Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN APRESIASI SENI RUPA SISWA SEKOLAH DASAR

MELALUI PENDEKATAN KRITIK SENI PEDAGOGIK

Wan Ridwan Husen


Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Jl. Taman sari Km 2,5 Kota Tasikmalaya
Email: wanridwanhusen@gmail.com

Abstract
The appreciation activities in elementary school are part of art education, with the frequency of doing appreciation, the
students’aesthetic experience will increasingly be better. In addition, the students are expected to appreciate, realize the
uniqueness of art work so that later can be applied with respect each others, and train their sensitivity to themselves and
others. Pedagogic art critic is an art criticism activity conducted in schools or art education institutions, by this art criticism
is expected to be the ilustration of method, goal or strategy in teaching fine arts to increase the students' appreciation in
developing their own potential.
Keywords:
Pedagogic art critic, appreciation, fine arts, elementary school fine arts

Abstrak
Kegiatan apresiasi di sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan seni rupa, dengan seringnya melakukan apresiasi
maka pengalaman estetis siswa pun akan semakin baik, dengan berapresiasi siswa diharapkan dapat menghargai,
menyadari keunikan sebuah karya seni sehingga nantinya bisa diaplikasikan dengan menghargai sesama, serta melatih
sensitivitas mereka terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Kritik seni pedagogic merupakan kegiatan kritik seni yang
dilakukan di sekolah atau instansi pendidikan seni, dengan kritik seni pedagogic ini diharapkan menjadi gambaran akan
metode, tujuan atau strategi dalam mengajar seni rupa untuk meningkatkan apresiasi siswa dalam mengembangkan potensi
yang ada pada dirinya. Penelitian ini merupakan usaha dalam mencari essensi dari makna apresiasi seni rupa untuk siswa
sekolah dasar melalui kritik seni pedagogic, penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang diharapkan
dapat menguraikan permasalahan untuk memecahkan masalah dengan cara study literasi, untuk kemudian dapat
diterapkan di sekolah dasar.
Kata kunci:
Kritik seni pedagogic; apresiasi; seni rupa tingkat sekolah dasar.

A. PENDAHULUAN prosesnya atau konsep dasar bagaimana


Banyak cara belajar dalam kegiatan memahami seni atau barangkali sebenarnya
seni rupa di sekolah dasar, selain dari sudah dilakukan hanya saja istilah nya tidak
berkreasi, tanya jawab, kegiatan berapresiasi digunakan.
telah menjadi hal yang banyak dilakukan di Tulisan ini merupakan gagasan
sekolah, memperlihatkan karya-karya yang lanjutan penelitian penulis membahas kritik
ada dalam sebuah slide atau berkunjung ke seni, menjadi sebuah ide bagaimana sebuah
museum dan pameran contohnya, namun kritik bisa di aplikasikan di sekolah dasar
dalam dunia seni rupa ada sebuah istilah yaitu dalam peningkatan apresiasi sebagai tindakan
“kritikus” yang mana menjadi bagian tak terhadap proses kreasi setelah mereka
terpisahkan dalam dunia kesenian. Untuk berkreasi. Penelitian ini merupakan usaha
kemudian bagaimana jika dikenalkan dalam mencari essensi dari makna apresiasi
Wan Ridwan Husen Pengembangan Apresiasi Seni Rupa Siswa Sekolah
Dasar Melalui Pendekatan Kritik Seni Pedagogik

