Anda di halaman 1dari 37

BAB I

RUANG LINGKUP BIOLOGI

A. Karakteristik Biologi
Kata biologi berasal dari bahasa Yunani, Bios yang berarti hidup, dan logos yang berarti ilmu,
jadi biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan
dan mikroorganisme). Objek kajian biologi berupa benda-benda yang dapat ditangkap oleh alat indra
manusia dan oleh alat bantu (contohnya mikroskop).

B. Keterkaitan Biologi dengan Ilmu Lain


Seperti dalam penjelasan di atas, biologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, karena biologi
juga merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Layaknya manusia yang saling
membantu agar tetap hidup, ilmu biologi dan ilmu lainnya dapat saling menolong agar menghasilkan
pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan.
Bukti nyata dari hal ini adalah mikroskop yang menjadi jiwa dari biologi ditemukan
berdasarkan prinsip fisika(cabang ilmu biologi lainnya). Oleh karena itu kita tidak dapat menolak lagi
bahwa biologi bukanlah ilmu yang dapat berdiri sendiri.

C. Cabang-cabang Ilmu Biologi


Biologi memiliki cakupan ilmu yang luas, sehingga dibagi menjadi cabang-cabang
berdasarkan objek yang dipelajarinya. Untuk menyederhanakan, biologi dibedakan menjadi beberapa
kajian yaitu kajian tingkat molekul, sel, organisme, dan populasi. Biologi molekuler menjadi dasar
bagi perkembangan.
Biologi sel berkaitan erat dengan biologi molekuler. Sel merupakan unit dasar kehidupan,
untuk mempelajari struktur dan fungsi sel, ahli biologi mempelajari komponen-komponen sel pada
tingkat molekuler. Biologi sel merupakan kajian yang penting karena fungsi-fungsi kehidupan pada
organisme multiseluler merupakan perwujudan dari pertumbuhan, aktivitas, dan interaksi sel.
Pemahaman biologi sel diperlukan untuk mempelajari ilmu yang lain seperti fisiologi, biologi
perkembangan, neurofisiologi, sitogenetika, etiologi, dan sebagainya.
Biologi tingkat organisme mempelajari jenis-jenis makhluk hidup dengan segala aspek
kehidupannya. Objek biologi yang dipelajari pada tingkat organisme semakin banyak, sehingga
berkembang disiplin ilmu yang mempelajari organisme tertentu secara mendalam. Contohnya adalah
ornitologi (mempelajari burung), iktiologi (mempelajari ikan), herpetologi (mempelajari amfibia dan
reptil), protozoologi (mempelajari hewan satu sel / protozoa), mikologi (mempelajari jamur),
entomologi (mempelajari serangga), antropologi fisik (mempelajari manusia), dan sebagainya.
Peranan organisme dalam lingkungan juga menjadi perhatian tersendiri bagi ahli biologi,
sehingga muncul cabang-cabang ilmu seperti ekologi, biologi laut, biologi populasi, genetika
populasi, biologi tanaman akuatik, biologi hewan akuatik, evolusi, sosiobiologi, dan sebagainya. Dan
ketika kegiatan manusia menimbulkan pencemaran yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan,
berkembang cabang ilmu yang baru yaitu pencemaran lingkungan.
Berdasarkan hal itu, maka ilmu biologi memiliki cabang ilmu spesifik dan objek kajian yang
semakin khusus untuk memudahkan cara pembelajarannya, yaitu sebagai berikut :

1. Anatomi : Ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian struktur tubuh dalam makhluk hidup
2. Agronomi : Ilmu yang mempelajari tentang tanaman budidaya
3. Andrologi : Ilmu yang mempelajari tentang macam hormon dan kelainan reproduksi pria
4. Algologi : Ilmu yang mempelajari tentang alga/ganggang
5. Botani : Ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan
6. Bakteriologi : Ilmu yang mempelajari tentang bakteri
7. Biologi molekuler : Ilmu yang mempelajari tentang kajian biologi pada tingkat molekul
8. Bioteknologi : Ilmu yang mempelajari tentang penggunaan penerapan proses biologi secara
terpadu yang meliputi proses biokimia, mikrobiologi, rekayasa kimia untuk bahan pangan dan
peningkatan kesejahteraan manusia
1
9. Ekologi : Ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungan
10. Embriologi : Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan embrio
11. Entomologi : Ilmu yang mempelajari tentang serangga
12. Evolusi : Ilmu yang mempelajari tentang perubahan struktur tubuh makhluk hidup secara
perlahan-lahan dalam waktu yang lama
13. Epidemiologi : Ilmu yang mempelajari tentang penularan penyakit
14. Eugenetika : Ilmu yang mempelajari tentang hukum pewarisan sifat
15. Endokrinologi : Ilmu yang mempelajari tentang hormon
16. Enzimologi : Ilmu yang mempelajari tentang enzim
17. Fisiologi : Ilmu yang mempelajari tentang faal (fungsi kerja) organ tubuh
18. Fisioterapi : Ilmu yang mempelajari tentang pengobatan terhadap
19. penderita yang mengalami kelumpuhan atau gangguan otot
20. Farmakologi : Ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan
21. Genetika : Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat
22. Histologi : Ilmu yang mempelajari tentang jaringan
23. Higiene : Ilmu yang mempelajari tentang pemeliharaan kesehatan makhluk hidup
24. Imunologi : Ilmu yang mempelajari tentang sistem kekebalan (imun) tubuh
25. Ichtiologi : Ilmu yang mempelajari tentang ikan
26. Karsinologi : Ilmu yang mempelajari tentang crustacea
27. Klimatologi : Ilmu yang mempelajari tentang iklim
28. Limnologi : Ilmu yang mempelajari tentang perairan mengalir
29. Mikrobiologi : Ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme
30. Malakologi : Ilmu yang mempelajari tentang moluska
31. Morfologi : Ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau ciri luar organisme
32. Mikologi : Ilmu yang mempelajari tentang jamur
33. Organologi : Ilmu yang mempelajari tentang organ
34. Onthogeni : Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhluk hidup dari zigot menjadi
dewasa
35. Ornitologi : Ilmu yang mempelajari tentang burung
36. Phylogeni : Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhluk hidup
37. Patologi : Ilmu yang mempelajari tentang penyakit dan pengaruhnya bagi manusia
38. Palaentologi : Ilmu yang mempelajari tentang fosil
39. Parasitologi : Ilmu yang mempelajari tentang makhluk parasit
40. Protozoologi : Ilmu yang mempelajari tentang Protozoa
41. Sanitasi : Ilmu yang mempelajari tentang kesehatan lingkungan
42. Sitologi : Ilmu yang mempelajari tentang sel
43. Taksonomi : Ilmu yang mempelajari tentang penggolongan makhluk hidup
44. Teratologi : Ilmu yang mempelajari tentang cacat janin dalam kandungan
45. Virologi : Ilmu yang mempelajari tentang virus
46. Zoologi : Ilmu yang mempelajari tentang hewan

D. Objek dan Permasalahan Biologi


Objek dan permasalahan biologi adalah kehidupan organisme pada berbagai tingkat struktur
dari yang terendah hingga tertinggi, yaitu unsur, molekul, sel, jaringan, organ, sistem organ,
organisme, populasi, komunitas, ekosistem, bioma, dan biosfer.

1. Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat di bagi lagi menjadi zat yang lebih kecil.
2. Molekul adalah zat kimia murni yang terdiri dari beberapa unsur yang dapat dipecah-pecah lagi
menjadi unsur pembentuknya, seperti H20 adalah senyawa yang terdiri dari dua atom Hidrogen
untuk setiap atom Oksigen.
3. Sel adalah unit terkecil dan fungsional penyusun tubuh makhluk hidup.
4. Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama.

2
5. Organ adalah kumpulan dari jaringan-jaringan yang saling bekerja sama membentuk fungsi di
dalam tubuh. contoh mata, hidung, jantung, ginjal, otak, dll.
6. Sistem organ adalah kumpulan dari beberapa organ yang saling bekerja sama membentuk fungsi
yang lebih luas di dalam tubuh. contohnya sistem pencernaan , sistem pernafasan, peredaran
darah. gerak, eksresi, sekresi, sistem koordinasi, dll.
7. Organisme adalah makhluk hidup tunggal atau individu yang merupakan kumpulan dari seluruh
sistem organ yg saling bekerjasama menjalankan fungsi kehidupan.
8. Populasi adalah kumpulan individu sejenis yg tinggal di suatu tempat.
9. Komunitas adalah kumpulan dari beberapa populasi yang saling berinteraksi di suatu habitat
tertentu.
10. Ekosistem adalah kesatuan komunitas dengan lingkungan hidupnya yg membentuk hubungan
interaksi atau saling ketergantungan. Contohnya ekosistem perairan dan ekosistem daratan.
11. Bioma : Bagian terkecil dari ekosistem di daratan. Contohnya bioma hutan hujan tropis, bioma
gurun, dll.
12. Biosfer : Alam semesta.

E. Manfaat Biologi
Biologi telah banyak memberikan manfaat atau sumbangan terhadap kemajuan tekhnologi,
seperti di bidang pertanian, peternakan, kedokteran dan industri.

1. Manfaat biologi dalam bidang peternakan :

 Menghasilkan bibit unggul seperti hasil penyilangan


 Detemukannya metode dalam penemuan bibit unggul dengan cara inseminasi buatan (kawin
suntik)
 Terciptanya ayam petelur dan ayam pedaging sehingga kebutuhan ayam dan telur dapat
terpenuhi setiap harinya.
 Ditemukannya berbagai macam obat untuk mengobati berbagai macam penyakit hewan dan juga
obat penggemuk hewan.

2. Manfaat biologi dalam bidang industri :

 Terciptanya produk makanan seperti probiotik dan prebiotik.


 Banyak dihasilkan vaksin dan obat yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Dikehidupan yang
semakin modern ini timbul berbagai macam penyakit sehingga para ilmuan berusaha untuk
mengobati penyakit tersebut sehingga ditemukannya vaksin.
 Dihasilkan metode fermentasi untuk menghasilkan alkohol, roti, kecap, yoghurt dan lainnya
dengan bantuan jamur.
 Ditemukannya metode untuk mengawetkan bahan makanan agar tidak cepat rusak dan aman
untuk dikonsumsi.

3. Manfaat biologi dalam bidang pertanian :

 Ditemukannya bibit unggul dibidang pertanian seperti jagung hibrida agar menghasilkan jagung
yang berkualitas
 Ditemukannya obat untuk mengobati berbagai penyakit tanaman seperti obat semprot belalang
dan sebagainya
 Ditemukannya bibit unggul yang berkualitas sehingga tanaman lebih cepet berbuah dan cepat
panen
 Ditemukannya pewarisan sifat dan gen sehingga bisa digunakan dalam bidang pertanian untuk
memperoleh hasil tanaman yang baik.

3
F. Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah suatu cara yang ditempuh oleh ilmuwan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi, atau suatu cara memperoleh pengetahuan melalui percobaan.
Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah.
2. Merumuskan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis.
5. Merumuskan kesimpulan.
6. Merumuskan Masalah

1. Merumuskan masalah.
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah.
Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan
kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.

2. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan
pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah,
perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat membantu mengarahkan
pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang
peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan
memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini
dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

3. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya
dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang
menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah
dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan
dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data
yang dikumpulkan.

4. Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu
permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses
pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau
menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum
pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya.
Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan
terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan
ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.

5. Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan
perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan
sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi
jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan,
walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan
temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah
yang diajukannya.

4
G. Sikap Ilmiah
Seorang ilmuwan juga harus memiliki sikap ilmiah, yaitu sikap ingin tahu, kritis, santun, tidak
merasa paling benar, berikap obyektif (melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan
bias pribadi atau kepentingan sendiri), jujur, tekun, disiplin, terbuka, bekerja sama, dapat
membedakan antara fakta dan opini, dapat membedakan antara hipotesis dan solusi, berpendapat
secara ilmiah, berani mengusulkan perbaikan dan bertanggung jawab.

