan akibat reaksi dengan logam berat seperti Ag, Hg,
dan Pb. Sedangkan pada uji reaksi warna protein yang direaksikan dengan larutan
ninhidrin akan terbentuk warna ungu, sedangkan pada uji biuret menghasilkan warna
ungu juga, warna ungu ini yaitu positif mengandung protein. Sedangkan pada uji
denaturasi, flokulasi dan koagulasi yaitu penambahan dapar asetat dapat membuat
larutan albumin mencapai pH isoelektriknya yang mengakibatkan terkoagulasi.
X. Daftar Pustaka
KN, Fauziah.2017. Laporan Biokimia Praktikum Protein.
https://www.slideshare.net/mobile/fauziahkn/laporan-bbiokimia-praktikum-
protein-uji-unsur-protein-uji-kelarutan-albumin-uji-buiuret-dan-uji-ninhidrin
(Diakses tanggal 31 Agustus 2018, Jam 22.21 WIB)
Staff Biokimia.1990.Petunjuk Praktikum Biokimia. Fakultas Teknologi
Pertanian ITI: Serpong
Madiyaningrati, Ambar.Laporan Praktikum Biokimia Identifikasi Protein.
https://www.academia.edu/11418994/Laporan_Praktikum_Biokimia_Identifik
asi_Protein (Diakses tanggal 31 Agustus 2018, Jam 23.05 WIB)
Saputri, M. Hadi.Laporan Praktikum Biokimia Dasar Protein.
https://www.academia.edu/11463602/Laporan_Praktikum_Biokimia_Dasar_P
rotein (Diakes tanggal 01 September 2018, Jam 07.15 WIB)