Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

BIOTEKNOLOGI

BIOTEKNOLOGI TANAH YANG MEMANFAATKAN PUPUK


HAYATI, MIKROBA PELARUT FOSFAT

Johannes Rolan Martua Sitinjak


05101281722030

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan pupuk buatan secara terus-menerus dapat menyebabkan pencemaran


sumber-sumber air yang berarti penurunan kualitas lingkungan. Pupuk buatan yang
digunakan selama ini adalah menyebabkan rusaknya struktur tanah akibat pemakaian pupuk
buatan yang terus menerus sehingga perkembangan akar tanaman menjadi tidak sempurna.
Hal ini juga akan memberi dampak terhadap produksi tanaman yang diusahakan pada tanah
yang biasa diberikan pupuk buatan. Begitu juga dari efek sarana produksi terhadap
lingkungan telah banyak dirasakan oleh masyarakat petani, penggunaan pupuk buatan yang
terus menerus menyebabkan ketergantungan dan lahan mereka menjadi lebih sukar untuk
diolah. Oleh sebab itu perlu di cari suatu alternatif yang dapat menghemat atau mengurangi
penggunaan pupuk buatan.

Pupuk hayati adalah mikrobia yang diberikan ke dalam tanah untuk meningkatkan
pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah atau udara. Umumnya digunakan mikrobia
yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman inangnya. Keuntungan diperoleh
oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang diperlukan,
sedangkan mikrobia mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya.

Mikrobia yang digunakan sebagai pupuk hayati (biofertilizer) dapat diberikan


langsung ke dalam tanah, disertakan dalam pupuk organik atau disalutkan pada benih yang
akan ditanam. Penggunaan yang menonjol dewasa ini adalah mikrobia penambat N, dan
mikrobia untuk meningkatkan ketersedian P dalam tanah.

Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok
fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga
dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif baru dibandingkan dengan saat
penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komersial pertama di dunia yaitu inokulan
Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Pupuk hayati didefinisikan sebagai
inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau
memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini
dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan
mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi,
aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis
atau nonsimbiotis. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan
cendawan mikoriza. Penambatan N2 secara simbiotis dengan tanaman kehutanan yang bukan
legum oleh aktinomisetes genus Frankia di luar cakupan buku ini. Kelompok cendawan
mikoriza yang tergolong ektomikoriza juga di luar cakupan baku ini, karena kelompok ini
hanya bersimbiosis dengan berbagai tanaman kehutanan. Kelompok endomikoriza yang akan
dicakup dalam buku ini juga hanya cendawan mikoriza vesikulerabuskuler, yang banyak
mengkolonisasi tanaman-tanaman pertanian.

Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen
(jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah
industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Kompos merupakan produk
pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan
cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari
tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau
digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman,
kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla. Pupuk kandang merupakan kotoran ternak.
Limbah ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa tulang-tulang, darah, dan
sebagainya. Limbah industri yang menggunakan bahan pertanian merupakan limbah berasal
dari limbah pabrik gula, limbah pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu
masak, dan sebagainya. Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota yang
berasal dari tanaman, setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya
plastik, kertas, botol, dan kertas.

Sejumlah bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfir akar (rhizobakteri) disebut
sebagai rhizobakteri pemacu tanaman (plant growthpromoting rhizobacteria=PGPR).
Kelompok ini mempunyai peranan ganda di samping (1) menambat N2, juga; (2)
menghasilkan hormon tumbuh (seperti IAA, giberelin, sitokinin, etilen, dan lain-lain); (3)
menekan penyakit tanaman asal tanah dengan memproduksi siderofor glukanase, kitinase,
sianida; dan(4) melarutkan P dan hara lainnya. Sebenarnya tidak hanya kelompok ini yang
memiliki peranan ganda (multifungsi) tetapi juga kelompok mikroba lain seperti cendawan
mikoriza. Cendawan ini selain dapat meningkatkan serapan hara, juga dapat meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap penyakit terbawa tanah, meningkatkan toleransi tanaman
terhadap kekeringan, menstabilkan agregat tanah, dan sebagainya, tetapi berdasarkan hasil-
hasil penelitian yang ada peranan sebagai penyedia hara lebih menonjol daripada peranan-
peranan lain. Pertanyaan yang mungkin timbul ialah apakah multifungsi suatu mikroba
tertentu apabila digunakan sebagai inokulan dapat terjadi secara bersamaan.

