Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daerah juga terkenal dengan hukum adatnya yang sangat kental dan masih
berlaku hingga sekarang. Mereka menjauhkan diri dari segala sesuatu yang
berhubungan dengan hal Kajang -hal moderenisasi, kegiatan ekonomi dan
pemerintahan Kabupaten Bulukumba. Mungkin disebabkan oleh hubungan
masyarakat adat dengan lingkungan hutannya yang selalu bersandar pada
pandangan hidup adat yang mereka yakini. Hitam merupakan sebuah warna adat
yang kental akan kesakralan dan bila kita memasuki kawasan ammatoa pakaian kita
harus berwarna hitam. Warna hitam mempunyai makna bagi Mayarakat Ammatoa
sebagai bentuk persamaan dalam segala hal, termasuk kesamaan dalam
kesederhanaan. tidak ada warna hitam yang lebih baik antara yang satu dengan yang
lainnya. Semua hitam adalah sama. Warna hitam menunjukkan kekuatan, kesamaan
derajat bagi setiap orang di depan sang pencipta. Kesamaan dalam bentuk wujud
lahir, menyikapi keadaan lingkungan, utamanya kelestarian hutan yang harus di jaga
keasliannnya sebagai sumber kehidupan. Oleh karena itu, kami membuat makalah
ini untuk meneliti kehidupan di salah satu desa yang ada di kajang yaitu desa
Lem’banna.

Di tengah-tengah maraknya aksi pembalakan liar oleh oknum-oknum tak


bertanggung jawab akhir-akhir ini, melihat praktek hidup Suku Kajang atau yang
juga disebut masyarakat adat Ammatoa dalam melestarikan kawasan hutannya
seolah-olah memberi secercah harapan bagi kelestarian lingkungan alam.
Masyarakat adat Ammatoa yang hidup di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan,
mengelola sumberdaya hutan secara lestari, meskipun secara geografis wilayahnya
tidak jauh (sekitar 50 km) dari pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan Kabupaten
Bulukumba. Hal ini disebabkan oleh hubungan masyarakat adat dengan lingkungan
hutannya didasari atas pandangan hidup yang arif, yaitu memperlakukan hutan
seperti seorang ibu yang harus dihormati dan dilindungi. Secara geografis dan
administratif, masyarakat adat Kajang terbagi atas Kajang Dalam dan Kajang Luar.
Masyarakat Adat Kajang Dalam tersebar di beberapa desa, antara lain Desa Tana
Toa, Bonto Baji, Malleleng, Pattiroang, Batu Nilamung dan sebagian wilayah Desa
Tambangan. Kawasan Masyarakat Adat Kajang Dalam secara keseluruhan
berbatasan dengan Tuli di sebelah Utara, dengan Limba di sebelah Timur, dengan
Seppa di sebelah Selatan, dan dengan Doro di sebelah Barat. Sedangkan Kajang
Luar tersebar di hampir seluruh Kecamatan Kajang dan beberapa desa di wilayah
Kecamatan Bulukumba, di antaranya Desa Jojolo, Desa Tibona, Desa Bonto Minasa
dan Desa Batu Lohe. Namun, hanya masyarakat yang tinggal di kawasan Kajang
Dalam yang masih sepenuhnya berpegang teguh kepada adat Ammatoa. Mereka
memraktekkan cara hidup sangat sederhana dengan menolak segala sesuatu yang
berbau teknologi. Bagi mereka, benda-benda teknologi dapat membawa dampak
negatif bagi kehidupan mereka, karena bersifat merusak kelestarian sumber daya
alam. Komunitas yang selalu mengenakan pakaian serba hitam inilah yang
kemudian disebut sebagai masyarakat adat Ammatoa

Masyarakat adat suku Kajang terletak di Kabupaten Bulukumba, provinsi


Sulawesi Selatan. Bulukumba merupakan sebuah kabupaten yang berada di ‘kaki’
Pulau Sulawesi, kurang lebih 200 km arah selatan Kota Makassar, ibukota provinsi
Sulawesi Selatan.

