SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
iii
RINGKASAN
ARDIANI MUTIARA NISA. Pengaruh Penambahan Polietilen glikol dan
Nanopartikel ZnO Terhadap Sifat Fungsional Kemasan Berbasis Poli Asam
Laktat. Dibimbing oleh NUGRAHA EDHI SUYATMA, TJAHJA MUHANDRI
dan EVI SAVITRI IRIANI.
SUMMARY
ARDIANI MUTIARA NISA. The Effect of Polyethylene Glycol and ZnO
Nanoparticles Additions Towards Functional Properties of Polylactic Acid-Based
Packaging. Supervised by NUGRAHA EDHI SUYATMA, TJAHJA
MUHANDRI and EVI SAVITRI IRIANI.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
i
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN v
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Hipotesis 3
Manfaat Penelitian 3
2 TINJAUAN PUTAKA
Poli Asam Laktat 4
Pemlastis 8
Biodegradable plastik 9
Nanokomposit 10
Nanopartikel ZnO 13
3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat 15
Alat 15
Bahan 15
Prosedur Percobaan 16
Karakterisasi bahan baku 16
Analisis struktur morfologi dan ukuran nanopartikel ZnO 17
Analisis aktivitas antimikroba 17
Pembuatan film nanokomposit 17
Karakterisasi fim nanokomposit 18
Analisis sifat mekanik 18
Analisis kristalinitas 18
Analisis laju transmisi uap air 18
Analisis morfologi permukaan 18
Analisis sifat termal
Analisis sifat antimikroba 19
Analisis warna 19
Analisis statistik 19
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik bahan baku 19
Analisis struktur morfologi dan permukaan 19
Analisis aktivitas antimikroba 20
vi
DAFTAR TABEL
1 Kelebihan PLA jika digunakan sebagai bahan pengemas 5
2 Penelitian Pembuatan PLA 6
3 Hasil analisis antimikroba dengan metode difusi sumur 21
4 Nilai kuat tarik dan persen elongasi film 21
5 Nilai laju transmisi uap air 24
6 Diameter zona bening film 27
7 Nilai ΔE film 28
DAFTAR GAMBAR
1 Metode polimerisasi asam laktat 5
2 Mekanisme kerja pemlastis 8
3 Kelompok biodegradable polimer 10
4 Dimensi nano filler 11
5 Metode sintesis nanopartikel ZnO pada skala industri 12
6 Perbandingan zona inhibisi nanopartikel oksida logam terhadap
beberapa mikroorganisme 13
7 Diagram alir jalannya penelitian 16
8 Diagram alir proses pembuatan film PLA 19
9 Hasil SEM nanopartikel ZnO pada perbesaran 20.000x 20
10 Difraktogram sinar X film nanokomposit 23
11 Hasil SEM film pada perbesara 200x 25
12 Termogram kestabilan panas film 26
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
dengan kuat tarik yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan polimer lainnya
seperti High Density Polyethylene (HDPE), Polypropilene (PP) dan Polystyrene
(PS) (Dorgan et al. 2010). Polimer ini juga tahan terhadap pelarut dan berfungsi
sebagai barier migrasi flavor maupun gas lainnya seperti CO2, O2, N2 serta uap air
(Auras et al. 2005). PLA juga memiliki biokompatibilitas terhadap jaringan dalam
tubuh sehingga tidak bersifat toksik maupun karsinogenik (Athanasiou et al.
1996). Namun seperti kelompok Polystyrene lainnya, PLA memiliki sifat rigid
dan rapuh. Poli Asam Laktat memiliki nilai elongasi yang sangat rendah yaitu
dibawah 10% (Rasal dan Hirt 2008). PLA juga memiliki stabilitas termal yang
lemah yang membuat aplikasinya sebagai bahan pengemas terbatas (Harada et al.
2007).
Untuk memperluas aplikasi PLA dalam bidang kemasan maka perlu
ditingkatkan fleksibilitas, sifat barrier dan stabilitas termalnya. Beberapa
penelitian telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya
adalah dengan pencampuran PLA dengan pemlastis dan filler. Beberapa pemlastis
yang telah diteliti untuk memplastisasi film PLA diantaranya adalah ester sitrat
(Ljungberg dan Wesslen 2002), Polietilen glikol atau PEG (Baiardo et al. 2003;
Pillin et al. 2006), Polipropilen glikol (Piorkowska et al. 2006). Martin dan
Averous (2001) melakukan penelitian dengan mencampurkan PLA dengan
beberapa jenis pemlastis seperti ester sitrat, PEG monolaurat, polietilen glikol
(PEG) dengan berat molekul 400 serta gliserol dan mendapatkan hasil bahwa PEG
berberat molekul 400 Da merupakan pemlastis yang paling efisien untuk PLA.