seni rupa untuk siswa sekolah dasar melalui Untuk sekolah tingkat dasar keberanian dalam
kritik seni pedagogic, penelitian ini berkarya dan menunjukan apa yang telah ia
menggunakan metode kualitatif deskriptif buat sudah bisa dikatakan baik, karena
yang diharapkan dapat menguraikan tahapan dalam berapresiasi membutuhkan
permasalahan untuk memecahkan masalah waktu yang panjang, semakin sering
dengan cara study literasi, untuk kemudian berapresiasi maka kepekaan akan estetika
dapat diterapkan di sekolah dasar. akan terlatih dengan sendirinya. “Melalui
Sekolah adalah rumah kedua bagi pengalaman estetik, siswa diharapkan dapat
siswa dimana mereka menghabiskan banyak menginternalisasi (meresapi, mengakarkan)
waktu disana untuk belajar dan bermain, nilai-nilai estetik yang berfungsi untuk
menjadikan sekolah menjadi rumah yang melatih kepekaan rasa, kecerdasan intelektual
nyaman adalah kewajiban guru dan sekolah. dan mengembangkan imajinasinya. “( jazuli,
Kritik seni pedagogic merupakan proses 2008:16).
menghargai orang lain dan diri sendiri melalui Pendidikan seni rupa disekolah dasar
materi seni rupa. masuk kedalam rumpun seni budaya dimana
siswa akan dikenalkan belajar macam-macam
seni baik rupa, tari, music dan drama. Khusus
B. HASIL DAN PEMBAHASAN membahas materi seni rupa telah banyak
1. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah materi yang diberikan sesuai dengan buku ajar
Dasar seni budaya, namun tidak menutup
Pengembangan apresiasi seni untuk SD kemungkinan guru berkreasi dari pengalaman
hendaknya mengutamakan kegiatan praktek, atau dari pelatihan untuk diajarkan kepada
tidak hanya ceramah atau mengisi soal saja, siswanya. Menggambar merupakan materi
kegiatan praktek dilanjutkan dengan yang sudah lumrah banyak dipelajari di semua
mengevaluasi dengan kegiatan kritik seni, sekolah, sumber belajarnya baik dari buku
diharapkan selain berkreasi siswa melakukan ajar, internet atau guru yang senang berkreasi
apresiasi. Kritik seni pedagogic diarahkan dengan mencipta, mewarnai atau melanjutkan
supaya siswa dibimbing untuk membicarakan gambar.
karyanya atau mengapresiasi karya temannya, Dengan kata lain belajar menggambar
guru merangsang agar siswa menceritakan sudah banyak diterapkan untuk berbagai
bagaimana kehidupan atau minat siswa keperluan pendidikan seni rupa. “Kegiatan
terhadap apa yang mereka buat kedalam menggambar anak penting untuk
sebuah karya, selain menelusuri latar belakang mengembangkan kemampuan berfikir dengan
karya, siswa diharapkan berani rupa (membayangkan) yang bersama dengan
mengungkapkan gagasan berkarya baik secara kemempuan berfikir dengan kata akan
lisan maupun secara tulisan. Sebuah kutipan memperlancar proses kreasi kelak, dibidang
berikut menyatakan tujuan pendidikan seni apapun kita berkiprah” (Tabrani,2000:13)
yang bisa kita jadikan pijakan bagaimana seperti dinyatakan dalam kutipan Primadi
mengajar seni, khususnya pada sekolah bahwa menggambar tidak spesifik untuk
tingkat dasar “Tujuan pendidikan seni adalah menjadikan siswa sebagai seniman, namun
mengembangkan pengalaman estetik siswa apapun karier siswa kelak proses kreasi akan
agar memiliki kepekaan dan kepedulian sangan bermanfaat bagi semua siswa.
terhadap sesuatu yang indah, mudah dan Apabila mendalami pendidikan di sekolah
cermat menerima rangsangan dari luar, mudah formal, pendidikan seni rupa ternyata tidak
tersentuh nuraninya sehingga menjadi saja terjadi di kelas, banyak siswa yang
manusia yang sensitive.”(jazuli,2008:18). mengikuti perlombaan seni rupa, baik itu

54 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 54-61
Wan Ridwan Husen Pengembangan Apresiasi Seni Rupa Siswa Sekolah
Dasar Melalui Pendekatan Kritik Seni Pedagogik