5
BAB II
KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

A. Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati dapat dijelaskan sebagai suatu keragaman makhluk hidup dalam
variasi jenis, gen, dan ekosistem dalam suatu lingkungan. Keanekaragaman hayati ini memiliki
beberapa jenis, yaitu keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis, dan terakhir,
keanekaragaman tingkat ekosistem.

Adapun penjelasan dari masing- masing keanekaragaman tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Keanekaragaman tingkat ekosistem


Keanekaragaman tingkat ekosistem dapat dijelaskan sebagai keanekaragaman yang terjadi
sebagai akibat dari adanya interaksi antara makhluk hidup penyusun suatu daerah dengan
lingkungannya. Contoh dari keanekaragaman tingkat ekosistem yaitu ekosistem padang rumput
dengan hutan hujan tropis.

2. Keanekaragaman tingkat gen


Keanekaragaman tingkat gen dapat dijelaskan sebagai keanekaragaman yang terjadi sebagai
akibat dari adanya variasi genetik dalam suatu spesies. Contoh keanekaragaman tingkat gen yaitu
keanekaragaman warna mahkota bunga pada tanaman mawar. Di mana warna tanaman mawar, antara
lain tanaman mawar merah, kuning, pink, dan putih.

3. Keanekaragaman tingkat jenis atau spesies


Keanekaragaman tingkat jenis atau spesies ini dapat dijelaskan sebagai keanekaragaman
variasi bentuk dan penampakan yang dimiliki oleh spesies satu dengan spesies yang lainnya dalam
suatu lingkungan. Contoh dari keanekaragaman tingkat jenis atau spesies ini yaitu penampakan yang
dimiliki oleh buah cempedak atau Artocarpus cempedens dan buah nangka atau Artocarpus
heterophylus yang merupakan satu famili.

Keanekaragaman hayati juga perlu dilestarikan. Pelestarian terhadap keanekaragaman hayati


di negara Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Pelestarian eks situ. Pelestarian eks situ merupakan suatu usaha pelestarian yang dilakukan dengan
cara memindahkan makhluk hidup dari habitat aslinya. Contoh pelestarian eks situ yaitu kebun
botani, taman safari, dan kebun binatang.

2. Pelestarian in situ. Pelestarian in situ merupakan suatu usaha pelestarian terhadap makhluk hidup
yang dilakukan di habitat aslinya. Contoh pelestarian in situ yaitu taman nasional, hutan lindung, dan
cagar alam.

B. Klasifikasi Makhluk Hidup


Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua
ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan
yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupu hewan tersebut
dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam
kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu
disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang
dikenal pada masa sekarng dengan Carolus Linnaeus.

6
Adapun tujuan Klasifikasi makhluk hidup adalah :

1. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki


2. Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup
dari jenis lain
3. Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup
4. Emberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum memiliki nama

Selain memiliki tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia, antara lain :

1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam
2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis makhluk hidup
3. Klasifikasi memudahkan komunikasi

PROSES KLASIFIKASI
Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup, yaitu :
1. Pencandraan (identifikasi), Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau mendeskripsi
ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.
2. Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian dikelompokkan
dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa. Makhluk hidup yang memiliki ciri
serupa dikelompokkan dalam unit-unit yang disebut takson.
3. Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama untuk
memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk hidup.

TINGKATAN TAKSON
Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu kelompok besar
kemudian kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.Kelompok-kelompok kecil
ini kemudian dibagi lagi menjadi kelompok yang lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya terbentuk
kelompok- kelompok kecil yang beranggotakan hanya satu jenis makhluk hidup. Tingkatan-tingkatan
pengelompokan ini disebut takson. Taksa (takson) telah distandarisasi di seluruh dunia berdasarkan
International Code of Botanical Nomenclature dan International Committee on Zoological
Nomenclature.

Urutan takson antara lain :

1. KINGDOM
Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi makhluk hidup. Kebanyakan ahli
Biologi sependapat bahwa makhluk hidup di dunia ni dikelompokkan menjadi 5 kingdom
(diusulkan oleh Robert Whittaker tahun 1969). Kelima kingdom tersebut antara lain Monera,
Proista, Fungi, Plantae, dan Animalia

2. FILUM/DIVISIO (KELUARGA BESAR).


Nama filum digunakan pada dunia hewan, dan nama division digunakan pada
tumbuhan. Filum atau division terdiri atas organisme-organisme yang memiliki satu atau dua
persamaan ciri. Nama filum tidak memiliki akhiran yang khas sedangkan nama division
umumnya memiliki akhiran khas, antara lain phyta dan mycota.

3. KELAS (CLASSIS)
Kelompok takson yang satu tingkat lebih rendah dari filum atau divisio.

4. ORDO (BANGSA)
Setiap kelas terdiri dari beberapa ordo. Pada dunia tumbuhan, nama ordo umumnya
diberi akhiran ales.

7
5. FAMILI
Family merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Nama family tumbuhan biasanya
diberi akhiran aceae, sedangkan untuk hewan biasanya diberi nama idea.

6. GENUS (MARGA)
Genus adalah takson yang lebih rendah dariada family. Nama genus terdiri atas satu
kata, huruf pertama ditulis dengan huruf capital, dan seluruh huruf dalam kata itu ditulis
dengan huruf miring atau dibedakan dari huruf lainnya.

7. SPECIES (JENIS)
Species adalah suatu kelompok organism yang dapat melakukan perkawinan antar
sesamanya untuk menghasilkan keturunan yang fertile (subur)

TATA NAMA BINOMIAL NOMENCLATURE


Metode binominal nomenclature (tata nama ganda), merupakan metode yang sangat penting
dalam pemberian nama dan klasifikasi makhluk hidup. Disebut tata nama ganda karena pemberian
nama jenis makhluk hidup selalu menggunakan dua kata (nama genus dan species).

 Kata pertama menunjukkan tingkat Genus, dan kata kedua menunjukkan tingkat Spesies.
 Nama tingkat genus ditulis dengan huruf awal kapital (huruf) besar, dan nama tingkat spesies
ditulis dengan huruf awal huruf kecil
 Jika ditulis dengan huruf tegak kedua kata harus digarisbawahi (misalnya Oryza sativa) atau
ditulis miring/italic (misalnya Oryza sativa)
 Apabila nama terdiri atas lebih dari dua kata, maka kata kedua dan berikutnya harus digabung
atau diberi tanda penghubung. Misalnya: Hibiscus rosasinensis atau Hibiscus rosa-sinensis.
 Jika memiliki subspesies, nama tersebut ditambahkan pada kata ketiga. Jadi, pada subspesies
terdiri atas tiga kata. Sistem penamaan yang terdiri atas tiga suku kata disebut Trinomial
nomenklatur, contohnya, Felix maniculata domestica (kucing rumah/piaraan
 Nama species juga mencantumkan inisial pemberi nama species tersebut, contohnya Zea
mays L. (yang memberi nama jagung adalah Linnaeus)

Lantas, mengapa makhluk hidup harus diberi nama sesuai peraturan seperti itu? Dengan
menerapkan tatanama binomial nomenklatur tersebut bertujuan agar semua orang di seluruh dunia
tahu mengenai makhluk hidup yang dimaksud, sehingga tidak bingung. Mengapa harus dengan
Bahasa Latin? Konon Bahasa Latin ini bahasa yang sudah baku dan tidak berkembang lagi. Jadi
dengan menggunakan Bahasa Latin penamaan makhluk hidup menjadi tetap dan tidak akan berubah.

TINGKAT TAKSONOMI
Disebut juga tingkat pengelompokkan.Tingkatan ini disusun oleh kelompok (takson) yang
paling umum sampai kepada kelompok yang paling khusus, dengan urutan tingkatan sebagai berikut:

1. Regnum/Kingdom (Dunia/Kerajaan)

2. Divisio/Phyllum (Tumbuhan/Hewan)

3. Classis (Kelas)

4. Ordo (Bangsa)

5. Familia (Suku)

6. Genus (Marga)

7. Species (Jenis)
8
CARA PEMBERIAN NAMA KELAS, BANGSA DAN FAMILI
1. Nama kelas adalah nama genus + nae. contoh: Equisetum + nae, menjadi kelas Equisetinae.
2. Nama ordo adalah nama genus + ales. contoh: zingiber + ales, menjadi ordo Zingiberales.
3. Nama famili adalah nama genus + aceae. contoh: Canna + aceae, menjadi famili Cannacea

Robert H. Whittaker, mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 5 kingdom, yaitu

1. Kingdom Monera
2. Kingdom Protista
3. Kingdom Fungi
4. Kingdom Plantae
5. Kingdom Animalia

Ciri-ciri pada sistem 5 kingdom :


1. Kingdom Monera : Prokariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
2. Kingdom Protista : Eukariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
3. Kingdom Fungi : Eukariot, Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
4. Kingdom Plantae : Eukariot, Autotrof, Multiseluler
5. Kingdom Animalia : Eukariot, Heterotrof, Multiseluler

9
BAB III

VIRUS

A. Sejarah Perkembangan Virus

Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat
pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada
tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat
menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang
sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan
bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat
dengan mikroskop.
Virus tidak dapat diklasifikasikan dalam sel karena virus tidak memiliki nukleas dan sitoplasma.
Virus dapat berada di luar sel atau di dalam sel. Di luar sel virus merupakan partikel submikroskopis
yang mengandung asam nukleat yang dibungkus oleh protein dan kadang mengandung makromolekul
lain. Di dalam sel, khususnya pada sel hidup, virus dapat memperbanyak diri. Virus dapat sebagai
agen penyakit (agents of disease) dan agen hereditas (agents of heredity).

B. Ciri-ciri Virus, Struktur Virus, Bentuk Virus, dan Ukuran Virus


1. Ciri-ciri virus
Virus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

 Tidak berbentuk sel, karena tidak mempunyai protoplasma, dinding sel, sitoplasma, dan nukleas.
 Dapat digolongkan sebagai benda mati, karena dapat dikristalkan dan tidak mempunyai
protoplasma.
 Dapat digolongkan sebagai benda hidup, karena memiliki kemapuan metabolism,reproduksi,dan
memiliki asma nukleat.
 Hanya dapat berkembang biak di dalam sel atau jaringan yang hidup.
 Organisme subrenik hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
 Virus berasal dari bahasa latin venom yang berarti cairan yang beracun.
 Bersifat pasif.

2. Struktur virus
Struktur virus terdiri atas:

 Bagian pusat virus: mengandung AND atau ARN dikelilingi oleh selubung atau capsid dari
protein.
 Capsid: dibangun oleh beribu-ribu molekul protein.
 Kapsomer (capsomere): mempunyai bentuk bermacam-macam seperti prisma, heksagonal,
pentagonal.