PEG juga mampu menurunkan nilai Tgdari film PLA (Li dan Huneault 2007).
Nanokomposit terdiri dari matriks polimer atau fase kontinyu dan fase
diskontinyu dengan setidaknya satu dimensi lebih kecil dari 100 nm. Tidak seperti
filler berukuran mikro atau makro, nanopartikel dapat meningkatkan karakteristik
film dengan jumlah penambahan yang sedikit (kurang dari 5%). Penggunaan
nanopartikel pada polimer telah diketahui mampu meningkatkan sifat mekanik,
termal dan barrier terhadap uap air maupun gas. Ketika akan digunakan sebagai
kemasan pangan, nanokomposit lebih baik dibanding kemasan pangan lainnya
karena mampu meningkatkan sifat fungsional dari bahan pegemas (Arora dan
Padua 2010). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuat nanokomposit
berbasis PLA dengan beberapa filler diantaranya adalah clay (Du et al. 2006;
Fukushima et al. 2009; Svagan et al. 2012), nanoselulosa (Gatenholm dan Klemm
2010; Lin et al. 2011; Foturnati et al. 2012; Hossain et al. 2012), karbon
(Chrissafis et al. 2010; Manfredi et al. 2011; Wang dan Qiu 2012), logam
(Kamyar et al. 2010), dan silicon (Huang et al. 2009; Fina et al. 2010; Kuoa dan
Chang 2011).
Jenis logam ZnO telah diketahui sebagai logam yang ramah lingkungan
dan memiliki banyak fungsi jika diaplikasikan sebagai filler. ZnO bersifat tidak
berwarna, dan absorber yang efisien terhadap sinar UV. Filler berukuran nano
dari ZnO dapat diinkorporasikan dengan baik terhadap beberapa polimer seperti
polipropilen, polistiren, polimetilmetakrilat untuk menghasilkan nanokomposit
yang memiliki sifat antimikroba, dan absorber ultraviolet yang baik (Gaur et al.
2010; Li dan Li 2010; Huang dan Hsieh 2010). Nanopartikel ZnO yang
diinkorporasikan ke dalam polimer poliuretan mampu meningkatkan kekuatan
mekanik, stabilitas termal, serta permeabilitas uap air dari film. Selain itu film
3
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan sifat fungsional
film PLA yang dihasilkan dengan penambahan pemlastis Polietilen glikol dan
filler nanopartikel ZnO. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh penambahan Polietilen glikol dan nanopartikel ZnO
terhadap sifat fungsional film nanokomposit seperti sifat fisik, mekanik, termal,
morfologi dan sifat antimikroba.
Hipotesis
Sifat fungsional dari film PLA yang dihasilkan dapat meningkat dengan
penambahan PEG pada taraf 10%, 20%, 30% dan penambahan nanopartikel ZnO
pada taraf 0%, 1% dan 2%.
Manfaat Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Poli Asam Laktat atau PLA merupakan hasil polimerisasi dari monomer
asam laktat. Asam laktat adalah senyawa asam hidroksi yang paling sederhana
dan memiliki atom karbon asimetris yaitu dalam bentuk asam L-laktat dan asam
d-laktat.Asam laktat diproduksi dari perubahan gula atau pati yang bersumber dari
bahan polisakarida melalui fermentasi bakteri atau petrokimia. Produksi asam
laktat melalui bakteri fermentasi strain Lactobacillus lebih sering digunakan sejak
tahun 1990 karena lebih aman dan ramah lingkungan.
Menurut Averous (2008), poli asam laktat dapat diproduksi melalui tiga
metode, yaitu polikondensasi langsung, polikondensasi azeotropik dan
polimerisasi pembukaan cincin (Ring Opening Polimerization). Secara skematik
proses polimerisasi asam laktat disajikan pada Gambar 1.