Rumah adat suku Kajang berbentuk rumah panggung, tak jauh beda bentuknya
dengan rumah adat suku Bugis-Makassar. Bedanya, setiap rumah dibangun
menghadap ke arah barat. Membangun rumah melawan arah terbitnya matahari
dipercayai mampu memberikan berkah.
Hitam merupakan sebuah warna adat yang kental akan kesakralan dan bila kita
memasuki kawasan ammatoa pakaian kita harus berwarna hitam. Warna hitam
mempunyai makna bagi Mayarakat Ammatoa sebagai bentuk persamaan dalam
segala hal, termasuk kesamaan dalam kesederhanaan. tidak ada warna hitam yang
lebih baik antara yang satu dengan yang lainnya. Semua hitam adalah sama. Warna
hitam menunjukkan kekuatan, kesamaan derajat bagi setiap orang di depan sang
pencipta. Kesamaan dalam bentuk wujud lahir, menyikapi keadaan lingkungan,
utamanya kelestarian hutan yang harus di jaga keasliannnya sebagai sumber
kehidupan.

Dalam hal perkawinan, masyarakat adat Kajang terikat oleh adat yang
mengharuskan menikah dengan sesama orang dalam kawasan adat. Jika tidak maka
mereka harus hidup di luar kawasan adat, pengecualian bagi pasangan yang bersedia
mengikuti segala aturan dan adat-istiadat yang berlaku di dalam kawasan adat. Hal
tabu lainnya adalah memasukkan barang-barang buatan manusia yang tinggal di luar
kawasan adat serta pengaruh maupun bentuk-bentuk lainnya ke dalam kawasan adat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pengendalian Proses Produksi?


2. Bagaimana Cara Pengendalian Proses Produksi?
3. Apa Saja Fungsi Pengendalian Proses Produksi?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Apa itu Pengendalian Proses Produksi?


2. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara pengendalian Proses Produksi?
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Fungsi Pengendalian Proses Produksi?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengendalian Proses Produksi

Pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang mengadakan kegiatan


atau proses untuk menjamin agar barang yang diproduksi sesuai dengan jumlah,
desain, dan biaya yang telah direncanakan penilaian bila perlu mengadakan koreksi,
sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan
maksud tercapainya tujuan yang sudah digariskan semula. Sebelum membahas
mengenai pengendalian proses produksi, terlebih dahulu akan dibahas arti dari
pengendalian yaitu : “Pengendalian adalah penemuan dan penerapan cara dan
peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan apa
yang ditetapkan “ . Sedangkan yang dimaksud dengan proses produksi adalah
kegiatan dalam suatu perusahaan yang di arahkan untuk menjamin kontinuitas dan
aktifitas untuk menyelesaikan produk sesuai dengan bentuk dan waktu yang
diinginkan dalam batas-batas yang direncanakan. Dengan adanya pengendalian
dalam pelaksanaan produksi dari perusahaan dapat membuahkan hasil yang baik
serta kualitas dilakukan pengendalian mutu dan pengendalian biaya produksi
dilakukan melalui pengendalian biaya.

B. Arti Penting Pengendalian Proses Produksi

Proses produksi adalah keguatan yang mengkombinasikan faktor-faktor


produksi yang ada untuk menghasilkan suatu produk, baik berupa barang atau jasa
yang dapat diambil nilai lebihnya atau manfaatnya oleh konsumen. Hal ini karena
proses produksi merupakan cara, metode maupun teknik bagaimana kegiatan
penambahan faedah atau penciptaan faedah tersebut dilaksanakan. Kelancaran
proses produksi sangat dipengaruhi sistem produksi yang telah dipersiapkan
sebelum perusahaan melaksanakan proses produksi. Selain itu demi kelancaran
proses produksi diperlukan pula pengendalian proses produksi yang akan
mengendalikan seluruh komponen penting dalam suatu perusahaan.

