Anda di halaman 1dari 8

JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(2), 178-185, 2017 p-ISSN.

2443-115X
e-ISSN. 2477-1821

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN


PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN
PENYAKIT GINJAL KRONIK LANJUT USIA
Submitted : 31 Oktober 2017
Edited : 19 Desember 2017
Accepted : 29 Desember 2017

Fajriansyah, Michrun Nisa

Akademi Farmasi Kebangsaan Makassar


Email : fajriansyah.fajrin@yahoo.com

ABSTRACT
Chronic Kidney Disease (CKD) is a condition of kidney damage that occurs for 3 months
or more in the form of structural or functional abnormalities of the kidney with or without
decrease in Glomerular Filtration Rate which manifests as a pathological disorder. Treatment
of CKD is closely related to medication adherence that determines a successful treatment, but
patient treatment adherence is often low especially in regularity for drug use. This study aims to
evaluate the level of adherence to the use of CKD patient drug at the General Hospital of
Education Hasanuddin University. The research design is descriptive analysis with Cross
Sectional. The data were collected by using questionnaires containing questions that led to
patient characteristics, medication adherence, and factors affecting drug use. Measurement of
adherence used is Modified Morisky Scale (MMS) which then analyzed using Case Management
Adherence Guidelines (CMAG) against 45 subjects. The result of the research is the level of
patient compliance based on quadrant level 1 as many as 8 patients (17,78%), quadrant level 2
as many as 8 patient (17,78%), level 3 quadrant 17 patient (37,77%), and quadrant level 4 of 12
patients (26.66%).

Keywords : Chronic Kidney Disease (CKD), Adherence, Modified Morisky Scale (MMS),
Case Management Adherence Guidelines (CMAG)

PENDAHULUAN dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun


Pertumbuhan populasi lanjut usia (dengan persentase populasi lansia adalah
secara global semakin meningkat. 7,58%)(1).
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa- Seiring dengan peningkatan jumlah
Bangsa (PBB) 2011, pada tahun 2000-2006 populasi lanjut usia, semakin meningkat
Umur Harapan Hidup (UHH) adalah 66,4 pula permasalahan penyakit akibat proses
tahun (dengan persentae populasi lansia penuaan seperti meningkatnya prevalensi
tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini akan penyakit kronik yang berhubungan dengan
meningkat pada tahun 2045-2050 yang usia seperti diabetes mellitus, penyakit
diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun serebrovaskuler, penyakit jantung koroner,
(dengan persentase populasi lansia tahun penyakit musculoskeletal, penyakit paru,
2045 adalah 28,68%). Begitu pula dengan hipertensi dan penyakit ginjal kronik
laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi (PGK)(2,3). Review terhadap 26 studi oleh
peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Qiu-Li Zhang dan Rothenbacher (2008)
Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan menunjukkan prevalensi gagal ginjal usia
persentase populasi lansia adalah 7,56%) lebih dari 64 tahun sebesar 35,8% lebih

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 178


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(2), 178-185, 2017 FAJRIANSYAH

