Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan pelayan masyarakat / abdi negara yang
Tahun 2014 bahwa untuk memenuhi tuntutan nasional dan tantangan global dalam
mewujudkan Aparatur Sipil Negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi, maka
Pemerintah Pusat merasa perlu menetapkan Aparatur Sipil Negara sebagai profesi
Hal tersebut selaras dengan keleluasaan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat
ditegaskan bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan dan dorongan untuk bisa
masyarakat setempat secara luas, nyata dan bertanggung jawab berdasarkan prinsip-
prinsip demokrasi, peran serta, dua prakarsa dan aspirasi masyarakat sendiri atas dasar
masyarakat.
Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan salah satu faktor pendukung dalam
pelaksana kebijakan, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa. Aparatur
Sipil Negara (ASN) yang berkualitas sebagai pelaksana kebijakan menjadi faktor
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tidak kalah penting adalah sebagai pelayan publik,
pelayanan ini meliputi banyak hal, baik dalam bidang administrasi negara , sosial,
memiliki unit pelaksanaan terpadu, mulai dari unit terkecil hingga unit terbesar dalam
lingkup nasional.
maka, meningkat pula kesadaran akan arti hidup sehat dan keadaaan tersebut
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang
bupati atau walikota untuk menjalankan fungsi perawatan dan fasilitas rawat inap
yang sekaligus merupakan pusat rujukan anatara praktik kefarmasian yang meliputi
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
terutama obat, karena obat merupakan salah satu unsur penting yang harus di
biaya yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan biaya kesehatan lainnya (Depkes
RI, 2014).
maka harus dilakukan suatu sistem penyimpanan obat yang baik dan benar.
Pengelolaan obat yang kurang efisien pada tahap penyimpanan akan berpengaruh
menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat obatan yang diterima
pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik obat yang dapat
merusak mutu obat. Selain itu, kegiatan dari penyimpanan obat meliputi pengaturan
tata ruangan, penyusunan stok obat, pencatatan stok obat, fisik obat dan penyimpanan
beberapa macam obat yang memerlukan suhu tertentu (Depkes RI, 2014).
pengelolaan obat di puskesmas karena dengan penyimpanan yang baik dan benar akan
dengan mudah dalam pengambilan obat yang efektif serta pelayanan kesehatan di
puskesmas akan lebih baik. Penyimpanan obat yang buruk dapat menimbulkan
kenanga dengan menggunakan metode FEFO (First Expired First Out) dan FIFO
1.2.1. MANFAAT
Manfaat dari kegiatan ini adalah:
1. Bagi puskesmas, dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan perbaikan dalam
penyimpanan obat di Puskesmas Kenanga
2. Bagi peneliti, dapat menjadi bahan acuan dalam melaksanakan penyimpanan obat di
Puskesmas Kenanga