PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Seminar Proposal Penelitian Pada
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan MIPA Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Disusun oleh:
Firman Akbar Wahid
Nim: 1152060035
Bandung
2019/1440 H
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN
MANUSIA
A. Latar Belakang
Pendidikan telah berlangsung sepanjang sejarah manusia dan
berkembang sosial budaya manusia itu sendiri di atas permukaan bumi
(Sutikno, 2008: 3) Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan berarti daya
upaya untuk mamajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin) pikiran,
(intelek), dan jasmani anak. Tetapi pada dasarnya Pendidikan merupakan
suatu proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi
peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya, sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya
(Sutikno, 2008: 9).
Selain itu, berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun
2003 pasal 1 dan 3, dinyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Hidayat, 2012:3). Dalam pelaksanaan proses pendidikan, beberapa
model dilakukan supaya materi yang disampaikan dapat dipahami dengan
baik. Salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran Teams Games
Tournamet (TGT).
Model pembelajaran dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari
pengirim ke penerima pesan yang diharapkan dapat merangsang pikiran,
perasaan, minat serta perhatian peserta didik. Penggunaan model pembelajaran
Temas Games Tournamet (TGT) dapat mempermudah penyampaian informasi
dari guru kepada peserta didik, sehingga peserta didik lebih mudah memahami
materi yang sedang dipelajari (Sarwiko, 2010: 2). Penggunaan model
pembelajaran ini dapat digunakan dalam pembelajaran biologi supaya
2
pembelajarannya menjadi lebih menarik, menyenangkan, interaktif dan siswa
termotivasi dengan baik.
Permainan (game) merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat
dikembangkan untuk proses belajar mengajar yang menarik (Awwaliyah dan
Saifuddin, 2001: 1). Dalam permainan tersebut siswa yang berkemampuan
akademiknya sama akan saling berlomba untuk mendapatkan skor tertinggi di
meja turnamen. Oleh karena itu, setiap siswa punya kesempatan yang sama
untuk menjadi yang terbaik di meja turnamennya. Permainan ini dapat
membuat suasana lingkungan belajar menjadi menyenangkan, segar, hidup,
bahagia, santai, namun tetap kondusif. Salah satu jenis permainan yang dapat
digunakan adalah turnamen grup (lomba antar kelompok dengan mengisi
soal).
Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan menerapkan
berbagai strategi dan model pembelajaran yang efektif, kontekstual dan
bermakna. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kompetensi, kreativitas, kecakapan hidup peserta didik (Trianto, 2013: 25).
Salah satu kecakapan hidup (life skill) peserta didik yang perlu dikembangkan
melalui proses pendidikan adalah keterampilan berfikir kritis
(Supraptojielwongsolo, 2003:1).
Berpikir kritis disarankan sebagai tujuan utama suatu proses yang
mengemukakan penilaian dengan menerapkan norma dan standar yang benar.
Keterampilam berfikir kritis dapat dikembangkan baik secara langsung maupun
tak langsung dalam pembelajaran biologi. Pembelajaran penuh makna tidak akan
berlangsung baik tanpa adanya pembelajaran yang memungkinkan siswanya
untuk berfikir kritis. Selain itu kemampuan berfikir kritis adalah suatu proses
berfikir yang dapat diterima akal reflektif yang diarahkan untuk memutuskan apa
yang dikerjakan atau diyakini, dalam hal ini tidak sembarangan, tidak membawa
ke sembarang kesimpulan tetapi kepada ke kesimpulan yang terbaik. Maka dari
itu berfikir kritis memiliki sebuah daya dalam membangun, sehingga yang
dihasilkan akan benar-benar bergaransi sehingga kemampuan kognitif siswa
akan tercapai. (Supraptojielwongsolo, 2008:2)
3
Berpikir kritis merupakan salah satu aspek penting yang harus
dikembangkan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, pendidik lebih
mengajarkan ‘keterampilan-keterampilan berpikir’ dengan berbagai corak dari
pada mengajarkan informasi dan isi (Fisher, 2008:1). Berpikir kritis adalah
interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan
komunikasi, informasi dan segmentasi (Fisher, 2008:10).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan kepada
guru mata pelajaran biologi kelas XI SMA Al-Amanah di Garut, bahwasannya
peserta didik belum memperlihatkan kemampuan berpikir kriktis secara
maksimal. Indikator yang menunjukan kemampuan berpikir kritis peserta
didik belum terlihat diantaranya peserta didik masih belum berani
menyampaikan kesimpulan ketika proses pembelajaran telah selesai
dilaksanakan, masih banyak peserta didik yang belum berani menyampaikan
pertanyaan ataupun penjelasan yang diminta oleh guru, peserta didik masih
belum bisa menyampaikan pendapat secara jelas dan masih belum bisa
mengembangkan materi dari pendapatnya (masih terpaku pada buku).