tinggi dibandingkan 7,2% pada populasi usia Hasanuddin merupakan salah satu upaya
lebih dari 30 tahun(4). Survei oleh National untuk mengetahui sejauh mana pasien
Health and Nutrition Examination Survey patuh terhadap pengobatan yang sedang
(NHANES) melaporkan bahwa prevalensi dijalankan serta mengetahui faktor-faktor
PGK paling tinggi pada lanjut usia (≥65 yang dapat mempengaruhi kepatuhan
tahun) dibanding seluruh populasi di pasien PGK.
Amerika (5). Penelitian ini bertujuan untuk
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah mengevaluasi tingkat kepatuhan penggunaan
suatu kondisi kerusakan ginjal yang terjadi obat pasien Penyakit Ginjal Kronik di
selama 3 bulan atau lebih berupa Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP)
abnormalitas struktural atau fungsional Universitas Hasanuddin.
ginjal dengan atau tanpa penurunan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) yang BAHAN DAN METODE
bermanifestasi sebagai kelainan patologis. Rancangan Penelitian
Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi Desain penelitian yang digunakan
diatas 75 % (gagal ginjal terminal atau tahap adalah studi analisis deskriptif dengan
akhir), proses cuci darah atau hemodialisa pendekatan Cross Sectional. Pengambilan
merupakan hal yang sangat membantu data dilakukan pada bulan Maret-Oktober
penderita. 2017 di RSUP. Universitas Hasanuddin.
Keadaan pasien lanjut usia dengan
PGK sangat beresiko mengalami masalah Subjek penelitian
berhubungan dengan pengobatan. Subjek penelitian merupakan pasien
Ketidakpatuhan terhadap regimen PGK lanjut usia di unit HD RSUP.
pengobatan merupakan permasalahan dalam Universitas Hasanuddin
menajemen terapi pasien gagal ginjal Kriteria inklusi subjek penelitian adalah
terminal (6). Tingkat kepatuhan pasien dapat sebagai berikut :
diukur dengan menggunakan metode - Pasien PGK menjalani HD rutin
Modified Morisky Scale (MMS) (untuk (2-3x/minggu selama minimal 2 bulan)
mengetahui tingkat pengetahuan dan - Pasien PGK lanjut usia (≥60 tahun)
motivasi pasien yang sudah menjalankan - Bersedia menjadi subjek penelitian
terapi pengobatan (7). Sedangkan kriteria eksklusi penelitian
Berdasarkan uraian di atas dapat adalah pasien tidak sadar (secara fisik
diasumsikan bahwa mengetahui tingkat maupun mental) atau pasien tidak dapat
kepatuhan pasien penderita PGK dalam berkomunikasi dan usia pasien <60 tahun.
menjalani pengobatan merupakan salah satu
faktor dominan yang dapat menjadi Bahan Penelitian
parameter keberhasilan pengobatan PGK. Bahan penelitian untuk mengevaluasi
Jika penderita PGK tidak patuh dalam tingkat kepatuhan penggunaan obat berupa
mengkonsumsi obat dampaknya adalah catatan pengobatan pasien meliputi regimen
meningkatnya biaya pengobatan, penyakit terapi (jenis obat, dosis pemberian dan
yang diderita bisa bertambah parah, aturan pemakaian), informasi umum pasien
terjadinya efek samping obat, dan dapat (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan)
menjadi pemicu untuk timbulnya penyakit serta kondisi klinis pasien berdasarkan
lain (komplikasi). Selain itu Mengevaluasi informasi dalam rekam medis dan penilaian
tingkat kepatuhan penggunaan obat PGK di klinisi.
Rumah Sakit Umum Pendidikan Universitas

179 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(2), 178-185, 2017 FAJRIANSYAH