C. Sistem pengendalian proses produksi

Sesuai dengan kegiatan dalam suatu perusahaan maka perusahaan harus


diarahkan untuk menjamin kontinuitas dan aktivitas kegiatan untuk menyelesaikan
produk sesuai dengan bentuk dan waktu yang diinginkan dalam batas-batas yang
direncanakan. Untuk memperlancar kegiatan produksi dibutuhkan pengendalian
proses produksi, yaitu :

1. Pengendalian proses produksi Agar proses produksi dapat berjalan dengan baik dan
lancar diperlukan pengendalian yang baik. Pengendalian proses produksi meliputi
kapan produksi dimulai dan kapan produksi diakhiri sehingga harus direncanakan.

2. Pengendalian bahan baku Bahan baku merupakan masalah yang cukup dominan
dibidang produksi. Perusahaan menghendaki jumlah persediaan yang cukup agar
jalannya produksi tidak terganngu, maka dengan adanya pengendalian bahan baku
diharapkan kegiatan produksi dapat berjalan lancar serta dapat menentukanstandart
bahan baku yang baik, mengenai apa yang harus dipesan, berapa banyaknya
pesanannya da kapan pemesanan dilakukan.

3. Pengendalian tenaga kerja Pengendalian tenaga kerja merupakan salah satu unsur
yang penting di dalam pengendalian produksi. Berhasil tidaknya suatu proses
produksi akan tergantung kepada kemampuan kerja dan kesungguhan kerja dari para
karyawan perusahaan. Sehingga pengelolaan tenaga kerja atau sumber daya
manusia merupakan bidang keputusan yang penting dalam hubungannya dengan
kuantitas dan kualitas produk.

4. Pengendalian biaya produksi dan perbaikan Para pengawas bagian produksi setiap
saat harus melakukan pengawasan serta membuat keputusan-keputusan yang
berhubungan dengan keseimbangan antara pekerja, bahan baku dan biaya serta
tindakan perbaikan.

5. Pengendalian kualitas Ada beberapa pengertian pengendalian kualitas menurut para


ahli, yaitu :

“Pengendalian kualitas adalah aktivitas untuk menjaga dan mengarahkan agar


kualitas produk perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah
direncanakan”. “Pengendalian kualitas merupakan suatu kebutuhan bagi perusahaan
yang menginginkan adanya kemajuan dalam perusahaan dengan standart yang ada”.
“Pengendalian kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki produk
bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi
jumlah barang yang rusak”

D. Fungsi pengendalian proses produksi

Fungsi pengendalian proses produksi adalah perencanaan, penentuan urutan


kerja, penentuan waktu kerja, pemberian perintah kerja, dan tindal lanjut dalam
pelaksanaan” Macam-macam dari fungsi pengendalian proses produksi

1. Perencanaan produksi Untuk merencanakan tentang apa dan berapa produk yang
akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan dalam suatu periode yang akan
datang. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan produksi adalah adanya
optimalisasi produk sehingga akan dapat dicapai tingkat biaya yang paling rendah
untuk pelaksanaan suatu proses produksi itu sendiri.

2. Penentuan urutan kerja Suatu fungsi yang menetukan urutan suatu proses produksi
yang akan dilaksanakan oleh perusahaan. Sehingga perusahaan dapat menetukan
urutan kegiatan kerja yang logis, sistematis, dan ekonomis melalui urutan mana
bahan baku yang dipersiapkan untuk diproses menjadi produk akhir atau barang
jadi.
3. Penentuan waktu kerja Suatu fungsi yang mentukan waktu kerja kapan pekerjaan
proses produksi akan dilaksanakan. Penentuan waktu kerja yang tepat dan jelas akan
dapat membantu tercapainya tingkat produktivitas kerja yang tinggi dalam
perusahaan.

4. Pemberian perintah kerja Yang memiliki fungsi untuk menyampaikan perintah


kepada bagian pengelolaan yang akan dilakukan sesuai dengan urutan pekerjaan
yang telah ditentukan. Pemberian perintah kerja merupakan awal dari pelaksanaan
suatu pekerjaan untuk menyelesaikan produk yang ada dalam perusahaan.