3. Bentuk virus
Bentuk virus bermacam-macam, yaitu silindris, kotak, oval, memanjang, dan polyhedron.

4. Ukuran virus
Ukuran virus lebih kecil dari bakteri 30 nm – 300 nm (1nm = 10-9).

10
C. Klasifikasi Virus
1. Berdasarkan Tempat Hidupnya
a. Virus bakteri (bakteriofage)
Bakteriofage adalah virus yang menggandakan dirinya sendiri dengan menyerang bakteri.
Dibandingkan dengan kebanyakan virus, ia sangat kompleks dan mempunyai beberapa bagian
berbeda yang diatut secara cermat. Semua virus memiliki asam nukleat, pembawa gen yang
diperlukan untuk penghimunan salinan-salina virus di dakam sel hidup.Virus bakteriofage mula-mula
ditemukan oleh ilmuwan Perancis, D’Herelle. Bentuk luar terdiri atas kepala yang berbentuk
heksagonal, leher, dan ekor. Bagian dalam kepala mengandung dua pilihan DNA. Bagian leher
berfungsi untuk memasukkan DNA irus ke dalam sel inangnya.
b. Virus tumbuhan
Virus yang parasitpada sel tumbuhan. Contoh virus yang parasit pada tumbuhan. Tobacco Mozaic
Virus (TMV0 dan Beet Yellow Virus (BYV).
c. Virus hewan
Virus yang parasit pada sel hewan. Contoh virus hewan: virus Poliomylitis, virus Vaccina, dan virus
Influenza.
2. Berdasarkan Molekul yang Menyusun Asam Nukleat
Dibedakan menjadi: DNA pita tunggal (DNA ss) DNA pita ganda, (DNA ds), RNA iota tunggal
(RNA ss), dan RNA pita ganda (RNA ds).
3. Berdasarkan Punya Tidaknya Selubung Virus
Dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
a. Virus yang memiliki selubung atau sampul (enveloped virus)
Virus ini meiliki nukleokapsid yang dibungkus oleh membrane. Membrane terdiri daridualipid
danprotein, (biasanya glikoprotein). Membrane ini berfungsi sebagai struktur yang pertama-tama
berinteraksi. Contoh Herpesvirus, Corronavirus, dan Orthomuxovirus.
b. Virus yang tidak memiliki selubung
Hanya memiliki capsid (protein) dan asam nukleat (naked virus). Contoh: Reovirus, Papovirus, dan
Adenovirus.

D. Perkembangbiakan Virus (Replikasi Virus)


Virus hanya dapat bereproduksi atau replikasi dalam sel hidup atau jaringan hidup lain. Replikasi
virus merupakan proses penggandaan virus. Proses replikasi virus dapat diamati dengan jelas pada
bakteriofage yang menyerang bakteri Escherichia coli. Proses replikasi virus ada dua macam, yaitu
daur litik dan daur lisogenik.
1. Daur Litik (pecah)
Pada daur litik, virus akan menghancurkan sel hospes (sel yang ditumpanginya) setelah selesai
melakukan replikasi. Daur litik terjadi dalam beberapa tahap berikut.
a. Adsorpsi
Adsorpsi yaitu melekatnya ekor virus pada dinding sel bakteri.
b. Penetrasi
Penetrasi yaitu ujung serabut ekor virus masuk dan menyatu dengan sel bakteri sehingga terbentuk
saluran dari tubuh virus ke bakteri. Virus memasukkan materi genetiknya (asam nukleat) ke dalam
bakteri melalui saluran tersebut. Kapsid virus tetap berada di luar sel bakteri. Jika telah kosong,
kapsid akan terlepas dan tidak berfungsi lagi.
c. Eklifase
Eklifase yaitu virus mengambil alih perlengkapan metabolik sel bakteri. Selanjutnya, asam nukleat
virus mengendalikan pembentukan protein dan komponen-komponen tubuh virus baru dengan
menggunakan bahan yang tersedia dalam sitoplasma bakteri.
d. Replikasi
Replikasi yaitu pembentukan bagian-bagian tubuh virus baru.

11
e. Perakitan
Perakitan yaitu bagian-bagian tubuh virus yang terbentuk dalam replikasi selanjutnya akan
membentuk virus-virus bakteriofage yang baru.
f. Lisis
Lisis yaitu pecahnya sel bakteri yang mengeluarkan virus-virus baru yang akan menginfeksi bakteri
dan memulai daur litik kembali.
Bagan siklus litik sebagai berikut

Keterangan :
1 = Litik
2 = Lisogenik
a1= Virus melekatkan diri pada dinding sel bakteri
a2= DNA virus masuk ke dalam sel
b = DNA virus bergabung dengan DNAbakteri
b1= DNA virus bergabung dengan DNAbakteri sehingga terbentuk profage
b2= Profage melakukan pembelahan
b3= Induksi provirus menjadi virus vegetatif
c = Pembentukan bagian-bagian tubuh virus baru
d = Perakitan virus-virus baru
e = Sel bakteri lisis

2. Daur Lisogenik
Pada daur lisogenik, virus tidak menghancurkan sel bakteri. Asam nukleat virus tidak mengambil alih
fungsi proses sintesis asam nukleat bakteri, tetapi menjadi bagian dari DNA bakteri. Adapun tahapan
dalam daur lisogenik sebagai berikut.
a. Adsorpsi dan penetrasi, prosesnya sama dengan daur litik.
b. Penggabungan yaitu asam nukleat virus bergabung atau menyisip pada asam nukleat bakteri.
Gabungan asam nukleat ini disebut profage.
c. Pembelahan, pada saat bakteri membelah diri, profage ikut membelah sehingga menghasilkan
bakteri-bakteri yang mengandung profage.
d. Sintesis, yaitu asam nukleat virus secara alami akan memisahkan diri dari asam nukleat bakteri
untuk memasuki daur litik. Selanjutnya, asam nukleat virus akan membentuk partikel-partikel virus
baru.
e. Perakitan, yaitu penyusunan partikel-partikel virus menjadi virus-virus baru.
f. Lisis, yaitu lisisnya sel bakteri dengan mengeluarkan virus-virus baru yang selanjutnya akan
mengikuti daur litik atau lisogenik kembali.
Bagan siklus lisogenik sebagai berikut
E. Peran Virus bagi Kehidupan
1. Virus yang Menguntungkan bagi Manusia
a. Virus digunakan untuk memproduksi interferon.
Interferon adalah protein yang dihasilkan oleh sel normal sebagai respon terhadap infeksi virus.
Interferon berfungsi untuk mencegah replikasi virus pada sel hospes.

12
b. Profage
Profage dapat digunakan untuk mengubah fenotip bakteri sehingga bermanfaat dalam bidang
kedokteran. Misalnya DNA virus digabungkan dengan gen manusia, yaitu gen penghasil antigen.
Gabungan gen atau profage tersebut kemudian disambungkan ke DNA bakteri. Dengan demikian,
fenotip sel bakteri mengalami perubahan. Sel bakteri tersebut mampu membuat antigen seperti halnya
sel manusia.
c. Virus digunakan untuk pembuatan vaksin.
Vaksin berisi patogen yang telah dilemahkan sehingga sifat patogenitasnya hilang, tetapi sifat
antigenitasnya tetap. Contoh vaksin sebagai berikut.

1. OPV (Oral Polio Vaccine) untuk mencegah penyakit polio.


2. HBV (Hepatitis B Vaccine) untuk mencegah penyakit kuning.
3. HZV (Varicella Zoster Vaccine) untuk mencegah penyakit cacar air.
4. MMR (Measles, Mumps, Rubella) untuk mencegah penyakit cacar air, gondong, dan campak
jerman.
5. Virus dapat digunakan untuk pembuatan peta kromosom yang sangat penting bagi dunia
kedokteran

b. Virus yang Merugikan


Virus dapat menyebabkan penyakit baik pada tumbuhan, hewan, ataupun manusia.
1. Virus yang menyerang tumbuhan

 Virus tungro menyerang tanaman padi melalui perantara wereng cokelat.


 Tobacco Mosaic Virus(TMV) menyebabkan timbulnya bercak kuning pada daun tembakau.
 Turnip Yellow Mosaic Virus(TYMV) menyebabkan penggulungan daun pada tanaman kapas.
 Cucumber Mosaic Virus (CMV) menyerang mentimun.
 Bean Mosaic Virus (BMV) menyerang buncis.
 Wheat Mosaic Virus (WMV) menyerang gandum.
 Sugarcane Mosaic Virus (SMV) menyerang tebu.

2) Virus yang menyerang hewan

 New Castle Disease (NCD) menyerang saraf unggas (tetelo).


 Foot and Mouth Disease(FMD) menyerang kuku dan mulut hewan pemamah biak, contohnya
sapi, kambing, dan kerbau.
 Rhabdovirus menyebabkan penyakit rabies pada anjing, kera, dan manusia.
 Rous Sarcoma Virus(RSV) menyebabkan tumor pada ayam.

3) Virus yang menyerang manusia

 Influenzavirus menyerang saluran pernapasan.


 Varicella zoster menyerang tubuh sehingga menimbulkan luka cacar air pada kulit tubuh.
 Poliovirus menyerang saraf dan otak balita sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan.
 Hepatitisvirus menyerang hati penderita sehingga membengkak.
 Rhabdovirus menyerang sistem saraf pusat penderita.
 Human Immunodeficiency Virus(HIV) menyerang sel darah putih jenis limfosit T. Virus ini
merupakan penyebab penyakit AIDS.
 Ebolavirus menyerang sel darah putih jenis makrofag dan jaringan fibroblas.

13
F. Macam-macam Infeksi Virus
Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat bagi inangnya. Ada yang
berbahaya, namun ada juga yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga akibat yang
dihasilkan tidak terlalu besar.
1. Infeksi akut
Infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung dalam jangka waktu cepat namun dapat juga
berakibat fatal. Akibat dari infeksi akut adalah:

 Sembuh tanpa kerusakan (sembuh total)


 Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya polio
 Berlanjut kepada infeksi kronis
 Kematian

2. Infeksi kronis
Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga ada risiko gejala penyakit
muncul kembali. Contoh dari infeksi kronis adalah:

 Silent subclinical infection seumur hidup, contoh: Cytomegalovirus (CMV)


 Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit, contoh: HIV
 Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh: shingles
 Penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh: HBV, HCV;
 Kanker, contoh: HTLV-1, HPV, HBV, HCV, HHV

G. Pencegahan dan Pengobatan.


Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus sangat sulit untuk
dibunuh. Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah vaksinasi, untuk
merangsang kekebalan alami tubuh terhadap proses infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala
akibat infeksi virus.
Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan penggunaan
antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus. Efek samping
penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik. Karena itulah diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.
Infeksi virus atau bakteri pada umumnya menimbulkan demam, hanya saja infeksi bakteri akan
meningkatkan kadar Sel darah putih, sedangkan infeksi virus tidak, tetapi infeksi bakteri, virus bahkan
jamur akan meningkatkan kadar Antibodi M (IgM), tetapi pemeriksaan IgM agak mahal. Pemeriksaan
Sel darah putih ataupun IgM tidak dapat menentukan jenis penyakitnya, tetapi kedua pemeriksaan
tersebut hanya mengindikasikan penyakit tersebut diakibatkan oleh apa. Jika biaya menjadi kendala,
maka pemeriksaan Sel darah putih saja sudah cukup, karena infeksi virus tidak dapat diobati dengan
anti-biotik dan pada umumnya infeksi virus akan sembuh dengan sendirinya (virus self limiting life)
dengan istirahat (istirahat penuh di ranjang, jika perlu) dan gizi yang cukup, kecuali HIV di mana
untuk diagnosis awal diperlukan pemeriksaan CD4 yang relatif murah.

14
BAB IV

KINGDOM MONERA (EUBACTERIA DAN ARCHAEBACTERIA)

Monera merupakan kelompok organisme bersel tunggal (uni seluler) dan tidak memiliki
membran inti sel atau disebut prokariotik (dalam bahasa Yunani moneres berarti “tunggal”).
Organisme prokariotik berada dalam satu kingdom Monera. Ada dua kelompok besar organisme
prokariotik yaitu Archaeobacteria dan Eubacteria. Contoh organisme prokariotik adalah bakteri.

A. Eubacteria (Bakteri)

Organisme prokariotik merupakan organisme yang paling banyak di bumi. Bahkan, jumlah
organisme prokariotik yang berada di mulut, kulit, atau segumpal tanah jauh melebihi jumlah manusia
di bumi. Selain jumlahnya paling banyak, organisme prokariotik merupakan organisme yang paling
mudah berkembangbiak dan memperbanyak diri. Anggota terbesar kelompok organisme prokariotik
adalah bakteri.