permintaan orang tua atau kepercayaan diri seni rupa anak informal terbuka bagi semua
dari sekolah kepada muridnya untuk anak, bukan hanya bagi yang berbakat.
mengharumkan nama sekolah, untuk tingkat Disaat menggambar, eksperimen,ekspresi,
sekolah dasar, lomba yang banyak diadakan kreasi melebur dalam permainan
diantaranya adalah “lomba gambar”. “menggambar” yang sekaligus merupakan
Pelombaan menggambar merupakan salah proses belajar. Kesemuanya melebur dalam
satu kegiatan yang bisa memicu minat penghayatan dimana terlibat keseluruhan
seseorang supaya bertindak lebih, lebih diri anak: terpadu trio fisik-kreatif-rasio,
banyak berlatih, lebih banyak melihat karya indra-indra, bentuk dan sumber imaji
yang baik, lebih banyak waktu yang lengkap dengan film dan nuansanya,
diluangkan untuk meningkatkan kemampuan seakan apa yang digambarnya itu benar-
siswa. Namun akan jadi salah kaprah apabila benar terjadi dan bukan sekedar tugas
tujuan akhir dari berlatih adalah juara, karena menggambar. Anak masih berfikir dengan
sejatinya yang dibutuhkan anak usia sekolah rupa (gambar dan gerak) daripada dengan
dasar merupakan prosesnya, seperti mencoba kata. Pendidikan seni rupa perlu
berbagai teknik dan mencoba berbagai media mengembangkan kemempuan berfikir
sehingga melatih kepekaan dirinya terhadap dengan rupa yang bersama dengan
sebuah karya, seperti diungkapkan oleh kemampuan berfikir dengan kata (yang
Primadi dalam sebuah buku nya yang berkembang belakangan), penting artinya
membahas apresiasi sebagai berikut “Bagi untuk memungkinkan proses kreasi kelak,
anak yang penting prosesnya, kegiatan dibidang apapun kita berkiprah. Apapun
menggambarnya, bukan hasilnya. yang dihasilkan manusia, ilmu dan
Oleh sebab itu kurang baik bila terlalu teknologi khususnya sesampainya pada
banyak ikut lomba gambar anak. Lomba manusia umumnya melalui wujud rupa.
gambar sebaiknya sekedar sebagai motivasi, Jadi pendidikan seni rupa merupakan
bukan tujuan” (Tabrani,2000:13). Pendidikan sesuatu yang penting.” (Tabrani,2000:73)
seni di sekolah formal selain melatih Banyak hal yang bisa dibicarakan dalam
kemampuan motoric juga merupakan diskusi karya siswa sekolah dasar, diantaranya
pendidikan sikap, pendidikan karakter dan membahas apa judul atau tema yang dibuat,
juga melatih sensitivitas terhadap sesama. kemudian objek apa yang buat dari
Dalam pelaksanaanya dilapanga sering terjadi pemahaman mereka menangkap sebuah judul,
hilaf, ketika anak hanya dituntut bisa atau apa yang tampak, apa yang menarik sampai
mahir dalam seni, namun essensi dari pada kesan apa yang didapat. Bagaimana
pendidikan seni itu terlupakan. pengolahan warna, arahkan mereka
Jika membahas pelajaran menggambar di membicarakan bagaimana teknik dalam
sekolah dasar kutipan primadi layak untuk kita pewarnaan atau mana warna yang disukai,
simak bagaimana kedudukan seni rupa pada kemudian pembicaran dilanjutkan mengenai
anak sehingga materi ini harus ada, namun komposisi atau penempatan objek, bagaimana
kembali lagi kepada kemampuan guru sebagai kesesuaian ukuran gambar dengan bidang
fasilitator siswa menuju hasil yang ingin gambar dalam proses presentasi ini bimbingan
diraih. guru sangatlah penting sebagai fasilitator dan
“Tidak ada anak yang tidak suka pemberi penjelasan kepada siswa yang
menggambar. Bila ada yang “tidak suka” mendengarkan, bagaimana sebuah
menggambar, pasti ada sebabnya. Oleh keseimbangan sebuah karya bisa menjadi
sebab itu kegiatan seni rupa selalu ada di inspirasi tersendiri atau bagaimana mereka
semua sanggar kegiatan anak. Kegiatan mengeksekusi penempatan sebuah objek pada

55 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 54-61
Wan Ridwan Husen Pengembangan Apresiasi Seni Rupa Siswa Sekolah
Dasar Melalui Pendekatan Kritik Seni Pedagogik