5. Tindak lanjut dalam pelaksanaan proses produksi Fungsi yang menindaklanjuti


dalam kegiatan proses produksi. Sebab walaupun urutan kerja dan waktu kerja
sudah disusun dengan baik, kemudian diberikan perintah untuk memulai suatu
pekerjaan, bukan berarti semua proses produksi dapat berjalan dengan yang
diharapkan. Bisa saja terjadi penyimpangan-penyimpangan proses produksi
sehingga masih perlu adanya tindak lanjut dalam proses produksi.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu Dan Tempat

Praktek Lapang ini dilakukan Pada Tanggal 24 Desember 2018 Pukul 11.30.
Bertempat di Desa Amma Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Metode Praktikum

Pengumpulan Data yang digunakan pada Praktek Lapang ini yaitu: Survei dan
Wawancara Langsung.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Identitas Responden
Nama : Ani
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Ibu Rumah Tangga, Petani
Tingkat Pendidikan : SD
Asal Desa : Co’go
Jumlah Tanggungan : 2
Pekerjaan Utama : Petani (Padi dan Jagung)
Pekerjaan Sampingan : Penenun
Pengalaman Bertani : 10 Tahun
Pendapatan : Rp 70.000/Hari

B. Pengendalian Proses Produksi

1. Produksi Jagung

Hampir seluruh masyarakatnya berkerja sebagai petani. Sebagian dari mereka


terutama para pemuda seringkali juga merantau ke luar tanah Kajang. Para pemuda
tersebut ada yang bekerja menjadi buruh atau juga pedagang kecil. Kebanyakan
mereka pergi merantau saat masa tidak ada pekerjaan di sawah maupun di ladang.
Yaitu antara masa tanam dan pemupukan sampai masa panen. Sebagian dari ibu
rumahtangga mempunyai pula pekerjaan sebagai penenun kain asli Kajang yang
hasilnya akan dijual ke pasar. Harganya cukup tinggi selembar kain tenun Kajang
bisa bernilai sampai Rp. 200 ribu.

Mata pencaharian pokok masyarakat adat Kajang adalah bertani. Sistem


pertanian mereka yang sangat sederhana dilihat dari peralatan, pengairan
pemupukan sampai panen. Pertanian di Kajang menanam dua jenis tanaman
makanan, yaitu jagung dan padi. Dua jenis tanaman ini menurut Galla` Pantamma
merupakan tanaman yang ditanam sejak leluhur mereka menempati daearah
perbukitan di desa Tana Towa.

Dalam pembahasan pola produksi ini, akan dibatasi pada produksi makanan
pokok yang dilakukan oleh masyarakat Kajang. Makanan pokok mereka bisa
dikatakan adalah beras. Namun nasi jagung pun masih mereka pakai sebagai
pengganti nasi saat persediaan beras menipis.

Pada kenyataannya, pola pertanian masyarakat Kajang masih bersaifat


tradisional. Peralatan yang mereka gunakan hanya berupa golok, parang, cangkul
dan linggis, bajak (nangkala,dalam bahasa Kajang) sawah dan alat perata tanah
(bugu, dalam bahasa Kajang) yang ditarik menggunakan kerbau atau sapi dan sering
pula menggunakan kuda. Sama sekali tak ditemukan peralatan pertanian berupa
mesin, meskipun banyak lokasi ladang dan sawah berada di luar tanah keramat. Hal
ini karena mayoritas tanah keramat berada di daerah perbukitan, sehingga tandus.

Namun meskipun begitu,mereka juga sudah memakai pupuk buatan pabrik.


Mereka biasa membeli pupuk di dinas pertanian kecamatan Kajang. Untuk bibit,
meskipun banyak tawaran dari dinas pertanian untuk memakai bibit padi dan jagung
produksi pabrik (seperti ir64 atau bisi-2), mereka tetap memakai bibit dari hasil
tanaman sendiri. Menurut Galla Pantamma tidak ada aturan khusus untuk melarang
petani memakai bibit yang dijual dinas pertanian. Tapi, mungkin kebanyakan petani
Kajang masih meyakini bahwa bibit asli kajang yang merupakan warisan leluhur
mereka masih bisa menjanjikan kemakmuran. Ini sangat mungkin berdasar pada
sikap resisten mereka pada pengaruh luar.

