Kerjasama Antara
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Dengan
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia
i
Pelatihan Fasilitator
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
Sambutan
SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
ii
Pelatihan Fasilitator
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
iii
Pelatihan Fasilitator
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
iv
Pelatihan Fasilitator
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
Sambutan
DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DAN DESA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
S
esuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Pasal 13 dan 14 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota bahwa penanganan bidang kesehatan
menjadi salah satu urusan wajib kewenangan Pemerintah provinsi
dan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, dalam rangka penguatan
pemerintah desa dan kelurahan, Kementerian Dalam Negeri telah
menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006
tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/
Kota kepada Desa dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36
Tahun 2007 tentang pelimpahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/
Kota Kepada Kelurahan.
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah
satu target kinerja yang ingin dicapai oleh Kementerian Kesehatan
yang pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Pemerintah Provinsi
dan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, maka pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu urusan wajib
yang harus diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan
yang juga harus berperan aktif dan mendukung serta bersinergi
dengan proses pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan di
wilayahnya, agar target cakupan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dapat dicapai. Untuk itu Kementerian Dalam Negeri telah menerbitkan
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 140.05/292 Tahun
2011 tanggal 27 April 2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Operasional dan Sekretariat Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Tingkat
Pusat.
v
Pelatihan Fasilitator
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
vi
Pelatihan Fasilitator
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
vii
Pelatihan Fasilitator
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
Kata Pengantar
P
uji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang atas ijin-Nya, Kurikulum
dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
di Bidang Kesehatan ini, selesai disusun. Buku ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang akan menyelenggarakan
pelatihan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan terutama
dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Desa dan Keluarga Siaga Aktif yang merupakan salah satu
indikator dalam Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten dan Kota yang di targetkan pada tahun 2015 mencapai
80% Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif merupakan revitalisasi dari Desa dan Kelurahan Siaga yang
pada tahun 2009 baru mencapai 42.295 (56,1%) dari 75.410 desa
dan kelurahan di Indonesia. Oleh karena itu keberadaan fasilitator
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan perlu ditingkatkan
sehingga dapat memfasilitasi percepatan pencapaian Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif di Indonesia.
Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan ini, terdiri dari 2 (dua) bagian:
l Bagian 1 : Kurikulum Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan
l Bagian 2 : Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
viii
Pelatihan Fasilitator
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
ix
Pelatihan Fasilitator
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
Daftar Isi
SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN RI .................................................. ii
BAGIAN 1
KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
I PENDAHULUAN . ................................................................................... 1
A. Latar Belakang . ............................................................................ 1
B. Filosofi Pelatihan .......................................................................... 3
x
Pelatihan Fasilitator
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
BAGIAN 2
MODUL PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI
BIDANG KESEHATAN
xi
MODUL PELATIHAN
FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ujuan pembangunan kesehatan sebagaimana disebutkan dalam Undang-
T
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa
“Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis, selanjutnya Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan
dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya
kesehatan”.
ntuk maksud tersebut perlu disusun Buku Kurikulum dan Modul Pelatihan
U
Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan sehingga dapat
digunakan sebagai acuan berbagai pihak yang akan menyelenggarakan
pelatihan bagi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan.
Dengan demikian pelatihan tersebut diharapkan menghasilkan Fasilitator
yang handal mampu memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan pada umumnya dan fasilitasi pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif pada khususnya.
B. Filosofi Pelatihan
elatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini
P
diselenggarakan dengan memperhatikan :
1. Prinsip andragogi, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk :
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan
b. D ipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada didalam
konteks pelatihan.
c. Diberikan apresiasi atas pendapat yang baik dan positif yang
diutarakan oleh peserta.
II. P
ERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI FASILITATOR
A. Peran
Sebagai fasilitator pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan khususnya dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
B. Fungsi
Dalam melakukan perannya Fasilitator berfungsi :
1. Melakukan fasilitasi pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
khususnya dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
2. Melakukan fasilitasi pembinaan PHBS di masyarakat
3. Memfasilitasi pelatihan pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan bagi Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM)/Kader
Kesehatan khususnya dalam pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif.
A. Tujuan Umum
etelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu
S melakukan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan khususnya dalam
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
B. Tujuan Khusus
etelah selesai mengikuti pelatihan, diharapkan peserta mampu :
S
1. Menjelaskan Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan
2. Menjelaskan Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan
3. Menjelaskan Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
di Bidang Kesehatan
4. Melakukan Fasilitasi Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
5. Melakukan Fasilitasi Pembinaan PHBS di Masyarakat
6. Melakukan Komunikasi dan Advokasi
7. Melakukan Kemitraan
8. Melakukan Praktik Kerja Lapang
9. Menyusun Rencana Tindak Lanjut
A. Peserta
Peserta pelatihan fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan ini adalah :
1. Kriteria :
• Petugas Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
diutamakan Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
Ahli
• Anggota Organisasi Profesi Kesehatan
• Pelatih/Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
• Petugas Lintas Sektor terkait
• Aktivis Organisasi masyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat
• Penanggung Jawab Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL)
B. Pelatih
Pelatih berasal dari :
1. Pelatih dari Komite Standar Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Kelurahan
2. Pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) Ahli yang
telah mengikuti pelatihan pelatih (Training of the Trainers/TOT) atau
pelatihan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
3. Widyaiswara Pusat Pendidikan dan Pelatihan
4. Kelompok Profesi Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat
Indonesia (PPPKMI) yang telah berpengalaman dalam TOT atau
pelatihan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka disusun materi yang akan
diberikan secara rinci pada tabel struktur program sebagai berikut :
JPL
NO Materi
t P pl jumlah
A MATERI DASAR
1 Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan 2 0 0 2
2 Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan 3 0 0 3
B MATERI INTI
1 Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan 1 2 0 3
2 Fasilitasi Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif 2 8 0 10
3 Fasilitasi Pembinaan PHBS di Masyarakat 2 6 0 8
4 Komunikasi dan Advokasi 2 4 0 6
5 Kemitraan 1 3 0 4
6 Praktik Kerja Lapangan 0 0 10 10
C MATERI PENUNJANG
1 Membangun Komitmen Belajar
(Building Learning Comitmment/BLC) 0 3 0 3
2 Rencana Tindak Lanjut (RTL) 0 2 0 2
TOTAL 13 28 10 51
Keterangan :
Waktu : 1 jam pembelajaran (jpl) = 45 menit
T = Teori, P = Penugasan, PL = Praktik Lapangan
A. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :
1. Dinamisasi dan penggalian harapan peserta serta membangun
komitmen belajar di antara peserta.
2. Penyiapan peserta sebagai individu atau kelompok yang mempunyai
pengaruh terhadap perubahan perilaku untuk menciptakan iklim
yang kondusif dalam melaksanakan tugas.
3. Penjajagan awal peserta dengan memberikan pre-tes.
4. Pembahasan materi kelas.
5. Praktik kelas dalam bentuk penugasan-penugasan.
6. Praktik lapangan.
7. Penjajagan akhir peserta dengan memberikan post-tes.
Pembukaan
Pre tes
WAWASAN KETERAMPILAN
1. Kebijakan dan Strategi 1. Peran dan Fungsi Fasilitator
Promosi Kesehatan 2. Fasilitasi Pengembangan Desa
2. Konsep Dasar Desa dan dan Keluarga Siaga Aktif
Pemberdayaan Masyarakat di 3. Fasilitasi Pembinaan PHBS di
Bidang Kesehatan Masyarakat
4. Komunikasi dan Advokasi
METODE 5. Kemitraan
• Curah pendapat
• Ceramah tanya jawab METODE
• Curah pendapat
• Ceramah tanya jawab
• Simulasi
• Bermain peran
• Diskusi kelompok
• Latihan
• Studi kasus
Evaluasi
Penutupan
10 KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN
Rincian rangkaian alur proses pelatihan sebagai berikut :
1. Pembukaan
Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut :
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan.
b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang
perlunya pelatihan.
c. Perkenalan peserta secara singkat.