sebuah karya. Kemudian bebaskan mereka dan menilai karya dengan semestinya.
mengksplorasi media yang dipakai, kebebasan Kemampuan mengamati dan menanggapi
dalam memilih media akan menghasilkan karya seni atau bentuk visual atau tekstual
karya yang beragam, pengunaan teknik dalam yang ada dalam karya seni, disana bukan
berbagai media, sifat khas media serta melihat sekedar kemampuan mencatat ciri-ciri
orang lain menggunakannya. (atau data) yang ada pada objek, namun
Pendidikan seni rupa di tingkat sekolah lebih dari itu, kesanggupan menemukan
dasar menjadi sebuah keharusan ketika proses kandungan objek itu menjadi penting.
kreasi dan apresiasi ini berjalan Beberapa hal yang penting dalam
berdampingan, tidak timpang hanya kreasi mengamati/mengapresiasi karya seni
atau hanya banyak di tahap apresiasi saja, hal adalah seringnya mengamati (perception
ini akan sangat mempengaruhi kualitas pribadi constancy), latar belakang informasi,
siswa tersebut. Keberhasilan pendidikan seni kondisi psikologi saat mengamati karya”
rupa ini akan kembali pada kemampuan guru (susanto, 2003:27)
memahami karakteristik seni rupa anak untuk Adapun pendapat lain mengenai
diterapkan sesuai pada periodisasi seni rupa apresiasi,
anak sesuai dengan porsinya.
“Berapresiasi (to appreciate) berarti
2. Apresiasi menghargai. Kata menghargai melibatkan
Di sadari atau tidak, kegiatan apresiasi dua pihak, yaitu subjek sebagai pihak yang
telah banyak di gunakan sebagai salah satu memberi penghargaan dan objek yang
kegiatan pembelajaran seni rupa di sekolah, bernilai sebagai pihak yang dihargai.
dengan berbagai metode yang digunakan, Subjek akan memberikan penghargaan
hasil dari kegiatan apresiasi ini tidak saja dengan tepat apabila ia mampu mengamati
untuk sebagai sarana memahami atau dan menilai apa yang bermakna dalam
menghargai karya seni, tetapi penting bagi objek. Sesungguhnya, semua pengertian
siswa untuk mengimplementasikan dalam yang menambah pengetahuan dan
menghargai berbagai perbedaan yang pengalaman kita adalah sesuatu yang kita
dijumpai dalam keseharian mereka,. hargai. Oleh karenanya berparesiasi dapat
Dengan belajar berapresiasi mereka juga memberi kepuasan intelektual, mental dan
didorong untuk menumbuhkan sensitifitas spiritual seseorang. Dari sinilah pentingnya
baik terhadap sesama atau terbangunnya kegiatan berapresiasi dalam pendidikan
kepedulian terhadap karya seni dan warisan seni karena siswa memperoleh pengalaman
budaya bangsa. Secara umum istilah apresiasi menyerap, menyaring, menyikap,
seni atau mengapresiasi karya seni berarti mentafsirkan dan menanggapi gejala
memahami sepenuhnya seluk-beluk karya seni estetik baik pada karya seni maupun alam.
serta menjadi sensitif (peka) terhadap segi- Dengan pengalaman seperti itu dapat
segi estetikanya. Dalam sebuah kutipan dikembangkan pula kepekaan terhadap
berikut dijelaskan bagaimana apresiasi gejala-gejala lain, seperti gejala yang
membentuk seseorang menjadi sensitive, serta berhubungan dengan segala fenomena
melatih bagaimana mengamati dan berani kehidupan, etik-moral, dan ketuhanan.
menggapi sebuah karya seni, Dengan kata lain bahwa dalam kegiatan
“Apresiasi mengerti dan menyadari berparesiasi potensi afeksi siswa menjadi
sepenuhnya seluk beluk hasil seni serta focus dan sasaran perhatian agar lebih
menjadi sensitive terhadap segi-segi di berdaya dan berkembang. “ ( jazuli,
dalamnya, sehingga mampu menikmati 2008:80)

56 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 54-61
Wan Ridwan Husen Pengembangan Apresiasi Seni Rupa Siswa Sekolah
Dasar Melalui Pendekatan Kritik Seni Pedagogik