Semua kegiatan pertanian di Kajang berada di bawah komando Galla


Pantamma. Setiap perintah dari Galla Pantama sangat menentukan dalam kegiatan
pertanian. Galla` Pantamma yang paling utama adalah menentukan kapan awal
menanam padi dan kapan menanam Jagung. Penentuan masa tanam ini
mengandalkan keahlian Galla` Pantamma dalam ilmu perbintangan untuk
mengetahui kapan angin musim timur dimulai dan kapan angina musim barat
datang. Selain itu di depan rumah Galla` Pantamma yang sekarang, terdapat tiga
batu yang posisinya berjajar lurus ke barat dengan urutan dari besar ke kecil yang
digunakan Galla Pantamma bersemedi untuk mendapatkan ilham mengenai
berbagai hal tentang persoalan pertanian. Karena keahlian memahami persoalan
pertanian yang jarang dimiliki kebanyakan orang Kajang tersebut, Galla Pantamma
yang sekarang tetap tak diganti meski telah menjabat selama tiga periode Amma toa
yang berbeda.

Mengenai Lahan, tanah yang tersedia untuk sawah yang bisa ditanami padi di
desa tana Toa sangat terbatas. Bahkan kebanyakan lahan, terutama yang berada di
tanah keramat, hanya bisa ditanami jagung. Kesempatan untuk memperluas lahan
di desa Tana Toa juga terbatas. Hal ini karena banyak lahan yang tersedia juga tersita
untuk pemukiman penduduk. Sedangkan memperluas lahan dengan menebang
hutan sangat tidak diperbolehkan.

Kondisi ini memang menyebabkan penduduk Kajang harus waspada jika


kekurangan beras. Walau ini jarang terjadi tapi kemungkinan untuk membeli beras
dari pasar masih ada. Karena itu semua hasil panen hanya sebagian yang dijual bila
ada kebutuhan mendadak. Atau jika harus beli beras lagi, untuk kebutuhan
penyelenggaraan pesta misalnya, tabungan yang berasal dari penjualan kain tenun
dan pekerjaan sebagai buruh di luar bisa digunakan. Menurut kepala desa Tana Toa,
Abdul Salam, hasil panen penduduk Kajang terhitung sedang, artinya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi tak terlalu berlebih untuk disimpan dalam
jumlah besar.

2. Produksi Padi

Jenis padi yang ditanam di desa Tana Toa sendiri ada dua jenis, yaitu padi ketan
(padi merah) dan padi biasa. Padi ketan yang bila ditanak menghasilkan makanan
yang disebut, songkolo`, adalah makanan penting yang selalu disediakan di setiap
upacara. Untuk jagung enis yang ditanam adalah jagung biasa.

Kegiatan pertanian masyarakat adat Kajang secara berurutan bisa dijabarkan


seperti penjelasan berikut:

Galla’ Pantamma menentukan musim tanam dengan melihat pertanda musim


hujan atau kemarau melalui arah angina. Apabila arah angina dari barat itu
menandakan musim tanam jagung (Ba’ddo– bahasa konjo), dan ketika arah angin
ke timur menandakan musim tanam padi (pare- bahasa Konjo). Bibit yang dipakai
menggunakan bibit sendiri, yaitu bibit yang diambil dari sebagain kecil hasil panen
musim lalu.

Ketika hendak menanam padi atau jagung hati mereka harus bersih, jujur dan
tidak boleh ada suatu niatan buruk sedikit pun. Hal ini merupakan keyakinan
spiritual mereka, karena jika musim tanam dimulai dengan niatan buruk dan sikap
yang melanggar etika adat, maka hasil yang akan diperoleh nantinya tidak maksimal
dan mungkin terkena hama. Masyarakat adat Kajang juga percaya bahwa pada awal
musim panen sangat tabu untuk membiarkan kondisi rumah mereka, terutama
bagian dapur, dalam keadaan kotor. Menurut kepercayaan meeka hal ini untuk
menghindari serangan hama di sawah.