1. Polimerisasi dengan polikondensasi langsung merupakan metode paling
murah untuk menghasilkan Poli Asam Laktat, namun sangat sulit untuk
mendapatkan Poli asam laktat dengan berat molekul yang tinggi (Averous
2008). Polikondensasi langsung terjadi karena adanya gugus hidroksil dan
karboksil pada asam laktat. Namun, reaksi polikondensasi langsung asam
laktat ini tidak cukup dapat meningkatkan bobot molekulnya dan pada metode
ini dibutuhkan waktu yang sangat lama karena sulitnya untuk mengeluarkan
air dari produk yang memadat, sehingga produk air yang dihasilkan justru
akan menghidrolisis polimer yang terbentuk. Reaksi polikondensasi
konvensional hanya mampu menghasilkan poli asam laktat berbobot molekul
rendah dengan cirinya seperti kaca yang getas.
2. Polikondensasi azeotropik merupakan modifikasi dari reaksi polikondensasi
langsung yang dapat menghasilkan bobot molekul yang lebih tinggi dan tidak
menggunakan chain-extenders atau adjuvents (Averous 2008). Mitsui
Chemical (Jepang) telah mengkomersialkan proses ini dimana asam laktat dan
katalis didehidrasi secara azeotropik dalam sebuah refluxing, pemanasan
dengan temperatur tinggi, pelarut aprotic pada tekanan rendah untuk
menghasilkan poli asam laktat dengan berat molekul mencapai ≥ 300.000.
Reaksi polikondensasi azeotropik menggunakan pelarut seperti difenil eter,
xilena, bifenil dan klorobenzena untuk memudahkan pemisahan air dari
produk pada atmosfer normal atau tekanan rendah. Reaksi ini juga dapat
menggunakan berbagai jenis katalis seperti asam protonat, logam, oksida
logam, logam halida dan garam asam organik dari logam.
3. Polimerisasi pembukaan cincin (ring opening polymerization, ROP), secara
umum, proses ROP pada produksi poli asam laktat dimulai dari polimerisasi
kondensasi asam laktat untuk menghasilkan Poli Asam Laktat dengan bobot
molekul rendah (prepolimer), dilanjutkan dengan depolimerisasi untuk
menghasilkan dimer laktida yang berbentuk molekul siklik. Laktida kemudian
dengan bantuan katalis dipolimerisasi ROP untuk menghasilkan PLA dengan
bobot molekul yang tinggi. Polimerisasi pembukaan cincin menghasilkan poli
asam laktat dengan berat molekul 2×104 hingga 6.8×105. Mekanisme-
mekanisme ROP bisa berupa reaksi ionik (anionik atau kationik) atau
coordination–insertion, bergantung kepada sistem katalisnya (Averous 2008).
5
Poli Asam Laktat (PLA) memiliki potensi yang tinggi untuk diaplikasi
secara luas. Saat ini PLA telah banyak diaplikasikan dalam bidang kemasan,
medis dan tekstil. Dalam bentuk film dan bentuk foam digunakan untuk pengemas
daging, produk susu, atau roti. Dapat juga digunakan dalam bentuk botol dan
cangkir sekali pakai untuk kemasan air, susu, jus dan minuman lainnya. Piring,
mangkok, nampan, tas, film pertanian merupakan penggunaan lain dari jenis
plastik ini. Kawashima et al. (2002) menyebutkan beberapa kelebihan dari sifat
fungsional PLA jika digunakan sebagai bahan pengemas (Tabel 1).
Kelebihan yang dimiliki oleh PLA baik untuk beberapa aplikasi namun
tetap membutuhkan perbaikan dari beberapa sifat lain. Seperti contohnya
permeabilitas oksigen dan uap air dari PLA masih lebih tinggi jika dibandingkan
dengan plastik sintetik seperti PE, PP, dan PET. Untuk meningkatkan aplikasi
PLA dalam bidang kemasan maka fleksibilitas, stabilitas termal, dan sifat barrier
perlu ditingkatkan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan PLA disajikan pada Tabel 2.