pada kurikulum, bahan ajar yang digali


Apresiasi seni merupakan suatu proses dari bumi indonseia, profesionalisme
penghayatan karya seni, selain melihat karya guru, dan pemahaman para pentu
secara langsung proses apresiasi disini kebijakan. Dalam mendukung
merupakan pencarian informasi sedalam- pendidikan seni yang lebih baik, maka
dalamnya mengenai latar belakang dan diperlukan pula pola pendidikan
form(bentuk) pada sebuah karya, Sehingga informal (keluarga, masyarakat), dan
terbentuklah pengalaman menerima atau pendidikan non formal
menolak, setuju atau tidak, senang atau kurang (sanggar,padepokan, perkumpulan )
menyenangi sesuatu, sehingga pada akhirnya “(Marsunah,2003:296)
mereka memiliki kepekaan baik sebagai Apresiasi berarti menerima, menghargai
apresiator maupun memiliki gaya individual melalui proses yang melibatakan rasa dan
sebagai creator/seniman. fikir. Di mana proses melatih kepekaan siswa,
Dalam pelaksanaannya, tentu saja kegiatan apresiasi dilakukan dengan berbagai
tahapan dalam proses berapresiasi sangat metode yang merupakan gabungan antara
dibutuhkan, sehingga diharapkan dengan aspek pengamatan dan penghayatan, melalui
banyaknya melihat unsur-unsur artistik, maka teknik bertanya dan menunjukkan unsur-unsur
terciptalah pengalaman estetik yang nantinya menarik dari suatu karya. Kegiatan apresiasi
akan mereka butuhkan baik ketika mereka tidak hanya dilakukan di kelas saja dengan
berperan baik sebagai apresiator maupun cara guru memperlihatkan karya-karya
sebagai creator seni. Selanjutnya mereka akan terkenal kepada siswanya pada jam pelajaran,
memilih hal-hal apa yang secara individual kunjungan pameran atau museum seni sudah
menarik bagi dirinya, dalam kegiatan menjadi hal biasa dilakukan, di selengarakan
berapresiasi proses menikmati, menghayati nya pameran di sekolah merupakan kegiatan
dan merasakan suatu objek seni juga apresiasi yang eefektif guna meningkatkan
mencermati karya seni dengan mengerti dan apresiasi siswa.
peka terhadap segi-segi estetiknya, diharapkan Peningkatan apresiasi melalui pendekatan
mampu memaknai karya seni tersebut dengan kritik seni rupa pedagogic dapat dilakukan
semestinya. dari tingkat dasar yang sederhana, yaitu dari
Pada pelaksanaanya dilapangan kegiatan hasil karya siswa yang dipresentasikan,
apresiasi ini tidaklah sepenuhnya menjadi dibantu dengan arahan dari guru siswa
tanggung jawab penuh guru terhadap siswa dibimbing untuk membahas atau berdiskusi
nya, seperti dijelaskan Juju dalam kutipan mengenai kekaryaan mereka, ketika mereka
berikut bahwa lingkungan dan keluarga berani saling berpendapat, inilah yang
hendaknya mendukung kearah pendidikan dimaksud dengan kritik seni pedagogic,
yang lengkap, dimana sekolah formal terus setelah terjadi Tanya jawab catatan disini
berbenah memperbaiki apa yang kurang penting bagi guru dan siswa nya, selain
kemudian didukung dengan adanya penguat sebagai evaluasi karya bertukar pendapat dari
berupa pendidikan nonformal atau informal, masing-masing siswa menjadi point tambah
maka proses apresiasi ini akan lebih efektif. bagi pembelajaran apresiasi. Maka ketika guru
“Untuk meningkatkan apresiasi seni membuat kesimpulan bagaimana karya
dan budaya dalam pendidikan di mereka dibahas, maka diharapkan adanya
Indonesia diperlukan jalinan kerjasama perkembangan dari karya yang sudah jadi
yang bahu membahu dari berbagai dikembangkan kembali pada karya
pihak. Benang kusutnya pendidikan seni berikutnya.
di sekolah formal kita mesti di benahi

57 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 54-61
Wan Ridwan Husen Pengembangan Apresiasi Seni Rupa Siswa Sekolah
Dasar Melalui Pendekatan Kritik Seni Pedagogik