Menurut beliau materi yang sulit dipahami oleh peserta didik adalah sistem
pencernaan karena materi sistem pencernaan tidak cukup berdasarkan teori
saja namun harus diimbangi dengan praktikikum.
Selain itu model atau metode yang sering digunakan oleh guru dalam
sistem pembelajaran adalah metode ceramah yang dibantu dengan power point
(ceramah bervariasi). Pada sekolah SMA AL-Amanah, keterampilan berfikir
kritis siswa masih menjadi aspek yang belum terlihat signifikan. Karena dalam
metode pembelajaran tersebut, siswa cenderung pasif dalam proses belajar
mengajar. Akibatnya berpengaruh terhadap hasil belajar dan kemampuan
berpikir kritisnya. Uraian tersebut menjadi sebuah latar belakang dan dasar
pemikiran bahwa menggunakan metode pembelajaran dapat memacu
keterampilan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian
kelas dan menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
dengan judul, Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament
4
(TGT) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi
Sistem Pencernaan Manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terdapat
beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Temas games tournament (TGT) pada materi sistem
pencernaan manusia?
2. Bagaimana peningkatan kemempuan berpikir kritis peserta didik
setelah diterapkan model pembelajaran Temas games tournament
(TGT) pada materi sistem Pencernaan?
3. Bagaimana respon peserta didik terhadap model pembelajaran Temas
games tournament (TGT) pada materi sistem Pencernaan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, terdapat beberapa tujuan dari
penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Temas games tournament (TGT) pembelajaran pada
materi sistem pencernaan manusia.
2. Mengetahui peningkatan kemempuan berpikir kritis peserta didik
setelah diterapkan model pembelajaran Temas games tournament
(TGT) pada materi sistem Pencernaan.
3. Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Temas games
tournament (TGT) pada materi sistem Pencernaan
D. Batassan Masalah
Berdasarkan pemeparan diatas, maka batasan dalam penelitian ini
diantaranya:
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA 1 SMA AL-
AMANAH. Garut.
5
2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model Teams Games Tournament (TGT) .
3. Submateri Sistem Pencernaan Manusia meliputi proses pencernaan,
fungsi pencernaan dan gangguan sistem pencernaan manusia.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan muncul dari penelitian ini, yaitu:
a. Bagi siswa
2. Siswa diharapkan lebih memahami konsep Sistem pencernaan pada
Manusia dengan baik.
3. Siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran dan hasil belajar
siswa meningkat secara signifikan setelah menggunakan Model
Pembelajaran Temas games tournament (TGT)
4. Kemampuan berpikir kritis siswa meningkat sehingga kedepannya
mampu memecahkan permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Guru
1. Memberikan motivasi untuk guru agar memberikan suasana belajar
yang lebih hidup lagi dan tidak membosankan sehingga siswa lebih
termotivasi.
2. Memberikan inovasi baru dalam pembelajaran biologi.
c. Bagi peneliti:
1. Menambah wawasan dan keilmuan mengenai keterlaksanaan
penggunaan media pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
dalam materi sistem pencernaan manusia dalam materi sistem
pencernaan manusia.
2. Mengetahui penerapan penggunaan model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik pada materi sistem pencernaan.
F. Batassan Masalah
Berdasarkan pemeparan diatas, maka batasan dalam penelitian ini
diantaranya:
6
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA 1 SMA AL-
AMANAH. Garut.
2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model Teams Games Tournament (TGT) .
3. Submateri Sistem Pencernaan Manusia meliputi proses pencernaan,
fungsi pencernaan dan gangguan sistem pencernaan manusia.
