Anda di halaman 1dari 2

Untuk MAHASISWA

FORM INPUT ARTICLES

1. Title / Judul Skripsi : SANGSI PIDANA TERHADAP DEBITUR YANG


MENGALIHKAN KENDARAAN RODA EMPAT (MOBIL)
TERHADAP PIHAK KETIGA TANPA PERSETUJUAN PT.
SINARMAS MULTIFINANCE (PASAL 36 UU NO 42 TAHUN
1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA) DI KOTA PONTIANAK
2. Creator / Penulis :
IWANDI

3. Email : iwandi123@gmail.com

4. No. Handphones : 081345999920

Penelitian Hukum NORMATIF / EMPIRIS *


5. Subject / Pokok Tulisan :
Ada beberapa factor kenapa masyarakat melakukan perbuatan pidana tersebut, yaitu karena beberapa dari
6. Decriptions / Abstrak : masyarakat tidak mengetahui kalau tindakan yang dilakukan itu sudah melanggar hukum, namun ada juga
beberapa dari masyarakat yang sebenarnya sadar tentang tindakan yang dilakukan itu melanggar hukum.
Selain itu ada beberapa dari masyarakat melakukan perbuatan pidana tersebut yaitu
karenaadanyafaktorekonomi, adanya factor lingkungan. Kaitannyad engan factor ekonomi disebabkan
kesulitan tidak bias membayar angsuran kredit mobil, sehingga debitur beranggapan dari pada mobil
ditarik pihak kreditur, maka debitur mengover kredit kepada pihak lain dengan perjanjian pengembalian
ganti uangmuka yang disepakati tanpa persetujuan dari kreditur (over kredit / mengalihkan unit jaminan
fidu siatan paizin kreditur). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode empiris dengan
pendekatan deskriptif analisis yaitu menggambarkan keadaan sebagaimana adanya pada waktu penelitian
dan kemudian menganalisisnya, hingga menarik kesimpulan terakhir. Masih ditemukan data
penyalahgunaan Fidusia di Kota Pontianak oleh debitur seperti mengalihkan kendaraan roda empat tanpa
persetujuan tertulis dari pihak kreditur. Faktor-faktor debitur mengalihkan kendaraan roda empat (Mobil)
terhadap pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis PT. Sinarmas Multifinance di Kota Pontianak karena
menghindari kerugian akibat ditariknya unit jaminan fidusia tampa ganti rugi dari pihak kreditur dan untuk
keuntungan kepentingan pribadi debitur.Kelemahan dari pasal 36 Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia dalam penerapannya, bila memperhatikan ancaman pidana, baik pidana penjara
maupun pidanana dendanya maka ancaman tersebut sangat ringan dan mempersulit aparat penegak hokum
dalam melakukan proses hokum penahanan terhadapt ersangka yang bias mengakibatkan tersangka kabur
dan tidak bias dilanjutkan proses hokum serta banyak kelemahan lainnya, seperti tidak diatur sanksi pidana
didalam undang-undang fidusia terhadap pihak ketiga yang menerima obyek jaminan fidusia. Sumbangsih
terhadap masalah fidusia seharusnya untuk menghindari sanksi pidana masalah pengalihan obyek jaminan
fidusia sesuai yang dimaksud pasal 36 UU.No 42 tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia masyarakat
(debitur) jika ingin menngalihkan (mobil) obyek jaminan fidusia harusnya minta persetujuan tertulis
terlebih dahulu kepada pihak kreditur.Jaminan Fidusia merupakan salah satu jaminan kebendaan
sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia (selanjutnya akan
disebut UUJF). Bentuk jaminan fidusia sudah mulai digunakan secara luas dalam transaksi pinjam-
meminjam karena proses pembebanannya dianggap sederhana, mudah, dan cepat. Pranata jaminan fidusia
yang ada saat ini memang memungkinkan kepada Pemberi fidusia untuk menguasai benda yang
dijaminkan, guna menjalankan atau melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman dengan
menggunakan jaminan fidusia tersebut Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam
penguasan pemilik benda. Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang no 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang
tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia ,sebagai anggunan bagi pelunasan utang tertentu ,yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya Perlindungan
kepentingan kreditur terhadap kemungkinan penyalahgunaan debitur yang tetap menguasai benda jaminan
diberikan dengan ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 35 dan 36 Undang-undang No 42
tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia. Adapun permasalahan yang sering muncul akibat dari perjanjian
fidusia antara debitur dan kreditur salah satunya adalah pengalihan obyek jaminan fidusia kepada pihak
ketiga dan lainnya tampa persetujuan tertulis dari kreditur sesuai yang dimaksud dalam rumusan
Ketentuan pidana pasal 36 UU No.42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia. Permasalahan lainnya adalah
implementasi dari penerapan undang –undang fidusia khusus nya ketentuan pidana pasal 36 UU No.42
tahun 1999 tentang jaminan fidusia dimana dalam penerapannya tidak sebagaimana mestinya dan
mempunyai banyak kelemahan dan kekurangannya ,salah satunya sanksi pidana dalam ketentuan pasal 36
UU No.42 Tentang jaminan fidusia ancaman pidana penjara paling lama 2 tahun, yang membuat aparat
penegak hukum sulit mengimplementasikan penerapannya sedangkan dalam KUHAP pasal 21 ayat 4,
yaitu: “tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih”. Dengan demikian, alasan
dapat dilaksanakan penahanan apabila tindak pidana tersebut diancam dengan pidana penjara lima tahun
atau lebih. Sedangkan pada pasal 36 UU No. 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia, diancam pidana
penjara paling lama 2 tahun penjara Pelaku pengalihan objek jaminan fidusia tidak dapat dilakukan
penahanan karena pidana penjaranya tidak memenuhi ketentuan pasal 21 KUHAP ,bisa saja penyidik
melakukan penahanan jika memperhatikan ketentuan pasal 21 ayat 1 KUHAP yang berbunyi “perintah
penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang
diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup ,dalam hal adanya keadaan
yang menimbulkan kekwatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri,merusak atau
menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana” Berdasarkan bukti yang cukup
sebagaimana dimaksud dalam uraian ketentuan pasal 21 ayat 1 KUHAP tersebut tentu membuat penyidik
lebih berhati hati dan terlebih dahulu mempunyai bukti yang kuat dan cukup dalam hal menangani
perkara pengalihan obyek jaminan fidusia (mobil) sesuai yang dimaksud pasal 36 UU No.42 tentang
jaminan fidusia. Sehingga penyidik dalam hal perkara pengalihan obyek jaminan fidusia tersebut
cenderung mengunakan pasal 372 KUHP tentang penggelapan supaya memudahkan proses hukum dalam
hal melakukan penahanan terhadap tersangka (debitur) yang mengalihkan obyek jaminan fidusia

