Makalah - DK 2 - Kel 4 - Psik A 2016
Makalah - DK 2 - Kel 4 - Psik A 2016
Disusun Oleh :
PSIK A 2016
Kelompok 4
0
KATA PENGANTAR
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Koping merupakan bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani
emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya (Gerald C.Davison, 2010: 275).
Menurut Lazarus dan Folkman koping ini ada dua yaitu problem focused coping dan
emotional focused coping. Pada kopingyang berfokus pada emosi, orang berusaha segera
mengurangi dampak stresor, dengan menyangkal adanya stresor atau menarik diri dari
situasi. Namun koping pada emosi tidak menghilangkan stresor (sebagai contoh penyakit
yang serius) atau tidak juga membantu individu dalam mengembangkan cara yang lebih
baik untuk mengatur stresor. Sebaliknya koping yang berfokus pada masalah ini orang
menilai stresor yang mereka hadapi dan melakukan sesuatu untuk mengubah stresor atau
memodifikasi reaksi mereka untuk meringankan efek dari stresor tersebut (Jeffrey S.
Nevid, 2003: 144-145).
Peran keluarga juga turut mempengaruhi terhadap pendewasaan seorang anggotanya.
Hal ini sesuai dengan fungsi keluarga batih dalam didalam masyarakat. Keluarga batih
merupakan kelompok dimana individu dapat menikmati bantuan utama dari sesamanya
serta keamanan dalam hidup. Disisi lain, keluarga merupakan jembatan antara individu
dengan kebudayaannya. Melalui keluarga, anak belajar mengenal nilai-nilai, peran sosial,
norma-norma serta adat istiadat yang ditanamkan oleh orang tua. Praktik-praktik
pengasuhan anak ini akan erat hubungannnya dengan kepribadian anak setelah menjadi
dewasa. Hal ini karena ciri-ciri dan unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya
sudah diletakkan benih-benihnya ke dalam jiwa individu sejak awal, dari masih kanak-
kanak. Watak juga ditentukan oeh cara-cara dia sewaktu kecil diajarkan makan,
kebersihan, disiplin, main, dan bergaul dengan anak-anak lainnya. Pembentukan watak
dan kepribadian ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain, misalnya keadaan
ekonomi keluarga dan masyarakat setempat, lingkungan budaya yang berupa aturan-
aturan, norma-norma, serta adat istiadat yang diwariskan secara turun menurun. Sehingga
warisan ini memegang peranan yang sangat penting didalam membentuk tingkah laku.
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti,
bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari anak ke anak. Awal
terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan. Pola
komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam
pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami. Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang
tua. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik.
Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta
4
dilambari dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang
harus dibina, dibimbing, dididik, dan bukan sebagai subjek semata ( Djamarah, 2004: 1).
Family support merupakan salah satu cara untuk menjaga hidup tetap sehat dan
khususnya pada penderita diabetes militus. Manfaat family support bagi penderita
diabetes militus membuat penderita lebih termotivasi dalam menjalani kehidupansehari-
harinya, menghadapi suatu masalah, lebih optimis dan percaya diri dalam melakukan
kegiatan sehari-hari karena adanya perhatian dari anggota keluarganya. Menurut Taylor
(dalam Sharma, 2010), seorang yang mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-
temannya lebih berani untuk mengatasi stress yang dialami.
Pembahasan tersebut yakni home visit, stress dan koping keluarga, nilai dan fungsi
afektif keluarga, serta asuhan keperawatan yang akan kami bahas sesuai kasus DK
Pemicu 2. Berikut pembahasan materi-materi tersebut kami paparkan dalam makalah ini.
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Home Visit
5
2. Untuk Mengetahui Tentang Prinsip Home Visit
3. Untuk Mengetahui Tentang Keuntungan Home Visit
4. Untuk Mengetahui Tentang Komponen Home Visit
5. Untuk Mengetahui Tentang Kelebihan dan Kekurangan Home Visit
6. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Nilai dan Fungsi Afektif Keluarga
7. Untuk Mengetahui Tentang Komponen Nilai dan Fungsi Afektif Keluarga
8. Untuk Mengetahui Tentang Faktor yang mempengaruhi Nilai dan Fungsi Afektif
Keluarga
9. Untuk Mengetahui Tentang Teori Nilai dan Fungsi Afektif Keluarga
10. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Stress Keluarga
11. Untuk Mengetahui Tentang Jenis Stress Keluarga
12. Untuk Mengetahui Tentang Sumber Stress Keluarga
13. Untuk Mengetahui Tentang Gejala Stress Keluarga
14. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Koping Keluarga
15. Untuk Mengetahui Tentang Mekanisme Koping
16. Untuk Mengetahui Tentang Strategi Koping Keluarga
17. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Kasus
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
7. Home visit membantu mencugah dan menangani (prevent and handling)
masalah.
8. Home visit membantu perawat dan anggota keluarga (family members) untuk
memodifikasi (modify) metode perawatan mereka.
9. Home visit memberikan kenyamanan (convenient) bagi pasien.
10. Home visit memfasilitasi setting pengendalian pasien.
11. Home visit merupakan pilihan terbaik untuk pasien yang tidak mau atau tidak
bisa bepergian.
12. Home visit memberikan lingkungan yang alami (natural environment) untuk
diskusi tentang fokus dan kebutuhan.
8
11. Home visit merupakan pilihan terbaik untuk pasien yang tidak mau atau tidak bisa
bepergian.
12. Home visit memberikan lingkungan yang alami (natural environment) untuk
diskusi tentang fokus dan kebutuhan.
9
(positive interpersonal relationship). Hubungan perawat dengan pasien menjadi
dasar untuk memberikan pelayan kesehatan kepada komunitas. pada
kesempatan ini perawat memperkenalkan diri kepada keluarga, menunjukkan
identitas profesional, dan membangun hubungan perawat dan pasien. Berikut
adalah karakteristik hubungan perawat—pasien:
a. Memiliki pengetahuan dan keterampilan sehingga bermanfaat bagi yang
lain.
b. Kebutuhan atau sesuatuyang dibutuhkan oleh seseorang harus menjadi
prioritas.
c. Hubungan terbatas pada hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
d. Seseorang yang dibantu membutuhkan dan menggunakan bantuan.
e. Bantuan harus diberikan secara kompeten.
4. Fase Terminasi Kunjungan (Termination Phase of Visit)
10
2. Implementing stage : Tahap implementasi atau melaksanakan intervensi
selama home visit berlangsung.
3. Evaluating stage : Tahap evaluasi, yaitu melakukan evaluasi untuk
mengetahui efektivitas atau keberhasilan tindakan yang telah diberikarn
4. Documentation : Pada tahap ini dilakukan pendokumentasian terhadap semua
tindakan yang diberikan serta hasilnya.
5. Termination : Tahap ini merupakan tahap pengakhiran karena keterbatasan
waktu atau karena faktor lainnya. Pada fase ini juga dilakkukan review
terhadap pencapaian tujua yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tahapan Aktivitas
11
Review tentang keamanan,
termasuk waktu yang tepat untuk
kuniunßan, penekaiian
lingkungan.
Lakukan pengkajian
pasien,lingkungan, Obat, nutrisi,
kemampuan fungsional,
keterbatasan pasien, isu
psikososial, sorta evaluasi
efektivitas intervensi kunjungan
sebelumnya.
12
tersier
13
Kembangkan strategi yang tepat
terutama pada kasus dengan
pasien yang meninggal,
penolakan home visit, atau
terminasi karena tidak ada
penggantian atas pelayanan yang
diberikan.
14
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif
adalah :
a. Saling mengasuh ; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan
dari anggota yang lain. Maka, kemampuan untuk memberikan kasih sayang
akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan
saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal besar
dalam memberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga / masyarakat
b. Saling menghargai; Bila anggota saling menghargai dan mengakui keberadaan
dan setiap hak anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang
positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
15
The McMaster Model of Family Functioning (MMFF) merupakan
konseptualisasi dari keluarga di dasarkan kepada klinis. Model MMFF ini
mendeskripsikan perangkat struktur dan organisasi dari kelompok keluarga
dan pola-pola transaksi antara anggota keluargayang dapat membedakan antara
fungsi keluarga yang baik dan fungsi keluarga yang kurang baik.(Epstein et al,
1983).