Dalam melaksanakan diskusi ini baiknya Jika dilihat dari sejarahnya, pengertian
guru memulai dengan memahami keberanian kritik seni sudah ada sejak jaman Romawi
siswa dalam berbicara, memahami bagaimana diambil dari kata Kritik : pada zaman Yunani,
teknik yang telah siswa kuasai untuk Krinein yag berarti memisahkan, mengamati,
kemudian dibahas dalam diskusi. Sudah membandingkan, dan menimbang.
menjadi baik apabila pembicaraan sudah Perkembangan kritik seni mengalami
sampai pada tahap penjelasan sejarah dan beberapa perubahan kritik seni dulu pada masa
pengetahuan mengenai kesenian oleh guru Renessance: lebih bersifat Menghakimi dan
terhadap siswanya, Kutipan berikut kritik seni sekarang justru lebih Mengevaluasi
menyatakan bagaimana berapresiasi terhadap (meninjau). Makna karya seni adalah filosofis
sebuah karya seni, sebagian bisa kita pelajari dan metaforik (kiasan) maka akan sulit dalam
bagaimana cara mencari masalah untuk penyampaian pesan dan ide atau gagasan yang
dibicarakan atau dipertanyakan dalam belajar ingin disampaikan creator pada para
apresiasi apresiator, maka tugas seorang kritikus-lah
“Untuk pembelajaan apresiasi seni ini yang mengambil peran penting untuk tujuan
digunakan cara pendekatan aplikatif dan pengakuan apresiator terhadap kaya seni itu.
kesejarahan. Pendekatan aplikatif Perkembangan kritik seni rupa, dipilah
berkaitan dengan kegiatan berkarya oleh banyak ahli seni rupa Barat menjadi
kreatif. Pendekatan kesejarahan ialah empat jenis, yakni kritik Jurnalistik, kritik
apresiasi seni yang ditempuh melalui Pedagogik, kritik Ilmiah dan kritik Populer.
pengenalan sejarah seni: penciptaan “Setiap jenis kritik ditentukan berdasarkan
demi penciptaan, peristiwa demi bentuk, karakter, fungsi, peran dan lingkup
peristiwa yang masing-masing memiliki pemanfaatannya”(Mamanoor, 2002:43).
problemnya sendiri, dibicarakan dan Adapun pemilahan keempat jenis kritik ini
dibahas. Dengan demikian, problemnya pertama kali diungkapkan oleh E.B.Feldman
sendiri, dibicarakan dan dibahas. yang mempunyai bebererapa kelebihan,
Dengan demikian, diharapkan orang sehingga dipakai hingga kini. “Teori Feldman
akan memahami apa-apa yang ada memiliki kenggulan dalam hal struktur nya
dibalik tiap penciptaan itu dan yang sederhana, tetapi dapat menampung
selanjutnya memungkinkan baginya semua kecenderungan penilaian seni yang ada
untuk menikmatinya. Tujuan akhir dari dan tidak terikan zaman maupun aliran seni”
pembelajaran tersebut diharapkan siswa (Bangun, 2000: 7).
dapat menghargai kompleksitas seni dan Kritik seni pedagogic merupakan salah
budayanya. “(Marsunah,2003:286) satu jenis kritik dalam seni rupa. Dilihat dari
Banyak hal yang harus dilakukan seorang segi keilmuan, Sem C. Bangun (2000:1)
guru (dalam hal ini yang berperan sebagai menyatakan bahwa kritik seni merupakan
pendidik) untuk melatih kepekaan apresiasi kegiatan perseorangan. Dipandang dari segi
siswa nya. Bukan hanya nilai di raport saja keilmuan, kritik seni rupa adalah pengetahuan
yang menjadi hasil, namun pendidik toeritis dan teknis penilaian mengenai
mempunyai tanggung jawab mengenai presentasi kesenirupaan. Dari segi proses,
perubahan sikap, mengenai kepekaan kritik seni rupa adalah kegiatan perorangan,
sensitivitas siswa nya terhadap sesama dan baik lisan maupun tulisan, yang
terhadap lingkungan sekitar. dipublikasikan kepada khalayak ramai. dari
segi produk kritik seni rupa adalah
3. KRITIK SENI PEDAGOGIK sekumpulan hasil opini para pengamat tentang

58 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 54-61
Wan Ridwan Husen Pengembangan Apresiasi Seni Rupa Siswa Sekolah
Dasar Melalui Pendekatan Kritik Seni Pedagogik