4. Pengisian pengetahuan/wawasan
Setelah materi Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan
dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/wawasan
5. Pemberian keterampilan
Pemberian materi keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada
kompetensi keterampilan yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian
materi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang
melibatkan semua peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai
kompetensi tersebut, yaitu metode tanya jawab, studi kasus, diskusi
kelompok, bermain peran, tugas baca, simulasi, dan latihan-latihan
tentang fasilitasi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan
desa dan kelurahan siaga aktif, fasilitasi pembinaan PHBS di berbagai
tatanan, serta praktik melatih dengan menggunakan kurikulum dan
modul pelatihan fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan.
8. Evaluasi
Evaluasi dilakukan tiap hari dengan cara me-review kegiatan proses
pembelajaran yang sudah berlangsung, ini sebagai umpan balik untuk
menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. Di samping itu
juga dilakukan proses umpan balik dari pelatih ke peserta berdasarkan
9. Penutupan
Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan
masukan dari peserta ke penyelenggara dan pelatih untuk perbaikan
pelatihan yang akan datang.
C. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran ini berdasarkan pada prinsip :
1. Orientasi kepada peserta meliputi latar belakang, kebutuhan dan
harapan yang terkait dengan tugas yang dilaksanakan.
2. Peran serta aktif peserta sesuai dengan pendekatan pembelajaran.
3. Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis untuk terciptanya
komunikasi dari dan ke berbagai arah.
Setelah • BPPSDMK
mengikuti materi Departemen
ini, peserta Kesehatan
mampu : RI, Kurikulum
1. Menjelaskan 1. Peran Fasilitator • Ceramah • Komputer & Modul
Peran Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di • Tanya jawab • LCD Pelatihan
Pemberdayaan bidang Kesehatan dan Fasilitator
Masyarakat • Curah Tingkat
di bidang pendapat Puskesmas
Kesehatan dalam
Pengembangan
2. Menjelaskan 2. Fungsi Fasilitator • Ceramah Desa Siaga,
Fungsi Pemberdayaan Masyarakat di • Tanya jawab Jakarta, 2007
Fasilitator bidang Kesehatan dan • Kementerian
Pemberdayaan • Curah Kesehatan
Masyarakat pendapat RI, Pedoman
di bidang Umum
Kesehatan Pengembangan
Desa dan
Kelurahan
Siaga Aktif,
Jakarta, 2010
• Totok
Mardikanto,
Konsep-konsep
Pemberdayaan
Masyarakat,
Surakarta,
2010
• Totok
Mardikanto,
Model-model
Pemberdayaan
Masyarakat,
Surakarta,
2010
Setelah • Departemen
mengikuti materi 1. Pengembangan Desa dan Kesehatan RI,
ini, peserta Kelurahan Siaga Aktif • Ceramah • Komputer BPPSDMK,
mampu : 1.1. Pendekatan tanya • LCD Kurikulum
1. Menjelaskan pengembangan Desa dan jawab, • Skenario & Modul
pendekatan Kelurahan Siaga Aktif • Curah • Lembar Pelatihan
dan persiapan 1.2. Persiapan pengembangan pendapat, diskusi Fasilitator
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga • Diskusi kelompok Tingkat
Desa dan Aktif kelompok • Lembar Puskesmas
Kelurahan Siaga • Presentasi penugasan dalam
Aktif • Simulasi lapangan Pengembangan
• Bermain Desa Siaga,
peran Jakarta, 2007
• Penugasan • Pusat Promosi
lapangan Kesehatan,
Pemberdayaan
2. Melakukan 2. Langkah-langkah fasilitasi • Ceramah Masyarakat
langkah-langkah siklus pemecahan masalah tanya Dalam
fasilitasi siklus kesehatan yang dihadapi jawab, Pengembangan
pemecahan masyarakat desa dan • Curah Desa dan
masalah kelurahan pendapat, Kelurahan
kesehatan 2.1. Langkah-langkah siklus • Diskusi Siaga Aktif,
yang dihadapi pemecahan masalah kelompok Jakarta, 2009
masyarakat kesehatan • Presentasi • Kementerian
desa dan 2.2. Pentahapan • Simulasi Kesehatan
kelurahan pengembangan Desa dan • Bermain RI, Pedoman
Kelurahan Siaga Aktif. peran Umum
• Penugasan Pengembangan
lapangan Desa dan
Kelurahan
Siaga Aktif,
Jakarta, 2010
Setelah
mengikuti materi 1. PHBS
ini, peserta 1.1. Pengertian PHBS • Ceramah • Komputer • Pusat Promosi
mampu : 1.2. PHBS di berbagai Tatanan tanya • LCD Kesehatan,
1. Menjelaskan 1.3. Hakikat Perilaku jawab, • Skenario Panduan
tentang PHBS • Curah • Lembar Pembinaan dan
pendapat, diskusi Penilaian PHBS
• Diskusi kelompok di RT melalui
kelompok Tim Penggerak
• Presentasi PKK, Jakarta,
• Simulasi 2009
• Bermain • Pusat Promosi
peran Kesehatan,
• Penugasan Panduan
lapangan Peningkatan
PHBS di RT,
2. Melakukan 2. Langkah-langkah Fasilitasi • Ceramah Jakarta, 2009
Langkah- proses pembinaan PHBS tanya • Kementerian
Langkah 2.1. Strategi Pembinaan PHBS jawab, Kesehatan
Fasilitasi Proses 2.2. Pembinaan PHBS di • Curah RI, Pedoman
Pembinaan Rumah Tangga pendapat, Umum
PHBS 2.3. Indikator keberhasilan • Diskusi Pengembangan
kelompok Desa dan
• Presentasi Kelurahan
• Simulasi Siaga Aktif,
• Bermain Jakarta, 2010
peran
• Penugasan
lapangan
Setelah • Departemen
mengikuti materi Kesehatan RI,
ini, peserta • Ceramah • Komputer Sekretariat
mampu : • Tanya jawab • LCD Jenderal,
1. Menjelaskan 1. Kemitraan • Curah • Skenario Kemitraan
Pengertian 1.1 Pengertian Kemitraan pendapat • Lembar Menuju
Kemitraan dan 1.2 Peran Mitra • Diskusi diskusi Indonesia
Peran mitra kelompok kelompok Sehat, Jakarta,
• Presentasi 2003
• Soekidjo
Notoatmodjo,
2. Menyusun 2. Perencanaan (kemitraan) • Ceramah et.al., Promosi
rencana bersama • Tanya jawab kesehatan,Teori
bersama • Curah dan Aplikasi,
pendapat Rineka Cipta,
• Diskusi Jakarta, 2005
kelompok • Kementerian
Kesehatan
RI, Second
3. Melaksanakan 3. Pelaksanaan Kemitraan, • Ceramah Decentralized
Kemitraan, pemantauan dan penilaian hasil • Tanya jawab Health Services
memantau dan • Curah Project, Modul
menilai hasil pendapat Pelatihan
• Diskusi Pemberdayaan
kelompok Masyarakat
• Bermain Bagi Petugas
peran Puskesmas,
Jakarta, 2010
• Kementerian
Kesehatan
RI, Pedoman
Umum
Pengembangan
Desa dan
Kelurahan
Siaga Aktif,
Tahun 2010
Setelah
mengikuti materi • BPPSDMK
ini, peserta • Ceramah • Komputer Depkes RI,
mampu : tanya jawab • LCD Kurikulum
1. Mengenal 1. Pencairan/perkenalan • Curah • Lembar & Modul
seluruh pendapat diskusi Pelatihan
peserta, pelatih • Diskusi kelompok Fasilitator
dan panitia Kelompok • Kertas Tingkat
penyelenggara • Presentasi berwarna Puskesmas
dalam
2. Mengetahui 2. Tujuan pelatihan • Ceramah Pengembangan
tujuan pelatihan tanya jawab Desa Siaga,
yang diikutinya • Curah Jakarta, 2007
pendapat • Depkes
• Diskusi RI, Ditjen
Kelompok PP&PL Modul
• Presentasi Pelatihan Bagi
Pelatih PSN
3. Menyampaikan 3. Harapan Peserta • Ceramah DBD dengan
harapannya tanya jawab pendekatan
• Curah Komunikasi
pendapat Perubahan
• Diskusi Perilaku
Kelompok (COMBI), 2007
• Presentasi • Kementerian
Kesehatan
4. Norma selama proses pelatihan • Ceramah RI, Second
4. Menyepakati tanya jawab Decentralized
norma selama • Curah Health Services
proses pelatihan pendapat Project, Modul
• Diskusi Pelatihan
Kelompok Pemberdayaan
• Presentasi Masyarakat
Bagi Petugas
Puskesmas,
Jakarta, 2010
A. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dalam pelatihan ini meliputi :
1. Evaluasi terhadap peserta melalui :
a. Penjajagan awal melalui pre test
b. Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima (post
test)
c. Evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan yang
telah didapat peserta melalui penugasan-penugasan dan praktik
lapang
B. Sertifikasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 725 tahun 2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan, bagi
peserta yang telah menyelesaikan proses pembelajaran selama 51 JPL
@ 45 menit dengan kehadiran minimal 90% dari keseluruhan jumlah jam
pembelajaran, akan diberikan sertifikat dengan angka kredit 1 (satu).
Sertifikat akan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang atas nama
Menteri Kesehatan dan oleh panitia penyelenggara. Sertifikasi juga bisa
diberikan oleh Lembaga yang berwenang menerbitkan sertifikat untuk
pelatihan pemberdayaan masyarakat.
DAFTAR ISI
I. DESKRIPSI SINGKAT
V. URAIAN MATERI
A. Pokok Bahasan 1 : A
rah Kebijakan dan Strategi Kementerian
Kesehatan
B. Pokok Bahasan 2 : Kebijakan Promosi Kesehatan
C. Pokok Bahasan 3 : Strategi Promosi Kesehatan
REFERENSI
umlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 2 jam pelajaran
J
(T=2 jpl, P=0, PL=0) @45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran,
dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1 :
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN KESEHATAN
Dalam mencapai Misi tersebut ada lima strategi yang telah ditetapkan,
salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat dan daerah.
Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting.
Tantangan dan permasalahan pembangunan kesehatan makin
bertambah berat, kompleks dan bahkan terjadi secara tidak terduga,
karena Indonesia merupakan negara yang daerahnya rawan bencana.
Upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat tidak akan tercapai
apabila tidak mengikut sertakan peran masyarakat dalam pembangunan
kesehatan. Masyarakat tidak lagi sebagai obyek melainkan sebagai
subyek dalam pembanguan kesehatan, seperti yang telah diamanatkan
dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Masalah kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan
pemerintah. Selain itu banyak permasalahan kesehatan yang wewenang
dan tanggung jawabnya berada di luar sektor kesehatan.
POKOK BAHASAN 2 :
KEBIJAKAN PROMOSI KESEHATAN
Pemberdayaan
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan merupakan bagian yang
sangat penting, dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Sejak
dari Piagam Ottawa, yang mengubah istilah pendidikan kesehatan menjadi
promosi kesehatan, pemberdayaan sudah dijadikan salah satu strategi dari
promosi kesehatan. Selanjutnya dalam komitmen global yang dicapai di
setiap Konferensi Internasional Promosi Kesehatan, pemberdayaan tidak
pernah dilupakan. Dalam konferensi internasional yang diselenggarakan di
Jakarta misalnya, yang melahirkan Deklarasi Jakarta, disebutkan bahwa salah
satu prioritas bagi promosi kesehatan di abad ke-21 adalah “Meningkatkan
kemampuan masyarakat dan memberdayakan individu-individu.” Sedangkan
dalam konferensi internasional terakhir yang diselenggarakan di Nairobi,
Kenya, pemberdayaan masyarakat dinyatakan sebagai salah satu tindakan
(action) yang harus segera dilaksanakan.
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu,
keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan
Bina Suasana
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun berada (keluarga di rumah,
organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/karyawan, orang-orang yang
menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan
bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut.
Oleh karena itu, untuk memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam
upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan
bina suasana.
Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat
(formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion
leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga berupa
kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat
berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik, dan dorongan
(pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat. Advokasi merupakan upaya
untuk menyukseskan bina suasana, pemberdayaan, dan bahkan proses
pembinaan PHBS secara keseluruhan.
Sebagaimana pemberdayaan dan bina suasana, advokasi juga akan
lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan. Yaitu dengan
Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun
bina suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan
dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu,
keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan
kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa, dan
lain-lain. Kemitraan yang digalang itu harus berlandaskan kepada tiga prinsip
dasar, yaitu (a) Kesetaraan, (b) Keterbukaan, dan (c) Saling menguntungkan.
Berdasar strategi dasar tersebut dikembangkan strategi umum
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan tahun 2010-2014, sebagai
berikut : 1) Memperkuat , kelembagaan dan penganggaran serta sarana promosi
kesehatan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota; 2) Mengupayakan
terbitnya kebijakan publik berwawasan kesehatan; 3) Meningkatkan advokasi,
sosialisasi dan komitmen politis disemua tingkatan; 4) Meningkatkan akses
informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung
jawab; 5) Meningkatkan kemitraan dengan lintas sektor terkait, swasta, dunia
usaha, dan LSM; 6) Menumbuhkan partisipasi dan peran individu, keluarga,
dan masyarakat dalam upaya kesehatan; 7) Menyelaraskan upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat pada setiap upaya pencegahan
penyakit, peningkatan KIA dan Gizi, peningkatan akses ke pelayanan
kesehatan; 8) Melakukan riset dan pengembangan upaya promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat; 9) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi
untuk kemajuan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
V. URAIAN MATERI
A. Pokok Bahasan 1 : Pemberdayaan Masyarakat
B. Pokok Bahasan 2 : Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan
C. Pokok Bahasan 3 : Konsep Dasar Desa
D. Pokok Bahasan 4 : Partisipasi Masyarakat
E. Pokok Bahasan 5 : Pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan UKBM
REFERENSI
esa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu urusan wajib
D
Pemerintah Kabupaten/Kota yang kemudian pelaksanaannya diserahkan
ke desa/kelurahan. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota menetapkan bahwa pada tahun
2015 sebanyak 80% desa/kelurahan telah menjadi Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif.
umlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3 jam pelajaran
J
(jpl) @ 45 menit (T=3 jpl) untuk memudahkan proses pembelajaran,
dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
POKOK BAHASAN 1 :
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan Masyarakat
• Self-organizing
• Self-reliance
Mekanisme
Mekanisme Pasar/
Produksi Ekonomi
Mekanisme Mekanisme
Sosial Ekologi
Mekanisme
Ekologi
2.2. U
nsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
2.2.1. P
enggerak Pemberdayaan : Pemerintah, masyarakat, dan swasta
menjadi inisiator, motivator, dan fasilitator yang mempunyai kompetensi
memadai dan dapat membangun komitmen dengan dukungan para
pemimpin, baik formal maupun non formal.
POKOK BAHASAN 3 :
KONSEP DASAR DESA
Wilayah desa dapat dibentuk Dusun atau sebutan lain yang merupakan
bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan
peraturan desa. Sebutan bagian wilayah kerja pemerintahan desa,
disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang
ditetapkan dengan peraturan desa.
3.3. P
okok-pokok Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Menurut beberapa teori modern, bentuk-bentuk negara modern yang
terpenting dewasa ini adalah Negara Serikat atau Federasi dan Negara
Kesatuan atau Unitarisme. Negara Kesatuan dapat dibedakan ke dalam
bentuk: a. negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, dimana segala
sesuatu dalam Negara itu langsung ditetapkan oleh Pemerintah Pusat,
dan daerah-daerah tinggal melaksanakannya; dan b. Negara Kesatuan
dengan sistem desentralisasi, dimana kepada Daerah diberikan
kekuasaan untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya
sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan Daerah Otonom. (Kansil,
1976).
Oleh karena itu, setiap Daerah Otonom, baik daerah provinsi maupun
daerah kabupaten dan kota, harus mengabdikan penyelenggaraan
otonomi daerah bagi kepentingan masyarakat setempat. Dengan
mengikuti pendapat Rasyid (1996:37-38), maka Pemerintah dan
Pemerintah Daerah memiliki tiga fungsi hakiki, yakni: ”pelayanan (services),
pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan (development).
Meskipun, dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, menurut
Osborne dan Gaebler (1993: 49), pemerintah harus lebih mengutamakan
upaya memberdayakan masyarakat ketimbang memberikan pelayanan
kepada masyarakat (empowering rather than serving).
3.4. H
ubungan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Dengan
Pemerintahan Desa
A. Di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
telah diatur lima bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah Otonom, yakni:
1. Hubungan dalam bidang kewenangan, meliputi : a. penyerahan
urusan pemerintahan dari pemerintah kepada daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
2. Perubahan Status
a. D esa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi
kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa
bersama BPD dengan memperhatikan saran dan
pendapat masyarakat setempat.
b. Perubahan status desa menjadi kelurahan memperhatikan
persyaratan: luas wilayah; jumlah penduduk; prasarana
dan sarana pemerintahan; potensi ekonomi; dan kondisi
sosial budaya masyarakat.
c. D esa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan
Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.
d. Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan,
kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola
POKOK BAHASAN 4 :
PARTISIPASI MASYARAKAT
DAFTAR ISI
I. DESKRIPSI SINGKAT
V. URAIAN MATERI
A. Pokok Bahasan 1 : P
eran Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan
B. Pokok Bahasan 2 : F
ungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan
REFERENSI
LEMBAR KERJA
Pedoman Diskusi Kelompok Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3 jam pelajaran
(T=1jpl,P=2jpl) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran,
dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1 :
PERAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG
KESEHATAN
2. Melakukan advokasi
Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melaui
macam-macam bentuk komunikasi persuasif.
Advokasi kesehatan juga dapat diartikan suatu rangkaian komunikasi
strategis yang dirancang secara sistimatis dan dilaksanakan daklam
kurun waktu tertentu, baik oleh individu maupun kelompok agar pembuat
keputusan membuat suatu kebijakan publik yang menguntungkan
masyarakat.
Sebagai fasilitator tentunya harus dapat membantu provider dilapangan
4. Menggalang Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan, pendapat, perasaan
atau berita kepada orang lain. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai
proses pertukaran pendapat, pemikiran atau informasi melaui ucapan,
tulisan maupun tanda-tanda. Dengan demikian maka komunikasi
dapat mencakup segala bentuk interaksi dengan orang lain yang
berupa percakapan biasa, melakukan kemitraan dengan pihak terkait
(stakeholder) maupun advokasi.
Sebagai fasilitator harus dapat menggalang komunikasi dengan berbagai
pihak dan lapisan masyarakat, baik lintas program maupun lintas sektor,
baik secara formal maupun informal.
REFERENSI
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, 2011
• Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat,
Surakarta, Tahun 2010
• Totok Mardikanto, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta,
Tahun 2010
• BPPSDMK Departemen Kesehatan RI, Kurikulum & Modul Pelatihan
Fasilitator Tingkat Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga,
2007
I. DESKRIPSI SINGKAT
REFERENSI
LEMBAR KERJA
1. Pedoman Diskusi Kelompok Persiapan dalam Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
2. Lembar Kasus Identifikasi Masalah Kesehatan
3. Skenario Bermain Peran
4. Musyawarah Desa/Kelurahan
5. Menyusun Perencanaan (partisipatif)
6. Melakukan Kegiatan Promosi Kesehatan melalui Dasa Wisma
A. Pokok Bahasan 1 :
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
B. Pokok Bahasan 2 :
Langkah-langkah fasilitasi siklus pemecahan masalah
kesehatan yang dihadapi masyarakat desa dan kelurahan
1. Sub Pokok Bahasan 1 : Langkah-langkah siklus pemecahan
masalah kesehatan
2. Sub Pokok Bahasan 2 : Pentahapan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 10 Jpl (T=2
jpl; P=8; PL=0) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran,
dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1 :
PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF
POKOK BAHASAN 2 :
LANGKAH-LANGKAH FASILITASI SIKLUS PEMECAHAN MASALAH
KESEHATAN YANG DIHADAPI MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN
2. Indentifikasi Masalah
Kesehatan & PHBS
Konsultan/
Fasilitator/
KPM
6. Pembinaan 4. Perencanaan
Kelestarian Partisipatif
5. Pelaksanaan
Kegiatan
3. Musyawarah Desa/Kelurahan
Bila dirasakan perlu, Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan dapat
dilakukan secara berjenjang dengan terlebih dulu menyelenggarakan
Musyawarah Dusun atau Rukun Warga (RW). Musyawarah Desa/
Kelurahan ini bertujuan :
a. Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan yang
masih dihadapi masyarakat dan program pengembangan Desa dan
Kelurahan menjadi Desa Siaga.
b. Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah
kesehatan yang hendak ditangani.
c. Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak
4. Perencanaan Partisipatif
Setelah diperolehnya kesepakatan dari warga Desa/Kelurahan, KPM
dan lembaga kemasyarakatan yang ada mengadakan pertemuan-
pertemuan secara intensif guna menyusun rencana pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif untuk dimasukkan ke dalam Rencana
Pembangunan Desa/Kelurahan.
Rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif mencakup :
a. UKBM-UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali, berikut
jadwal pembentukan/pengaktifannya kembali.
b. Sarana-sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi (misalnya
Poskesdes, Polindes, Sarana Air Bersih, Sarana Jamban Keluarga,
dan lain-lain), berikut jadwal pembangunannya.
c. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan membutuhkan biaya
operasional, berikut jadwal pelaksanaannya.
5. Pelaksanaan Kegiatan
a. Sementara menunggu proses Musrenbang selesai dan ditetapkannya
alokasi dana Pemerintah, KPM/Kader kesehatan dan lembaga
kemasyarakatan yang ada dapat memulai kegiatan dengan
2.2. P
entahapan Pengembangan Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
Pentahapan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Forum Desa/Kelurahan Ada, tetapi Berjalan, tetapi Berjalan setiap Berjalan setiap
belum berjalan belum rutin triwulan bulan
setiap riwulan
2. KPM/Kader Kesehatan Sudah ada Sudah ada 3-5 Sudah ada 6-8 Sudah ada 9
minimal 2 orang orang orang orang atau lebih
3. Kemudahan Akses Ya Ya Ya Ya
Pelayanan Kesehatan
4. Posyandu dan UKBM Posyandu ya, Posyandu dan Posyandu dan Posyandu dan
lainnya aktif UKBM lainnya 2 UKBM lainnya 3 UKBM lainnya 4 UKBM lainnya
tidak aktif aktif aktif aktif
5. Dukungan dana untuk Sudah ada dana Sudah ada dana Sudah ada dana Sudah ada dana
kegiatan kesehatan di dari Pemerintah dari Pemerintah dari Pemerintah dari Pemerintah
Desa dan Kelurahan : Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan
• Pemerintah Desa dan Kelurahan serta Kelurahan serta Kelurahan serta Kelurahan serta
Kelurahan belum ada satu sumber dua sumber dua sumber dana
• Masyarakat sumber dana dana lainnya dana lainnya lainnya
• Dunia Usaha lainnya
6. Peran serta masyarakat Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif
dan Organisasi masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan
kemasyarakatan tidak ada peran peran aktif satu peran aktif dua peran aktif lebih
aktif ormas ormas ormas dari dua ormas
7. Peraturan Kepala Desa Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
atau peraturan Bupati/ direalisasikan direalisasikan direalisasikan
Walikota
DAFTAR ISI
I. DESKRIPSI SINGKAT
V. URAIAN MATERI
A. Pokok Bahasan 1 : PHBS
B. Pokok Bahasan 2 : L
angkah-langkah Fasilitasi Proses Pembinaan
PHBS
REFERENSI
LEMBAR KERJA
umlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 8 Jpl (T=2 jpl;
J
P=6; PL=0) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran,
dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1 :
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
M
asyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan
PHBS. PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. Dengan demikian, PHBS mencakup beratus-
ratus bahkan mungkin beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikkan
dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta
penyehatan lingkungan harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan
dengan sabun, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat,
memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan, dan lain-
lain. Di bidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana harus
dipraktikkan perilaku meminta pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, menimbang balita secara berkala, mengimunisasi lengkap
N
amun demikian perlu disadari bahwa PHBS di tatanan rumah tangga
sangat dipengaruhi oleh PHBS di tatanan-tatanan lain, yaitu tatanan
institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, dan
tatanan sarana kesehatan. Oleh sebab itu, yang dimaksud dengan
masyarakat dalam hal ini tidak terbatas pada masyarakat dalam
pengertian umum, tetapi juga masyarakat khusus di berbagai tatanan.
T
erdapat berbagai jenis tokoh masyarakat, seperti misalnya tokoh atau
pemuka adat, tokoh atau pemuka agama, tokoh politik, tokoh pertanian,
tokoh pendidikan, tokoh bisnis, tokoh pemuda, tokoh remaja, tokoh
wanita, tokoh kesehatan, dan lain-lain. Pemuka atau tokoh adalah
seseorang yang memiliki kelebihan di antara orang-orang lain dalam
suatu kelompok atau dalam masyarakat. Ia akan menjadi panutan bagi
kelompoknya atau bagi masyarakat karena ia merupakan figur yang
menonjol. Di samping itu, ia dapat mengubah sistim nilai dan norma
masyarakat secara bertahap, dengan terlebih dulu mengubah sistim
nilai dan norma yang berlaku dalam kelompoknya. Sedangkan sasaran
tersier adalah mereka yang berada dalam posisi pengambilan keputusan
formal, sehingga dapat memberikan dukungan, baik berupa kebijakan/
pengaturan dan atau sumber daya dalam proses pembinaan PHBS
terhadap sasaran primer. Mereka sering juga disebut sebagai tokoh
masyarakat formal, yakni orang yang memiliki posisi menentukan dalam
struktur formal di masyarakatnya (disebut juga penentu kebijakan).
Dengan posisinya itu, mereka juga memiliki kemampuan untuk
D
i tempat kerja, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang
dapat menciptakan tempat kerja (kantor, pabrik, dan lain-lain) sehat,
yang mencakup mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan
dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah
di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengkonsumsi napza, tidak
meludah sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain-
lain.
D
i tempat umum, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang
dapat menciptakan tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan,
terminal, dermaga, dan lain-lain) sehat, yang mencakup mencuci tangan
dengan sabun, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di
D
i sarana kesehatan, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang
dapat menciptakan sarana kesehatan (klinik, puskesmas, rumah sakit,
dan lain-lain) sehat, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun,
menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah,
tidak merokok, tidak mengonsumsi napza, tidak meludah di sembarang
tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain.
D
i rumah tangga, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang
dapat menciptakan rumah tangga sehat, yang mencakup persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, berat badan
balita ditimbang secara teratur, menggunakan air bersih, mencuci tangan
dengan sabun, mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari, menggunakan
jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok
di dalam rumah, tidak mengonsumsi napza, melakukan aktivitas fisik
setiap hari, tidak meludah sembarang tempat, memberantas jentik
nyamuk, dan lain-lain.
N
amun demikian nilai dan norma, sebagai sistim sosial, adalah
sesuatu yang dinamis. Artinya, nilai dan norma suatu masyarakat akan
berubah mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari masyarakat
yang bersangkutan. Jadi, antara nilai dan norma di satu pihak dengan
individu-individu masyarakat di pihak lain, terdapat hubungan timbal-
balik, nilai dan norma mempengaruhi perilaku individu, perilaku individu
yang berubah akan dapat mengubah nilai dan norma.
HAKIKAT PERILAKU
SISTEM NILAI
(Acuan Baik/Buruk)
U
ntuk nilai dan norma yang sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan,
perlu diupayakan terpeliharanya nilai dan norma tersebut. Sedangkan
untuk sistim nilai dan norma yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
kesehatan, perlu dilakukan upaya guna mengubah sistim nilai dan
norma tersebut melalui perubahan perilaku individu-individu anggota
masyarakat. Individu-individu anggota masyarakat yang memiliki
potensi besar untuk mengubah sistim nilai dan norma adalah mereka
yang disebut dengan pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat, baik
yang formal maupun yang informal.
Oleh karena itu, agar perilaku dari sasaran primer di setiap tatanan
dapat tercipta dan berkesinambungan diperlukan dukungan perilaku
dari sasaran sekunder dan sasaran tersier di setiap tatanan yang
bersangkutan. Sasaran sekunder harus berperilaku yang dapat
menciptakan suasana kondusif dan lingkungan sosial yang mendorong
(social pressure) bagi tercipta dan berkesinambungannya perilaku
sasaran primer. Sasaran sekunder juga diharapkan berperilaku sebagai
panutan dalam rangka mempraktikkan PHBS. Sedangkan sasaran
tersier harus berperilaku memberikan dukungan, baik material maupun
non material, bagi tercipta dan berkesinambungannya perilaku sasaran
primer. Dukungan tersebut antara lain dalam bentuk menetapkan dan
memberlakukan kebijakan atau peraturan sebagai acuan dan rambu-
rambu bagi pembinaan PHBS di tatanan, dan juga menyediakan sarana-
sarana sebagai faktor pemudah (enabling factors) seperti misalnya
tempat sampah, air bersih, jamban sehat, kantin sehat, perlengkapan
kesehatan kerja, dan lain-lain.
M
enyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan
strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) Pemberdayaan,
yang didukung oleh (2) Bina suasana, dan (3) Advokasi, serta dilandasi
oleh semangat (4) Kemitraan.
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan di tatanan rumah tangga dilakukan terhadap individu,
keluarga, dan kelompok masyarakat. Prosesnya diawali dengan
pemberdayaan terhadap kelompok masyarakat melalui pengorganisasian
masyarakat, untuk membentuk atau merevitalisasi Forum Desa/
Kelurahan. Dengan pengorganisasian masyarakat, maka selanjutnya
pemberdayaan individu dan keluarga dapat ditimbang-terimakan
kepada perangkat desa/kelurahan, pemuka masyarakat, dan anggota-
anggota masyarakat yang ditunjuk sebagai kader. Pemberdayaan
individu dilaksanakan dalam berbagai kesempatan, khususnya pada
saat individu-individu masyarakat berkunjung dan memanfaatkan upaya-
upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti Posyandu,
Poskesdes, dan lain-lain, melalui pemberian informasi dan konsultasi.
Sedangkan pemberdayaan keluarga dilaksanakan melalui kunjungan
rumah dan konsultasi keluarga oleh para kader. Juga melalui bimbingan
atau pendampingan ketika keluarga tersebut membutuhkan (misalnya
tatkala membangun jamban, membuat taman obat keluarga, dan lain-
lain).
c. Advokasi
Advokasi dilakukan oleh fasilitator dari kecamatan/kabupaten/
kota terhadap para pemuka masyarakat dan pengurus organisasi
kemasyarakatan tingkat desa dan kelurahan, agar mereka berperan
serta dalam kegiatan bina suasana. Advokasi juga dilakukan terhadap
para penyandang dana, termasuk pengusaha, agar mereka membantu
upaya pembinaan PHBS di rumah tangga (desa/kelurahan).
K
egiatan-kegiatan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi di
desa dan kelurahan tersebut di atas harus didukung oleh kegiatan-
kegiatan (1) Bina suasana PHBS di rumah tangga dalam lingkup
yang lebih luas (kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional)
dengan memanfaatkan media massa berjangkauan luas seperti surat
kabar, majalah, radio, televisi, dan internet; serta (2) Advokasi secara
berjenjang dari tingkat pusat ke tingkat provinsi, dari tingkat provinsi
d. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun
bina suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan
mendapatkan dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang
antar individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang
terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh
masyarakat, media massa, dan lain-lain. Kemitraan yang digalang
harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b)
keterbukaan, dan (c) saling menguntungkan.
1. Kesetaraan; berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat
hirarkis. Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa
masing-masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama
tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila
semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan.
Yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan
bersama. Bila kemudian dibentuk struktur hirarkis (misalnya
sebuah tim), adalah karena kesepakatan.
2. Keterbukaan; di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran
dari masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus
disertai dengan alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-
nutupi sesuatu. Pada awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan
diskusi yang seru layaknya “pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran
akan kekeluargaan dan kebersamaan, akan mendorong timbulnya
solusi yang adil dari “pertengkaran” tersebut.
3. Saling menguntungkan; solusi yang adil ini terutama dikaitkan
dengan adanya keuntungan yang didapat oleh semua pihak yang
terlibat.PHBS dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian
harus dapat dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik
langsung maupun tidak langsung) bagi semua pihak yang terkait.
Termasuk keuntungan ekonomis, bila mungkin.
REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan, Jakarta, 2004
• Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka
Cipta, Jakarta, Tahun 2007
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan,Panduan Pembinaan
dan Penilaian PHBS di Rumah Tangga melalui Tim Penggerak PKK, Tahun
2009.
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan
Peningkatan PHBS di Rumah Tangga Tahun 2009.
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Rumah Tangga
Ber-PHBS, Tahun 2009
• Kementerian Kesehatan RI,Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Tahun 2010
DAFTAR ISI
I. DESKRIPSI SINGKAT
V. URAIAN MATERI
A. Pokok Bahasan 1 : Komunikasi
B. Pokok Bahasan 2 : Advokasi
REFERENSI
LEMBAR KERJA
1. Skenario Bermain Peran Komunikasi Efektif
2. Skenario Bermain Peran Advokasi
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak Waktu : 6 Jpl (T=2
jpl; P=4; PL=0) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran,
dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
POKOK BAHASAN 1 :
KOMUNIKASI
b. Waktu
Bunyi beduk atau lantunan suara adzan di mesjid atau mushola,
memberikan informasi bahwa waktu shalat telah tiba. Contoh
lain adalah bunyi bel di sekolah yang menunjukkan bahwa waktu
masuk kelas, istirahat atau pulang telah tiba.
c. Tempat
Pemimpin suatu pertemuan atau rapat biasanya duduk di depan
atau di kepala meja, tidak pernah di belakang. Ini menginformasikan
bahwa yang bersangkutan adalah pemimpin rapat atau pemimpin
pertemuan yang biasanya orang penting atau memiliki jabatan
tertentu. Ruang Kerja Kepala Puskesmas tentunya akan berbeda
d. Isyarat
Audience di suatu seminar secara spontan bertepuk tangan
dengan riuh setelah mendengarkan paparan seorang presenter
yang mempresentasikan materinya dengan baik dan menarik.
Tepuk tangan tersebut merupakan isyarat bahwa audience puas
terhadap paparan presentan tersebut. Sebaliknya para peserta latih
mulai menguap, atau keluar masuk kelas, atau ada yang berbisik-
bisik satu dengan lainnya ketika pelatih memberikan materi/kuliah,
ini juga suatu isyarat bahwa materi, atau cara membawakan materi
tersebut kurang berkenan di hati peserta latih. Contoh lain misalnya
mengacungkan dua jari tanda Victory (kemenangan), menggeleng
tanda tidak tahu, raut wajah yang asam tanda tidak senang, murung
tanda bersedih, tangan mengepal tanda marah, tatapan mata bisa
bermacam arti dan sebagainya.
c. Mengetahui kultur
Dalam berkomunikasi harus diingat peribahasa “ Dimana bumi
dipijak, disitu langit dijunjung” artinya bahwa dalam berkomunikasi
kita harus memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan budaya
atau habit atau kebiasaan orang atau masyarakat setempat.
Misalnya berbicara sambil menunjuk sesuatu dengan telunjuk
kepada orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya di
daerah Jawa Barat atau Jawa Tengah bisa dianggap kurang sopan
atau kurang ajar walaupun mungkin di daerah lain itu biasa-biasa
saja. Atau kalau di daerah Sumatera Utara orang bisa berbicara
dengan intonasi dan suara yang keras, maka apakah orang non
Sumatera Utara harus mengimbangi pula dengan nada yang
keras? Dalam hal ini, misalnya orang Sunda kalau berbicara dengan
orang Batak tidak perlu bertutur seperti orang Batak, begitu pula
sebaliknya. Dengan demikian maka tidak terjadi salah tafsir yang
mengakibatkan kegagalan komunikasi.
c. Keterampilan berbicara
Pada dasarnya keterampilan berbicara dapat dipelajari dan
ditingkatkan dengan berlatih, agar mampu berbicara secara efektif
maka dalam tiap komunikasi baik informal maupun formal, beberapa
teknik dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan efektivitas berbicara
sebagai berikut :
- Percaya diri.
- Ucapkan kata-kata dengan jelas dan perlahan-lahan.
- Bicara dengan wajar, seperi biasanya jangan terkesan sebagai
penyair atau sedang deklamasi.
- Atur irama dan tekanan suara dan jangan monoton. Gunakan
tekanan dan irama tertentu, untuk menampilkan poin-poin
tertentu, tapi hindarkan kesan sebagai pemain drama.
- Tarik nafas dalam-dalam 2 atau 3 kali untuk mengurangi
ketegangan. Mengatur nafas secara normal dan jangan terkesan
seperti orang yang dikejar-kejar. Bila perlu menghentikan
pembicaraan sejenak, selain untuk mengambil napas juga
berfungsi menarik perhatian.
- Hindari sindrom : Ehm, Ah, Au, Barangkali, Mungkin, anu, Apa,
b. Waktu
Di dalam berkomunikasi manfaatkan waktu secara tepat,
artinya manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya. Karena
waktu adalah sesuatu yang sangat berarti. Misalnya, kalau Tim
Fasilitator Puskesmas akan mengadakan rapat dinas dengan
para Bidan Poskesdes, maka pilihlah waktu dimana rapat
tersebut tidak mengganggu pelayanan kepada pasien.
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). Berbeda dengan bina suasana, advokasi diarahkan
untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam
bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain.
Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal
yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan
dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh
masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang
umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di
bidangnya. Yang juga tidak boleh dilupakan adalah tokoh-tokoh dunia
usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang dana non-
pemerintah.