1. Struktur dan Bentuk Bakteri


Sel bakteri berukuran sangat kecil dan bentuknya sederhana. Rata-rata panjangnya antara 2 – 10
mikrometer dan diameternya antara 0,1 – 2 mikrometer. Sel bakteri merupakan sel prokariotik (belum
memiliki membran nukleus) yang dilingkupi oleh membran sel dan dinding sel yang kaku. Beberapa
jenis bakteri mempunyai flagella dan pili pada permukaan selnya.

a. Bentuk Bakteri
1. Basil
Sel bakteri basil berbentuk silindris seperti batang. Ujung sel bervariasi seperti persegi, bundar,
meruncing, dan sebagainya. Pola penataan sel bakteri bentuk basil adalah sebagai berikut.
o Monobasilus, yaitu hanya terdiri dari satu bakteri bentuk basil yang hidup soliter.
o Diplobasilus, yaitu bakteri basil yang hidup berpasangan dua-dua.
o Streptobasilus, yaitu bakteri basil yang hidup berkoloni memanjang membentuk rantai.

2. Kokus
Sel bakteri kokus berbentuk seperti bola, yang memiliki beberapa pola penataan.
o Monokokus, yaitu hanya terdiri dari satu bakteri bentuk kokus yang hidup sendiri.
o Diplokokus, yaitu bakteri kokus yang hidup berpasangan dua-dua yang saling melekat.
o Tetrakokus, yaitu bakteri kokus yang hidup berkelompok dan pada setiap kelompok terdiri dari
empat sel yang saling melekat.
o Streptokokus, yaitu bakteri kokus yang hidup berkoloni saling berikatan memanjang seperti rantai.
o Sarkina, yaitu bakteri kokus yang hidup berkelompok dan saling berikatan dengan penataan seperti
kubus.
o Stafilokokus, yaitu bakteri kokus yang hidup berkelompok dengan pola penataan yang tidak
teratur, atau menyerupai gerombolan buah anggur.

3. Spirilum
Bakteri spirilum berbentuk panjang dan lengkung menyerupai spiral, berkelok, atau melengkung.
Biasanya bakteri bentuk ini hidup soliter, tidak membentuk koloni. Meskipun bentuk dasarnya sama,
tiap jenis bakteri spirilum mempunyai perbedaan dalam hal panjang, jumlah lekukan, panjang
lekukan, dan kerapatan lekukan.

15
b. Flagela dan Pili
Beberapa jenis bakteri mempunyai flagela yang kecil, kaku, dan berpilin yang dapat digunakan untuk
berpindah tempat dengan gerakan berenang. Flagela bakteri panjangnya berkisar antara 3 – 12
nanometer, dengan diameter antara 10 – 20 nanometer. Tidak semua bakteri mempunyai flagela,
umumnya hanya bakteri bentuk basil dan spirilum yang memilikinya. Berdasarkan letak flagelanya,
bakteri dibedakan menjadi 5 kelompok.

1. Atrik, yaitu bakteri yang tidak mempunyai flagela.


2. Monotrik, yaitu bakteri yang mempunyai satu buah flagela.
3. Lofotrik, yaitu bakteri yang mempunyai sekelompok flagela pada salah satu ujung sel.
4. Amfitrik, yaitu bakteri yang mempunyai flagela pada dua ujung sel, baik flagela tunggal maupun
berkelompok pada setiap ujung selnya.
5. Peritrik, yaitu bakteri yang seluruh permukaan sel dikelilingi oleh flagela.

Beberapa bakteri, misalnya Escherichia coli dan Neisseria gonorrhoeae mempunyai bentuk seperti
flagela pendek dan lurus yang disebut pili. Pili (disebut juga fimbria) berukuran lebih pendek dari
flagela, panjangnya hanya beberapa mikrometer dengan diameter yang lebih kecil dan bentuk yang
lebih lurus dibandingkan flagela. Pili umumnya hanya ditemukan pada bakteri gram negatif. Pili
berguna sebagai alat bantu bakteri untuk menempel di berbagai permukaan, termasuk pelekatannya
pada jaringan hewan atau tumbuhan yang ditempeli. Pada sel-sel bakteri yang melakukan konjugasi
(pertukaran materi genetik), pertukaran ADN antara dua sel terjadi melalui pili khusus yang disebut
pili seks.

c. Kapsul
Beberapa jenis bakteri seperti Penumococcus (penyebab penyakit pneumonia) selnya dikelilingi oleh
lapisan lendir kental yang disebut kapsul. Ketebalan kapsul bervariasi dari sangat tipis hingga sangat
tebal. Kapsul dibuat di dalam sitoplasma dan dikeluarkan melewati dinding sel. Kapsul biasanya
tersusun atas polimer karbohidrat sederhana. Selain sebagai pelindung kapsul juga berfungsi sebagai
cadangan makanan. Pada bakteri patogen seperti Streptococcus pneumoniae, kapsul berhubungan
dengan sifat patogenitasnya. Bakteri yang kehilangan kapsulnya akan kehilangan kemampuan untuk
menginfeksi.

d. Dinding Sel
Sel bakteri dibatasi oleh membran sitoplasma dan dinding sel. Dinding sel bakteri berbeda dengan
dinding seltumbuhan, karena tidak mengandung selulosa dan susunannya lebih rumit. Tebal dinding
sel bakteri umumnya berkisar antara 10 – 35 nanometer. Adanya dinding sel menyebabkan bentuk sel
bakteri selalu tetap. Dinding sel bakteri tersusun atas peptidoglikan atau mukopeptida, yaitu
polisakarida yang berikatan dengan protein. Bakteri gram positif dinding selnya cukup tebal, terdiri
dari satu lapis yang banyak mengandung peptidoglikan dan asam tekoat. Bakteri gram negatif dinding
selnya lebih tipis, terdiri atas 3 lapis dengan lapisan tengah berupa peptidoglikan dan tidak
mengandung asam tekoat.

e. Struktur Sel
Berbatasan dengan dinding sel terdapat membran sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat beberapa
organel yang penting untuk kehidupan sel bakteri.

1. Membran-sitoplasma
Membran sel tersusun atas protein dan lemak seperti membran sel eukariotik. Pada tempat-tempat
tertentu pada membran sitoplasma terdapat tonjolan-tonjolan ke dalam membentuk struktur yang
disebut mesosom. Adanya mesosom akan memperluas permukaan sel sebelah dalam. Pada mesosom
terdapat banyak enzim, sehingga diperkirakan menjadi tempat pembentukan energi bagi bakteri.
Mesosom juga berperan dalam sintesis dinding sel dan pembelahan sel.

16
2. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan tempat berlangsungnya reaksi biokimiawi dalam metabolisme sel. Sitoplasma
tersusun atas koloid yang berisi nutrien, inklusi, ribosom, enzim, dan ADN. Inklusi merupakan suatu
kantong yang dibatasi membran serupa dengan membran sitoplasma yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan hasil metabolisme. Terdapat beberapa jenis inklusi, misalnya inklusi yang berisi
glikogen, volutin (suatu bentuk fosfat anorganik), dan lemak.

3. Spora&Kista
Beberapa jenis bakteri menghasilkan spora, baik di luar sel (eksospora) maupun di dalam sel
(endospora). Spora merupakan sel bakteri yang dorman (tidak aktif) yang terbentuk karena kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan. Spora ini tahan terhadap radiasi sinar ultraviolet, panas, dan
kekeringan serta tahan terhadap bahan kimiawi seperti desinfektan. Jika kondisi lingkungan telah
sesuai, spora akan berkecambah dan menghasilkan sel bakteri seperti sel asalnya. Contoh bakteri yang
menghasilkan endospora adalah Bacillus dan Clostridium. Pada Azotobacter dan Bdellovibrio bila
keadaan lingkungan tidak menguntungkan, sel membentuk dinding yang lebih tebal dan menjadi
dorman. Struktur seperti ini disebut kista.

2. Nutrisi dan Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Bakteri


Untuk dapat hidup, bakteri memerlukan nutrisi yang tepat. Semua sel bakteri membutuhkan sumber
karbon, nitrogen, belerang, fosfor, garam-garam anorganik (misalnya kalium, magnesium, natrium,
kalsium, dan besi), dan sejumlah mikronutrien (antara lain seng, tembaga, mangan, selenium,
tungsten, dan molibdenum dalam jumlah sedikit). Terdapat dua jenis sumber karbon bagi bakteri,
yaitu karbon yang berasal komponen organik dan dari komponen anorganik.

Berdasarkan cara memperoleh makanan (sumber karbon), bakteri dibedakan menjadi bakteri
heterotrof dan autotrof.

a. Bakteri-Heterotrof
Bakteri heterotrof memerlukan karbon yang berasal dari komponen organik. Bakteri jenis ini tidak
dapat membuat senyawa organik dari substansi anorganik sederhana, jadi selalu hidup dengan
memperoleh makanan dari organisme lain. Kelompok terbesar bakteri heterotrof adalah bakteri
saprofit, yaitu bakteri yang memperoleh zat organik dari penguraian sampah, bangkai, kotoran, dan
sebagainya. Dalam proses penguraian itu dihasilkan CO2, H2O, energi, dan mineral-mineral.
Kelompok bakteri heterotrof yang lain memperoleh makanan langsung dari organisme lain, disebut
bakteri parasit. Bakteri parasit ditemukan pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Bakteri parasit yang
menyebabkan penyakit disebut bakteri patogen, misalnya Bacillus antrachis yang menyebabkan
penyakit antraks pada sapi. Beberapa jenis bakteri parasit tidak menimbulkan penyakit pada
organisme yang ditumpanginya dan disebut bakteri apatogen, misalnya Escherichia coli yang hidup di
usus besar manusia.

b. Bakteri-Autotrof
Bakteri autotrof dapat menggunakan karbon anorganik atau karbon dioksida bebas (CO2) sebagai
sumber karbon. Bakteri jenis ini dapat membuat senyawa organik dari zat-zat anorganik, jadi dapat
menyusun makanan sendiri. Berdasarkan sumber energi yang dipergunakan untuk mensintesis
senyawa organik, bakteri autotrof dibedakan menjadi bakteri fotoautotrofdan bakteri kemoautotrof.
Bakteri fotoautotrof menggunakan energi cahaya untuk mensintesis senyawa organik yang diperlukan
melalui proses fotosintesis. Bakteri ini mempunyai klorofil yang disebut bakterioklorofil. Contohnya
adalah bakteri sulfur hijau, bakteri sulfur ungu, dan bakteri nonsulfur ungu. Proses fotosintesis pada
bakteri dilakukan secara anaerobik dan tidak dihasilkan oksigen. Bakteri kemoautotrof menggunakan
energi kimia dari oksidasi molekul organik untuk menyusun makanannya. Molekul organik yang
dapat digunakan oleh bakteri kemoautotrof adalah senyawa nitrogen, belerang, dan besi, atau dari
oksidasi gas hidrogen. Dalam prosesnya bakteri ini membutuhkan oksigen. Contohnya adalah bakteri
besi, bakteri belerang, dan bakteri nitrogen.

17
Selain ketersediaan nutrisi, bakteri juga memerlukan kondisi lingkungan yang memungkinkan
untuk tumbuh optimum. Kondisi lingkungan sangat memengaruhi aktivitas dan pertumbuhan bakteri.
Berikut ini dijelaskan beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri.

a. Oksigen
Reaksi biokimiawi dalam proses metabolisme memerlukan energi yang dihasilkan melalui respirasi.
Dalam respirasi, ada bakteri yang memerlukan oksigen dan ada pula yang tidak memerlukan oksigen.
Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dibedakan menjadi tiga kelompok.

 Bakteri-aerob
Bakteri aerob obligat memerlukan oksigen bebas dalam proses respirasi. Bakteri ini hanya dapat
tumbuh di tempat yang cukup tersedia oksigen. Oksigen diperlukan untuk memecah bahan organik
(zat makanan) sehingga diperoleh energi. Bakteri jenis ini menyukai tempat hidup yang dapat
berhubungan dengan udara bebas. Contohnya adalah Bacillus substilis, Pseudomonas aeruginosa,
Mycobacterium tuberculosis, dan Thiobacillus ferooxidans.