presentasi kesenirupaan yang mengandung Nortrop Freye mengatakan bahwa seni itu bisu
nilai apresiatif, edukatif, dan dokumentatif. dan kritik yang berbicara.
Kritik seni pedagogic merupakan kegian Sem.C.Bangun menyatakan dalam
kritik seni yang biasa terjadi di sekolah atau bukunya yang berjudul Kritik Seni bahwa
instansi seni, kritik pedagogic merupakan tipe “Pada dasarnya kritik seni Pedagogik
kritik yang dilakukan oleh seorang guru diterapkan dalam kegiatan proses belajar
(pendidik) terhadap karya siswanya dalam mengajar dilembaga pendidikan kesenian”
mengembangkan proses pembelajaran kreasi (Bangun , 2000:9). Karena selain membekali
dan apresiasi. wawasan siswa akan cara-cara melakukan
Dalam proses pembelajaran, seorang apresiasi terhadap karya seni. kritik Pedagogik
pendidik memiliki peranan sebagai seorang ini diterapkan dalam upaya untuk menerapkan
kritikus karya-karya siswa sebagai motivasi, pengetahuan-pengetahuan dan pembinaan
responsi, evaluasi, reinforcement. Peranan siswa pada pendekatan kritik seni. “Kritik
pendidik tersebut berfungsi untuk membina Pedagogik dimaksudkan untuk memajukan
kemandirian kreasi dan ekspresi Siswa. Dari kematangan artistik dan estetik para siswa.
sudut kependidikan, kritik merupakan hal Jenis kritik ini tidak dilakukan untuk membuat
yang integratif dengan sistem pembelajaran. kritik yang bersifat otoritatif, agar para siswa
Kritik dalam proses belajar-mengajar akan dapat membuat kritik atas diri mereka
selalu muncul tak terpisahkan dengan dengan sendiri”(Dharsono, 2007:55).
metode, strategi dan evaluasi. Contoh kegiatan kritik seni pedagogic
Kritik lisan yang disampaikan Pendidik yang bisa dilakukan guru sekolah dasar
dalam kelas terhadap karya Siswa sebagai terhadap siswanya diantaranya melalui
bukti bahwa Pendidik berusaha untuk kegiatan berbincang-bincang mengenai karya
membangun artistic personality Siswa. Pada yang telah dibuat siswa, disini guru berperan
dasarnya Seorang Kritikus adalah seorang sebagai fasilitator, selain sebagai membuat
yang mengulas (menafsir) (mengurai) dan diskusi menjadi kondusif juga memberikan
kritikus merupakan seorang pencela dan harus pemahaman-pemahaman baru terutama
merupakan seorang yang kritis, karena dalam bagaimana bersikap atau berapresiasi terhadap
kenyataanya Seniman tidaklah berbicara sebuah karya.
dalam karyanya tetapi itu merupakan tugas Guru bisa saja membahas bagaimana
seorang kritikus. Dalam bukunya Diksi Rupa Gaya, Teknik, Tema, Komposisi dari karya
(Kumpulan Istilah Seni Rupa), Mikke Susanto siswa maupun karya terkenal seniman besar,
menulis bahwa Kritikus Seni Rupa adalah karena kritik seni pada dasarnya merupakan
seorang ahli kritik seni, yang kegiatan menanggapi karya seni.
mempertimbangkan karya dan wacana seni Perbedaannya hanyalah kepada fokus dari
rupa, kemudian merumuskannya secara kritik seni yang lebih bertujuan untuk
profesional. Seorang kritikus adalah orang menunjukkan kelebihan dan kekurangan suatu
yang paham akan proses kreatif, dalam buku karya seni. Keterangan mengenai kelebihan
Jacob Sumarjo dinyatakan bahwa tugas, dan kekurangan ini dipergunakan dalam
kewajiban, dan peran kritikus adalah perintis beragam aspek, terutama sebagai bahan untuk
pendidikan dan pembentuk tradisi budaya menunjukkan kualitas dari sebuah karya.
suatu masyarakat. Jadi peran utama seorang Dalam dunia pendidikan, kegiatan kritik
kritikus adalah sebagai pendidik masyarakat dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam
dan ikut mencoba memberikan rumusan proses pembelajaran seni. Kekurangan pada
bentuk budaya masyarakatnya, karena sebuah karya dapat dijadikan bahan analisis
untuk meningkatkan kualitas proses