FNCA Biofertilizer Project Group (2006) mengusulkan definisi pupuk hayati sebagai
substans yang mengandung mikroorganisme hidup yang mengkolonisasi rizosfir atau bagian
dalam tanaman dan memacu pertumbuhan dengan jalan meningkatkan pasokan ketersediaan
hara primer dan/atau stimulus pertumbuhan tanaman target, bila dipakai pada
benih,permukaan tanaman, atau tanah.Pengertian pupuk hayati pada buku ini lebih luas
daripada istilah yang dikemukakan oleh Subha Rao (1982) dan FNCA Biofertilizer Project
Group (2006).Mereka hanya membatasi istilah pupuk hayati pada mikroba, sedangkan istilah
yang dipakai pada buku ini selain melibatkan mikroba juga makrofauna seperti cacing
tanah.Bila inokulan hanya mengandung pupuk hayati mikroba, inokulan tersebut dapat juga
disebut pupuk mikroba (microbial fertilizer).
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Sejarah Mikrobio Pelarut Fosfat Sebelum Tahun 2000


Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah
pertanian maupun kehutanan. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah mulai pada permulaan
dari manusia mengenal bercocok tanam >5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari
pemupukan untuk memperbaiki kesuburan Pupuk Hayati tanah terdapat pada kebudayaan tua
manusia di negeri-negeri yang terletak di daerah aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, di
Cina, Amerika Latin, dan sebagainya. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-
aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui
banjir yang terjadi setiap tahun.

Menurut Simanungkalit (T.T). Bakteri penambat nitrogen rhizobia merupakan pupuk


hayati pertama di dunia yang dikenal dan telah dimanfaatkan lebih dari 100 tahun sejak
pertama kali digunakan untuk menginokulasi benih kacang-kacangan. Hermann Riegel dan
Hermann Wilfarth, dua orang peneliti Jerman yang pertama kali mendemonstrasikan adanya
proses penambatan nitrogen secara simbiosis pada tanaman kacang-kacangan yang termasuk
Papilionaceae melalui publikasi pada tahun 1888 (Schilling, 1988 dalam Simanungkalit, T.T).
Mereka mengadakan percobaan pada oat, buckwheat, rape, pea, serradella, dan lupin dengan
menggunakan pasir murni yang sama sekali tidak mengandung nitrogen sebagai medium
tumbuh. Kemudian medium tadi ditambah unsur lain yang perlu. Semua tanaman tumbuh
sampai nitrogen yang ada di biji habis. Kemudian ke setiap pot ditambahkan sedikit ekstrak
tanah permukaan yang keruh, yang mengandung 0,3-0,7 mg nitrogen. Penambahan ekstrak
tanah tidak berpengaruh terhadap oat, buckwheat maupun rape, tetapi tanaman tetap pada
kondisi “kelaparan nitrogen”. Sebaliknya, ketiga kacang-kacangan (pea, serradella, dan lupin)
pulih dari “kelaparan nitrogen”, tiba-tiba menjadi hijau tua dan selanjutnya tumbuh luar biasa
baiknya. Mereka membuat kesimpulan bahwa tanaman kacang-kacangan menggunakan
nitrogen atmosfir sebagai sumber nitrogen. Bintil terbentuk pada tanaman kacang-kacangan
setelah terjadi infeksi oleh mikroorganisme tertentu. Bintil ini tidak hanya menjadi cadangan
protein tanaman tetapi pada bintil ini juga terjadi hubungan kausal antara keberadaan bakteri
dan penambatan nitrogen.
Pada tanggal 20 September 1886, Hellriegel memberikan presentasi tentang hasil
penelitian mereka pada pertemuan ke-59 ilmuwan pengetahuan alam dan dokter Jerman di
Berlin. Pada tahun 1930-an dan 1940-an berjuta-juta hektar lahan yang ditanami berbagai
tanaman di Uni Soviet diberi inokulan Azotobacter. Inokulan diformulasikan dengan
berbagai cara dan disebut sebagai pupuk bakteri Azobakterin. Pupuk bakteri lain yang disebut
sebagai fosfobakterin mengandung Bacillus megatherium dan telah digunakan secara luas di
Eropa Timur. Bakteri ini diduga menyediakan fosfat yang terlarut dari pool tanah ke
tanaman. Tetapi penggunaan kedua pupuk ini kemudian terhenti. Terjadinya krisis energi
pada tahun 1970-an telah mendorong kembali perhatian dunia kepada penggunaan pupuk
hayati.

Di Indonesia, pupuk hayati dalam bentuk inokulan bakteri bintil akar telah digunakan
untuk menginokulasi kedelai dalam skala besar pada tahun 1981 di daerah-daerah
transmigrasi (Jutono, 1982 dalam Simanungkalit, T.T). Padahal pembuatan inokulan skala
laboratorium telah dimulai pada tahun 1938 di Plantkundige Institut dan Laboratorium Treub
di Bogor. Jamur mikoriza adalah sekelompok jamur tanah yang diketahui dapat berfungsi
sebagai pupuk hayati. Sekalipun keberadaan jamur mikoriza sudah diketahui lebih dari 100
tahun yang lalu, namun penggunaannya sebagai pupuk hayati mungkin baru mulai sejak
Mosse (1957) mengetahui peran jamur mikoriza dalam penyerapan fosfor oleh tanaman.
Penggunaan pupuk hayati untuk membantu tanaman memperbaiki nutrisinya sudah lama
dikenal. Pupuk hayati pertama yang dikomersialkan adalah rhizobia, yang oleh dua orang
ilmuwan Jerman, F. Nobbe dan L. Hiltner, proses menginokulasi benih dengan biakan
nutrisinya dipatenkan. Inokulan ini dipasarkan dengan nama Nitragin, yang sudah sejak lama
diproduksi di Amerika Serikat.

Di Indonesia sendiri pembuatan inokulan rhizobia dalam bentuk biakan murni


rhizobia pada agar miring telah mulai sejak tahun 1938, tapi hanya untuk keperluan
penelitian. Sedangkan dalam skala komersial pembuatan inokulan rhizobia mulai di
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta sejak
tahun 1981 untuk memenuhi keperluan petani transmigran. Pada waktu itu inokulan diberikan
kepada petani sebagai salah satu komponen dalam paket yang diberikan dalam proyek
intensifikasi kedelai. Penyediaan inokulan dalam proyek ini berdasarkan pesanan pemerintah
kepada produsen inokulan, yang tadinya hanya satu produsen saja menjadi tiga produsen.
Inokulan tidak tersedia di pasar bebas, tetapi hanya berdasarkan pesanan. Karena persaingan
yang tidak sehat dalam memenuhi pesanan pemerintah ini, dan baru berproduksi kalau ada
proyek, mengakibatkan ada produsen inokulan yang terpaksa menghentikan produksi
inokulannya, pada hal mutu inokulannya sangat baik.

2. 2. Jenis – Jenis Pupuk Hayati


Sekarang ini dikenal dua jenis pupuk hayati berdasarkan kandungan
mikroorganismenya, yakni pupuk hayati tunggal dan pupuk hayati majemuk. Pupuk hayati
tunggal hanya mengandung satu jenis mikroba yang memiliki satu fungsi, semisal mikroba
dari jenis Rhizobium sebagai penambat nitrogen. Sedangkan pupuk majemuk biasanya
memiliki lebih dari tiga jenis mikroba (Simanungkalit RDM et al. 2006).

Jenis pupuk hayati majemuk dikembangkan belakangan ini. Di Indonesia pupuk


hayati yang beredar dipasaran kecenderungannya dari jenis majemuk. Sedangkan di negara-
negara maju lebih banyak jenis tunggal. Bentuk pupuk hayati yang beredar di pasaran
biasanya berbentuk cair dan padat (tepung). Merek-merek yang terkenal diantaranya EM4,
Sumber Subur dan M-Bio. Sedangkan yang berbentuk padat antara lain Evagrow dan Solagri.
Berikut ini macam-macam pupuk hayati yang banyak digunakan yaitu (Simanungkalit RDM
et al. 2006):

1. Agronik Farming, yaitu pupuk hayati yang mengandung unsur hara makro
berupa N, P, K dan unsur hara mikro berupa MgO, SO4, CaO. Mikroorganisme didalamnya
besifat majemuk yaitu mikroba pelarut fosfat 6.650.000 cfu/g dan Azospirilium 1.000.000
cfu/g. Cara pemakaiannya yaitu dengan mencampurkan 1 cc pupuk tersebut ke dalam 1 liter
air. Hal ini karena pupuk hayati ini cair dengan konsentrasi yang tinggi. Pupuk hayati ini
memiliki keunggulan yaitu dengan meningkatkan hasil panen 20-50%, dapat, mengurangi
biaya produksi hingga mencapai 30% dan tidak diperlukan lagi pupuk kimia (N,P,K).

2. Pupuk Hayati EMAS (Enhanching Microbial Activities In The Soil), yaitu


pupuk hayati yang bersifat majemuk dengan memiliki 4 jenis mikroba didalamnya berupa
Azospirilium lipoverum, Azotobacter beijerinckii, Aeromonas punctata, Aspergillus niger.
Cara penggunaannya yaitu dengan melakukan kombinasi dengan 25-50 % dosis pupuk kimia.
Penggunaan pupuk ini setara dengan menggunakan 100% pupuk hayati, sehingga
penggunaan pupuk ini akan mengurangi biaya total pemupukan. Keunggulan dan manfaat
dari pupuk ini yaitu mengandung 2 jenis bakteri pengikat N2 dari udara yang tumbuh di
daerah rhizosfer yang dapat menambahkan N yang diserap akar tanaman, satu jenis bakteri
pelarut P dapat meningkatkan jumlah hara yang dapat diserap akar tanaman baik yang berasal
dari partikel pupuk maupun dari partikel tanah, satu jenis mikroba lagi yakni jamur dapat
meningkatkan daya pegang tanah terhadap air dan hara tanah, serta dimana keempat jenis
mikroba dapat meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah dan dapat menghasilkan zat
tumbuh yang berguna bagi akar tanaman.

3. M-BIO merupakan kultur campuran mikroba yang menguntung dengan paten


CMF-21 diantaranya bakteri pelarut Fosfat, Lactobacillus sp, Yeast, dan Azospirilium sp.
kandungan pupuk ini yaitu N, P, K, S, Mo, Fe, Mn, dan B. Cara pemakaian pupuk ini yaitu
dengan melakukan penyemprotan (penyiraman) dengan konsentrasi 1 ml M-BIO per liter air
setiap minggu. Keunggulannya yaitu mempercepat dekomposisi bahan-bahan organik secara
fermentasi, melatutkan P yang tidak tersedia menjadi bentuk P yang tersedia bagi tanaman,
mengikat Nitrogen udara, menghasilkan berbagai enzim dan hormon sebagai senyawa
bioaktif untuk pertumbuhan tanaman, dan menurunkan kadar BOD dan COD perairan dan
menekan bau busuk.

2.3. Bakteri Pelarut Fosfat


Mikroba yang berperanan dalam pelarutan fospat adalah bakteri, jamur dan
aktinomisetes. Dari golongan bakteri antara lain: Bacillus firmus, B. subtilis, B. cereus, B.
licheniformis, B. polymixa, B. megatherium, Arthrobacter, Pseudomonas, Achromobacter,
Flavobacterium, Micrococus dan Mycobacterium. Pseudomonas merupakan salah satu genus
dari Famili Pseudomonadaceae.

Bakteri ini adalah bakteri aerob khemoorganotrof ,berbentuk batang lurus atau
lengkung, ukuran tiap sel bakteri 0.5-0.1 1μm x 1.5- 4.0 μm, tidak membentuk spora dan
bereaksi negatif terhadap pewarnaan Gram.Di dalam tanah jumlahnya 3-15% dari populasi
bakteri. Pseudomonas terbagi atas grup, diantaranya adalah sub-grup berpendarfluor
(Fluorescent) yang dapat mengeluarkan pigmen phenazine. Kebolehan menghasilkan pigmen
phenazine juga dijumpai pada kelompok tak berpendarfluor yang disebut sebagai spesies
Pseudomonas multivorans. Sehubungan itu maka ada empat spesies dalam kelompok
Fluorescent yaitu Pseudomonas aeruginosa, P. fluorescent, P. putida, dan P. multivorans
(Hasanudin,2003).
Bakteri pelarut fospat merupakan bakteri decomposer yang mengkonsumsi senyawa
carbon sederhana, seperti eksudat akar dan sisa tanaman. Melalui proses ini bakteri
mengkonversi energi dalam bahan organik tanah menjadi bentuk yang bermanfaat untuk
organisme tanah lain dalam rantai makanan tanah. Bakteri ini dapat merombak pemcemar
tanah, dapat menahan unsur hara di dalam selnya.

Aktivitas bakteri pelarut posfat akan tinggi pada suhu 30oC – 40oC (bakteri
mesophiles) , kadar garam tanah <>Struktur Tambahan Bakteri :

1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri
tertentu, bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan
lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang
menonjol dari dinding sel.
3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter
lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif.
Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan
mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom
hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan
terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan
bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom.
Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora
tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi
lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.

2. 4. Teknik Isolasi
1. Mengambil satu kg tanah yang berasal dari kedalaman 10-15 cm dari permukaan
tanah. Pilih lokasi tanah subur yang bebas dari gangguan manusia, jauh dari
pemukiman misalnya dari tanah perkebunan yang terawat dengan baik atau dari hutan
yang lebat.
2. Tanah tersebut dicampur dengan satu kg daun bambu kering, 5kg sekam padi dan 2kg
dedak padi, diaduk rata sambil menuangkan air secukupnya,sekitar 5L.
3. Masukkan campuran tersebut ke dalam wadah berdiameter 50 cm dengan ketinggian
30 cm. Buat lobang berdiameter 10 cm di tengah-tengah campuran.
4. Tutup campuran tersebut dan letakkan di tempat yang teduh selama satu bulan. Aduk
campuran tersebut 4 hari sekali dan membuat lobang ventilasi baru.
5. Proses selesai setelah terbentuknya lapisan serat putih di permukaan campuran.

2. 5. Hasil Penelitian Produk Industri


 Pupuk Hayati Penyedia Hara
Pupuk Mikroba Multiguna (PMMg) RhizoPlus. RhizoPlus adalah pupuk hayati untuk
kedelai yang mengandung konsorsia Rhizobium dengan bakteri pelarut fosfat yang dapat
hidup sinergis dalam satu media berupa pupuk hayati berkualitas unggul. Kedua mikroba
dapat tetap hidup rukun dengan keefektifan tinggi meski dalam kondisi kritis. RhizoPlus
mempunyai nilai tambah dibandingkan inokulan Rhizobium komersial sebelumnya, yaitu
mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N dan P sekaligus.

Penelitian dan pengembangan Pupuk Mikroba Multiguna (PMMg) RhizoPlus-kedelai


menghasilkan Pilot Plant Teknologi Produksi dan laboratorium quality control, Hak Paten
Biasa (ID 0 003 556, Penemu Utama), dan Penghargaan Kalyanakretya Utama dari Menteri
Riset dan Teknologi, tanggal 10 Agustus 1998 serta penghargaan Satyalencana Wirakarya
dari Presiden Republik Indonesia, tanggal 21 Agustus 1998, Prof. Dr. Habibie. Teknologi
Rhizo-Plus telah dilisensikan kepada pihak Mitra Swasta Nasional, dan dikomersialkan sejak
tahun 1998 dengan kapasitas pabrik 7.500.000 sachet/tahun.

Aplikasi komersial Rhizo-Plus dilakukan sejak 1997/98 pada proyek pengembangan


kedelai P2RTPTPH di 24 propinsi dengan luas areal keseluruhan 273.013 Ha. Penggunaan
Rhizo-plus pada tanaman kedelai, di 9 Propinsi pada tahun 1997/98 mampu meningkatkan
hasil kedelai 5-45%, dengan penghematan pupuk N hingga 100% dan P hingga 50% dari
rekomendasi.

Pupuk Mikroba Pelarut Fosfat, BioPhos. Teknologi formulasi dan produksi pupuk
mikroba pelarut fosfat dan mikoriza, BioPhos dirakit untuk meningkatkan efisiensi
pemupukan P (Hak Paten Biasa, ID 0 011 013, Penemu Utama). BioPhos mampu
meningkatkan kelarutan P terikat, baik dari dalam tanah maupun dari pupuk P, dan sebagai
fasilitator penyerapan hara, berguna untuk meningkatkan efisiensi pemupukan, khususnya
pupuk P.

Mikroba yang digunakan bersifat spesifik dengan daya adaptasi luas, dapat dipakai di
lahan bukaan baru, lahan kering masam, lahan bekas sawah. Hasil demplot menunjukkan
bahwa penggunaan BioPhos di lahan kering masam dapat menekan kebutuhan pupuk P
sampai 60%. Teknologiini dilisensikan kepada pihak Mitra Swasta Nasional dalam bentuk
Rahasia Dagang (2007-2013).

Mikroflora Tanah Multiguna BioNutrient. Teknologi Mikroflora Tanah Multiguna


(MTM) (biological nitrogen-phosphorus-potassiumfertilizer) Bio-Nutrient dikembangkan
untuk memacu pertumbuhan dan melindungi tanaman dari penyakit tular tanah, serta
meningkatkan ketersediaan hara, efisiensi pemupukan dan kesuburan tanah.