Sebelum di mulai kegiatan menanam, setiap pemilik sawah mengadakan


upacara adat di tempat bernama Samboang (suatu tempat yang dianggap keramat
yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk upacara-upacara adat lain pula).
Upacara yang berisi kegiatan do`a dan makan bersama-sama hidangan upacara ini
bila dilakauakn di samboang biasa untuk menghindari wabah penyakit tanaman
yang menyebabkan gagal panen. Upacara do`a dan makan bersama-sama juga
dilakukan di rumah sebagai do`a agar pekerjaan di sawah sukses.
Sebelum sawah di bajak dengan nakalla`, biasanya dibiarkan selama 1-2 hari
lalu sawah di bajak dan diberi air kemudian sawah diratakan dengan bugu setelah
itu baru ditanami padi. Kegiatan menanam dilakukan dengan gotong royong antar
tetangga. Saat menanam setiap pemilik sawah akan dibantu anggota keluarga dan
para tetangga mereka yang juga memiliki sawah. Saling membantu dalam proses
menanam ini dilakukan secara bergantian. Kebiasaan ini merupakan tradisi orang
Kajang melakukan aktivitas menanam padi atau jagung. Mereka hanya harus
memakai jasa para pembajak dan perata tanah yang menggunakan alat tarik kerbau
atau kuda. Untuk buruh tani semacam ini, setiap hari dibayar Rp. 20000,-.

Pada saat masa pemupukan bisanya para petani di daerah Kajang memakai
pupuk buatan pabrik, semacam pupuk Urea, ZA dan sebagainya. Selain pupuk
pabrik mereka juga mencampurnya dengan pupuk kandang. Pemakain pupuk pabrik
ini belum lama di daerah Kajang. Pupuk itu dipakai sejak dinas pertanian sering
melakukan penyuluhan di sana.

Untuk pengairan, selain sangat mengandalkan hujan, mereka juga mengan


dalkan pengairan yang berasal dari sumber air. Sumber air kebanykan berada
dihutan yang alirannya banyak sampai di sawah-sawah yang posisi geografisnya
lebih rendah. Pengairan juga bersumber dari sejumlah sumur yang digali disekitar
sawah. Sumur-sumur tersebut selain digunakan untuk mengairi sawah juga untuk
mandi dan mencuci.

Ketika musim panen tiba, pemanenan juga dilakukan dengan saling membantu
antara tetangga seperti pada masa tanam. Setelah panen, setiap orang yang memiliki
sawah biasa mengadakan kembali upacara untuk mensyukuri panen yang berhasil
upacaranya juga dilakukan dengan doa bersama dan makan bersama-sama. Dalam
setiap upacara senantiasa dihadiri oleh pemangku adat, terutama pemangku adat
utama, yaitu Amma Toa, Galla Pantamma, Galla Putho, Galla Kajang, dan Galla
Lombo`.
Untuk pengolahan hasil bertani masyarakat mengolahnya sendiri, missal
dengan hasil padi pengolahan untuk menjadi beras dengan cara ditumbuk dan
mereka menggunakan tumbukan beras yang terbuat dari kayu dan bamboo
(padengka’) begitu juga dalam proses penggilingan jagung yang hendak dijadikan
tepung yang terbuat dari batu (panggilingan batu), beras dan jagung yang sudah
menjadi tepung bisa juga mereka gunakan untuk bahan membuat kue. Selain bertani
mereka juga mempunyai kebun yang dikebun tersebut mereka tanami dengan
berbagai macam sayuran dan buah seperti singkong, coklat, mangga, durian dan
lain-lain.