G. Definisi Operasional
7
Materi Pencernaan merupakan materi yang mempelajari sebuah sistem
yang membantu manusia dalam mencerna makanan dan minuman yang
dikonsumsinya menjadi zat yang lebih mudah dicernaa oleh tubuh dan
diambil berbagai kandungan di dalamnya yang berguna untuk organ dalam
dan bagian tubuh secara keseluruhan. Materiini disajiakan dengan model
pembelajaranTGT (Team Games Tournament) pada kelas XI semester
geanjil. Kompetensi inti yang diharapkan yaitu : memahami pengetahuan
(factual, konseptual dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata. Kompetensi Dasar yang diharapkan yaitu : Menunjukan
perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, cermat, tekun, hati-
hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inofativ dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap
dalam melakukan pengamatan, percobaan dan berdiskusi serta
mendeskripsikan proses yang terjadi dalam sistem pencernaan.
H. Kerangka Berfikir
Biologi merupakan mata pelajaran yang kurang diminati peserta didik.
Sebagian besar peserta didik menganggap bahwa mata pelajaran biologi
merupakan mata pelajaran yang sulit. Hal ini bisa dilihat dari hasil prestasi di
sekolah-sekolah, yang ditunjukan dengan rendahnya nilai prestasi peserta
didik pada mata pelajaran biologi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah inovasi
dalam pembelajaran biologi. Dalam hal ini, penelitian menekankan
penggunaan media pembelajaran sebagai salah satu poin penting yang bisa
meningkatkan kualitas pembelajaran (Isjoni, 2013:11).
Sistem pencernaan pada Manusia merupakan salah satu materi pokok
pada mata pelajaran Biologi kelas XI. Berdasarkan Silabus Kurikulum 2013,
kompetensi dasar aspek kognitif yang harus dimiliki siswa adalah
menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem
pencernaan dan mengaitkannya dengan nutrisi dan bioprosesnya sehingga
dapat menjelaskan proses pencernaan serta gangguan fungsi yang mungkin
8
terjadi pada sistem pencernaan manusia melalui studi literatur, pengamatan,
percobaan, dan simulasi. Sedangkan kompetensi dasar pada aspek
keterampilan adalah menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur
dan fungsi jaringan pada organ-organ pencernaan yang menyebabkan
gangguan sistem pencernaan manusia melalui berbagai bentuk media
presentasi.
Menurut Salvin (2010: 170), pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) terdiri dari empat siklus regular aktifitas pengajaran, yaitu :
pengajaran/penyajian kelas, belajar tim (kelompok), turnamen (pertandingan),
dan rekognisi tim (perhargaan kelompok). Prosedur pelaksanaan TGT
dimulai dari aktivitas guru, pertama-tama diperkenalkan dengan penyajian di
dalam kelas, ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali
dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tim terdiri dari 4-5
siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas, belajar dalam tim ini
dilakukan agar mereka mengerjakan lembar kegiatan dan memastikan bahwa
semua anggota tim telah menguasai pelajaran, lebih khususnya lagi adalah
untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Selanjutnya diadakan turnamen, di mana peserta didik memainkan game
akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor
timnya. Adanya dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan
permainan dalam model pembelajaran pembelajaranTGT, diharapkan peserta
didik dapat menikmati proses pembelajaran dengan situasi yang
menyenangkan dan termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada akhirnya
akan mempengarui tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran,
dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi pelajaran sehingga
hasil belajar mencapai optimal. Dalam permainan ini, setiap peserta didik
yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Peserta didik yang
mewakili kelompoknya, masing-masing di tempatkan dalam meja-meja
turnamen. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen.
Rekognisi tim akan diberikan setelah turnamen selesai dengan skor masing
masing tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut
9
akan di rekognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Berfikir kritis adalah berfikir secara alasan dan reflektif dengan
menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan (Hassoubah, 2004:87). Berfikir kritis merupakan suatu model
berfikir tentang isis atau permasalahan yang mengharuskan seorang pemikir
mengembangkan keterampilan berfikirnya untuk memperoleh suatu
perubahan yang dapat melekat dalam pemikiran dan memberikan kesan
dalam perkembangan intelektualnya (Fisher, 2011: 4-5).
Menurut Ennis (1985: 55-56), mengidentifikasi 12 indikator berfikir
kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut :
1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification) yang berisi
: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta
menjawab suatu penjelasan atau pertanyaan.