Alat Penelitian “ya” menerima skor 0 dan setiap jawaban


Untuk mengevaluasi tingkat “tidak” menerima skor 1. Pada MMAS-6
kepatuhan penggunaan obat dilakukan pertanyaan nomor 1, 2 dan 6 mengenai
metode wawancara untuk menggali motivasi. Pertanyaan nomor 3, 4 dan 5
informasi pasien berupa kuesioner Modified mengenai pengetahuan. Untuk pertanyaan
Morisky Scale dan algoritma manajemen motivasi, setiap jawaban “tidak” mendapat
kepatuhan Case Management Adherence nilai 1 dan setiap jawaban “ya” mendapat
Guidelines (CMAG). nilai 0. Jika jumlah pasien adalah 0-1, maka
motivasi pasien rendah. Jika nilai pasien >1,
Prosedur Penelitian maka motivasi pasien tinggi. Untuk
Pengajuan izin etika penelitian pertanyaan pengetahuan, jawaban “tidak”
(ethical clearance). Pengajuan izin etika pada pertanyaan 3 dan 4 mendapat nilai 1
penelitian kepada Komite Etik Fakultas dan jawaban “ya” mendapat nilai 0. Pada
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. pertanyaan 5, jawaban “tidak” mendapat
Pengajuan izin penelitian di rumah sakit. nilai 0 dan jawaban “ya” mendapat nilai 1.
Meminta kesediaan pasien untuk terlibat Jika total nilai pasien adalah 0-1, maka
sebagai subjek penelitian (informed pengetahuan pasien rendah. Jika total nilai
consent). Pengambilan Data (Data pasien >1, maka pengetahuan pasien tinggi
(7)
demografi pasien, Data profil pengobatan . Kepatuhan yang dikaji dengan Case
dan Data wawancara). Management Adherence Guideline (CMAG)
terdiri dari 4 kuadran yang berbeda
Pengumpulan dan Analisis Data management pasiennya yaitu kuadran 1
Teknik analisis data dilakukan dengan motivasi rendah tingkat pengetahuan rendah,
beberapa langkah. Lembar kuisioner berisi kuadran 2 motivasi tinggi tingkat
pertanyaan yang mengarah pada pengetahuan rendah, kuadran 3 motivasi
karakteristik pasien, kepatuhan penggunaan rendah tingkat pengetahuan tinggi, kuadran
obat, dan faktor yang mempengaruhi 4 motivasi tinggi tingkat pengetahuan tinggi.
kepatuhan penggunaan obat. Kuesioner Management pasien didasarkan pada tingkat
Modified Morisky Adherence Scale-6 pengetahuan pasien (tinggi atau rendah), dan
(MMAS-6) dapat diaplikasikan dengan motivasi pasien (tinggi atau rendah)(7).
beberapa pertanyaan untuk mengukur
tingkat kepatuhan. Pertanyaan terdiri atas 6 HASIL DAN PEMBAHASAN
buah yaitu Apakah anda pernah lupa minum Hasil penelitian
obat ? Apakah anda tidak teratur minum Karakteristik Pasien Penyakit Ginjal
obat ? Apakah anda berhenti meminum obat Kronik Lanjut Usia
jika anda merasa kondisi badan lebih baik ? Subjek penelitian dalam studi ini
Apakah anda pernah berhenti meminum obat adalah pasien penyakit ginjal kronik lanjut
ketika anda merasa bahwa obat yang anda usia di RSUP. Universitas Hasanuddin
minum membuat tubuh terasa memburuk ? Makassar periode Juli-September 2017.
Apakah anda mengetahui manfaat jangka Selama periode penelitian jumlah subjek
panjang dari obat yang anda gunakan seperti penelitian yang memenuhi kriteria inklusi
penjelasan dokter atau apoteker anda ? sebanyak 45 pasien. Karakteristik umum
Kadang apakah anda lupa menebus resep pasien penyakit ginjal kronik lanjut usia
obat pada waktunya ?. Dalam penelitian ini, disajikan pada Tabel 1.
semua pertanyaan pada MMAS dijawab
dengan “ya” atau “tidak”. Setiap jawaban

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 180


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(2), 178-185, 2017 FAJRIANSYAH

Tabel 1. Karakteristik umum subjek lain termasuk diet, ukuran ginjal dan
penelitian glomerular, perbedaan hemodinamik ginjal
dan efek langsung hormon kelamin (9).
No. Karakteristik Kategori (N) (%)
Pasien Karakteristik pasien berdasarkan lama
1. Usia 60-74 th 43 93,75% menjalani hemodialisis diklasifikasikan
>74 th 2 6,25% menjadi kurang dari 8 bulan dan 8 bulan
2. Jenis Kelamin Pria 25 53,12 atau lebih, yang mengacu pada studi Anees,
Wanita 23 46,87
dkk (2011)(10). Hasil menunjukkan bahwa
3. Lama HD <8 bulan 19 40,62
>8 bulan 25 59,37 masing-masing sebanyak 19 pasien
4. Penyakit DM 25 56,25 (40,62%) dan 25 pasien (59,37%). Pada
penyerta Non DM 20 43,75 studi Anees, dkk (2011) menyatakan bahwa
semakin lama pasien menjalani terapi
Keterangan :
hemodialisis, maka kualitas hidupnya akan
HD : Hemodialisis ; DM : Diabetes Melitus
semakin menurun(10). Awalnya, ketika
pasien memulai dialisis, mereka berpikir
Berdasarkan karakteristik usia subjek
bahwa ginjal mereka akan segera pulih dan
penelitian diklasifikasikan berdasarkan
dialisis akan dihentikan, namun seiring
klasifikasi lansia menurut Organisasi
berjalannya waktu, saat mereka menjalani
Kesehatan Dunia (WHO) yaitu usia lanjut
hidup dengan dialisis, kekhawatiran mereka
(elderly) antara 60-74 tahun dan usia tua
meningkat dan mengganggu kualitas
(old) antara 75-90 tahun masing-masing
hidup(10).
sebesar 43 subjek (93,75%) dan 2 subjek
Karakteristik pasien berdasarkan
(6,25%). Berdasarkan data KEEP (Kidney
penyakit penyerta karakteristik pasien
Early Evaluation Program) dan NHANES
digolongkan menjadi pasien DM dan pasien
(National Health and Nutrition Examination
non DM masing-masing 25 pasien (56,25%)
Survey) bahwa prevalensi tertinggi penyakit
dan 20 pasien (43,75%). Kondisi ini sesuai
ginjal kronik secara konsisten di Amerika
dengan studi Dorhofer dkk., (2013) bahwa
Serikat maupun negara lain adalah pasien
diabetes mellitus berhubungan kuat dengan
usia >65 tahun. Berdasarkan data terbaru
peningkatan risiko penyakit ginjal kronik,
bahwa usia rata-rata pasien menjalani
gagal ginjal terminal dan morbiditas
dialisis adalah 65 tahun dan kelompok usia
kardiovaskular(11). Diabetes mellitus
dengan perkembangan jumlah dialisis paling
merupakan faktor risiko kuat terhadap
cepat adalah diatas 75 tahun(5).
kejadian gagal ginjal terminal(12).
Pada penelitian ini karakteristik
pasien menurut jenis kelamin pria sebanyak
Profil terapi Pasien Penyakit Ginjal
25 pasien (53,12%) sedangkan wanita
Kronik Lanjut Usia
sebanyak 23 pasien (46,87%). Faktor jenis
Untuk mencapai target terapi sebagian
kelamin disusulkan sebagai prediktor non-
besar pasien hipertensi membutuhkan dua
modifiable terhadap risiko inisiasi dan
atau lebih agen hipertensi. Penambahan agen
progresi penyakit ginjal kronik. Insidensi
hipertensi kedua dari golongan berbeda
gagal ginjal terminal telah dilaporkan lebih
dilakukan jika penggunaan monoterapi dosis
besar terjadi pada pria. Jenis kelamin wanita
adekuat gagal mencapai tekanan darah
dihubungkan dengan progresi penyakit
target. Ketika tekanan darah lebih dari 20/10
ginjal kronik lebih lambat, perlindungan
mmHg di atas tekanan darah target harus
ginjal dan luaran klinis pasien lebih baik (8).
dipertimbangkan pemberian terapi dengan
Faktor yang mempengaruhi hal ini antara
dua kelas obat, keduanya bisa dengan resep