Dalam hutan pandangan kami tertuju pada suatu tempat upacara Ammatoa
dengan nama upacara itu “upacara Pandingian”, upacara tersebut biasa dilakukan
untuk tolak bala yang diadakan setia tanggal 1 Muharram atau setiap tahun baru
umat Islam, dimana dalam upacara tersebut dihadiri oleh semua orang yang
mempunyai pangkat “Gala” dam seluruh masyarakat, upacara yang berupa doa dan
setelah itu diakhiri dengan makan bersama dan di situ juga didirikan sebuah
bangunan kecil yang biasa didiami oleh Ammatoa dalam sehari semalam. Terdapat
juga tempat meletakkan sesajen yang di dalamnya terdapat berbagai macam
makanan seperti songkolo` (ketan merah), ayam dan buah-buahan.

Pengolahan hasil panen, seperti cara masak nasi mereka hanya melakukan satu
tahap yaitu setelah beras di cuci kemudian di beri air dan di masak setelah mendidih
di aduk dan didiamkan, untuk lauk pauk mereka mendapatkan sayur dari kebun dan
untuk bumbu dapur mereka dapatkan dari pasar hanya bumbu-bumbu tertentu yang
mereka tanam sendiri seperti kemiri dan lada. Makanan pokok mereka yaitu beras
dan jagung,untuk makanan bayi yang terbuat dari beras hitam yang
ditumbuk/dihaluskan dengan ditambah garam dan di buat bubur.

Pekerjaan bagi para wanita selain membantu suaminya ke sawah dan kebun
yaitu menenun, tenun akan jadi sebuah kain dalam waktu 10 hari. Bahan yang
digunakan mereka berupa benang putih dipasar kemudian di beri pewarna sendiri,
hasilnya akan dijual kepasar dengan harga bekisar Rp. 150.000 – Rp. 250.000.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengendalian Proses Produksi Masyarakat yang tinggal di kawasan Kajang


Dalam yang masih sepenuhnya berpegang teguh kepada adat Amma Toa. Mereka
memraktekkan cara hidup sangat sederhana dengan menolak segala sesuatu yang
berbau teknologi. Bagi mereka, benda-benda teknologi dapat membawa dampak
negatif bagi kehidupan mereka, karena bersifat merusak kelestarian sumber daya
alam. Komunitas yang selalu mengenakan pakaian serba hitam inilah yang
kemudian disebut sebagai masyarakat adat Ammatoa (Widyasmoro, 2006).
Masyarakat adat suku Kajang terletak di Kabupaten Bulukumba, provinsi Sulawesi
Selatan. Bulukumba merupakan sebuah kabupaten yang berada di ‘kaki’ Pulau
Sulawesi, kurang lebih 200 km arah selatan Kota Makassar, ibukota provinsi
Sulawesi Selatan. Rumah adat suku Kajang berbentuk rumah panggung, tak jauh
beda bentuknya dengan rumah adat suku Bugis-Makassar. Bedanya, setiap rumah
dibangun menghadap ke arah barat. Membangun rumah melawan arah terbitnya
matahari dipercayai mampu memberikan berkah.

B. Saran

Setelah membaca Laporan ini diharapkan Pembaca dapat memahami isi dan
maksud dari Materi yang terkait diatas sehingga dapat bermanfaat dan memperluas
wawasan mengenai “Pengendalian Proses Produksi”.

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan suku kajang pembelajaran. Makassar :.

Dimyati dan Mudjiono. 2008. Lokasi kajang . Jakarta

Djumingin & Sulastriningsih. (2011). Strategi pengendalian proses produksi


Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Sartika, Septi Budi. 2015. Analisis produksi Sarung Hitam Kajang

Septiani Wahyu Tumurun, Diah Gusrayani, & Asep Kurnia Jayadinata. (2016).
Pengaruh tekhnologi pada desa kajang

Slameto, 2003. Faktor-Faktor Yang proses pengendalian produksi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Slameto. 2008. Letak Desa Kajang. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Syah, M. (2014). Cara memproduksi Sarung Hitam

Sugiyono. 2014. Metode yang digunakan dalam proses produksi R&D. Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai