BIOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Pupuk hayati adalah mikrobia yang diberikan ke dalam tanah untuk meningkatkan
pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah atau udara. Umumnya digunakan mikrobia
yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman inangnya. Keuntungan diperoleh
oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang diperlukan,
sedangkan mikrobia mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya.
Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok
fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga
dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif baru dibandingkan dengan saat
penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komersial pertama di dunia yaitu inokulan
Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Pupuk hayati didefinisikan sebagai
inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau
memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini
dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan
mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi,
aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis
atau nonsimbiotis. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan
cendawan mikoriza. Penambatan N2 secara simbiotis dengan tanaman kehutanan yang bukan
legum oleh aktinomisetes genus Frankia di luar cakupan buku ini. Kelompok cendawan
mikoriza yang tergolong ektomikoriza juga di luar cakupan baku ini, karena kelompok ini
hanya bersimbiosis dengan berbagai tanaman kehutanan. Kelompok endomikoriza yang akan
dicakup dalam buku ini juga hanya cendawan mikoriza vesikulerabuskuler, yang banyak
mengkolonisasi tanaman-tanaman pertanian.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen
(jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah
industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Kompos merupakan produk
pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan
cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari
tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau
digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman,
kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla. Pupuk kandang merupakan kotoran ternak.
Limbah ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa tulang-tulang, darah, dan
sebagainya. Limbah industri yang menggunakan bahan pertanian merupakan limbah berasal
dari limbah pabrik gula, limbah pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu
masak, dan sebagainya. Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota yang
berasal dari tanaman, setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya
plastik, kertas, botol, dan kertas.
Sejumlah bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfir akar (rhizobakteri) disebut
sebagai rhizobakteri pemacu tanaman (plant growthpromoting rhizobacteria=PGPR).
Kelompok ini mempunyai peranan ganda di samping (1) menambat N2, juga; (2)
menghasilkan hormon tumbuh (seperti IAA, giberelin, sitokinin, etilen, dan lain-lain); (3)
menekan penyakit tanaman asal tanah dengan memproduksi siderofor glukanase, kitinase,
sianida; dan(4) melarutkan P dan hara lainnya. Sebenarnya tidak hanya kelompok ini yang
memiliki peranan ganda (multifungsi) tetapi juga kelompok mikroba lain seperti cendawan
mikoriza. Cendawan ini selain dapat meningkatkan serapan hara, juga dapat meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap penyakit terbawa tanah, meningkatkan toleransi tanaman
terhadap kekeringan, menstabilkan agregat tanah, dan sebagainya, tetapi berdasarkan hasil-
hasil penelitian yang ada peranan sebagai penyedia hara lebih menonjol daripada peranan-
peranan lain. Pertanyaan yang mungkin timbul ialah apakah multifungsi suatu mikroba
tertentu apabila digunakan sebagai inokulan dapat terjadi secara bersamaan.
FNCA Biofertilizer Project Group (2006) mengusulkan definisi pupuk hayati sebagai
substans yang mengandung mikroorganisme hidup yang mengkolonisasi rizosfir atau bagian
dalam tanaman dan memacu pertumbuhan dengan jalan meningkatkan pasokan ketersediaan
hara primer dan/atau stimulus pertumbuhan tanaman target, bila dipakai pada
benih,permukaan tanaman, atau tanah.Pengertian pupuk hayati pada buku ini lebih luas
daripada istilah yang dikemukakan oleh Subha Rao (1982) dan FNCA Biofertilizer Project
Group (2006).Mereka hanya membatasi istilah pupuk hayati pada mikroba, sedangkan istilah
yang dipakai pada buku ini selain melibatkan mikroba juga makrofauna seperti cacing
tanah.Bila inokulan hanya mengandung pupuk hayati mikroba, inokulan tersebut dapat juga
disebut pupuk mikroba (microbial fertilizer).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Di Indonesia, pupuk hayati dalam bentuk inokulan bakteri bintil akar telah digunakan
untuk menginokulasi kedelai dalam skala besar pada tahun 1981 di daerah-daerah
transmigrasi (Jutono, 1982 dalam Simanungkalit, T.T). Padahal pembuatan inokulan skala
laboratorium telah dimulai pada tahun 1938 di Plantkundige Institut dan Laboratorium Treub
di Bogor. Jamur mikoriza adalah sekelompok jamur tanah yang diketahui dapat berfungsi
sebagai pupuk hayati. Sekalipun keberadaan jamur mikoriza sudah diketahui lebih dari 100
tahun yang lalu, namun penggunaannya sebagai pupuk hayati mungkin baru mulai sejak
Mosse (1957) mengetahui peran jamur mikoriza dalam penyerapan fosfor oleh tanaman.
Penggunaan pupuk hayati untuk membantu tanaman memperbaiki nutrisinya sudah lama
dikenal. Pupuk hayati pertama yang dikomersialkan adalah rhizobia, yang oleh dua orang
ilmuwan Jerman, F. Nobbe dan L. Hiltner, proses menginokulasi benih dengan biakan
nutrisinya dipatenkan. Inokulan ini dipasarkan dengan nama Nitragin, yang sudah sejak lama
diproduksi di Amerika Serikat.