 Bakteri-anaerob-obligat
Bakteri anaerob obligat tidak memerlukan oksigen bebas untuk melangsungkan proses respirasi.
Bakteri ini hanya dapat tumbuh di tempat yang tidak mengandung oksigen bebas. Untuk respirasinya,
bakteri jenis ini mempunyai enzim tertentu yang spesifik guna memecah bahan organik
(menghasilkan energi) dalam keadaan anarob.Contoh bakteri anaerob obligat adalah Clostridium
tetani, Methanobacterium, dan Bacteroides.

 Bakteri-anaerob-fakultatif
Bakteri anaerob fakultatif dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan dengan konsentrasi oksigen
yang rendah. Oksigen tidak diperlukan dalam pembentukan energi, tetapi dapat memacu proses
metabolisme, sehingga keberadaan sedikit oksigen mengakibatkan proses respirasi lebih efisien
dibandingkan keadaan anaerob. Contohnya adalah Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, dan
Staphylococcus aureus.

b. Suhu
Laju pertumbuhan bergantung pada reaksi biokimiawi dan reaksi ini dipengaruhi oleh suhu.
Suhu optimum yang dikehendaki bakteri untuk pertumbuhan berbeda-beda. Suhu optimum
merupakan suhu yang paling baik/sesuai untuk kehidupan suatu jenis bakteri.

Berdasarkan suhu optimumnya, bakteri dibedakan menjadi tiga kelompok.

 Bakteri psikrofil, dapat tumbuh pada suhu 0° – 30°C dengan suhu optimum 15°C. Contoh bakteri
psikrofil adalah Pseudomonas, Flavobacterium,Achromobacter, dan Alcaligenes.
 Bakteri mesofil, dapat tumbuh pada suhu 25° – 37°C dengan suhu optimum 32°C. Umumnya
bakteri jenis ini hidup di dalam alat pencernaan. Beberapa jenis bakteri bahkan dapat hidup dengan
baik pada suhu sekitar 40°C. Semua jenis bakteri yang bersifat patogen pada hewan merupakan
bakteri mesofil.
 Bakteri termofil, dapat tumbuh pada daerah yang suhunya tinggi, lebih dari 40°C. Temperatur
optimumnya antara 55 – 60°C. Bakteri ini dijumpai pada sumber-sumber air panas, kawah gunung
berapi, geiser, dan sebagainya. Contoh bakteri termofil adalah Thermus aquaticus, Sulfolobus
acidocaldarius, dan Chloroflexus.

c. Kelembapan
Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan yang lembap. Jika keadaan lingkungan menjadi
kering, kegiatan metabolismenya terhenti. Dalam keadaan ini bakteri akan membentuk spora yang
dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama.

18
d. Tekanan Osmosis
Sel bakteri mempunyai tekanan osmosis tertentu, sehingga menghendaki lingkungan yang
tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis sel (isotonis). Jika sel bakteri berada pada
lingkungan yang hipertonis (misalnya dalam larutan gula/garam yang pekat) pertumbuhannya akan
terhambat karena dapat menyebabkan plasmolisis, yaitu terlepasnya membran sel dari dinding sel.
Namun demikian beberapa jenis bakteri diketahui dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau
kadar gula yang tinggi. Bakteri yang dapat hidup di lingkungan yang berkadar garam tinggi disebut
bakteri halofil, misalnya Halobacterium.

e. Derajat Keasaman (pH)


Setiap jenis bakteri menghendaki pH tertentu untuk dapat tumbuh optimum. Hal ini berkaitan
dengan batas pH bagi kerja enzim. Derajat keasaman di luar batas nilai optimum menyebabkan
kerusakan pada enzim, sehingga metabolisme sel terganggu. Beberapa jenis bakteri dapat hidup
dengan baik pada pH tinggi (lingkungan bersifat basa) maupun pada pH rendah (lingkungan bersifat
asam), namun kebanyakan bakteri memerlukan pH antara 6,5 – 7,5. Thiobacillus ferrooxidans dapat
tumbuh dengan baik pada pH 1,3.

f. Radiasi
Pada umumnya radiasi cahaya menyebabkan kerusakan pada bakteri nonfotosintetik. Cahaya
dengan panjang gelombang yang pendek jika dipaparkan pada bakteri akan menyebabkan ionisasi
komponen sel yang dapat berakibat pada kematian. Oleh karena itu energi radiasi dari sinar X, sinar
gamma, dan sinar ultraviolet banyak digunakan untuk sterilisasi bahan makanan.

g. Senyawa Kimia
Beberapa bahan kimia seperti antibiotik dan desinfektan dapat merusak dan mematikan sel
bakteri, sehingga keberadaan bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

3. Perkembangbiakan dan Rekombinasi pada Bakteri


Bakteri berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Pada akhir pembelahan sel,
membran plasma dan dinding sel tumbuh ke arah dalam yang membagi sel menjadi dua. Dinding sel
yang baru kemudian memisahkan kedua sel anak. Bila dinding sel ini tidak memisah atau memisah
kurang sempurna, maka akan terbentuk rantai/koloni bakteri.

Pada bakteri tidak ditemukan reproduksi seksual yang melibatkan peleburan sel gamet dengan
diikuti pengurangan jumlah kromosom. Namun pada beberapa bakteri terjadi permindahan bahan
genetik dari satu sel ke sel yang lain. Sel yang memberikan bahan genetik disebut sel donor dan sel
yang menerima bahan genetik disebut sel resipien. Penggabungan dua jenis bahan genetik ini disebut
rekombinasi. Rekombinasi bahan genetik dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu transformasi,konjugasi,
dan transduksi.

 Transformasi
Transformasi adalah pemindahan bahan genetik dari satu sel ke sel yang lain tanpa melalui kontak
langsung. Pada keadaan tertentu (misalnya perlakuan dengan kalsium klorida/CaCl2) bakteri dapat
mengambil potongan ADN dari luar sel secara langsung. Pemindahan materi genetik juga dapat
berlangsung melalui perantaraan plasmid. Jika plasmid suatu bakteri masuk ke dalam bakteri yang
lain maka akan terjadi rekombinasi. Contoh bakteri yang diketahui dapat melakukan transformasi
secara alami adalah Haemophilus,Neisseria, Streptococcus, dan Bacillus.

 Konjugasi
Konjugasi adalah pemindahan bahan genetik dari sel donor ke sel resipien secara langsung melalui
saluran konjugasi sehingga kedua sel saling berhubungan. Melalui saluran konjugasi ini materi
genetik sel donor berpindah ke sel resipien sehingga terjadi rekombinasi genetik. Tentu kamu masih

19
ingat struktur pili pada permukaan sel bakteri. Pili inilah yang digunakan sebagai saluran konjugasi
yang disebut pili seks.
 Transduksi
Transduksi adalah pemindahan bahan genetik melalui perantaraan virus bakteri (bakteriofag). Coba
kamu ingat lagi proses replikasi virus. Ketika terjadi sintesis partikel-partikel virus, sebagian kecil
ADN sel inang dapat bergabung dengan materi genetik virus. Jika virus ini kemudian menginfeksi
bakteri yang lain, maka fragmen-fragmen ADN bakteri yang terbawa dapat bergabung dengan ADN
sel inang yang menyebabkan terjadinya rekombinasi.

4. Peran Bakteri dalam Kehidupan


Dalam ekosistem bakteri berperan penting sebagai pembusuk yang menguraikan bahan-bahan organik
dan sisa-sisa organisme menjadi bahan anorganik yang dapat digunakan tumbuhan. Diperkirakan
dalam satu gram tanah yang subur terdapat miliaran bakteri beserta ribuan mikroorganisme lain.

a. Bakteri yang Menguntungkan


Bakteri menghasilkan antibiotik seperti tirotrisin, basitrasin, streptomisin, teramisin, dan
polimiksin yang berguna dalam pengobatan. Beberapa jenis bakteri dimanfaatkan secara luas untuk
membuat bahan organik dan makanan seperti keju, asam asetat, dan berbagai asam amino. Berikut ini
adalah beberapa contoh bakteri yang menguntungkan.

1. Lactobacillus bulgaricus dan L. acidophilus untuk membuat yoghurt.


2. Lactobacillus casei digunakan dalam pembuatan keju.
3. Rizobium bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dapat menambat nitrogen dari udara
bebas
sehingga dapat menyuburkan tanah.
4. Acetobacter xylinum digunakan dalam proses pembuatan nata de coco dari air kelapa.
5. Escherichia coli yang hidup di dalam usus besar manusia membantu membusukkan sisa-sisa
makanan dan menghasilkan vitamin K.
6. Streptococcus griceus menghasilkan antibiotik streptomisin.
7. Pada pengolahan limbah, diperlukan bakteri aerob untuk mengoksidasi limbah, sehingga daya
racun limbah terhadap lingkungan berkurang.
8. Pada pembuatan biogas, bakteri mengubah sampah dan kotoran menjadi biogas yang terutama
terdiri atas gas metana. Gas metana dapat digunakan sebagai bahan bakar dan penerangan.
9. Dalam rekayasa genetika, ADN bakteri dimodifikasi sehingga menghasilkan protein tertentu yang
dibutuhkan manusia. Dengan demikian dapat diperoleh sejumlah besar protein/enzim dalam waktu
relatif singkat.

b. Bakteri yang Merugikan


Banyak bakteri yang bersifat merugikan karena menimbulkan penyakit pada manusia, hewan,
dan tumbuhan. Bakteri juga menyebabkan banyak kerusakan pada makanan, bahan pangan, dan
menghasilkan toksin/racun. Berikut ini contoh beberapa jenis bakteri yang merugikan.

1. Clostridium tetani menyebabkan penyakit tetanus.


2. Salmonella typhi menyebabkan penyakit tifus.
3. Diplococcus pneumonia menyebabkan penyakit pneumonia/radang paru-paru.
4. Bacillus anthracis menyebabkan penyakit antraks pada sapi, kerbau, dan domba.
5. Aspergillus flavus merusak biji kacang-kacangan yang disimpan dan menghasilkan racun
aflatoksin yang berbahaya.
6. Erwinia tracheiphila menyebabkan penyakit busuk daun pada tanaman labu.

20
c. Usaha Pencegahan
Usaha untuk mencegah serangan bakteri adalah menjaga kebersihan, pola hidup higienis, dan
melakukan sterilisasi pada peralatan. Penyakit karena bakteri dapat diatasi dengan pemberian vaksin
dan antibiotik. Serangan bakteri pada tanaman dapat diatasi dengan pemberian bakterisida. Untuk
mencegah kerusakan makanan dan bahan pangan dilakukan berbagai upaya pengawetan seperti
pemanasan, pendinginan, pembekuan, pengeringan, pengasapan, pengasaman, pengasinan, dibuat
manisan, pasteurisasi, radiasi, dan menggunakan bahan kimia.

B. Archaebacteria
Archaebacteria meliputi kelompok bakteri yang mempunyai beberapa perbedaan komposisi
sel, fisiologi, dan materi genetik dengan kelompok Eubacteria. Organisme dalam kelompok
Archaebacteria disebut arkae. Perbedaan pokok antara Archaebacteria dengan Eubacteria adalah
komposisi lemak pada dinding sel dan perbedaan lintasan metabolisme, enzim, dan kofaktor enzim.
Dinding sel Archaebacteria tidak mengandung peptidoglikan, atau jika ada tidak mengandung asam
muramat. Meskipun dapat bersifat gram positif atau gram negatif, dinding sel arkae secara struktural
berbeda dengan dinding sel bakteria. Archaebacteria tidak dapat membentuk spora. Kebanyakan
bersifat anaerob meskipun beberapa jenis bersifat aerobik, anaerobik, dan anaerobik fakultatif. Di
dalam selnya tidak mengandung klorofil. Beberapa jenis Archaebacteria mempunyai flagella untuk
bergerak. Ribosom arkae mempunyai komposisi protein yang berbeda dengan ribosom bakteri.

