Bab I

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan pelayan masyarakat / abdi negara yang

memiliki tanggung jawab terhadap pelayanan publik dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut ditegaskan dalam Undang-Undang No 5

Tahun 2014 bahwa untuk memenuhi tuntutan nasional dan tantangan global dalam

mewujudkan Aparatur Sipil Negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi, maka

Pemerintah Pusat merasa perlu menetapkan Aparatur Sipil Negara sebagai profesi

yang memiliki kewajiban mengelola, mengembangkan diri serta wajib

mempertanggungjawabkan kinerja selain menerapkan prinsip merit dalam

pelaksanaan Manajemen ASN.

Hal tersebut selaras dengan keleluasaan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat

dalam corak pemerintahan desentralistik berwujud “Otonomi Daerah”, sebagaimana

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah;

Undang-Undang Nomor 33 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah; Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah

ditegaskan bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan dan dorongan untuk bisa

merencanakan pembangunan daerahnya sendiri, mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat secara luas, nyata dan bertanggung jawab berdasarkan prinsip-

prinsip demokrasi, peran serta, dua prakarsa dan aspirasi masyarakat sendiri atas dasar

pemerataan dan keadilan, serta sesuai dengan keragaman daerah masing-masing

dilihat dari kondisi, potensi, permasalahan, peluang ataupun kebutuhan ekonomi

masyarakat.
Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan salah satu faktor pendukung dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki fungsi sebagai

pelaksana kebijakan, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa. Aparatur

Sipil Negara (ASN) yang berkualitas sebagai pelaksana kebijakan menjadi faktor

pendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih. Tugas seorang

Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tidak kalah penting adalah sebagai pelayan publik,

pelayanan ini meliputi banyak hal, baik dalam bidang administrasi negara , sosial,

kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Setiap ruang lingkup pelayanan tersebut

memiliki unit pelaksanaan terpadu, mulai dari unit terkecil hingga unit terbesar dalam

lingkup nasional.

Dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial dalam masyarakat

maka, meningkat pula kesadaran akan arti hidup sehat dan keadaaan tersebut

menyebabkan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, nyaman

dan berorientasi pada kepuasan konsumen semakin mendesak dimana diperlukan

kinerja pelayanan yang tinggi.

Upaya pelayanan kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitik beratkan

kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang

optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan. tentang kebijakan dasar kesehatan

masyarakat, menyebutkan bahwa puskesmas adalah unit pelaksana dinas kesehatan

(Dinkes) kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelengarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas juga berperan menyelenggarakan

sebagian dari tugas teknis kabupaten/kota dan merupakan ujung tombak

pembangunan kesehatan di Indonesia. Puskesmas yang berdasarkan surat keputusan

bupati atau walikota untuk menjalankan fungsi perawatan dan fasilitas rawat inap

yang sekaligus merupakan pusat rujukan anatara praktik kefarmasian yang meliputi
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, dan lain-lain.

Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu faktor yang harus di perhatikan

terutama obat, karena obat merupakan salah satu unsur penting yang harus di

perhatikan untuk melaksanakan pelayanan kesehatan yang optimal, serta memerlukan

biaya yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan biaya kesehatan lainnya (Depkes

RI, 2014).

Pengolahan obat bertujuan untuk menjamin dan mempertahankan mutu obat

maka harus dilakukan suatu sistem penyimpanan obat yang baik dan benar.

Pengelolaan obat yang kurang efisien pada tahap penyimpanan akan berpengaruh

terhadap peran puskesmas secara keseluruhan. Penyimpanan adalah suatu kegiatan

menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat obatan yang diterima

pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik obat yang dapat

merusak mutu obat. Selain itu, kegiatan dari penyimpanan obat meliputi pengaturan

tata ruangan, penyusunan stok obat, pencatatan stok obat, fisik obat dan penyimpanan

beberapa macam obat yang memerlukan suhu tertentu (Depkes RI, 2014).

Penyimpanan obat juga merupakan faktor yang sangat penting dalam

pengelolaan obat di puskesmas karena dengan penyimpanan yang baik dan benar akan

dengan mudah dalam pengambilan obat yang efektif serta pelayanan kesehatan di

puskesmas akan lebih baik. Penyimpanan obat yang buruk dapat menimbulkan

turunnya kualitas obat serta menambahnya obat kadaluarsa.

Berdasarkan latar belakang uraian diatas peneliti akan mengadakan aktualisasi

dengan judul “ Mengoptimalisasi penyimpanan obat yang efektif di puskesmas

kenanga dengan menggunakan metode FEFO (First Expired First Out) dan FIFO

(First In First Out) di Puskesmas Kenanga”.


1.2 Tujuan
Tujuan umum
1. Sebagai dasar melakukan aktualisasi nilai-nilai dasar akuntabilitas,naionalisme,
etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi dalam proses pembelajaran supaya
proses pembelajaran menjadi lebih terarah.
2. Mengoptimalisasi penyimpanan obat di puskesmas sehingga berjalan dengan
visi dan misi puskesmas kenanga
Tujuan khusus
1. Meningkatkan kualitas mutu obat

1.2.1. MANFAAT
Manfaat dari kegiatan ini adalah:
1. Bagi puskesmas, dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan perbaikan dalam
penyimpanan obat di Puskesmas Kenanga
2. Bagi peneliti, dapat menjadi bahan acuan dalam melaksanakan penyimpanan obat di
Puskesmas Kenanga

Anda mungkin juga menyukai