Kata Kunci: Sanksi Pidana, Pengalihan Kendaraan Roda Empat (Mobil)

Minimal : 1000 karakter


7. Publisher / Penerbit : Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak
8. Contributor / Kontributor :
Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak
BAGIAN : HUKUM PIDANA

9. Date / Tanggal Lulus Ujian :


23 01 2016
10.
Tanggal Bulan Tahun

8. Type Material / Jenis :


 Artikel  Laporan Penelitian
 Makalah  Pidato Pengukuhan
 Buku Ajar  Paten
 Skripsi  SNI
 Tesis  Prosiding
 Disertasi

9. Right / Jenis Ciptaan :  CLL


 MIT
 Open Document

 Jumlah Softcopy : ………. Files


10. Articles / Artikel Skripsi :
 Format Softcopy : MS. Word / PDF / ………..*
 Ukuran Softcopy : ……. Kbyte (Max: 3Mbyte)

11. Purposes / Keperluan : Unggah Karya Ilmiah (Tugas Akhir / Skripsi)

No. URAIAN KETERANGAN KESIMPULAN


Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Tim Kesimpulan : DAPAT / TIDAK DAPAT*
1. Ada / Tidak Ada*
Penguji DIPROSES UNTUK DIUNGGAH PADA
Form Input Articles & Abstrak + Keyword) PORTAL E-JURNAL GLORIA YURIS Di
2. Ada / Tidak Ada* http://jurnal.untan.ac.id
(Diketik Komputer)
Diupload Tanggal : ……………………………...
CD yang berisi Files Skripsi (Termasuk Catatan : …………………………………………
3. Ada / Tidak Ada*
Abstrak)

 Isi Diluar Tanggung-Jawab Operator Jurnal FH Untan Pontianak, 01 Maret 2016


 Alamat Publikasi : http://jurnal.untan.ac.id/ Pemohon,
index.php/jmfh/issue/archive

IWANDI
NIM: A11110177

Anda mungkin juga menyukai