Pemlastis
et al. (2006) juga melaporkan PEG sebagai yang paling efisien untuk menurunkan
nilai Tg bila dibandingkan dengan poli (1,3-butanadiol), dan asetil gliserol
monolaurat. PLA yang diplastisasi dengan laktida menunjukkan peningkatan yang
signifikan terhadap perpanjangan putus namun selama waktu penyimpanan terjadi
perpindahan molekul akibat berat molekul rendah ke permukaan (Sinclair 2006;
Jacobsen dan Fritz 1999). Ester sitrat (berat molekul 276-402 Da) yang berasal
dari asam sitrat alami menghasilkan kelarutan yang tinggi dengan PLA di semua
komposisi. Campuran PLA dengan ester sitrat ini menghasilkan perpanjangan
putus yang meningkat secara signifikan (Labreque et al. 1997). Ljungberg dan
Wesslén (2003) menggunakan triacetine dan tributil sitrat dan berhasil
menurunkan Tg film ke ~ 10◦C pada 25% penambahan. Triacetine- atau tributyl-
sitrat yang ditambahkan ke dalam film PLA mengalami kristalisasi, dan molekul
pemlastis bermigrasi ke permukaan selama waktu penyimpanan karena berat
molekul rendah. Campuran beberapa plasticizer telah dilakukan oleh Ren et al.
(2006) dengan mencampurkan triasetin berberat molekul rendah dan poli oligomer
(1,3-butilena glikol adipat) dan secara signifikan berhasil meningkatkan elongasi
pada film PLA.
Biodegradable plastik
Biodegradable
polimer
Nanokomposit
bahan dimana bahan pengisinya memiliki satu dimensi lebih kecil dari 100 nm.
Tidak seperti filler berukuran mikro atau makro, nanopartikel dapat meningkatkan
karakteristik film dengan jumlah penambahan yang sedikit (kurang dari 5%).
Nanokomposit merupakan alternatif baru pada teknologi konvensional untuk
meningkatkan sifat dari polimer. Nanokomposit menunjukan peningkatan sifat
barrier, kekuatan mekanik, dan daya tahan panas dibandingkan dengan polimer
dan komposit konvensional. Ketika akan digunakan sebagai kemasan pangan,
nanokomposit lebih baik dibanding kemasan pangan lainnya karena mampu
menahan stress termal pada saat pengolahan, transportasi, dan penyimpanan serta
memiliki peningkatan sifat mekanik (Arora dan Padua 2010). Oleh karena itu
penggunaan formulasi nanokomposit diharapkan dapat meningkatkan umur
simpan dari berbagai jenis pangan.
Pada umumnya, nanofiller yang ada memiliki perbedaan ukuran dan
bentuk yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori utama berdasarkan dengan
dimensi dari ukuran nanopartikel menurut Herron dan Thorn (1998), yaitu:
1. Nanofiller berbentuk lempeng (1D), merupakan material pelapis yang
memiliki ketebalan 1 nm namun memiliki aspek rasio dari kedua dimensinya
lainnya paling sedikit 25. Nanofiller 1D yang paling banyak dikenal adalah
lapisan silicat.
2. Nanoserat (2D) merupakan filler yang memiliki diameter dibawah 100 nm dan
aspek rasio paling sedikit 100. Contohnya adalah nanotube carbon dan
3. Nanopartikel (3D) merupakan filler dengan ketiga dimennsinya berukuran
dibawah 100 nm. Contohnya adalah partikel silica, metal oksida, dll
Luas permukaan per unit volume berbanding terbalik dengan diameter
filler. Semakin kecil diameter dari filler maka semakin besar luas permukaan per
unit volumenya (Gambar 4)
Nanopartikel ZnO
ZnO atau seng oksida merupakan bubuk berwarna putih yang hampir tidak
larut dalam larutan netral dan bersifat amfoter dan dapat larut dalam larutan asam
dan basa kuat. Zink atau unsur seng memiliki peran fisiologi yang penting bagi
berbagai proses metanolisme. Nanopartikel ZnO merupakan material yang dapat
digunakan pada industri kosmetik, misalnya sebagai tabir surya, pemutih kulit,
dan antiaging. Material ini juga dapat digunakan pada industri ban, nanotekstil,
cat, farmasi, dan lain sebagainya. Nanopartikel ZnO memiliki potensi yang besar
dalam pengembangannya didalam bidang kemasan dibandingkan material lain,
selain dari kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan mikroba antara lain
karena biaya rendah dan kemampuan proteksi terhadap sinar UV (Llorens et al.
2012). Senyawa inorganik seperti ZnO cenderung bersifat stabil dalam suhu dan
tekanan (Sawai 2003).
Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mensintesis nanopartikel
ZnO adalah dengan metode fisika dan kimia yaitu antara lain iradiasi UV, teknik
aerosol, litografi, ablasi laser, medan ultrasonik dan teknik reduksi fotokimia.