59 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 54-61
Wan Ridwan Husen Pengembangan Apresiasi Seni Rupa Siswa Sekolah
Dasar Melalui Pendekatan Kritik Seni Pedagogik

pembelajaran maupun hasil belajar kegiatan karya setelah mereka selesai?” dalam
apresiasi yang tentang seni. menggambar misalkan. Kritik seni disini
“kritik pedagogic dimaksudkan untuk berarti mengajak kepada mendiskusikan atau
memajukan kematangan artistic dan membahas satu-persatu dari karya yang ada,
estetik para siswa. Jenis kritik ini tidak sehingga selain siswa berani berekspresi
dilakukan untuk membuat kritik yang melalui gambar, mereka juga mulai
bersifat otokratif , agar siswa dapat membiasakan diri dalam berargumen atau
membuat kritik atas diri mereka sendiri. berbicara dihadapan teman-teman sekelasnya
Dalam menangani para siswa. Guru perihal gagasan, ide, cara, teknik, harapan
yang dalam hal ini berfungsi sebagai bahkan cita-cita yang sudah tergambar pada
kritikus haruslah dapat membedakan karyanya.
dengan kritik professional . pendapat Pada akhirnya, peran guru sebagai
ataupun standar professional dapat kritikus di kelas adalah menjadi penentu
diajukan untuk memberikan stimulasi bagaimana proses apresiasi siswa bisa
dan membicarakannya dalam diskusi.” dilakukan, sikap saling menghargai sesama
(Darsono 2007: 55) atau menghargai diri sendiri merupakan hal
yang baik apabila dilakukan semenjak usia
Untuk pembahasan karya, guru bisa saja sekolah dasar.
menggunakan teknik pembahasan dari kritik
seni, seperti kritik formalistik, kritik
DAFTAR PUSTAKA
ekspresivistik dan instrumentalistik. Di mana Bangun, S. Kritik Seni Rupa, Bandung:
melalui pendekatan formalistik, kajian kritik Penerbit ITB. (2000).
ditujukan terhadap karya seni sebagai
konfigurasi aspek-aspek formalnya atau Dharsono, Kartika S. Kritik Seni. Bandung :
berkaitan dengan unsur-unsur Rekayasa Sains. (2007).
pembentukannya, atau melalui pendekatan
ekspresivistik dalam kritik seni, disini guru Jazuli, Prof. Dr. M,Hum. (2008). Paradigma
(sebagai kritikus) cenderung menilai dan Kontekstual Pendidikan Seni.
menanggapi kualitas gagasan dan perasaan Semarang: Unesa University Press.
yang ingin dikomunikasikan oleh seniman Laura Lipton dan Deborah Hubble Sekolah
melalui sebuah karya seni, dan yang terakhir kreatif. Bandung: Penerbit Nuansa
Melalui pendekatan instrumentalistik, dimana Cendikia. (2013)
sebuah karya seni cenderung dikritisi Masunah, Juju & Narawati. Seni dan
berdasarkan kemampuananya dalam upaya Pendidikan Seni (Sebuah Bunga
mencapai tujuan, moral, religius, politik atau Rampai). Bandung : Pusat Penelitian
psikologi. Pendekatan kritik ini tidak terlalu dan Pengembangan Pendidikan Seni
mempersoalkan kualitas formal dari sebuah Tradisional (P4ST) Universitas
karya seni tetapi lebih melihat aspek Pendidikan Indonesia. (2003).
konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Pamadhi, Hajar. Drs. MA Pendidikan Seni
(Hakikat,Kurikulum Pendidikan Seni,
C. SIMPULAN Habitus seni dan pengajaran seni untuk
Untuk sekolah dasar tentu bukan hal anak), UNY Press, Yogyakarta. (2012)
mudah dalam membiasakan siswa melakukan Sumardjo, Jacob. Filsafat seni. Bandung: ITB.
pembicaraan mengenai karya pada siswa 2010.
terhadap siswa yang lain, namun gagasan dari Susanto,Mikke. Diksi rupa: kumpulan istilah
tulisan ini adalah “apa yang dilakukan setelah &gerakan seni rupa , Dictiartlab &jagad
berkreasi?” Atau “bagaimana menyikapi arthouse, Yogyakarta. (2011)

60 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 54-61
Wan Ridwan Husen Pengembangan Apresiasi Seni Rupa Siswa Sekolah
Dasar Melalui Pendekatan Kritik Seni Pedagogik

Susanto,Mikke. Membongkar Seni Rupa,


Penerbit Buku Baik dan Penerbit
Jendela, Yogyakarta. (2003)
Tabrani, Primadi. Proses kreasi, apresiasi ,
belajar. Bandung: ITB Press, (2000).

61 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 54-61

Anda mungkin juga menyukai