PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah juga terkenal dengan hukum adatnya yang sangat kental dan masih
berlaku hingga sekarang. Mereka menjauhkan diri dari segala sesuatu yang
berhubungan dengan hal Kajang -hal moderenisasi, kegiatan ekonomi dan
pemerintahan Kabupaten Bulukumba. Mungkin disebabkan oleh hubungan
masyarakat adat dengan lingkungan hutannya yang selalu bersandar pada
pandangan hidup adat yang mereka yakini. Hitam merupakan sebuah warna adat
yang kental akan kesakralan dan bila kita memasuki kawasan ammatoa pakaian kita
harus berwarna hitam. Warna hitam mempunyai makna bagi Mayarakat Ammatoa
sebagai bentuk persamaan dalam segala hal, termasuk kesamaan dalam
kesederhanaan. tidak ada warna hitam yang lebih baik antara yang satu dengan yang
lainnya. Semua hitam adalah sama. Warna hitam menunjukkan kekuatan, kesamaan
derajat bagi setiap orang di depan sang pencipta. Kesamaan dalam bentuk wujud
lahir, menyikapi keadaan lingkungan, utamanya kelestarian hutan yang harus di jaga
keasliannnya sebagai sumber kehidupan. Oleh karena itu, kami membuat makalah
ini untuk meneliti kehidupan di salah satu desa yang ada di kajang yaitu desa
Lem’banna.
Rumah adat suku Kajang berbentuk rumah panggung, tak jauh beda bentuknya
dengan rumah adat suku Bugis-Makassar. Bedanya, setiap rumah dibangun
menghadap ke arah barat. Membangun rumah melawan arah terbitnya matahari
dipercayai mampu memberikan berkah.
Hitam merupakan sebuah warna adat yang kental akan kesakralan dan bila kita
memasuki kawasan ammatoa pakaian kita harus berwarna hitam. Warna hitam
mempunyai makna bagi Mayarakat Ammatoa sebagai bentuk persamaan dalam
segala hal, termasuk kesamaan dalam kesederhanaan. tidak ada warna hitam yang
lebih baik antara yang satu dengan yang lainnya. Semua hitam adalah sama. Warna
hitam menunjukkan kekuatan, kesamaan derajat bagi setiap orang di depan sang
pencipta. Kesamaan dalam bentuk wujud lahir, menyikapi keadaan lingkungan,
utamanya kelestarian hutan yang harus di jaga keasliannnya sebagai sumber
kehidupan.
Dalam hal perkawinan, masyarakat adat Kajang terikat oleh adat yang
mengharuskan menikah dengan sesama orang dalam kawasan adat. Jika tidak maka
mereka harus hidup di luar kawasan adat, pengecualian bagi pasangan yang bersedia
mengikuti segala aturan dan adat-istiadat yang berlaku di dalam kawasan adat. Hal
tabu lainnya adalah memasukkan barang-barang buatan manusia yang tinggal di luar
kawasan adat serta pengaruh maupun bentuk-bentuk lainnya ke dalam kawasan adat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengendalian proses produksi Agar proses produksi dapat berjalan dengan baik dan
lancar diperlukan pengendalian yang baik. Pengendalian proses produksi meliputi
kapan produksi dimulai dan kapan produksi diakhiri sehingga harus direncanakan.
2. Pengendalian bahan baku Bahan baku merupakan masalah yang cukup dominan
dibidang produksi. Perusahaan menghendaki jumlah persediaan yang cukup agar
jalannya produksi tidak terganngu, maka dengan adanya pengendalian bahan baku
diharapkan kegiatan produksi dapat berjalan lancar serta dapat menentukanstandart
bahan baku yang baik, mengenai apa yang harus dipesan, berapa banyaknya
pesanannya da kapan pemesanan dilakukan.