181 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(2), 178-185, 2017 FAJRIANSYAH

yang berbeda atau dalam dosis kombinasi Keterangan : ACEI (Angiotensin Converting
yang telah disatukan. Pemberian obat Enzyme Inhibitor), ARB
dengan lebih dari satu kelas obat dapat (Angiotensin Receptor Bloker),
meningkatkan kemungkinan pencapaian CAA (Centrally Acting
tekanan darah target pada beberapa waktu Adrenergic), CCB (Calcium
yang tepat, namun harus tetap Channel Blocker), B-blocker
memperhatikan risiko hipotensi ortostatik (Beta blocker).
utamanya pada pasien dengan diabetes,
disfungsi autonomy dan pasien lanjut usia ACE inhibitor dan ARB memiliki
(Joint National Commitee VII). beberapa manfaat potensial untuk pasien
Pemilihan antihipertensi harus penyakit ginjal kronik dengan komorbiditas.
mempertimbangkan kondisi komorbiditas, Golongan obat tersebut menurunkan
farmakokinetik, dan efek hemodinamik. progresivitas gagal ginjal disertai diabetes
Secara umum antihipertensi pada sistem maupun tanpa diabetes. Selain itu kedua
renin-angiostensin bloker, beta blocker, dan golongan obat mampu menurunkan
calcium channel blocker memberikan efikasi proteinuria sebagai kondisi yang menyertai
hampir mirip pada pasien dialisis. gagal ginjal. Selain itu efek ACE inhibitor
Rekomendasi pemilihan antihipertensi maupun ARB bermanfaat mencegah
secara umum didasarkan atas efikasi penyakit jantung pada pasien risiko
penurunan tekanan darah, farmakokinetik tinggi(14).
selama dialisis dan antar waktu dialisis, Potensi efek samping metabolik obat
profil efek samping, efek kardioprotektif dan golongan ACE inhibitor dan ARB lebih
efek non-kardiovaskular pada pasien dengan sedikit dibandingkan diuretik dan beta
komorbiditas(13). bloker. Baik ACEI maupun ARB tidak
Selama penelitian terhadap pasien menimbulkan deplesi volume ekstraseluler
penyakit ginjal kronik lanjut usia di RSUP. atau perubahan kadar serum kolesterol,
Universitas Hasanuddin Makassar dilakukan trigliserid maupun glukosa darah. Meskipun
pencatatan profil terapi pengobatan demikian penggunaan kedua obat perlu
hipertensi yang hasilnya disajikan pada mempertimbangkan efek samping lain
Tabel 2. seperti batuk kering atau angioedema untuk
golongan ACEI akibat mekanisme
Tabel 2. Profil pengobatan hipertensi penghambatan konversi bradikinin menjadi
metabolit inaktif. Untuk kondisi tersebut
Profil Obat Jumlah
ARB dapat digunakan sebagai alternatif
ARB + CCB + loop 11
diuretik
terapi pada pasien intoleransi terhadap
ACEI + CCB + loop 8 ACEI. Baik ACEI maupun ARB dapat
diuretik menyebabkan hiperkalemia serta penurunan
CCB + loop diuretic 7 ringan nilai GFR pada kondisi penyakit
ARB + CCB 6 ginjal kronik(14).
ARB + CAA + CCB 5 CCB (calcium channel blocker)
+ loop diuretik terbagi menjadi dua jenis agen yaitu
CCB saja 4 dihidropiridin dan nondihidropiridin. Jenis
ACEI + B-blocker + 2 dihidropiridin merupakan vasodilator kuat
CCB dengan sedikit bahkan tanpa efek terhadap
ACEI saja 2 kontraktilitas jantung atau konduksi jantung.
Total 45
Sedangkan jenis nondihidropiridin,