1. Agronik Farming, yaitu pupuk hayati yang mengandung unsur hara makro
berupa N, P, K dan unsur hara mikro berupa MgO, SO4, CaO. Mikroorganisme didalamnya
besifat majemuk yaitu mikroba pelarut fosfat 6.650.000 cfu/g dan Azospirilium 1.000.000
cfu/g. Cara pemakaiannya yaitu dengan mencampurkan 1 cc pupuk tersebut ke dalam 1 liter
air. Hal ini karena pupuk hayati ini cair dengan konsentrasi yang tinggi. Pupuk hayati ini
memiliki keunggulan yaitu dengan meningkatkan hasil panen 20-50%, dapat, mengurangi
biaya produksi hingga mencapai 30% dan tidak diperlukan lagi pupuk kimia (N,P,K).
Bakteri ini adalah bakteri aerob khemoorganotrof ,berbentuk batang lurus atau
lengkung, ukuran tiap sel bakteri 0.5-0.1 1μm x 1.5- 4.0 μm, tidak membentuk spora dan
bereaksi negatif terhadap pewarnaan Gram.Di dalam tanah jumlahnya 3-15% dari populasi
bakteri. Pseudomonas terbagi atas grup, diantaranya adalah sub-grup berpendarfluor
(Fluorescent) yang dapat mengeluarkan pigmen phenazine. Kebolehan menghasilkan pigmen
phenazine juga dijumpai pada kelompok tak berpendarfluor yang disebut sebagai spesies
Pseudomonas multivorans. Sehubungan itu maka ada empat spesies dalam kelompok
Fluorescent yaitu Pseudomonas aeruginosa, P. fluorescent, P. putida, dan P. multivorans
(Hasanudin,2003).
Bakteri pelarut fospat merupakan bakteri decomposer yang mengkonsumsi senyawa
carbon sederhana, seperti eksudat akar dan sisa tanaman. Melalui proses ini bakteri
mengkonversi energi dalam bahan organik tanah menjadi bentuk yang bermanfaat untuk
organisme tanah lain dalam rantai makanan tanah. Bakteri ini dapat merombak pemcemar
tanah, dapat menahan unsur hara di dalam selnya.
Aktivitas bakteri pelarut posfat akan tinggi pada suhu 30oC – 40oC (bakteri
mesophiles) , kadar garam tanah <>Struktur Tambahan Bakteri :
1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri
tertentu, bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan
lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang
menonjol dari dinding sel.
3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter
lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif.
Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan
mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom
hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan
terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan
bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom.
Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora
tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi
lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.
2. 4. Teknik Isolasi
1. Mengambil satu kg tanah yang berasal dari kedalaman 10-15 cm dari permukaan
tanah. Pilih lokasi tanah subur yang bebas dari gangguan manusia, jauh dari
pemukiman misalnya dari tanah perkebunan yang terawat dengan baik atau dari hutan
yang lebat.
2. Tanah tersebut dicampur dengan satu kg daun bambu kering, 5kg sekam padi dan 2kg
dedak padi, diaduk rata sambil menuangkan air secukupnya,sekitar 5L.
3. Masukkan campuran tersebut ke dalam wadah berdiameter 50 cm dengan ketinggian
30 cm. Buat lobang berdiameter 10 cm di tengah-tengah campuran.
4. Tutup campuran tersebut dan letakkan di tempat yang teduh selama satu bulan. Aduk
campuran tersebut 4 hari sekali dan membuat lobang ventilasi baru.
5. Proses selesai setelah terbentuknya lapisan serat putih di permukaan campuran.
Pupuk Mikroba Pelarut Fosfat, BioPhos. Teknologi formulasi dan produksi pupuk
mikroba pelarut fosfat dan mikoriza, BioPhos dirakit untuk meningkatkan efisiensi
pemupukan P (Hak Paten Biasa, ID 0 011 013, Penemu Utama). BioPhos mampu
meningkatkan kelarutan P terikat, baik dari dalam tanah maupun dari pupuk P, dan sebagai
fasilitator penyerapan hara, berguna untuk meningkatkan efisiensi pemupukan, khususnya
pupuk P.
Mikroba yang digunakan bersifat spesifik dengan daya adaptasi luas, dapat dipakai di
lahan bukaan baru, lahan kering masam, lahan bekas sawah. Hasil demplot menunjukkan
bahwa penggunaan BioPhos di lahan kering masam dapat menekan kebutuhan pupuk P
sampai 60%. Teknologiini dilisensikan kepada pihak Mitra Swasta Nasional dalam bentuk
Rahasia Dagang (2007-2013).
Teknologi BioNutrient mampu mengefisienkan penggunaan pupuk NPK hingga 50% pada
padi dan jagung.Teknologiini telah dilisensikan kepada pihak Mitra Swasta Nasional dalam
bentuk Rahasia Dagang, dan beroperasi sejak tahun 2008.
Mikroflora Tanah Multiguna Nodulin. Nodulin adalah pupuk hayati untuk tanaman
leguminosae: kedelai, kacang tanah (Arachis hypogaea), kacang hijau(Vigna radiata), kacang
panjang (Phaseolus vulgaris), Paraserianthes falcataria, Mucuna sp. dan legume cover crops
lainnya.
Pemberian MDec dan DSA pada bahan organik berserat lignin dan selulosa, seperti
jerami, daduk, bagas, tandan kosong kelapa sawit (TTKS) mampu mempercepat perombakan
bahan organik dari 2-3 bulan menjadi 10-14 hari, dan DSA menjadi 5-7 hari, masing-masing
dengan teknologi pengomposan yang direkomendasikan. Teknologiini telah dilisensikan
kepada pihak Mitra Swasta Nasional dalam bentuk Rahasia Dagang, dan beroperasi sejak
tahun 2008.