Archaebacteria dapat ditemukan di daratan maupun di perairan dan dapat hidup di lingkungan
yang tidak menguntungkan, yaitu dapat hidup di perairan panas dan berkadar garam tinggi. Bentuk sel
bervariasi, misalnya berbentuk seperti bola, batang, dan spiral. Kelompok bakteri ini bereproduksi
dengan pembelahan sel, membentuk tunas, dan fragmentasi benang pada Archaebacteria yang hidup
berkoloni.

1. Jenis-Jenis Archaebacteria
Dalam sistem klasifikasi modern, Archaebacteria dibagi menjadi empat kelompok utama
yaitu krenarkaeota, euriarkaeota, korarkaeota, dan nanoarkaeota. Euriarkaeota merupakan kelompok
yang penting, terdiri dari metanokokus, metanopiri, metanobakter, halobakteri, termoplasma,
termokokus, dan arkaeoglobi. Berdasarkan keadaan lingkungan yang dikehendaki, Archaebacteria
dibedakan menjadi tiga kelompok.

a. Archaebacteria Halofil
Archaebacteria ini ditemukan di lingkungan berkadar garam tinggi. Contohnya
adalah Halobacterium yang dapat tumbuh optimum pada kadar garam setinggi 20 – 30 persen. Jika
konsentrasi garam turun, sel Halobacterium mengalami lisis sehingga rusak dan mati.

b. Archaebacteria Metanogen
Archaebacteria metanogen memperoleh energi dari metabolisme yang mengubah senyawa karbon
dioksida dan hidrogen menjadi gas metana. Senyawa yang dapat diubah menjadi metana oleh
orgnisme ini antara lain methanol, asam formiat, asam asetat, dan metal alamin. Dalam dekomposisi
senyawa organik misalnya selulosa, pati, protein, asam amino, lemak, dan alkohol Archaebacteria
metanogen membutuhkan bakteri anaerob lain yang dapat mengubah senyawa itu menjadi karbon
dioksida dan hidrogen. Gas karbon dioksida dan hidrogen ini kemudian digunakan oleh
Archaebacteria metanogen.

Semua Archaebacteria metanogen bersifat anaerobik. Archaebacteria jenis ini sering ditemukan pada
sisa-sisa tanaman yang membusuk secara anaerobik. Bakteri ini juga ditemukan hidup di tanah,
kolam, dan di saluran pencernaan hewan ruminansia. Archaebacteria metanogen berperan penting
pada degradasi limbah di unit pengolahan limbah. Contoh Archaebacteria metanogen
adalah Metanococcus,Metanobacter, dan Metanomicrobium.
21
c. Archaebacteria Termofil
Archaebacteria ini dapat hidup di lingkungan bersuhu relatif tinggi, lebih tinggi daripada suhu yang
ditolerir Eubacteria, yaitu mencapai suhu 80° – 110°C. Suhu setinggi ini biasanya dijumpai di tempat
pembuatan kompos, sumber air panas, dan daerah geothermal di laut dalam. Thermus
aquaticus ditemukan di perairan yang suhunya mencapai 79°C. Beberapa jenis Archaebacteria
termofil lain bergantung pada keberadaan sulfur dalam metabolismenya. Contoh Archaebacteria
termofil adalah Sulfolobus, Termoplasma, Pyrodictium, dan Termococcus.

2. Peranan Archaebacteria
Archaebacteria membantu pencernakan makanan pada ruminansia. Bakteri metanogen
digunakan untuk degradasi limbah pada unit pengolahan limbah. Membantu pembuatan kompos dan
biogas. Sampai saat ini tidak ditemukan Archaebacteria yang menyebabkan penyakit pada organisme
lain.

C. Cyanobacteria
Cyanobacteria juga disebut ganggang hijau biru karena berwarna hijau kebiruan.
Cyanobacteria merupakan kelompok bakteri yang mempunyai klorofil di dalam sitoplasmanya
sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cyanobacteria dapat ditemukan hampir di semua tempat yang
lembab seperti tanah yang lembab, perakaran tanaman, dan hampir di semua lingkungan perairan, dari
mata air panas sampai ke danau beku di Antartika. Namun Cyanobacteria tidak ditemukan pada
lingkungan perairan yang asam.

1. Ciri dan Struktur Cyanobacteria


Ciri dan struktur Cyanobacteria menyerupai bakteri pada umumnya. Semua Cyanobacteria
mengandung klorofil a seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Klorofil pada bakteri disebut
bakterioklorofil. Selain klorofil a, Cyanobacteria mempunyai beberapa pigmen tambahan termasuk
karotenoid. Warna biru pada Cyanobacteria disebabkan oleh pigmen biru atau fikosianin. Beberapa
jenis Cyanobacteria juga mempunyai pigmen merah atau fikoeritrin di dalam selnya. Klorofil dan
pigmen-pigmen tambahan itu tidak terdapat dalam plastida, melainkan tersebar pada sistem membran
sel.

Dinding sel Cyanobacteria tidak mengandung selulosa, tetapi tersusun dari peptidoglikan
seperti dinding sel bakteri. Jika dites dengan pewarna gram, dinding sel Cyanobacteria menunjukkan
sifat sebagai gram negatif. Cyanobacteria menyimpan cadangan makanan berupa polisakarida yang
disebut sianofisin. Selain karbohidrat, Cyanobacteria juga menyimpan lemak dan protein. Sel-sel
Cyanobacteria tidak mempunyai silia, flagela, maupun alat penggerak yang lain. Namun demikian
beberapa Cyanobacteria yang berbentuk filamen dapat bergerak.

Semua Cyanobacteria berukuran mikroskopis, namun sering tumbuh dalam kelompok yang
besar sehingga panjangnya dapat mencapai lebih dari satu meter. Cyanobacteria ada yang hidup
uniseluler dan ada yang berkoloni. Contoh Cyanobacteria uniseluler adalah Croococcus dan
Gloeocapsa. Koloni Cyanobacteria dapat berbentuk seperti benang atau filamen, bercabang-cabang,
atau tidak beraturan. Setiap sel dalam koloni bereproduksidengan membelah. Sel baru yang dihasilkan
dapat tetap berkoloni atau melepaskan diri dan membentuk koloni yang terpisah. Pada Cyanobacteria
yang berkoloni, sel satu dengan yang lain saling melekat pada dinding selnya tanpa ada hubungan
sitoplasma. Jadi setiap sel dalam koloni tetap hidup secara mandiri. Contoh Cyanobacteria berkoloni
adalah Polycistisdan Spirulina.

2. Reproduksi Cyanobacteria
Reproduksi Cyanobacteria uniseluler adalah dengan pembelahan sel. Cyanobacteria yang
berkoloni melakukan reproduksi dengan fragmentasi. Fragmen multiseluler yang dihasilkannya
disebut hormogonium. Pada Cyanobacteria yang berkoloni berbentuk filamen, misalnya Nostoc dan
22
Anabaena, dapat membentuk heterosista, yaitu sel-sel berukuran lebih besar dengan dinding berlapis
banyak yang berbeda dengan sel-sel di sekitarnya. Di dalam sel ini terletak tilakoid yang tertata dalam
pola konsentris. Heterosista dapat melepaskan diri dari filamen induknya dan tumbuh menjadi
individu baru. Pada keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, sel-sel vegetatif Cyanobacteria
dapat berubah menjadi spora berdinding tebal yang disebut akinet. Di dalam akinet terkonsentrasi
cadangan karbohidrat sianofisin yang mengandung protein. Akinet sangat tahan terhadap lingkungan
yang kurang baik dan masih dapat berkecambah untuk menghasilkan individu baru setelah melampaui
masa dorman yang lama, mencapai 87 tahun. Pada Cyanobacteria juga ditemukan rekombinasi
genetik seperti pada bakteri.

3. Peran Cyanobacteria dalam Kehidupan


Beberapa Cyanobacteria berperan sebagai plankton di lautan. Jenis Cyanobacteria yang lain
hidup di air tawar. Cyanobacteria yang hidup di sekitar mata air panas sering membentuk lapisan
endapan kapur yang tebal di sekitar koloninya. Beberapa jenis Cyanobacteria dapat menambat
nitrogen misalnya Nostoc, sehingga dapat hidup di bebatuan dan tanah yang tandus. Cyanobacteria
yang bersimbiosis dengan tumbuhan air dapat menyuburkan perairan. Contohnya Anabaena azolae
yang bersimbiosis dengan Azola pinata. Cyanobacteria lain mampu mengikat nitrogen bebas adalah
Nostoc, dan Gloeocapsa. Cyanobacteria dapat bersimbiosis dengan amoeba, protozoa berflagela,
diatom, alga hijau tak berklorofil, Cyanobacteria yang lain, tumbuhan tingkat tinggi, dan cendawan.
Beberapa jenis Cyanobacteria dikembangkan sebagai sumber makanan atau protein sel tunggal. Salah
satu jenis yang populer adalah Spirulina yang mengandung protein tinggi dan aman dikonsumsi.

23
BAB V

KINGDOM PROTISTA

A. Pengertian Protista
Kingdom Protista adalah makhluk eukariotik paling sederhana, tetapi lebih kompleks dalam
hal struktur, fungsi, tingkah laku, dan ekologinya dibanding dengan archeobacteria dan eubacteria.
Protista merupakan makhuk hidup bersel satu atau bersel banyak dan telah mempunyai membran inti.

Ciri Protista :
1. Bersel eukariotik.
2. Bentuk tubuh organisme golongan protista amatlah beragam.
3. Respirasi secara aerobik.
4. Sebagian besar bersifat uniselular, beberapa membentuk koloni. Ada juga yang multiseluler,
terdiri dari banyak sel. Protista multiselular mempunyai tubuh yang sederhana tanpa jaringan
terspesialisasi.
5. Ada yang bereproduksi secara aseksual dan ada juga yang seksual.
6. Sebagian protista hidup bebas, tetapi ada juga yang bersimbiosis dengan organisme lain.
7. Kebanyakan hidup di perairan, laut, atau perairan tawar.
8. Bergerak aktif seperti hewan dan berklorofil seperti tubuhan, serta mempunyai siklus hidup dan
reproduksi yang mirip dengn jamur.

Klasifikasi Protista
1. Berdasarkan caranya memperoleh makanan, protista dibagi menjadi tiga golongan berikut ini :
a. Protista autotrof : Memiliki klorofil sehingga mampu berfotosintesis.
Contoh : alga, meliputi filum Euglenophyta, Chrysophyta, Pyrrhophyta, dan Phaeophyta.
b. Protista hetotrof : Memperoleh makanan dengan cara fagositosis
Contoh : Protozoa, meliputi filum Mastigophora, Sarcodina, Ciliophora, dan Sporozoa
c. Protista yang mencerna makanan di lluar sel (ekstraeluler), dan kemudian menyerap hasilnya
yang berupa sari-sari makanan.
Contoh : Jamur lendir dan jamur air.

2. Berdasarkan ciri yang dimilikinya, organisme protista dikelompokkan menjadi :


a. Protozoa (protista mirip hewan).
b. Alga (protista mirip tumbuhan).
c. Jamur (protista mirip jamur).

a. Protozoa (Protista mirip hewan)

24
1. Ciri-ciri protozoa
· Uniseluler (kecuali Paramecium) dan tidak memiliki dinding sel, tubuh belum terdiferensiasi
secara jelas.
· Bersifat fagositosis, soliter, atau koloni, ada yang memiliki semacam rangka.
· Dapat ditemukan pada air tawar, air laut, dalam tanah, hutan, sawah, aatau parasit pada
organisme lain.
· Ada yang bergerak dan ada yang tiak bergerak. Protozoa bergerak dengan flagel, pseudopodia,
silia, atau dengan gerakan sel itu sendiri.
· Cara hidup heterotrof (saprofit atau parasit)
· Berkembangbiak dengan cara vegetatif dengan membelah diri dan generatif sdengan konjugasi.
· Dalam kondisi yang tidak menguntungkan, protozoa membentuk kista, yaitu selaput tebal untuk
melindungi diri.