2. Membangun keterampilan dasar (basic support) yang terdiri atas
mempertimbangkan apakah sumber data dapat dipercaya atau tidak dan
mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
3. Menyimpulkan (inference) yang terdiri atas kegiatan mendedukasi atau
mempertimbangkan hasil deduksi.
4. Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), yang terdiri
atas mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga
dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.
5. Strategi fan taktik (strategies and tactics), yang terdiri atas menentukan
tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.
10
Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Biologi Rendah
Pretest
1. Guru menyampaikan materi, tujuan, tugas atau kegiatan yang harus dilakukan peserta didik.(Penyajian
kelas)
2. Guru membagi kelompok belajar kepada peserta didik dalam kelompok kecil terdiri atas 4-5 orang. (Belajar
dalam kelompok/ team)
3. Guru menyajikan permainan yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan. (Games)
4. Guru menunjuk salah satu siswa tiap kelompok untuk berada pada meja turnamen.
5. Guru memberikan skor dan reward yang dijadikan sebagai motivasi belajar dan tambahan nilai siswa.
(Penghargaan kelompok)
(Slavin, 2010: 170)
Post Teest
Kesimpulan
11
I. Hipotesis penelitian
Hipotesis yang diajukan adalah model Team Games Tournament (TGT)
untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa pada materi sistem
pencernaan manusia. Secara sistematis diajukan hipotesis penelitian yang akan
digunakan yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternative (Ha)
H0 = Model Team Games Tournament (TGT) tidak terdapat peningkatan
keterampilan berfikir kritis siswa pada materi sistem Pencernaan
Manusia.
Ha= Model Team Games Tournament (TGT) terdapat peningkatan keterampilan
berfikir kritis siswa pada pembelajaran dengan menggunakan permainan pada
materi sistem Pencernaan Manusia.
J. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang model pembelajaran pembelajaran TGT ini bukanlah
yang pertama karena penelitian terdahulu dengan pokok persoalan tersebut
telah banyak dilakukan oleh para sarjana. Penelitian terdahulu memiliki peran
mengilhami dan sekaligus memberikan peta permasalahan yang telah dibahas.
Berdasarkan penelusuran atas hasil-hasil penelitian terdahulu, posisi
penelitian ini boleh jadi bersifat meneruskan, menyempurnakan, atau
membahas yang belum terbahas. Terdapat beberapa penelitian terdahulu dan
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Luluk Fajri (2016) dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe TGT dilengkapi dengan teka teki silang mata
pelajaran kimia berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Hasil penelitan menunjukkan respon positif dalam proses pembelajaran
dengan data sebesar 80,05% dan kategori baik.
2. Menururt Purnamasari (2014) menyatakan bahwa menggunakan model
pembelajaran Team Games Tournament pada mata pelajaran biologi
menunjukkan keefektifan hasil belajar dengan data thitung sebesar 4,113
> ttabel sebesar 1,703.
3. Menurut Rosdiani (2014) penggunaan mendia pembelajaran team
games tournamet (TGT) nilai rata-rata penguasaan konsep siswa
12
terhadap pembelajaran Sistem Pencernaan Manusia manusia
mengalami peningkatan, yaitu nilai rata-rata eksperimen 74,08 dan
kelas kontrol 55,75.
K. Metode Penelitian
1. Metode dan desain penelitian
13
dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Eka &
Ridwan, 2016 : 111).
3. Tempat dan waktu penelitian
a. Tempat penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat pada penelitian kali ini adalah SMA
Al-amanah Garut.
b. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tahun 2019 sampai dengan selesai.
4. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data pada penenelitian kali ini dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut ;
a. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan mengetahui dan mengamati aktifitas
guru dan siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
b. Test
Test yang digunakan adalah test objektif berupa soal pilihan
gandasebanyak 20 soal yang dibuat berdasarkan indikator yang di
ambil dari keterampilan proses sains
c. Angket
Angket digunakan untuk mendapatkan informasi tentang respon
siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran TGT. Angket yang digunakan
berupa uraian terbatas. Sebelum angket di berikan, angket di validasi
atau diuji kelayakannya terlebih dahulu oleh ahlinya atau dosen
pembimbing.