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 182


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(2), 178-185, 2017 FAJRIANSYAH

verapamil dan diltiazem, merupakan Perhatian dalam penggunaan antihipertensi


vasodilator ringan dan depresan jantung. golongan ini adalah bahwa penghentian obat
Secara umum CCB bermanfaat terutama secara tiba-tiba dapat menimbulkan tidak
pada pasien angina pektoris, takikardi hanya rebound hipertensi tetapi juga dapat
supraventricular berulang (hanya memperburuk angina, infark miokard dan
verapamil). Raynaud’s fenomena (hanya bahkan kematian(14).
dihidropiridin), gagal jantung kongestif Efektivitas diuretik loop terhadap
akibat disfungsi diastolik, sakit kepala penurunan risiko CVD belum diketahui
migrain dan spasme esophagus. Kedua jenis sebab penelitian skala besar terhadap obat
CCB tidak menimbulkan peningkatan kadar tersebut belum dilakukan. Akan tetapi
kolesterol dan trigliserid serta tidak diuretic loop dalam studi terhadap pasien
mempengaruhi resistensi insulin(14). penyakit ginjal kronik efektif menurunkan
Berdasarkan rekomendasi NKF- volume cairan ekstraseluler (ECF) dan telah
KDOQI, 2005 bahwa CCB digunakan sebagai kombinasi dengan agen
nondihidropiridin sebagai monoterapi atau antihipertensi lain. Diuretic loop lebih kuat
dikombinasikan dengan ACEI atau ARB dibandingkan diuretic thiazide sehingga
lebih baik pada hipertensi dengan menjadi pilihan terapi untuk menurunkan
proteinurin 300 mg/hari atau gangguan volume ECF terutama pada pasien gagal
fungsi ginjal(14). Sedangkan CCB ginjal dengan GFR kurang dari 30
nondihidropiridin menurut studi AASK ml/menit/1,73 m2(14).
(African-American Study of Kidney Disease) Mekanisme kerja obat diuretic loop
dan IDNT (Irbesartan Diabetic adalah meningkatkan aliran natrium ke
Nephropathy Trial) bahwa amlodipin gagal tubulus distal sehingga memungkinkan
memperlambat penurunan fungsi ginjal dan ekskresi kalium. Hal ini bermanfaat untuk
mengurangi proteinuria dibandingkan menurunkan komplikasi hiperkalemia pada
regimen ACEI atau ARB(15). Penyakit ginjal kronik terutama pasien
CCB jenis dihidropiridin dihubungkan dengan agen antihipertensi ACEI atau ARB.
dengan sejumlah efek samping akibat Efek samping penggunaan diuretic loop
vasodilatasi langsung antara lain edema antara lain hiperurisemia dan gout,
perifer, pusing, sakit kepala dan kulit hiperglikemia dan peningkatan LDL
kemerahan. Dalam suatu studi bahwa kolesterol(14).
kombinasi dihidropiridin dengan ACEI
menurunkan kejadian edema dibandingkan Kepatuhan Penggunaan Obat Pasien
dihidropiridin monoterapi(14). Ginjal Kronik Di RSUP. Universitas
Beta bloker dapat menyebabkan Hasanuddin Makassar
peningkatan kadar serum plasma glukosa Kepatuhan (adherence) didefinisikan
dan trigliserid, resistensi insulin, serta sebagai perilaku pasien yang menaati semua
penurunan HDL, kolesterol. Golongan beta nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh
bloker bermanfaat untuk pasien dengan tenaga medis.
riwayat angina, infark miokard, gagal Kepatuhan terapi pasien gagal ginjal
jantung kongestif, takikardia, migrain dan terminal terbukti berhubungan dengan
glaukoma. Penggunaan beta bloker kejadian morbiditas dan mortalitas.
dikontraindikasikan pada pasien bradikardia, Ketidakpatuhan terhadap regimen
gagal jantung stage 2 dan 3, asma, COPD pengobatan merupakan permasalahan dalam
(Chronic Obstructive Pulmonary Disease), menajemen terapi pasien gagal ginjal
penyakit vaskuler perifer berat, atau depresi.