2. Struktur Tubuh Protozoa


· Ukuran tubuh mulai dari 10 mikron-6mm.
· Bentuk protozoa bervariasi, yaitu asimetris, bilateral, simetris, radial simetris, dan spiral.
· Secara umum tubuh protozoa dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu membran plasma terdiri dari
senyawa lipoprotein, sitoplasma yang bersifat koloid, dan inti sel

Klasifikasi Protozoa
a. Kelas Rhizopoda (Sarcodina)

Rhizopoda berasal dari kata rhizo yang berarti akar dan podos yang berarti kaki, yaitu protozoa yang
bergerak dengan menggunakan kaki semu (pseudopodia). Kelas Rhizopoda memiliki ciri-ciri:
1) Alat gerak berupa kaki semu
2) Habitat di air dan parasit pada tubuh hewan
3) Cara hidup soliter
4) Reproduksi secara membelah diri

Contoh :
Nama Tempat hidup Keterangan
Entamoeba Rongga usus besar Parasit
Entamoeba coli Rongga usus besar Parasit
Entamoeba hartmani Rongga usus besar Parasit
Jod amoeba butschlli Rongga usus besar Parasit
Dientamoeba fragillis Rongga usus besar Parasit
Endolimax nana Rongga usus besar Parasit
Entamoeba gingivalis Mulut Parasit
Amoeva proteus Di perut bumi Saprofit

25
b. Kelas Flagellata (Mastigophora)

Flagellata berasal dari kata flagellum yang berarti bulu cambuk yaitu protozoa yang memiliki alat
gerak berupa bulu cambuk kelas flagellata mastigophora memiliki ciri-ciri :
1) Alat gerak berupa bulu cambuk
2) Hidup di air laut air tawar dan parasit pada tubuh hewan atau manusia
3) Cara hidup dengan soliter atau koloni
4) Reproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan konjugasi

Contoh :
Nama Penyakit yang ditimbulkan
Trypanosoma gambiense dan trypanosoma Parasit dalam darah manusia dan dapat
rhodesiense menyebabkan penyakit tidur
Trypanosoma cruzi Penyakit chagas di Amerika
Trypanosoma evansi Penyakit surra pada hewan
Trypanosoma brucei Penyakit nagana pada sapi dan kerbau
Trypanosoma vaginalis Keputihan pada vagina manusia
Trypanosoma foetus Parasit pada vagina sapi

c. Kelas Ciliata (Ciliophora)

26
Ciliata berasal dari kata Cilia yang berarti bulu getar, yaitu protozoa yang memiliki alat gerak berupa
bulu getar. Kelas ciliata (ciliophora) memiliki ciri-ciri :
1) Alat gerak berupa rambut getar
2) Hidup di air tawar dan tempat-tempat yang lembab
3) Cara hidup soliter atau berkoloni
4) Reproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan konjugasi

Contoh ciliata yang hidup bebas adalah paramecium caudatum, dan yang hidup parasit adalah
nyctoterus ovalis (yang hidup di dalam usus kecoa) dan balantidium coli (yang parasit pada babi dan
dapat menyebabkan penyakit balantidiosis (disentri balantidium).
Sedangkan contoh hewan ciliata yang lainnya adalah :
1) Stentor, hidup di sawah sawah atau air tergenang banyak mengandung bahan organik
2) Didinium, merupakan pemangsa paramecium, hidup di perairan yang banyak protozoa
3) Vorticella, bentuk seperti lonceng silia terdapat di sekitar mulut sel
4) Stylonichia, mirip dengan paramecium, silia berkelompok disebut sirus, hidup di perairan yang
banyak mengandung sampah organik.

d. Kelas Sporozoa

Sporosoa berasal dari kata spora yang berarti benih dan zoon yang berarti hewan, merupakan protozoa
yang tidak memiliki alat gerak. kelas sporozoa memiliki ciri ciri :
1) Tidak memiliki alat gerak
2) Hidup sebagai parasit pada sel darah merah manusia atau hewan
3) Cara hidup soliter
4) Reproduksi secara aseksual dengan sporofit dan seksual dengan gametofit
Contoh :
1) Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria tertiana.
2) Plasmodium malariae penyebab penyakit malaria quartana.
3) Plasmodium Ovale, penyebab penyakit limpa.
4) Plasmodium falciparum penyebab penyakit malaria tropika.

27
3. Peranan Protozoa
a. Protozoa menguntungkan :
1) Membentuk endapan tanah radiolaria.
2) Membentuk tanah globigerina.
3) Membantu pembusukan sisa. makanan dan pembentukan vitamin K.
4) Sebagai zooplankton yang merupakan konsumen tingkat pertama.
5) Cangkang dari silika dimanfaatkan sebagai bahan pembentuk gelas.
6) Sebagai petunjuk dalam pencarian sumber minyak bumi di laut.
7) Sebagai bahan dasar pembuatan alat gosok.

b. Protozoa Merugikan :
1) Pada manusia menimbulkan penyakit disentri, gingivalis, diare, tidur, kalazaar, keputihan,
malaria.
2) Pada hewan menyebabkan penyakit surra pada ternak, penyakit chagas pada tikus dan insekta.

B. Alga/Ganggang (Protista mirip tumbuhan)


Dalam sistem lima kingdom Alga tidak masuk dalam kingdom plantae. Alga masuk dalam
kingdom protista karena memiliki ciri-ciri tubuh tersusun dari satu atau banyak sel, yang tidak
berdiferensiasi menjadi jaringan khusus. Alga mikroskopis dapat dijumpai hampir di segala
lingkungan yang terkena sinar matahari. Alga mikroskopis ini merupakan bagian dari fitoplankton
yang berguna sebagai makanan penting bagi organisme lain.

1. Ciri-ciri Alga
Alga memiliki ciri dan sifat sebagai berikut.
a. Termasuk organisme fotosintetik.
b. Bersifat eukariotik karena sudah memiliki inti sel dengan membran inti yang menyelubunginya.
c. Tubuh alga disebut sebagai thallus karena belum dapat dibedakan akar,batang, dan daun.
d. Memiliki kloroplas,dijumpai di tempat lembab, air tawar, air laut, atau menempel pada pohon.
e. Organisme ini dapat hidup sebagai Plankton (mengapung, terbawa arus) bentos (di dasar
perairan) atau perifiton (menempel).
f. Ada yang uniseluler bersifat soliter dan koloni, dan ada yang multiseluler berbentuk benang atau
lembaran.
g. Ada yang mikroskopis dan ada pula yang makroskopis.
h. Beberapa Alga dapat merugikan manusia karena menghasilkan racun, anti bakteri, atau bersifat
parasit.
i. spesies tertentu dapat berperan sebagai bioindikator, bioremediator, atau sebagai sumber
makanan tambahan.

2. Klasifikasi Alga
Berdasarkan pigmen yang dikandungnya, alga dibedakan menjadi beberapa filum sebagai berikut.
a. Euglenophyta

28
Euglenophyta memiliki ciri-ciri :
1) Organisme yang mirip hewan dan tumbuhan.
2) Mempunyai klorofil (klorofil a dan b) serta mengandung karoten dan dapat melakukan
fotosintesis.
3) Mempunyai bintik mata dan selnya tidak berdinding.
4) Dapat bergerak bebas .
5) Habitat di air tawar atau tempat yang lembab.
6) Reproduksi dengan membelah diri (pembelahan biner).

b. Chrysophyta (Ganggang Keemasan)

Secara umum Chrysophyta memiliki ciri-ciri :


1) habitatnya ada yang di air laut dan ada yang di air tawar.
2) ada yang bersel tunggal dan ada yang bersel banyak

Chrysophyta dibagi ke dalam tiga kelas yaitu :


1) Ganggang hijai-kuning (Xanthophyceae)
Xanthophyceae memiliki ciri-ciri :
Memiliki klorofil dan xantofil. umumnya berbentuk filamen dan tidak berserat.
Reproduksi vegetatif dengan membentuk zoospora contoh : Vaucheria.

2) Ganggang cokelat keemasan (Chrysophyceae)


Chrysophyceae memiliki ciri-ciri :
a. Mempunyai pigmen klorofil dan karoten.
b. Ada yang uniseuler, contohnya Ochromonas dan ada pula yang membentuk koloni,
contohnya Synura.
c. Hasil fotosintesis disimpan sebagai karbohidrat dan minyak.

3) Bacillariophyceae (Diatom)
Bacillariophyceae memiliki ciri-ciri :
a. Banyak terdapat di permukaan tanah basah.
b. Ada yang uniseluler dan ada yang berkoloni.
c. Dinding sel terdiri dari epiteka dan hipoteka.
d. Reproduksi aseksual dengan membelah diri.
Contoh : Navicula, Pinnularia, dan Cyclotella.

29
c. Pyrrhophyta (Ganggang Api)

Semua anggota ganggang api mempunyai dua flagel, oleh sebab itu disebut juga
dinoflagellata (dino=dua). Pyrrhophyta (ganggang api) mempunyai ciri-ciri :
1) Uniseluler dapat bergerak aktif.
2) Selnya berdinding dan di sebelah luar sel terdapat alur masing-masing mengandung satu
flagela.
3) Mempunyai plastida yang mengandung klorofil dan pigmen coklat kekuningan.
4) Reproduksi dengan membelah diri.
5) Ganggang api yang hidup di laut bersifat fosforesensi.
contoh : Peridinium.

d. Chlorophyta (Ganggang hijau)

Chlorophyta (ganggang hijau) memiliki ciri-ciri :


1) Sebagai Plankton di air tawar dan air laut ada pula yang hidup ditempat yang lembab dan tubuh
hewan.
2) Memiliki kloroplas dengan berbagai bentuk (spiral mangkok lembaran bola dan bintang).
3) Kloroplasnya mengandung klorofil a dan b karoten serta xantofil.
4) Reproduksi vegetatif dilakukan dengan pembelahan biner, fragmentasi, dan pembentukan
zoospora, sedangkan secara generatif dilakukan dengan konjugasi serta peleburan sperma dan ovum.

30
Chlorophyta dibedakan sebagai berikut.
1) Chlorophyta bersel tunggal tak bergerak
Contoh: Chlorella dan Chlorococcum
2) Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak
Contoh : Chlamydomonas
3) Chlorophyta berkoloni tak bergerak
Contoh : Hydrodyctyon
4) Chlorophyta berkoloni dapat bergerak
Contoh : Volvox
5) Chlorophyta berbentuk benang
Contoh : Spyrogyra dan Oedogonium
6) Chlorophyta berbentuk lembaran
Contoh : Ulva dan Chara

e. Phaeophyta (Ganggang cokelat)

Phaeophyta (Ganggang cokelat) memiliki ciri-ciri :


1) Tubuh mirip tumbuhan tingkat tinggi.
2) Memiliki pigmen fikosantin dan klorofil.
3) Reproduksi secara vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan generatif dengan membentuk
konseptakel jantan dan konseptakel betina.
4) Sebagian besar hidup di laut, beberapa jenis hidup di air tawar.
Contoh : Sargassum, Macrocystis, Fucus, dan Ectocarpus.

f. Rhodophyta (Ganggang merah)

Rhodophyta (Ganggang merah) memiliki ciri-ciri :


1) Bentuk tubuh seperti rumput sehingga sering disebut rumput laut.
2) Tubuh bersel banyak dan berbentuk seperti lembaran.

31
3) Mengandung klorofil, pigmen fikoeritrin, dan pigmen fikosianin.
4) Reproduksi seksual dengan peleburan sperma dan ovum yang menghasilkan zigot.
5) Habitat sebagian besar di laut dan sebagian di air tawar.
Contoh : Eucheuma spinosum, Gelidium, Kallimenia, dan Scinata.

Reproduksi Alga
Alga melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. reproduksi aseksual adalah
melalui :
a. Pembelahan biner terjadi pada Alga uniseluler.
b. Fragmentasi (pemutusan beberapa bagian tubuh yang akan tumbuh menjadi individu baru)
terjadi pada alga berkoloni dan berbentuk benang.
c. Spora Kembara (zoospora) yakni potongan dari protoplasma yang dibungkus oleh dinding sel
yang dilengkapi flagel.