Pada skala industri, nanopartikel ZnO dapat disintesis dengan menggunakan dua
metode berbeda yaitu mechanochemical processing (MCP) dan physical vapor
synthesis (PVS) (Gambar 5).
ZnO digolongkan sebagai senyawa GRAS oleh FDA, dan diketahui dapat
digunakan secar luas dan setiap hari. Sintesis nanopartikel ZnO telah
dikembangkan sebagai agen antimikroba dengan diinkorporasikan kedalam
matriks polimer pada kemasan (Espitia et al. 2012). Azam et al. (2012)
melaporkan bahwa nanopartikel ZnO menunjukkan zona inhibisi yang lebih besar
terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis dan
Staphylococcus aureusdibandingkan dengan nanopartikel oksida logam lain
(Gambar 6). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa nanopartikel ZnO memiliki
spektrum antimikroba yang luas, yaitu terhadap Listeria monocytogenes,
Salmonella Enteritidis, dan Escherichia coli O157:H7 (Jin et al. 2009),
Lactobacillus plantarum (Emamifar et al. 2011), Campylobacter jejuni (Xie et al.
2011), Botrytis cinerea dan Penicillium expansum (He et al. 2011) dan menjadi
bahan antibakteri yang efektif terhadap bakteri patogen Gram positif maupun
negatif (Tayel et al. 2011).
interaksi langsung antara ZnO dan permukaan sel yang akan berpengaruh pada
permeabilitas membran sel dan menginduksi terjadinya stres oksidatif sehingga
akan menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian sel.
Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menginkorpariskan
nanopartikel ZnO ke dalam matriks polimer. Li dan Li (2010) melaporkan bahwa
film High Density Polyethylene (HDPE) yang diinkorporasikan dengan
nanopartikel ZnO mampu meningkatkan nilai kuat tarik dan elongasi serta
memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
absorpsi sinar UV yang baik. Rhim dan Kanmani (2013) menginkorporasikan
nanopartikel ZnO kedalam 3 biopolimer yang berbeda yaitu agar, karageenan dan
karboksil metil selulosa dan menghasilkan film dengan peningkatan elongasi, sifat
termal dan hidrofobisitas serta memiliki sifat barrier terhadap sinar UV dan
antimikroba yang baik. Panea et al. (2014) melaporkan bahwa daging ayam yang
dikemas oleh plastik LDPE yang diinkorporasikan dengan nanopartikel ZnO dan
disimpan selama 21 hari mampu memperlambat kerusakan akibat mikroba
pembusuk dan juga memperlambat proses lipid peroksidase. Selain itu
penambahan pada 5 dan 10% nanopartikel ZnO selama proses penyimpanan
menunjukkan jumlah migrasi ke dalam produk pangan masih dibawah ambang
batas yang ditetapkan oleh Comission Regulation (EU) No. 10/2011 yaitu sebesar
25 mg/kg bahan pangan. Hal ini menunjukkan bahwa nanopartikel ZnO yang
diaplikasikan kedalam polimer bahan pengemas pangan dapat menjaga kualitas
pangan yang dikemas tanpa menghasilkan toksisitas ke dalam produk.
15
3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Prosedur Percobaan
b) Analisis Antimikroba
Analisis Antimikroba dilakukan dengan menggunan metode difusi
sumur. (Narayanan et al. 2012). Sebanyak 1 ml kultur mikroba Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus (dengan konsentrasi 106 CFU/ml) di tuangkan
ke dalam cawan dan ditambahkan media agar PCA sebanyak 10-15 ml.
Selanjutnya agar dilubangi sebesar 6 mm dengan pelubang steril. Beberapa
konsentrasi nanopartikel ZnO disiapkan dengan menambahkan sejumlah
nanopartikel ZnO kering dengan 100 ml air destilasi steril dalam beaker glass.
Larutan nanopartikel ZnO kemudian dihomogenisasi dengan menggunakan
magnetic stirrer selama 1 jam dan dilanjutkan dengan sonikasi menggunakan
High Intensity Sonicator selama 1 jam agar nanopartikel tidak teragregasi.
Selanjutnya, lubang agar diisi dengan nanopartikel ZnO dalam konsentrasi
yang berbeda (0.2; 0.4; 0.6; 0.8; dan 1 ppm) dan didiamkan selama 1 jam
supaya nanopartikel ZnO berfusi kedalam agar. Cawan diinkubasi selama 24
jam pada suhu 30°C dan dilakukan perhitungan diameter zona
penghambatannya.
