Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sistem Saraf Pusat

Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh
mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan dura mater
disingkirkan, di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater
kranialis terlihat gyrus, sulkus, dan fisura korteks serebri. Sulkus dan
fisura korteks serebri membagi hemisfer serebri menjadi daerah lebih kecil
yang disebut lobus (Moore & Argur, 2007).

Gambar 1. Bagian-Bagian Otak

Seperti terlihat pada gambar di atas, otak terdiri dari tiga bagian,

yaitu:

1. Serebrum (Otak Besar)

Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua

hemisfer. Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh

sebelah kiri dan hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian

1
2

tubuh sebelah kanan. Masing-masing hemisfer terdiri dari empat

lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan

yang menyerupai parit disebut sulkus. Keempat lobus tersebut

masing-masing adalah lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan

lobus temporal (CDC, 2004).

a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian

tengah serebrum. Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh

sulkus sentralis dan bagian belakang oleh garis yang ditarik

dari sulkus parieto-oksipital ke ujung posterior sulkus lateralis

(Sylvian). Daerah ini berfungsi untuk menerima impuls dari

serabut saraf sensorik thalamus yang berkaitan dengan segala

bentuk sensasi dan mengenali segala jenis rangsangan somatik

(Ellis, 2006).
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian

paling depan dari serebrum. Lobus ini mencakup semua

korteks anterior sulkus sentral dari Rolando. Pada daerah ini

terdapat area motorik untuk mengontrol gerakan otot-otot,

gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara dan area

prefrontal (area asosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual

(Ellis, 2006).
c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan

dari lobus oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal ke

bawah dari ujung atas sulkus lateral. Lobus temporal berperan

penting dalam kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi

dan bahasa dalam bentuk suara (Ellis, 2006).


3

d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus

temporal. Lobus ini berhubungan dengan rangsangan visual

yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi

terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata (Ellis, 2006).

terjadi stimulasi pada ujung-saraf ini dapat menimbulkan sakit

kepala yang hebat.

2.2 Gambaran Foto CT-Scan Normal


4
5

2.3 Definisi Stroke Non Hemoragik

Stroke Non Hemoragik adalah cedera otak yang berkaitan dengan

obstruksi aliran darah ke otak yang terjadi akibat pembentukan thrombus di

arteri cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di tubuh.

Stroke Non Hemoragik disebabkan karena sumbatan pada arteri sehingga

suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau

jaringan otak yang di suplai ( Pathria, 2012).

Gambar 2. Stroke Non Hemoragik


6

2.4 Klasifikasi

Stroke dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu, strok hemoragik

dan strok non-hemoragik. Dua kategori ini merupakan suatu kondisi yang

berlawanan. Pada stroke hemoragik kranium yang tertutup mengandung darah

yang terlalu banyak, sedangkan pada stroke non-hemoragik terjadinya gangguan

ketersediaan darah pada suatu area di otak dengan kebutuhan. oksigen dan nutrisi

area tersebut. Setiap kategori dari stroke dapat dibagi menjadi beberapa subtipe,

yang masing-masing mempunyai strategi penanganan yang berbeda.

a. STROKE HEMORAGIK

20% dari total kejadian stroke. Diakibatkan karena pecahnya pembuluh darah

karena hipertensi dan adanya aneurisma yang pecah. Dapat dibedakan

berdasarkan:

1. Stroke Perdarahan Intraserebral

Merupakan 10% dari seluruh kasus yang ada. Perdarahan intraserebri

ditandai oleh adanya perdarahan ke dalam parenkim otak akibat pecahnya

arteri penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superficial dan

berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa

anyaman kapiler.

Atherosklerosis yang terjadi dengan meningkatnya usia dan adanya

hipertensi kronik, maka sepanjang arteri penetrans ini terjadi aneurisma kecil–

kecil (mikroaneurisma) dengan diameter sekitar 1 mm disebut aneurismas

Charcot-Bouchard.

Pada suatu saat aneurisma ini dapat pecah oleh tekanan darah yang

meningkat sehingga terjadilan perdarahan ke dalam parenkim otak. Darah ini


7

mendorong struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk ke

dalam ventrikel atau ke ruangan subaraknoid yang akan bercampur dengan

cairan serebrospinal dan merangsang meningens.

Onset perdarahan intraserebri sangat mendadak, seringkali terjadi saat

beraktivitas dan disertai nyeri kepala berat, muntah dan penurunan kesadaran,

kadang-kadang juga disertai kejang.