5. Teknik analisis data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan
ganda berjumlah 20 butir soal yang dibuat berdasarkan indikator
keterampilan proses sains (KPS). Sebelum instrumen digunakan untuk
penelitian, soal tersebut diuji terlebih dahulu dan kemudian hasil uji coba
tersebut dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
14
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat validasi suatu instrumen. Validitas butir soal ditentukan dengan
rumus korelasi Product Moment Pearson (rxv) dengan angka kasar,
yaitu sebagai berikut:
𝑁∑𝑥𝑦−(∑𝑥)(∑𝑦)
rxy =
√{(𝑁 ∑𝑥2−(∑ 𝑥)2} {𝑁 ∑𝑦2−(∑𝑦)2
15
∑𝑥
cara mencari M=
𝑁
(∑𝑥)2
∑𝑥2
𝑁
cara mencari V = 𝑁
𝐵
P=r= 𝐽
16
Tabel 8 Kriteria Index Kesukaran
Harga Koefisisen Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Rendah
0,71 – 0,100 Sedang
(Arikunto, 2013 : 225)
d. Daya pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan butir soal untuk
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda dapat
melalui rumus berikut :
1) Meghitung proporsi kelompok atas dan kelompok bawah
2) Menghitung PA dan PB
3) Menghitung daya pembeda (D) dengan rumus:
𝐵𝐴 𝐵𝐵
D= - = 𝑃𝐴− 𝑃𝐵
𝐽𝐴 𝐽𝐵
17
Teknik analisi pelaksanaan observasi merupakan teknik yang
dilakukan oleh seorang observer untuk mengamati aktivitas guru
dan siswa selama kegiatan belajar mengajar menggunakan peta
konsep. Jika observer mengisi kolom “Ya” nilainya 1 dan kolom
“Tidak” nilainya 0. Kemudian skor dari data mentah tersebut
diolah ke dalam bentuk persentase. Cara mengolah skor mentah
hasil observasi adalah dengan menggunakan rumus:
𝑅
NP = 𝑆𝑀 x 100
Keterangan:
NP : nilap persen keterlaksanaan yang dicari atau yang
diharapkan
R : jumlah skor yang diperoleh
SM : skor maksimal ideal
2) Analisis Angket
Untuk menganalisis data angket mengenai respon siswa terhadap
penggunaan peta konsepmenggunakan jenis angket uraian terbatas
yang hasilnya disampaikan dengan cara deskriptif.
b. Data Kuantitatif
18
Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan postest pada
penelitian proses pembelajaran. Data yang diperoleh dari hasil
penelitian ini adalah dengan teknik:
1) Penskoran
Kriteria penilaian soal pilihan ganda adalah sebagai berikut
(Suwarna, 2013: 4) ;
Tabel 10 Kriteria Penilaian Soal
Bentuk Soal Nilai Keterangan
1 Jika jawaban benar
Pilihan Ganda
0 Jika jawaban salah
Pedoman penskoran:
𝑆𝑘𝑜𝑟
Skor total = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100
Keterangan :
X : nilai rata-rata
∑𝑓𝑡 𝑥𝑡 : jumlah nilai frekuensi untuk x
19
∑𝑓𝑡 : jumlah frekuensi
6) Menghitung standar deviasi
∑𝑓𝑖 𝑥𝑖 2 ∑𝑓𝑡 𝑥𝑡 2
SD = √ –( )
𝑁 𝑁
Keterangan:
SD : standar deviasi
Xt : tanda kelas
∑𝑓𝑖𝑥𝑖 : jumlah nilai frekuensi untuk x
𝑁 : jumlah siswa
(Kariadinata, 2010 : 25)
7) Membuat daftar frekuensi observasi dan ekspektasi
8) Menghitung chi kuadrat dengan rumus
(𝑂𝑖− 𝐸𝑖 )2
𝑥2 = ∑ { }
𝐸𝑖
Keteangan:
X2 : Chi kuadrat
Oi : Frekuensi observasi
Ei : Banyaknya data x luas z
(Kariadinata, 2010 : 24)
9) Menentukan derajat kebebasan
Dk = k-3
10) Mencari X2dari daftar
11) Menentukan normalitas dengan ketentuan:
a) Jika X2hitung <X2daftar, maka distribusinya normal
b) Jika X2hitung ≥ X2daftar, maka distribusinya tidak normal
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat kehomogenan dari
sampel yang telah didapatkan sehingga dapat dilakukann
homogenitas dari data tersebut. Dengan menggunakan nilai F,
adapun langkah-langkah perhitungan nilai F sebagai berikut:
20
1. Mencari nilai Fhitung
𝑣𝑏
F = 𝑣𝑘
Keterangan:
F :Distribusi f
Vb : Variansi terbesar
Vb : Variansi terkecil
Jika Fhitung< Ftabel maka kedua variasi data homogen
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka kedua variasi data homogen
(Subana, 2000 : 171)
2. Menentukan Derajat Kebebasan
db = n1 – 1
keterangan:
db : derajat kebebasan
n : banyaknya data kelompok
(Subana, 2000 : 172 )
3. Menetukan nilai Ftabel
Ftabel = F (𝛼) (db1/db2)
Keterangan:
𝛼 : 0,05 dan 0,01
dba : derajat kebebasan pembilang
dbb : derajat kebebasan penyebut
4. Menentukan homogenitas dengan kriteria :
jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak (tidak homogen),
jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima (homogen).