Nanopartikel ZnO
0, 1, 2% (w/w)
Film PLA
Sifat mekanik
Dari hasil penelitian didapatkan nilai kuat tarik dari film PLA murni
adalah sebesar 30.6 MPa dan film PLA dengan penambahan pemlastis PEG
memiliki nilai kuat tarik berkisar antara 35.5-40.6 MPa sedangkan film dengan
penambahan nanopartikel ZnO memiliki nilai kuat tarik berkisar antara 41.8-52.8
MPa. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan
pemlastis PEG maupun nanopartikel ZnO menunjukkan perbedaan yang nyata
(pada taraf 5%) terhadap nilai kuat tarik dari film kontrol yang dihasilkan. Tetapi,
penambahan PEG dan nanopartikel ZnO dengan konsentrasi yang berbeda tidak
22
Kristalinitas
Hasil pola difraksi sinar X serupa juga dilaporkan oleh Ahmed et al.
(2010). Dari Gambar 10 dapat terlihat peak pada 2θ= 15º yang merupakan peak
dari film PLA murni.Penggunaan pemlastis PEG dalam film menimbulkan peak
pada 2θ = 17º, 19º yang berkaitan dengan struktur kristalin yang dimiliki PEG.
Hasil difraktogram juga menunjukkan munculnya peak pada 2θ= 31.5º dan 36.3º
yang merupakan struktur kristalin dari ZnO.
Film PLA murni memiliki persen kristalinitas sebesar 55.60% dan persen
kristalinitas dari film dengan penambahan PEG memiliki persen kristalinitas
antara 40.70%-42.90%. Sedangkan film dengan penambahan nanopartikel ZnO
memiliki persen kristalinitas antara 40.90%-52.20%.Penambahan pemlastis PEG
menghasilkan penurunan persen daerah kristalin dari film nanokomposit yang
dihasilkan. Penambahan pemlastis akan memberikan peak yang semakin lebar
pada sudut 2θ=15º yang menunjukkan semakin meningkatnya daerah amorf pada
film PLA. Hal ini disebabkan karena peran dari pemlastis yang mampu
mengganggu ikatan hydrogen intermolekul dan intramolekul pada polimer
sehingga meningkatkan ruang gerak bebas dari polimer. Sedangkan penambahan
dari nanopartikel ZnO cenderung meningkatkan persen kristalin dari film karena
sifat kristalin yang dimiliki dari nanopartikel ZnO.
Laju transmisi uap air atau water vapor transmission rate (WVTR)
merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas suatu film.
Laju transmisi uap air ini berprinsip pada penghambatan uap air yang akan masuk
kedalam bahan pangan yang dikemas. Nilai laju transmisi uap air yang semakin
tinggi menunjukkan semakin rendahnya sifat barrier terhadap uap air dari film.
Transmisi uap air ini berhubungan erat dengan masa simpan produk pangan,
sebab dengan transmisi uap air pada bahan pengemas maka tanggal kadaluarsa
24
pada produk pangan dapat diperkirakan. Hasil pengujian laju transmisi uap air
dari film dapat dilihat pada Tabel 5.
Nilai WVTR pada film dengan penambahan pemlastis PEG adalah
sebesar 76-109 g H2O/m2/hari dan untuk film dengan penambahan nanopartikel
ZnO adalah sebesar 107.5-165.5 g H2O/m2/hari. Dari hasil pengujiaan secara
statistik diperoleh bahwa penambahan pemlastis PEG dan nanopartikel ZnO
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai WVTR pada taraf signifikansi sebesar
5%.
Sifat morfologi
terlihat penyebaran dari nanopartikel ZnO pada permukaan film (Gambar C).
Nanopartikel ZnO yang ditambahkan mampu menyebar dan mengisi daerah yang
terplastisasi dari film seperti ditunjukkan pada tanda panah.