3. Pengendalian tenaga kerja Pengendalian tenaga kerja merupakan salah satu unsur
yang penting di dalam pengendalian produksi. Berhasil tidaknya suatu proses
produksi akan tergantung kepada kemampuan kerja dan kesungguhan kerja dari para
karyawan perusahaan. Sehingga pengelolaan tenaga kerja atau sumber daya
manusia merupakan bidang keputusan yang penting dalam hubungannya dengan
kuantitas dan kualitas produk.
4. Pengendalian biaya produksi dan perbaikan Para pengawas bagian produksi setiap
saat harus melakukan pengawasan serta membuat keputusan-keputusan yang
berhubungan dengan keseimbangan antara pekerja, bahan baku dan biaya serta
tindakan perbaikan.
1. Perencanaan produksi Untuk merencanakan tentang apa dan berapa produk yang
akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan dalam suatu periode yang akan
datang. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan produksi adalah adanya
optimalisasi produk sehingga akan dapat dicapai tingkat biaya yang paling rendah
untuk pelaksanaan suatu proses produksi itu sendiri.
2. Penentuan urutan kerja Suatu fungsi yang menetukan urutan suatu proses produksi
yang akan dilaksanakan oleh perusahaan. Sehingga perusahaan dapat menetukan
urutan kegiatan kerja yang logis, sistematis, dan ekonomis melalui urutan mana
bahan baku yang dipersiapkan untuk diproses menjadi produk akhir atau barang
jadi.
3. Penentuan waktu kerja Suatu fungsi yang mentukan waktu kerja kapan pekerjaan
proses produksi akan dilaksanakan. Penentuan waktu kerja yang tepat dan jelas akan
dapat membantu tercapainya tingkat produktivitas kerja yang tinggi dalam
perusahaan.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu Dan Tempat
Praktek Lapang ini dilakukan Pada Tanggal 24 Desember 2018 Pukul 11.30.
Bertempat di Desa Amma Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
Provinsi Sulawesi Selatan.
B. Metode Praktikum
Pengumpulan Data yang digunakan pada Praktek Lapang ini yaitu: Survei dan
Wawancara Langsung.
BAB IV
1. Produksi Jagung
Dalam pembahasan pola produksi ini, akan dibatasi pada produksi makanan
pokok yang dilakukan oleh masyarakat Kajang. Makanan pokok mereka bisa
dikatakan adalah beras. Namun nasi jagung pun masih mereka pakai sebagai
pengganti nasi saat persediaan beras menipis.
Mengenai Lahan, tanah yang tersedia untuk sawah yang bisa ditanami padi di
desa tana Toa sangat terbatas. Bahkan kebanyakan lahan, terutama yang berada di
tanah keramat, hanya bisa ditanami jagung. Kesempatan untuk memperluas lahan
di desa Tana Toa juga terbatas. Hal ini karena banyak lahan yang tersedia juga tersita
untuk pemukiman penduduk. Sedangkan memperluas lahan dengan menebang
hutan sangat tidak diperbolehkan.
2. Produksi Padi
Jenis padi yang ditanam di desa Tana Toa sendiri ada dua jenis, yaitu padi ketan
(padi merah) dan padi biasa. Padi ketan yang bila ditanak menghasilkan makanan
yang disebut, songkolo`, adalah makanan penting yang selalu disediakan di setiap
upacara. Untuk jagung enis yang ditanam adalah jagung biasa.
Ketika hendak menanam padi atau jagung hati mereka harus bersih, jujur dan
tidak boleh ada suatu niatan buruk sedikit pun. Hal ini merupakan keyakinan
spiritual mereka, karena jika musim tanam dimulai dengan niatan buruk dan sikap
yang melanggar etika adat, maka hasil yang akan diperoleh nantinya tidak maksimal
dan mungkin terkena hama. Masyarakat adat Kajang juga percaya bahwa pada awal
musim panen sangat tabu untuk membiarkan kondisi rumah mereka, terutama
bagian dapur, dalam keadaan kotor. Menurut kepercayaan meeka hal ini untuk
menghindari serangan hama di sawah.