(Subana, 2000 : 172 )
c) Uji Hipotesis
Setelah memperoleh data yang normal, selanjutnya menggunakan
statistika parametik uji t karena jumlah sampel sebanyak 35, uji t
yag digunakan yaitu uji t berpasangan. langkah-langkah untuk uji t
yaitu sebagai berikut:
1) Menentukan nilai statistika uji t
21
𝐵
t=𝑆
𝐵 √𝑛
keterangan:
B : Rata-rata dari beda
𝑆𝐵 : Simpangan baku dari beda
n : Banyaknya data
(Rahayu , 2017 : 152)
2) Menentukan tingkat signifikansi (𝛼)
ttabel = t(𝛼 ) (dk)
ttabel = t(𝛼 ) (n-1)
Dimana:
𝛼: 1% atau 5%
dk : derajat kebebasan (n-1)
(Rahayu , 2017 : 152)
3) Menentukan kriteria pengujian hipotesis
H0 ditolak jika : thitung≥ ttabel
H0 diterima jika : thitung< ttabel
(Rahayu, 2017 : 152)
d) Uji Wilcoxon
Jika ternyata salah satu atau kedua distribusi tidak normal, langkah
selanjtnya menggunaakan statistika nonparametik uji wilcoxon,
yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan daftar rank
2. Menentukan nilai z dengan rumus:
Bila sampel lebih dari 25, maka distribusinya akan mendekati
normal. Untuk itu digunakan rumus z dalam pengujiannya,
yaitu sebagai berikut:
𝑛(𝑛+1)
𝑇− 𝜇𝑇 𝑇−
4
Z= =
𝜎𝑇
√𝑛(𝑛+1)(2𝑛+1)
24
22
𝒙
−𝒑
𝒏
Z= (𝟏−𝒑)
√𝒑
𝒏
Keterangan :
x : Banyaknya data yang termasuk kategori hipotesis
n : Banyaknya data
p : Proporsi hipotesis
5) Menghitung Z tabel, rumusnya sebagai berikut:
1
Z (2 − 𝑎) = ztabel
23
3. Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran TGT
4. Memberikan tes akhir (postest) kepada siswa yang telah mengikuti
dan melaksanakn proses pembelajaran.
5. Memberikan angket kepada siswa di akhir pembelajaran
6. Mengelolah hasil dari tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)
c. Tahap akhir
1. Melakukan analisis data yang didapatkan melaui tes, observasi,
wawancara, angket dan catatan lapangan selama penelitian,
kemudian dilakukan pembahasan.
2. Melaporkan hasil penelitian dan membuat kesimpulan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan secara ringkas
dalam bagan berikut ;
24
Tahap persiapan
1. Studi Pendahuluan
2. Menyusun proposal penelitian
3. Melakukan seminar proposal
4. Menyusun instrumen
5. Validitas instrumen
6. Revisi dan uji coba instrumen
Tahap pelaksanaan
Pretest
Posttest
Angket
Tahap akhir
Kesimpulan
25
Daftar Pustaka
26
Peningkatan Kemampuann Penalaran dan Koneksi Matematik Peserta
didik SMP N 1 Kota Tasik Malaya. Jurnal Pendidikan dan Keguruan.
Vol 1 No.1. Universitas Terbuka.
Rahayu, Y. N. (2017) Statitiska Pendidika. Bandung: UIN SUNAN GUNUNG
DJATI Bandung: Nusa Media
Robert E, Slavin. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.
Terjemahan Narulita Yusron, Bandung: Nusa Media
27