Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL BIOKIMIA

Nama : M. Yusrul Hana


Kelas : Pendidikan Kimia 5A
NIM : 1708076010

Judul OPTIMASI SINTESIS METIL OLEAT MENGGUNAKAN BIOKATALIS


Penelitian LIPASE DARI KECAMBAH BIJI Jatropha curcas L.
Nama
J.Pascapanen
Jurnal
Volume dan
Vol. 5(2)
Halaman
Tahun 2008
Penulis 1. Chusnul Hidayat
2. M. Danu P. Kuntoro
3. Pudji Hastuti
4. Djajeng Sumangat
5. Tatang Hidayat
A. Pendahuluan
Proses ester sintesis metil oleat dari asam lemak dan alkohol dapat dilakukan dengan
menggunakan katalis kimia (Canoira et al., 2006) maupun biokatalis lipase (Kaieda et al.,
2000). Sintesis metil ester secara enzimatis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, antara
lain suhu, kosentrasi enzim, rasio molar substrat dan pH. Reaksi terjadi pada permukaan
bidang antar fase (fase minyak dan fase alkohol) dalam sistem yang menggunakan pelarut
ataupun tanpa pelarut (Hui, 1996). Pada umumnya sintesis secara enzimatis dilakukan
pada suhu relatif rendah yaitu 30oC-60oC. Lipase Carica papaya memiliki aktivitas
optimum pada suhu 55oC (Giordani et al., 1991) dan lipase yang diisolasi dari kelapa
(Cocos nucifera L.) memiliki aktivitas maksimum pada suhu 35oC (Ejedegba, 2007).
Enujiugha et al. (2004) melaporkan bahwa lipase pada biji dorman kacang African
mempunyai suhu optimum 30oC. Sagiroglu (2005) melakukan isolasi dan purifikasi
terhadap lipase biji bunga matahari (Heliantus annuus L), enzim ini mempunyai aktivitas
lipolitik optimum pada kisaran suhu 35oC-50oC.
Optimasi kondisi proses perlu dilakukan untuk memperoleh proses yang efisien. Salah
satu metode optimasi kondisi proses adalah Response surface methodology (RSM)
(Nogales et al. 2005; Linder et al., 2005; Rao et al., 2002). RSM digunakan untuk
mempelajari hubungan antara respons dengan beberapa faktor yang berpengaruh. Nogales
et al.2005 melakukan optimasi proses esterifikasi etanol dan asam butirat menggunakan
lipase terimobilisasi Candida antartica dengan metode RSM. Kondisi optimum reaksi
diperoleh pada konsentrasi substrat 0,04 M, konsentrasi enzim 7% dan suhu 34°C selama
96 jam. Linder et al.,2005 melakukan optimasi sintesis enzimatis asilgliserol terhadap
konsentrasi gliserol dan asam lemak n-3 pada preparasi minyak salmon.Parameter yang
diteliti adalah suhu, kadar air, rasio molar gliserol-asam lemak, dan rasio enzim-substrat.
Produk yang diperoleh sebesar 97 % pada kondisi rasio gliserol-minyak 1,2, suhu 46°C
dan rasio enzim-substrat 8,1.
Sennayake dan Shahidi (2002) mengevaluasi pengaruh variabel jumlah enzim, suhu
reaksi dan waktu reaksi menggunakan RSM terhadap kemampuan lipase Novozym 435
dari Candida antartica pada penggabungan docosahexaenoic acid (DHA) ke dalam
komposisi asam lemak minyak borage (Borago officinalis L) dalam pelarut heksana. Hasil
evaluasi mengindikasikan bahwa persamaan regresi RSM mampu untuk memprediksi
tingkat penggabungan DHA terhadap kombinasi variabel. Kondisi optimum menghasilkan
penggabungan DHA hingga 34,1 % pada kondisi konsentrasi enzim 165 unit dan 25 jam
reaksi pada suhu 50°C.
Pada penelitian ini dilakukan esterifikasi asam oleat dengan metanol dan dikatalisis
oleh lipase kecambah Jatropha curcas. Untuk memperoleh yield maksimal maka
dilakukan optimasi kondisi proses dengan metode Response Surface Methodology (RSM).
Faktor yang dievaluasi adalah suhu, lama waktu reaksi dan rasio molar substrat.

B. Pembahasan
1. Analisis Biji, Kecambah dan Bubuk Lipase Kasar Jarak Pagar
Analisis terhadap biji, kecambah, dan bubuk lipase kasar jarak pagar meliputi
analisis kadar air, kadar lemak/minyak, dan kadar protein. Analisis ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi dari biji, kecambah, dan bubuk lipase kasar jarak pagar
yang digunakan sebagai biokatalis dalam sintesis metil oleat. Hasil analisis dapat
dilihat pada Tabel 2.