183 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(2), 178-185, 2017 FAJRIANSYAH

terminal(6). Hasil kepatuhan pasein minum keinginan pasien untuk sembuh yang besar,
obat tersaji pada Tabel 3. dukungan dari keluarga selama pengobatan,
dan dukungan dari tenaga kesehatan (dokter,
Tabel 3. Kajian Kepatuhan apoteker dan perawat).
Menurut penelitian Bagiada dkk, 2010
Kategori Jumlah Persentase
ada beberapa faktor yang dapat
pasien (%)
mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang
Kuadran 1 8 17,78
untuk meminum obat, yaitu antara lain usia,
Kuadran 2 8 17,78
pekerjaan, waktu luang, pengawasan, jenis
Kuadran 3 17 37,77
obat, dosis obat, dan penyuluhan dari
Kuadran 4 12 26,66
petugas kesehatan(16). Pengetahuan dan sikap
menjadi faktor kepatuhan seseorang dalam
Kuadran I (kepatuhan rendah) minum obat.
berdasarkan tabel 3 terdapat 8 pasien Beberapa strategi untuk meningkatkan
(17,78%) menunjukkan nilai motivasi kepatuhan pasien hemodialisis terhadap
rendah tingkat pengetahuan rendah. pengobatan antara lain memperbaiki
Berdasarkan hasil wawancara, hal ini interaksi pasien dengan dokter, apoteker dan
dikarenakan sebahagian pasien berpendapat perawat, menjaga hubungan dengan pasien
pengobatan dilakukan jika merasa ada dan keluarga pasien (empati, kepercayaan),
keluhan dan jika sudah merasa baik maka edukasi pasien secara berkelanjutan,
tidak dikonsumsi lagi. Ada juga pasien yang membangun tujuan terapi, meningkatkan
berpendapat bahwa dengan hemodialisis motivasi pasien, mengetahui bagaimana cara
sudah merasa baik sehingga tidak perlu rutin pasien menggunakan obat, mengurangi
minum obat. kompleksitas regimen terapi (formulasi
Kuadran II (kepatuhan sedang) sekali sehari), serta mendeteksi dini
berdasarkan tabel 3 terdapat 8 pasien gangguan kognitif pasien(6).
(17,78%) menunjukkan nilai motivasi tinggi
dan pengetahuan rendah. Berdasarkan hasil SIMPULAN
wawancara hal ini disebabkan karena tingkat Berdasarkan hasil algoritma
pendidikan pasien yang kurang merata manajemen kepatuhan Case Management
sehingga pasien kurang tanggap terhadap Adherence Guidelines (CMAG), dapat
penjelasan yang diberikan oleh tenaga disimpulkan bahwa umumnya tingkat
kesehatan. kepatuhan pasien penyakit ginjal kronik di
Kuadran III (kepatuhan sedang) Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
berdasarkan tabel 3 terdapat 17 pasien tergolong dalam tingkat kuadran 3 yaitu
(37,77%) menunjukkan motivasi rendah motivasi rendah dan tingkat pengetahuan
tingkat pengetahuan tinggi. Berdasarkan tinggi.
hasil wawancara hal ini disebabkan karena
ada beberapa pasien yang kurang yakin bisa UCAPAN TERIMA KASIH
sembuh terhadap penyakit yang dideritanya. Penulis mengucapkan terima kasih
Kuadran IV (kepatuhan tinggi) kepada Riset dan Pengabdian kepada
berdasarkan tabel 3 terdapat 12 pasien Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan
(26,66%) menunjukkan motivasi tinggi Riset dan Pengembangan Kementerian
tingkat pengetahuan tinggi. Berdasarkan Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
hasil wawancara bahwa pasien patuh yang telah mendanai riset ini dalam program
terhadap pengobatannya dikarenakan