Pada saat masa pemupukan bisanya para petani di daerah Kajang memakai
pupuk buatan pabrik, semacam pupuk Urea, ZA dan sebagainya. Selain pupuk
pabrik mereka juga mencampurnya dengan pupuk kandang. Pemakain pupuk pabrik
ini belum lama di daerah Kajang. Pupuk itu dipakai sejak dinas pertanian sering
melakukan penyuluhan di sana.
Ketika musim panen tiba, pemanenan juga dilakukan dengan saling membantu
antara tetangga seperti pada masa tanam. Setelah panen, setiap orang yang memiliki
sawah biasa mengadakan kembali upacara untuk mensyukuri panen yang berhasil
upacaranya juga dilakukan dengan doa bersama dan makan bersama-sama. Dalam
setiap upacara senantiasa dihadiri oleh pemangku adat, terutama pemangku adat
utama, yaitu Amma Toa, Galla Pantamma, Galla Putho, Galla Kajang, dan Galla
Lombo`.
Untuk pengolahan hasil bertani masyarakat mengolahnya sendiri, missal
dengan hasil padi pengolahan untuk menjadi beras dengan cara ditumbuk dan
mereka menggunakan tumbukan beras yang terbuat dari kayu dan bamboo
(padengka’) begitu juga dalam proses penggilingan jagung yang hendak dijadikan
tepung yang terbuat dari batu (panggilingan batu), beras dan jagung yang sudah
menjadi tepung bisa juga mereka gunakan untuk bahan membuat kue. Selain bertani
mereka juga mempunyai kebun yang dikebun tersebut mereka tanami dengan
berbagai macam sayuran dan buah seperti singkong, coklat, mangga, durian dan
lain-lain.
Dalam hutan pandangan kami tertuju pada suatu tempat upacara Ammatoa
dengan nama upacara itu “upacara Pandingian”, upacara tersebut biasa dilakukan
untuk tolak bala yang diadakan setia tanggal 1 Muharram atau setiap tahun baru
umat Islam, dimana dalam upacara tersebut dihadiri oleh semua orang yang
mempunyai pangkat “Gala” dam seluruh masyarakat, upacara yang berupa doa dan
setelah itu diakhiri dengan makan bersama dan di situ juga didirikan sebuah
bangunan kecil yang biasa didiami oleh Ammatoa dalam sehari semalam. Terdapat
juga tempat meletakkan sesajen yang di dalamnya terdapat berbagai macam
makanan seperti songkolo` (ketan merah), ayam dan buah-buahan.
Pengolahan hasil panen, seperti cara masak nasi mereka hanya melakukan satu
tahap yaitu setelah beras di cuci kemudian di beri air dan di masak setelah mendidih
di aduk dan didiamkan, untuk lauk pauk mereka mendapatkan sayur dari kebun dan
untuk bumbu dapur mereka dapatkan dari pasar hanya bumbu-bumbu tertentu yang
mereka tanam sendiri seperti kemiri dan lada. Makanan pokok mereka yaitu beras
dan jagung,untuk makanan bayi yang terbuat dari beras hitam yang
ditumbuk/dihaluskan dengan ditambah garam dan di buat bubur.
Pekerjaan bagi para wanita selain membantu suaminya ke sawah dan kebun
yaitu menenun, tenun akan jadi sebuah kain dalam waktu 10 hari. Bahan yang
digunakan mereka berupa benang putih dipasar kemudian di beri pewarna sendiri,
hasilnya akan dijual kepasar dengan harga bekisar Rp. 150.000 – Rp. 250.000.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setelah membaca Laporan ini diharapkan Pembaca dapat memahami isi dan
maksud dari Materi yang terkait diatas sehingga dapat bermanfaat dan memperluas
wawasan mengenai “Pengendalian Proses Produksi”.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan suku kajang pembelajaran. Makassar :.
Septiani Wahyu Tumurun, Diah Gusrayani, & Asep Kurnia Jayadinata. (2016).
Pengaruh tekhnologi pada desa kajang
Sugiyono. 2014. Metode yang digunakan dalam proses produksi R&D. Bandung:
Alfabeta.