2. Sintesis Metil Ester


Esterifikasi asam oleat dengan metanol dilakukan untuk memperoleh metil
oleat. Reaksi dikatalisis oleh lipase indigenous kecambah Jatropha curcas. Tabel 3
menunjukkan hasil kombinasi faktor suhu, waktu dan rasio molar substrat. Metil oleat
yang terbentuk (Y) pada proses ini berkisar antara 197 dan 521 μmol. Nilai yield
tertinggi didapatkan berdasarkan hasil reaksi esterifikasi pada suhu 40°C selama 60
menit reaksi dengan rasio molar substrat 2:2. Nilai konversi substrat menjadi produk
lebih kurang sebesar 25%. Nilai konversi tersebut dinilai kecil, oleh karena itu perlu
adanya upaya untuk meningkatkan jumlah yield. Untuk meningkatkan yield metil
oleat maka dilakukan evaluasi dari ketiga faktor suhu, waktu dan rasio molar substrat
secara bersamaan menggunakan RSM (Nogales et al., 2005; Linder et al., 2005; Rao
et al., 2002).
Berdasarkan Tabel 4, nilai kuadratik dari perlakuan P (0,000) < 0,05. Hal ini
menunjukkan pengaruh kuadratik masing-masing perlakuan terhadap respons
signifikan. Pengaruh kuadratik perlakuan suhu terhadap yield metil oleat (Y)
signifikan. Enzim mempunyai suhu optimum dalam mengkatalisis reaksi, apabila
enzim tidak berada pada suhu optimum maka kecepatan reaksi akan menurun
(Whitaker, 1994). Kenaikan suhu akan meningkatkan laju pembentukan yield metil
oleat (Y) hingga laju maksimum lalu apabila suhu terus dinaikkan maka akan
menurunkan laju pembentukan yield metil oleat (Y). Kombinasi Suhu dan Waktu
Terhadap Respon Metil Oleat.

3. Kombinasi Suhu dan Waktu Terhadap Respon Metil


Oleat Pengaruh kombinasi suhu dan waktu dievaluasi untuk memperoleh respon
metil ester yang optimal. Gambar 1 menunjukkan pada kisaran waktu reaksi selama
57-74 menit dan pada kisaran suhu 35,5-43,5oC dengan rasio molar substrat 2:2
menghasilkan metil oleat yang tertinggi yaitu pada 420 μmol.
4. Kombinasi Waktu dan Rasio Molar Substrat Terhadap Respon Metil Oleat
Pengaruh kombinasi waktu dan rasio molar substrat dievaluasi untuk memperoleh
respon metil ester yang optimal. Pada Gambar 2, memperlama waktu reaksi melebihi
70 menit memiliki kecenderungan jumlah metil ester turun. Hal ini mungkin disebabkan
terbentuknya molekul air yang terus bertambah hingga jumlah yang memadai untuk
terlaksananya proses hidrolisis (Virto dan Adlercreuz, 2000).

5. Kombinasi Suhu dan Rasio Molar Substrat Terhadap Respon Metil Oleat
Rasio molar substrat merupakan variabel yang paling berpengaruh diantara
variabel suhu dan waktu. Methanol merupakan salah satu dari substrat. Kenaikan
jumlah methanol akan menggeser stokiometri reaksi kearah kanan sehingga metil
ester akan meningkat (Liu, 1994). Hal ini dapat dilihat pada Gamber 3 bahwa reaksi
esterifkasi dengan rasio molar substrat 2:1 selama 60 menit pada suhu 40°C
menghasilkan 360 μmol metil oleat, dengan menaikan rasio molar substrat menjadi
2:2 meningkatkan yield menjadi 440 μmol.
6. Pengaruh Interaksi Antar Perlakukan
Interaksi antara suhu dan waktu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
terhadap yield metil oleat (Y). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kecepatan awal
reaksi dari
tiap perlakuan suhu berbeda-beda, namun lama reaksi mencapai waktu
kesetimbangan (equilibrium) relatif sama. Interaksi antara suhu dan rasio molar tidak
berpengaruh terhadap terhadap yield metil oleat (Y). Hal ini kemungkinan
disebabkan inaktivasi enzim oleh metanol tidak dipengaruhi suhu. Pada Gambar 3
terlihat bahwa pola dari besarnya yield pada tiap perlakuan suhu adalah sama. Yield
meningkat hingga rasio molar substrat 2:2 lalu turun ketika rasio molar substrat
menjadi 2:4.
7. Verifikasi Prediksi Kondisi Proses
Tahap verifikasi bertujuan untuk menegaskan kondisi optimum untuk reaksi
esterifikasi dengan melakukan verifikasi terhadap prediksi kondisi optimum. Model
RSM dianggap memadai apabila nilai prediksi respon saat kondisi optimum
mendekati nilai verifikasi (Madamba, 2005). Verifikasi dilakukan pada model sesuai
prediksi kondisi optimum. Hasil verifikasi pada kondisi optimum faktor suhu, waktu
reaksi dan rasio molar substrat terhadap yield metil oleat (Y) menunjukan nilai hasil
verifikasi yaitu 529 ± 26 μmol mendekati dengan prediksi yaitu 522 μmol (Tabel 5).
Hal ini mengindikasikan bahwa model yang dihasilkan layak memprediksi yield
metil oleat.
Oleh karena hasil dari verifikasi model menunjukkan kelayakan untuk
memprediksi respon maka optimasi esterifikasi asam oleat dan metanol
menggunakan lipase indigenous Jatropha curcas dengan metode Response Surface
Methodology telah berhasil.

C. Simpulan
Dengan menggunakan metode RSM dapat ditentukan kondisi optimum reaksi
esterifikasi asam oleat dengan metanol menggunakan lipase indigenous kecambah
Jatropha curcas ditinjau dari jumlah metil oleat yang terbentuk pada suhu 39,5oC selama
64,4 menit dengan rasio molar asam oleat terhadap metanol sebesar 2:2. Prediksi jumlah
metil ester yang terbentuk sebesar 522 μmol. Hasil verifikasi dari model menunjukkan
kelayakan untuk memprediksi respon. Hal ini menunjukkan bahwa lipase jarak pagar
berpotensi sebagai biokatalis pada sintesis metil ester.

Anda mungkin juga menyukai