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 184


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(2), 178-185, 2017 FAJRIANSYAH

Hibah Penelitian Dosen Pemula tahun Syndrome Cohort. 2010 Nephrol Nurs
anggaran 2017. J; 37(2): 133–142.
9. Silbiger, S., dan Neugarten, J., Gender
DAFTAR PUSTAKA and human chronic renal disease. Gend
1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Med;5 2008 Suppl A:S3-S10.
Kesehatan RI. Gambaran kesehatan 10. Anees, M., Hameed, F., Mumtaz, A.,
lanjut usia di Indonesia 2013 Ibrahim, M., Khan, M.N.S., Dialysis-
2. Hoffman C, Rice D, Sung HY. Person Related Factors Affecting Quality of
with cronic disease conditions: their Life in Patients on Hemodialysis, 2011
prevalence and cost. JAMA IJKD;5:9-14.
2010:276:1473-9 11. Dörhöfer, L., Lammert, A., Krane, V.,
3. Fischer, M.J., dan O’Hare, A.M. Gorski, M., Banas, B., Wanner, C.,
Epidemiology of hypertension in the dkk., Study design of DIACORE
elderly with chronic kidney (DIAbetes COhoRtE) – a cohort study
disease.ACKD 2010 Jul;17(4):329-40. of patients with diabetes mellitus type
4. Zhang, Q., dan Rothenbacher, D., 2. 2013 BMC Medical Genetics,14:25
Prevalence of chronic kidney disease in 12. Brancati, F.L., Whelton, P.K., Randall,
population-based studies: Systematic B.L., Neaton, J.D., Stamler, J., Klag,
review. BMC Public Health.2008 M.J., Risk of End-stage Renal Disease
8:117. in Diabetes Mellitus A Prospective
5. Stevens, L.A., Li, S., Wang, C., Huang, Cohort Study of Men Screened for
C., Becker, B.N., Bomback, A.S., dkk, MRFIT.JAMA. 1997;278(23):2069-
Prevalence of CKD and Comorbid 2074.
Illness in Elderly Patients in the United 13. Ekart, R., Sebastjan Bevc, S., Hojs, R.,
States: Results From the Kidney Early 2011, Blood Pressure and
Evaluation Program (KEEP). 2010 Hemodialysis. www.intechopen.com,
AJKD, Vol 55(3),Suppl 2.March: pp diakses tanggal 15 Oktober 2017
S23-S33. 14. National Kidney Foundation: K/DOQI,
6. Schmid, H., Hartmann, B., Schiffl, H. Clinical Practice Guideline for Chronic
Adherence to prescribed oral Kidney Disease: Evaluation,
medication in adults patients Classification & Stratification, 2005 Am
undergoing chronic hemodialysis: A J Kidney Dis, 39 (suppl 1).
critical review of the literature, 2009 15. Nathan, S., Pepine, C.J., and Bakris,
Eur J Med Res.14: 185-190. G.L., Calcium Antagonists : Effects on
7. Case Management Society of America., Cardio-Renal Risk in Hypertensive
Case Management Adherence Patients. 2005 Hypertension:46:637-
Guideline, 2006 8, 14-15, 21, 28, 33, 642.
35, 40-41, USA. 16. Bagiada IM, Primasari NLP. Faktor-
8. Brown, L.J., Clark, P.C., Armstrong, faktor yang mempengaruhi tingkat
K.A., Liping, ZZ., Dunbar, S.B., ketidakpatuhan penderita Tuberculosis
Identification of Modifiable Chronic dalam berobat di Poliklinik DOTS
Kidney Disease Risk Factors by Gender RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal
In an African-American Metabolic Penyakit Dalam 2010;11:158-63.

185 AKADEMI FARMASI SAMARINDA

Anda mungkin juga menyukai