P
3Z2
Gambar 11. Hasil SEM perbesara 200x A) Film kontrol, B) Film dengan
penambahan PEG, C) Film dengan penambahan ZnO, B1) Daerah di dalam
lingkaran, C1) Daerah yang ditunjukkan pada tanda panah
Sifat termal
F A: kontrol
5
J B: 10(0)
C
4 D C: 20(0)
D: 30(0)
Berat (g)
3 H
A E: 10(1)
G F: 10(2)
2 B
I
E G: 20(1)
1 H: 20(2)
I: 30(1)
0
J: 30(2)
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
-1
suhu (ºC)
Film akan mengalami perubahan karakter jika berada pada suhu diatas dari
suhu kestabilan panasnya. Salah satu perubahan karakter dilihat dari reaksi
peruraian yang akan menyebabkan pengurangan berat dari film. Reaksi peruraian
pada film PLA murni terjadi sebesar 96.0% dan film dengan penambahan
pemlastis PEG menyebabkan terjadinya pengurangan berat sebesar 96.7-97.7%
sedangkan untuk film dengan penambahan nanopartikel ZnO sebesar 97.0-113.3%
dari berat semula. Film dengan penambahan nanopartikel ZnO mengalami
pengurangan berat yang sangat besar. Abe et al. (2004) menyebutkan bahwa di
dalam kondisi isothermal (pada suhu 220-225ºC) komponen Zink dapat
mengkatalisis terjadinya reaksi depolimerisasi dari polimer PLA. Semakin besar
penambahan konsentrasi nanopartikel ZnO pada film maka pengurangan berat
yang terjadi juga akan semakin besar.
Sifat antimikroba
Analisis warna
Film nanokomposit berbahan dasar Poli Asam Laktat (PLA) telah berhasil
dibuat dengan metode solvent casting solution dengan menambahkan polietilen
glikol (PEG) dan nanopartikel ZnO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan pemlastis PEG mampu meningkatkan sifat fungsional dari film PLA
dengan meningkatkan persen elongasi, menurunkan laju transmisi uap air namun
memberikan efek terhadap menurunnya stabilitas panas dari film PLA.
Penambahan nanopartikel ZnO mampu meningkatkan sifat fungsional dari film
PLA dengan meningkatkan nilai kuat tarik, meningkatkan kristalinitas,
menurunkan laju transmisi uap air dan nilai ΔE namun memberikan efek
menurunkan stabilitas panas dari film PLA. Selain itu penambahan nanopartikel
ZnO memberikan aktivitas antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli yang
membuat film nanokomposit ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan
kemasan antimikroba.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
38
Lampiran
Lampiran 1. Hasil analisis statistik diameter zona bening bakteri E.coli
ANOVA
diameter zona bening
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 26.800 4 6.700 254.430 .000
Within Groups .395 15 .026
Total 27.195 19
nilai elongasi
Duncan
Subset for alpha = 0.05
PEG_ZnO N
1 2 3 4
P0Z0 3 1.8333
P2Z2 3 2.3667
P3Z2 3 2.5333 2.5333
P1Z1 3 2.6667 2.6667
P1Z2 3 2.7000 2.7000
P3Z1 3 3.6333 3.6333
P2Z1 3 3.8667
P1Z0 3 4.6667
P2Z0 3 6.1000
P3Z0 3 6.8333
Sig. .144 .062 .070 .169
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
41
nilai wvtr
Duncan
Subset for alpha = 0.05
PEG_ZnO N
1 2 3
P1Z0 2 76.0000
P3Z0 2 90.0000 90.0000
P1Z2 2 1.0750E2 1.0750E2
P2Z0 2 1.0900E2 1.0900E2
P2Z1 2 1.2150E2 1.2150E2
1.2150E2
P2Z2 2 1.2750E2
1.2750E2
P1Z1 2 1.2950E2
1.2950E2
P3Z2 2 1.3400E2
1.3400E2
P0Z0 2 1.3600E2
1.3600E2
P3Z1 2 1.6550E2
Sig. .065 .067 .075
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
42
ANOVA
diameter zona bening
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 10.287 9 1.143 17.276 .000
Within Groups .662 10 .066
Total 10.949 19
Nilai ΔE
Duncan
Subset for alpha = 0.05
PEG_ZnO N 1 2 3 4 5 6 7
P0Z0 3 3.4783
P1Z0 3 4.6786
P1Z1 3 5.8222
P2Z0 3 5.8556
P2Z1 3 6.2532
P1Z2 3 6.4047
P3Z0 3 7.1926
P2Z2 3 7.9031
P3Z1 3 8.1459
P3Z2 3 8.6963
Sig. 1.000 1.000 .834 .345 1.000 .137 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
44
RIWAYAT HIDUP