Sedangkan proses reproduksi seksual (generatif) dilakukan melalui :


a. Isogami (konjugasi), yakni peleburan sel kelamin jantan dan betina yang mempunyai bentuk dan
ukuran yang sama atau dengan kata lain, perkawinan yang belum diketahui jenis kelaminnya.
b. Anisogami, yakni pertemuan sel kelamin jantan yang berukuran lebih kecil dari sel kelamin
betina.
c. Oogami, pertemuan antara spermatozoid dengan ovum yang menghasilkan zigot.

Peranan Alga
a. Chlorella, Euchema, Gelidium, dan Gracilaria, dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan
tambahan, bahan pembuatan agar-agar, obat-obatan, dan kosmetik.
b. Diatome/Navicula, menghasilkan zat kersik untuk bahan penggosok, isolasi bahan dasar industri
kaca, bahan dinamit, campuran semen, dan bahan untuk saringan (penyaring bakteri).
c. Sargasum, Turbinaria, Fucus, Ascophylum, Laminaria, menghasilkan asam alginat sebagai
pengental dalam produk makanan (sirup, coklat, permen, salad, keju, es krim), dan pengental dalam
industri (lem, tekstil, pelapis kertas, tablet antibiotik, pasta gigi).
d. Chondrus, Gigartina, Rhodymenia palmata, dan Porphyra, untuk bahan pembuatan agar dan
karagin atau dimakan langsung sebagai makanan suplemen kesehatan.
e. Macrocrystas pyrifera, menghasilkan iodin, yaitu unsur yang dapat digunakan untuk mencegah
penyakit gondok.
f. Macrocystis, sebagai makanan suplemen untuk hewan ternak karena kaya Na, P, N, Ca.
g. Alga bersel satu (semua jenis alga di laut) sebagai fitoplankton untuk makanan ikan dalam rantai
makanan, sebagai produsen primer penyedia bahan organik.

32
BAB VI
FUNGI (JAMUR)

A. Pengertian Fungi
Fungi(jamur) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak dengan tidak
memiliki klorofil. Sel jamur memiliki dinding yang tersusun atas kitin. Karena sifat-sifatnya tersebut
dalamklasifikasi makhluk hidup, Jamur dipisahkan dalam kingdom nya tesendiri,ia tidak termasuk
dalam kindom protista,monera, maupun plantae. Karena tidak berklorofil, jamur temasuk ke dalam
makhluk hidup heterotof (memperoleh makanan dari organisme lainnya), dalam hal ini jamur hidup
dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada di lingkungannya. Umumnya jamur hidup
secara saprofit (hidup dengan menguai sampah oganik seperti bankai menjadi bahan anoganik). Ada
juga jamur yang hidup secara parasit (memperoleh bahan organik dari inangnya), adapula yang hidup
dengan simbiosis mutualisme(yaitu hidup dengan organisme lain agar sama-sama mendapatkan
untung).

B. Reproduksi Fungi
Seperti yang telah saya jelaskan tadi sahabat, jamur terbagi atas dua, yaitu uniseluler(besel
tunggal) dan multiseluler), nah keduanya ini memiliki cara berkembang biak yang berbeda.
Jamur uniseluler berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk tunas, dan secara seksual
dengan membentuk spora askus. Sedangkan jamur multiseluler yang terbentuk dari rangkaian sel
membentukbenang seperti kapas, yang disebut benang hifa. Dalam perkembangbiakkannya secara
aseksual ia memutuskan benang hifa (fragmentasi), membentuk spora aseksual yaitu zoospora,
endospora, dan konidia. Secara seksual melalui pelebuan anatara inti jantan dan inti bentina sehingga
terbentuk spora askus atau spora sidium.
Zoospora atau spora kembara adalah spora yang dapat bergerak di dalam air dengan
menggunakan flagela. Jadi jamur penghasil zoospora biasanya hidup di lingkungan yang lembab atau
berair. Endospora adalah spoa yang dihasilkan oleh sel dan spora tetap tinggal di dalam sel tesebut,
hingga kondisi memungkinkan untuk tumbuh.
Spora askus atau askospora adalah spora yang dihasilkan melalui perkawinan jamur
ascomycota. Askospora terdapat dalam askus, biasanya berjumlah 8 spora. Spora yang dihasilkan dari
perkawinan kelompok jamur Basidimycota disebut basidispora. Basidispoa terdapat di dalam
basidium, dan biasanya berjumlah empat spora.
Konidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung
hifa atau dengan diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Jika telah masak konidia paling ujung
dapat melepaskan diri.

33
Klasifikasi Fungi
Jamur diklasifikasikan berdasarkan cara reproduksi dan struktur tubuhnya. Dalam klasifikasi
dengan lima kingdom, jamur dibagi menjadi 4 divisi, yaitu :

1.Divisi Zygomycota

Jamur Zygomycota

Tubuh Zygomycota terdiri dari benang hifa yang bersekat melintang, ada pula yang tidak
bersekat melintang. Hifa bercabang-cabang banyak dan dinding selnya mengandung kitin.
Contoh jamur ini adalah jamur yang tumbuh pada tempe, selain itu ada juga yang hidup
secara saprofit pada rotin, nasi, dan bahan makanan lainnya. Ada pula yang hidup secara parasit,
misalnya penyebab penyakit busuk pada ular jalar.
Jamur Zygomycota berkembangbiak secara aseksual dengan spora. Beberapa hifa akan
tumbuh ke atas dan ujungnya menggembung membentuk spoangium. Sporangium yang masuk
berwarna hitam. Spoangium kemudian pecah dan spora tersebar, spora jatuh di tempat yang sesuai
akan tumbuh membentuk benang baru.
Reproduksi secara seksual dilakukan sebagai berikut :
dua hifa yakni hifa betina (hifa -) dan hifa jantan (hifa +) betemu, kemudian inti jantan dan inti betina
melebu, terbentuk zigot yang berdinding tebal. Zigot menghasilkan kota spora yang disebut
zigosporangium dan sporanya disebut zygospora. Zygospora mengalamai dormansi (istirahat) selama
1-3 bulan. Setelah itu zigospora akan berkecambah membentuk hifa. Hifa jantan dan betina hanya
istilah saja , dan disebut jantan, jika hifanya memberi isi sel, disebut betina kalau menerima isi sel.

2.Divisi Ascomycota

34
Jamur Ascomycota
Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat menghasilkan spora askus (askospora),
yaitu spora hasil repoduksi seksual, berjumlah 8 spora yang tersimpan di dalam kotak spoa. Kotak
spora ini menyerupai kantong sehigngga disebut askus, untuk mengetahui bentuk dan stuktu askus
dibutuhkan pengamatan yang teliti.

a.Reproduksi secara sesksual


Reproduksi secara seksual dapat dijelaskansecara ingkas sebagai berikut. Hifa yang
bercabang-cabang ada yang berdifensiasi membentuk alat reproduksi betina yang ukurannya menjadi
lebh besar, yang disebut askogonium. Di dekatnya , dari ujung hifa lain terbentuk alat repoduksi
jantan yang disebut anteridium berinti haploid(n kromosom). Dari askogonium tumbuh saluran yang
menghubungkan antara askogonium dan anteridum. Saluran itu disebut trikogin. Melalui saluran
trikogin inilah inti sel dari anteidium pindah dan masuk ke dalam askogonium. Selanjutnya, inti
anteridium dan inti askogonium berpasanga. Setelah terbentuk pasangan inti, dari askogonium tumbuh
beberapa hifa. Hifa ini disebut sebagai hifa askogonium . Nah inin yang berpasangan itu masuk ke
dalam askogonium ,kemudian membelah secara mitosis, namun tetap saja berpasangan. Setelah
memasuki inti hifa askogonium teus tumbuh, membentuk sekat melintang, dan bercabang-cabang
banyak. Di ujung-ujung hifa askogonium ini terdapat dua int. Ujung hifainilah yang kelak akan
membentuk askus. Cabang-cabang hifa itu dibungkus oleh miselium, bentuknya kompak,yang mudah
menjadi tubuh buah atau askokarp.
Dua inti di dalam askus yang berasal dari ujung hifa itu membelah secara meiosis membentuk
8 buah spoa. Jadi, spoa tersebut terbentuk di dalam askus, karena itulah disebut spora askus. Spora
askus dapat tersebar kemana-mana karena angin. Jika jatuh di tempat yang sesuai spora askus akan
tumbuh menjadi benag hifa baru.

b.Reproduksi Secara Aseksual


Selain reproduksi secara seksual, jamur ini juga melakukan perkembangbiakkan secara
aseksual melalui pembentukan tunas, pembentukan konidia, fragmentas. Warna spora dan konidia
bemacam-macam. Ada yang hitam,coklat, bahkan kebiruan, dan juga ada yang merah oranye.
Ukuran tubuh Ascomycota ada yang mikroskopis (satu sel), ada yang makroskopis (dapat dilihat
dengan mata). Golongan jamur ini ada yang hidup saprofit, parasit dan ada pula yang bersimbiosis.

3. Divisi Basidiomycota

Jamur Basidiomycota

Jamur Basidiomycota umumnya merupakan jamur makroskopik, dapat dilihat dengan mata
karena ukuannya yang besar. Pada musim penghujan dapat kita temukan pada pohon, misalnya jamur
kuping, jamur pohon, atau di tanah yang banyak mengandung bahan oganik, misalnya jamur barat.
35
Bentuk tubuh buahnya kebanyakan mirip payung misalnya pada jamur merang yang kalian
amati. Basidiomycota ada yang dibudayakan misalnya jamur merang, jamur tiram, jamur shiltake, dan
lainnya, jamur-jamur tersebut merupakan makan yang bergizi tinggi.
Hifa Basidiomycota memiliki sekat melintang, berinti satu (monokaiotik) atau dua
(dikariotik). Miseliumnya berada pada substrat. Dari hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah
berbentuk payung atau bentuk lain yang menjulang di atas substrat. Bagian tubuh buah inilah yang
enak dimakan. Tubuh buah atau basidiokarp merupakan tempat tumbuhnya basidium. Setiap basidium
menghasilkan 4 spora basidum.

Secara singkat daur hidup Basidiomycota ialah Hifa (+) bertemu hifa (-) à inti dari hifa (+) pindah ke
hifa(-) à hifa dikariotikà tumbuh miselium muncul basidiokarpàmembentuk basidium à spora
basidium

4.Divisi Deuteromycota
Telah dibahas sebelumnya bahwa jamu yang epoduksi seksualnya menghasilkan askus
digolongkankedalam Ascomycota dan yang menghasilkan basidium digolobgkan kedalam
Basidiomycota. Akan tetapi belum semua jamu yang dijumpai di alam telah diketahui cara repoduksi
seksualnya. Kira-kira terdapat sekitar 1500 jenis jamur yang belum diketahui cara reproduksi
seksualnya. Akibat dari hal ini Tidak ada yang bisa menggolongkan 1500 jamur tersebut. Jamur yang
demikian untuk sementara waktu digolongkan k dalam Deuteromycota atau “jamur tak tentu”. Jadi,
Deuteromycota bukanlah penggolongan yang sejati atau bukan takson. Jika kemudian menurut
penelitian ada jenis dari jamu ini yang diketahui proses reproduksi seksualnya,maka akan dimasukkan
ke dalam ascomycota atau Basidiomycota. Sebagai cotnoh adalah jamur oncom yang mula-mula
jamur ini berada di divisi deuteromycota dengan nama Monilla Sithophila. Namun setelah diteliti
ternyata jamur ini menghasilkan askus sehingga dimasukkan ke dalam Ascomycota.

36
MAKALAH
MATERI BIOLOGI BAB I-VI

OLEH : ADINDA NUR AISYAH


KELAS : X MIA 3

SMA NEGERI 7 PONTIANAK


TAHUN AJARAN 2018/2019

37

Anda mungkin juga menyukai