Distribusi umur biasanya pada usia pertengahan sampai tua dan lebih

sering dijumpai pada laki-laki. Hipertensi memegang peranan penting sebagai

penyebab lemahnya dinding pembuluh darah dan pembentukan

mikroaneurisma.

Pada pasien nonhipertensi usia lanjut, penyebab utama terjadinya

perdarahan intraserebri adalah amiloid angiopathy. Penyebab lainnya dapat

berupa aneurisma, AVM, angiopati kavernosa, diskrasia darah, terapi

antikoagulan, kokain, amfetamin, alkohol dan tumor otak. Dari hasil

anamnesa tidak dijumpai adanya riwayat TIK.

Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons,

serebelum dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas hingga

mengenai kapsula interna dan kadang-kadang rupture ke dalam ventrikel lateral

lalu menyebar melalui system ventrikuler ke dalam rongga subarachnoid. Adanya

Perluasan intraventrikuler sering berakibat fatal. Perdarahan pada lobus hemisfer

serebri atau serebelum biasanya terbatas dalam parenkim otak.

Apabila pasien dengan perdarahan intraserebri dapat bertahan hidup,

adanya darah dan jaringan nekrotik otak akan dibersihkan oleh fagosit. Jaringan
8

otak yang telah rusak sebagian digantikan pleh jaringan ikat, lia dan pembuluh

darah baru, yang meninggalkan rongga kecil yang terisi cairan.

Gambaran klinis tergantung dari lokasi dan ukuran hematoma.

Karakteristiknya berupa sakit kepala, muntah-muntah dan kadang-kadang kejang

pada saat permulaan. Kesadaran dapat terganggu pada keadaan awal dan menjadi

jelas dalam waktu 24-48 jam pertama bila volume darah lebih dari 50 cc. Karena

jaringan otak terdorong, maka timbul gejala defisit neurologik yang cepat menjadi

berat dalam beberapa jam.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan CSS seperti air cucian daging

(xanthocrome) pada pungsi lumbal dan adanya perdarahan (hiperdens) pada CT

Scan.

2. Stroke Perdarahan Subarachnoid

Ditandai dengan perdarahan yang masuk ke dalam rongga subarachnoid.

Onsetnya sangat mendadak dan disertai nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran

dan muntah. Distribusi umur penderita ini umumnya terjadi pada usia muda dan

lebih banyak pada wanita.

Pada 10-15% kasus penyebabnya tidak diketahui, Umumnya akibat

rupture aneurisma, kadang-kadang juga karena pecahnya malformasi arterivenosa,

dan terapi antikoagulan. Aneurisma biasanya berlokasi di sirkulus Willisi dan

percabangannya. Bila aneurisma pecah, darah segera mengisi ruang subarakhnoid

atau merembes ke dalam parenkim otak yang letaknya berdekatan.

Gejala klinis perdarahan subarachnoid berupa sakit kepala kronik akibat

penekanan aneurisma yang besar terhadap organ sekitar, akibat pecahnya

aneurisma mendadak dirasakan sakit kepala hebat, muntah dan penurunan


9

kesadaran. Biasanya ditemukan rangsang meningen positif berupa kaku kuduk

akibat darah dalam likuor dan Kernig’s sign, Perdarahan subhialoid pada

funduskopi, CSS gross hemorrhagic pada pungsi lumbal dan CT scan

menunjukkan adanya darah dalam rongga subarachnoid. Komplikasi berupa

vasospasme dapat terjadi > 48 jam setelah onset dengan akibat terjadinya infark

otak dan defisit neurologik fokal. Perdarahan ulang kadang-kadang terjadi dalam

beberapa minggu setelah kejadian pertama. Angka kematian cukup tinggi 30-70%

dan tergantung beratnya penyakit pada saat pertama kali muncul.

2.5 Faktor Resiko


1. Faktor yang tidak dapat dirubah

Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita strok

dibandingkan wanita

o Usia : makin tinggi usia makin tinggi risiko terkena strok

o Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena strok

2. Faktor yang dapat dirubah

o Hipertensi

o Penyakit jantung

o Kolesterol tinggi

o Obesitas

o Diabetes mellitus

o Polisitemia

o Stress emosional

o Kebiasaan hidup : merokok, peminum alcohol, obat-obatan

terlarang, kurang olah raga, makan makanan yang mengandung kolesterol.

Anda mungkin juga menyukai