Teknologi BioNutrient mampu mengefisienkan penggunaan pupuk NPK hingga 50% pada
padi dan jagung.Teknologiini telah dilisensikan kepada pihak Mitra Swasta Nasional dalam
bentuk Rahasia Dagang, dan beroperasi sejak tahun 2008.

Mikroflora Tanah Multiguna Nodulin. Nodulin adalah pupuk hayati untuk tanaman
leguminosae: kedelai, kacang tanah (Arachis hypogaea), kacang hijau(Vigna radiata), kacang
panjang (Phaseolus vulgaris), Paraserianthes falcataria, Mucuna sp. dan legume cover crops
lainnya.

Nodulin dikembangkan untuk memacu perkembangan bintil akar, pertumbuhan dan


perlindungan tanaman dari penyakit tular tanah, meningkatkan ketersediaan hara dan efisiensi
pemupukan N, P, K. Pemberian Nodulin pada kedelai mampu meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk N hingga 100% N, 50% P dan K dari dosis rekomendasi. Teknologiini
telah dilisensikan kepada pihak Mitra Swasta Nasional dalam bentuk Rahasia Dagang, dan
beroperasi sejak tahun 2008.

 Pupuk Hayati Perombak Bahan Organik (Dekomposer)


Teknologi dekomposer Mikroflora Tanah Multiguna MDec dan DSA dirakit untuk
mempercepat perombakan bahan organik dan meningkatkan efisiensi perombakan bahan
organik, serta menekan penyakit tular tanah. Dekomposer sangat cocok digunakan untuk
pengelolaan residu pertanian, perkebunan, hortikultura, dan sampah kota.

Pemberian MDec dan DSA pada bahan organik berserat lignin dan selulosa, seperti
jerami, daduk, bagas, tandan kosong kelapa sawit (TTKS) mampu mempercepat perombakan
bahan organik dari 2-3 bulan menjadi 10-14 hari, dan DSA menjadi 5-7 hari, masing-masing
dengan teknologi pengomposan yang direkomendasikan. Teknologiini telah dilisensikan
kepada pihak Mitra Swasta Nasional dalam bentuk Rahasia Dagang, dan beroperasi sejak
tahun 2008.

 Pupuk Hayati Pemacu Tumbuh dan Pengendali Hama dan Penyakit


Kerjasama penelitian dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetika dengan Balai Penelitian Tanah, menghasilkan Pupuk Hayati Pemacu Tumbuh dan
Pengendali Hama/PenyakitBioRegNPS, asosiasi bakteri pemacu tumbuh dan pengendali
penyakit tanaman, Alcaligenes spp. dan Nematoda Patogen Serangga (NPS) untuk memacu
pertumbuhan dan meningkatkan kesehatan tanaman. BioRegNPS dengan kepadatan NPS 104
JI /ml per 30g bahan pembawa menunjukkan hasil yang sangat nyata terhadap tingkat
kematian serangga uji Tenebrio molitor. Kematian serangga uji pada 3 (tiga) minggu setelah
infeksi NPS mencapai 100%, dan tanpa aplikasi NPS seluruh serangga uji masih hidup.
Aplikasi kombinasi BioRegNPS dan pupuk organik pada kedelai di lahan kering masam,
Ultisol, Desa Nagara Ratu, Lampung mampu meningkatkan hasil hampir 34% dibandingkan
penggunaan pestisida anorganik, dan mampu mengurangi jumlah polong rusak 13,5%.

 Pupuk Hayati Pengakumulasi Logam Berat


Pada tahun 2000, survey lahan sawah tercemar limbah industri menunjukkan di desa
Sukajadi, Kec. Sukatani, Kab. Bekasi mencapai kandungan Cd tanah 0.3 ppm, dan Cd beras
0.2 ppm, mendekati batas kritis yang ditetapkan oleh WHO 0.24 ppm.Pemberian
Bioremidiator Logam Berat Cd yang mengandung konsorsia bakteri pengakumulasi logam
berat, Bacillus spp. dikombinasikan dengan pupuk hayati-organik pada lahan sawah tercemar
logam berat Cd, mampu meningkatkan kualitas beras, melalui menurunnya serapan Cd beras
hingga 43,32%.

 Pupuk Hayati (AGRIMETH)


AGRIMETH merupakan pupuk hayati yang diformulasi dari konsorsia mikroba-
mikroba unggul yang bermanfaat dalam meningkatkan produktivitas tanaman padi, kedelai,
cabai/sayuran, tanaman perkebunan (tebu) serta dapat mengurangi penggunaan pupuk
anorganik hingga 50%.

Anda mungkin juga menyukai