NILAI (P)
No KRITERIA UNTUK MEMILIH ISU
1 2 3
TOTAL NILAI
Tujuan Umum :
Meningkatnya Kawasan Tanpa Rokok ditempat kerja dari 50%
menjadi 70% sampai tahun 2014 di Kabupaten Bandung.
• Pesan Advokasi
- Merupakan pernyataan yang singkat, padat dan bersifat membujuk.
- Berhubungan dengan tujuan Anda dan menyimpulkan apa yang ingin
Anda capai.
- Bertujuan untuk menciptakan aksi yang Anda inginkan untuk dilakukan
oleh pendengar pesan Anda.
• Gaya Pesan Advokasi
- Seruan : Emosional vs Rasional
- Seruan : Positif vs Negatif
- Seruan : Masa vs Individu
- Kesimpulan Tertutup vs Kesimpulan Terbuka
• Pengemasan Pesan
- Presentasi adalah kunci untuk menyampaikan pesan.
- Sebuah presentasi yang berhasil adalah presentasi yang menarik,
didukung oleh fakta yang sahih dan tampilan yang menarik.
- Pengemasan mencakup cetakan, materi audiovisual.
- Dukungan kemasan dengan ilustrasi sederhana, grafik dan foto.
b. Pengemasan materi bagi kelompok sasaran berbeda.
Sekutu/mitra/teman
Hal yang perlu diidentifikasi adalah :
• Siapa, jumlah, lokasi dan jenis kelamin
• Pengetahuan tentang isu advokasi
• Jejaring kerja dan besarnya kelompok
2.3.3. Pendekatan
Pendekatan merupakan kunci advokasi
- Melibatkan para pemimpin/pengambil keputusan
- Menjalin kemitraan
- Memobilisasi kelompok peduli
a. Lobi Politik
Merupakan suatu teknik advokasi yang bertujuan untuk
menyampaikan kebijakan publik melalui pertemuan, telepon
resmi, surat, intervensi media, dan lain-lain. Lobi politik seringkali
diarahkan kepada sekelompok pemimpin politik.
b. Petisi
• Merupakan pernyataan tertulis dan resmi untuk menyampaikan
isu masalah yang sedang hangat diperbincangkan
• Mewakili suatu pandangan kolektif dan tidak hanya individu dan
kelompok tertentu
• Merupakan pernyataan yang singkat dan jelas atas isu
permasalahan dan tindakan apa yang perlu dilakukan diikuti
dengan nama dan alamat dari sejumlah besar inividu yang
mendukung petisi tersebut
I. DESKRIPSI SINGKAT
V. URAIAN MATERI
A. Pokok Bahasan 1 : Kemitraan
B. Pokok Bahasan 2 : Perencanaan (Kemitraan) bersama
C. Pokok Bahasan 3 : Pelaksanaan Kemitraan, Pemantauan, dan
Penilaian Hasil
REFERENSI
LEMBAR KERJA
1. Pedoman diskusi kelompok “Kemitraan”
2. Skenario untuk bermain peran :
• Menyelenggarakan pertemuan kemitraan untuk menyusun rencana
bersama;
• Melaksanakan kegiatan kemitraan pemantauan dilapangan;
• Menyelenggarakan pertemuan kemitraan membahas hasil
monitoring dan evaluasi
Kemitraan
159
I. DESKRIPSI SINGKAT
K
emitraan harus digalang dengan baik guna membangun kerjasama
dalam mewujudkan desa dan kelurahan siaga aktif, yang berlandaskan
prinsip dasar, yaitu (a) Kesetaraan, (b) Keterbukaan, dan (c) Saling
menguntungkan.
W
adah kemitraan dalam mewujudkan desa dan kelurahan siaga aktif,
adalah Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di berbagai tingkat
administrasi berdasarkan Surat Mendagri No. 140/1508/SJ, Tanggal
27 April 2011. Hal : Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Kelompok
Kerja Operasional dan Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Wadah
ini dapat dioptimalkan agar terlaksana koordinasi, integrasi, sinkronisasi
dan sinergisme antar mitra sehingga dapat mempercepat terwujudnya
desa dan kelurahan siaga aktif diwilayah kerja masing-masing fasilitator
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
160 Kemitraan
B. Pokok Bahasan 2 : Perencanaan (Kemitraan) bersama
C. Pokok Bahasan 3 : Pelaksanaan Kemitraan, Pemantauan, dan
Penilaian Hasil
J
umlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 4 Jpl (T=1 jpl; P=3;
PL=0) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
Kemitraan
161
• Menyelenggarakan pertemuan kemitraan membahas hasil
monitoring dan evaluasi
2. Setiap selesai bermain peran, peserta lain memberikan
tanggapan.
3. Setelah semua selesai bermain peran, pelatih merangkum hasil
permainan peran dikaitkan dengan penjelasan tentang kemitraan
secara keseluruhan.
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1 :
Kemitraan
162 Kemitraan
c. Adanya masalah/tantangan yang harus dihadapi/dipecahkan
bersama
• Prinsip-prinsip Kemitraan
a. Saling membutuhkan
b. Saling ketergantungan
c. Saling percaya
d. Saling menguntungkan
e. Saling mendukung
f. Saling membangun
g. Saling melindungi
• Syarat Kemitraan
a. Kesetaraan (simetris)
b. Saling menyadari kebutuhan pihak lain
c. Saling memiliki keunggulan untuk dapat membantu (memenuhi
kebutuhan) pihak lain
d. Niatan yang sama untuk bekerjasama dan bukan saling memanfaatkan
(eksploitatif)
e. Kejujuran
Kemitraan
163
1.2. Peran Mitra
Pemangku kepentingan terkait atau mitra dalam pengembangan desa dan
kelurahan siaga aktif mempunyai peran sebagai berikut :
1. Peran Pemangku kepentingan di Kecamatan dan Desa/Kelurahan
- Integrasi pelaksanaan pengembangan dan kebijakan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dengan pemberdayaan masyarakat terkait.
- Membentuk Forum Desa/Kelurahan Siaga tingkat Kecamatan.
- Menyelenggarakan Sistim Informasi Desa Siaga terintegrasi dalam
Sistim Informasi Pembangunan Desa/Kelurahan.
2. Peran Puskesmas
- Menggerakan masyarakat desa
- Menyelengarakan pelayanan kesehatan dasar
- Menggalang komitmen dan kerja sama tim di tingkat Kecamatan dan
Desa/Kelurahan
- Monitoring
164 Kemitraan
4. Lembaga Kemasyarakatan
- Mengintegrasikan Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif
- Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan
swadaya masyarakat dalam rangka Desa Siaga Aktif atau Kelurahan
Siaga Aktif
POKOK BAHASAN 2 :
PERENCANAAN (KEMITRAAN) BERSAMA
Kemitraan
165
pengembangan dan penyelenggaraan Desa/Kelurahan Siaga Aktif. Untuk
itu para mitra perlu bertemu agar saling memahami kedudukan, tugas dan
fungsi serta peran masing-masing secara terbuka dan kekeluargaan. Wadah
kemitraan dalam pengembangan dan penyelenggaraan Desa/Kelurahan Siaga
Aktif adalah Pokjanal dan Forum Desa dan Kelurahan Aktif; 3) Pengaturan
peran, tujuannya agar masing-masing mitra mengetahui perannya; 4)
Komunikasi intensif, untuk menjalin dan mengetahui perkembangan kemitraan
maka perlu dilakukan komunikasi antar mitra secara teratur dan terjadwal; 5)
Melakukan kegiatan, diharapkan sesuai dengan rencana kerja tertulis yang
disepakati bersama. Pelaksanaan kegiatan biasanya dilaksanakan bersama-
sama atau sendiri-sendiri; 6) Pemantauan dan penilaian, kegiatan ini juga
harus disepakati sejak awal dalam pelaksanaan kegiatan kemitraan. Hasil
dari pemantauan dan penilaian dapat digunakan untuk menyempurnakan
kesepakatan yang telah dibuat.
Rencana kemitraan bersama dalam pengembangan dan penyelenggaraan
Desa/Kelurahan Siaga Aktif mencakup aspek tujuan, jenis kegiatan kemitraan
yang akan dilakukan, peran mitra dalam kegiatan tersebut, jadwal waktu
dan juga disepakati indikator keberhasilan kegiatan kemitraan yang akan
dilaksanakan tersebut.
POKOK BAHASAN 3 :
PELAKSANAAN KEMITRAAN, PEMANTAUAN
DAN PENILAIAN HASIL
Kemitraan dapat berjalan efektif dan efisien, antar mitra perlu melakukan
koordinasi, yang disepakati dalam mekanisme kerja kemitraan. Wadah
koordinasi dalam pengembangan dan penyelenggaraan Desa/Kelurahan Siaga
Aktif telah dibentuk dengan nama Kelompok kerja Operasional (Pokjanal)
Desa/Kelurahan Siaga Aktif di masing-masing tingkatan pemerintahan dan
Forum Desa Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di Daerah.
Pelaksanaan kegiatan kemitraan hendaknya sesuai dengan yang tertulis
dalam dokumen perencanaan. Kegiatan dapat dilaksanakan bersama-sama
166 Kemitraan
atau sendiri-sendiri. Masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan
kegiatan dapat dibahas dan disepakati pemecahannya dalam pertemuan
koordinasi/pertemuan kemitraan yang telah dijadwalkan.
b. Penyelenggaraan
Kegiatannya berupa langkah-langkah dalam memfasilitasi siklus
pemecahan masalah demi masalah kesehatan yang diderita /dihadapi
masyarakat desa atau kelurahan, yang meliputi : Pengenalan Kondisi
Desa atau Kelurahan, Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS,
Musyawarah Desa/Kelurahan, Perencanaan Partisipatif, Pelaksanaan
Kegiatan.
Kemitraan
167
edangkan evaluasi dilakukan terhadap kemajuan pengembangan
S
dan pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif akan dilakukan
secara: (1) Tahunan, (2) Pada tengah periode, yaitu tahun 2012, dan
(3) Pada akhir periode, yaitu pada tahun 2014.
REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Sekretariat Jenderal, Kemitraan Menuju
Indonesia Sehat, Jakarta, 2003
• Soekidjo Notoatmodjo, et.al., Promosi kesehatan,Teori dan Aplikasi,
Rineka Cipta, Jakarta,2005
• Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services
Project, Modul Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas
Puskesmas, Jakarta, 2010
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Tahun 2010
• Surat Mendagri No. 140/1508/SJ, Tanggal 27 April 2011. Hal: Pedoman
Pelaksanaan Pembentukan Kelompok Kerja Operasional dan Forum Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif
168 Kemitraan
Lembar Kerja
Kemitraan
169
Lembar Kerja
elompok 2 : bermain peran sebagai Pak Tohir, KPD, Ibu Minah Wakil
K
Kader PKK, Bu Nina Bidan Desa dan melaksanakan kegiatan kemitraan
pemantauan dilapangan dengan mengunjungi dasawisma menggunakan
formulir PHBS. Dari hasil pemantauan dilapangan tersebut masih banyak
rumah tangga yang belum ber-PHBS.
170 Kemitraan
Bu Nina Bidan Desa melakukan pertemuan kemitraan membahas hasil
monitoring dan evaluasi, yang membahas aspek temuan masalah,
penyebab masalah dan menentukan cara pemecahan masalah yang
dapat dilakukan secara kemitraan.
3. Setiap selesai bermain peran, peserta lain memberikan tanggapan.
4. Setelah semua selesai bermain peran, pelatih merangkum hasil
permainan peran dikaitkan dengan penjelasan tentang kemitraan secara
keseluruhan.
Kemitraan
171
PRAKTIK KERJA
LAPANGAN
Modul 8
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
DAFTAR ISI
I. DESKRIPSI SINGKAT
REFERENSI
LEMBAR KERJA
1. Pedoman Melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 10 jam pelajaran
(T=0 jpl; P=0; PL=10) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran,
dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
REFERENSI
1. Depkes.RI, BPPSDMK Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Tingkat
Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta, 2007
2. Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project,
Modul Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas,
Jakarta, 2010
DAFTAR ISI
I. DESKRIPSI SINGKAT
REFERENSI
Perkenalan adalah adaptasi awal antar peserta dan pelatih juga dengan panitia
penyelenggara pelatihan, supaya cepat terlibat dalam proses pembelajaran.
Perkenalan yang baik dan menarik biasanya akan memperlancar proses
belajar selanjutnya. Mengenai peserta dari mana asal dan pengalaman
dalam pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan mendapat
gambaran variasi pengetahuan dan pemahaman tentang pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan.
Dalam komunitas Pembentukan Tim dan BLC dibutuhkan lebih dari sekedar
wacana, konsep atau kumpulan materi yang dilatihkan didalam kelas. Sebagai
komitmen, pembelajaran disini sangat erat kaitannya dengan pembentukan
tim. Namun kualitas dan keberhasilan pembentukan tim tergantung
kepada setiap individu yang membangun komitmen pembelajaran. Setiap
individu harus senantiasa melibatkan dirinya untuk secara terus menerus
meningkatkan kemampuan belajarnya.
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3 jam pelajaran
(T=0 jpl; P=3; PL=0) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran,
dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Badan PPSDM Kesehatan, Kurikulum & Modul
Pelatihan Fasilitator Tingkat Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga,
Jakarta, 2007
• Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal PP&PL, Modul Pelatihan
Bagi Pelatih PSN DBD dengan pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku
(COMBI), 2007
• Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project,
Modul Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas,
Jakarta, 2010
DAFTAR ISI
I. DESKRIPSI SINGKAT
REFERENSI
LEMBAR KERJA
1. Pedoman Penyusunan RTL
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 2 jam pelajaran (T:
0 jpl; P: 2; PL: 0) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran,
dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
REFERENSI
• Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project,
Modul Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas,
Jakarta, 2010
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta, 2010
PENGARAH
dr. Lily S. Sulistyowati, MM
PENANGGUNG JAWAB
drg. Rarit Gempari, MARS
TIM PENYUSUN
Ismoyowati, SKM, M.Kes
Dr. P. A. Kodrat Pramudho, SKM,M.Kes.
Dr. Bambang Hartono,MSc.
Dra. Ruflina Rauf, SKM,M.Si.
Dra. Zuraidah, SKM, MPH.
Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes.
Ir. Dina Agoes Soelistijani, M.Kes
KONTRIBUTOR
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.Sc
Tati Nuryati, SKM, M.Kes, Haryati Rahman, SKM, M.Pd
Ucu Djuwitasari, S.Kp, MM, M.Kes, Dra. Enny Wahyu Lestari, M.Sc
Dra. Euis Maryani, M. Kes, Ir. D. Slamet, Ph, MM, Sartono, S.Si, MM
Willianto P Siagian, S.STP, Drg. Marlina Br Ginting, M.Kes, Sunarti, S. Sos
Ch. Hartawan, MIA, Ir. Sondang Hutagalung, M.Si
Dedeh Syaadah, SKM, MKM, Dwiati Sekaringsih, SKM, M.Kes, Drg. Yusra, M.Kes
Drg. Ery HZD, MRM, Marsuli, S.Sos, M.Kes, Irma Guspita Dewi, SKM
Iis Bilqis Robitoh, Amd, Mulyana Chandra, S.Si
Woro S. Aryani, SKM, Eunice Margarini, SKM
R. Danu Ramadityo, S.Psi, dr. Marti Rahayu D.K