Dalam The McMaster Model of Family Functioning (MMFF), terdapat 7
tahapan dalam proses menyelesaikan masalah .(Epstein et al,2003). Yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah
b. Mengkomunikasikan masalah dengan orang yang tepat dalam keluarga
c. Mengembangkan alternative sosial yang mungkin untuk dilakukan
d. Memutuskan untuk melakukan salah satu alternative solusi
e. Melaksanakan keputusan
f. Melakukan monitoring terhadap langkah yang telah
dilaksanakan
g. Melakukan evaluasi terhadap keefektifan proses pemecahan masalah.
Keluarga yang berfungsi dengan baik akan membuat langkah- langkah yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah terlebih dahulu, mendiskusikan
permasalahan, mengkomunikasikan permasalahan tersebut satu sama lain, dan
memutuskan tindakan yang tepat.(Epstein et al, 2003).
16
berupa situasi yang dialami. Sumber stress akut keributan, kerumunan,
kelaparan,infeksi.
b. Stres kronis: Orang yang sering mengalami situasi sifatnya mencekam
secara terus menerus dalam waktu lama akan mendorong menjadi stress
kronis. Sumber peristiwa menekan terus menerus, masalah jangka
Panjang.
17
Sakit kepala, mudah kaget, banyak keluar keringat, gangguan pola tidur,
lesu, mual muntah, pingsan
2) Gejala Emosional
Pelupa, sukar konsentrasi, cemas, was-was, murung, mudah menangis,
Gelisah
3) Gejala social
Makin banyak merokok, makan, menarik diri, (Anaroga,2005)
18
a. Strategi hubungan
a) Kepercayaan keluarga, berkumpul bersama keluarga adalah proses yang sangat
penting dalam menghadapi masalah keluarga. Keluarga membuat struktur dan
organisasi yang lebih baik didalam rumah. Ketika keluarga berhasil membuat
struktur yang lebih baik, ini membuat keluarga dapat mengontrol hidup
mereka menjadi lebih baik.
b) Melakukan sharing bersama ,salah satu cara yang dapat membavva keluarga
menjadi lebih dekat dan menghadapi stress adalah dengan berbagi perasaan
dan mengikutsertakan setiap anggota keluarga dalam kegiatan keluarga.
Sharing bersama dapat membuat hubungan keluarga menjadi lebih erat.
c) Fleksibilitas peran, sebuah keluarga harus mampu beradaptasi untuk
perubahan atau perkembangan lingkungan. Pasangan suami istri mampu
berbagi peran dan berganti peran saat diperlukan.
b. Strategi kognitif
a) Normalisasi, Kecenderungan bagi keluarga untuk dapat membuat masalah
senormal mungkin yang mereka bisa ketika mereka menghadapi stressor
dalam jangka waktu yang panjang. Dan cenderung dapat mengganggu fungsi
dalam rumah tangga mereka.
b) Mengontrol makna masalah dengan re-framin dan menilai secara pasif ,
Dengan re-framing keluarga kembali melihat masalah mereka. Bagaimana
masalah itu terjadi dan membadingkannya dengan hal- hal yang positif.
Setelah membandingkan, kemudian keluarga menilai apakah masalah tersebut
menjadi hal yang positif atau tidak.
c) Pemecahan masalah bersama
Keefektifan pemecahan masalah dalam keluarga melibatkan 7 tahap
spesifik yaitu; Identifikasi masalah, mengkomunikasikan masalah ,
kemungkinan pemecahan masalah, menentukan strategi mana yang digunakan,
memonitoring strategi, memonitoring apakah strategi yang digunakan tersebut
berhasil, mengevaluasi semua proses pemecahan masalah.
d) Mengumpulkan informasi dan pengetahuan, keluarga mencari
informasi terkait stressor dan penyebab. Mencari informasi apakah masalah
mereka dapat mengancam kehidupan atau tidak, dari ini infomasi ini
didapatkan menurunkan tingakt ketakutan keluarga atau tidak. Menggunakan
humor, humor dapat membuat keluarga lepas dari kecemasan dan ketakutan.
19
c. Strategi koping eksternal
Inti dari koping eksternal adalah menjaga hubungan sosial komunitas,
pendukung sosial secara formal misalnya strategi penduduk sosial seperti keluarga,
teman tetangga. Sedangkan strategi spiritual konsultasi dengan ustad atau pemuka
agama di daerah tersebut, mengikuti kegiatan agama, pasrah dan percaya kepada
Tuhan serta berdoa.
20
l. Aktivitas rekreasi keluarga: -
2. Perkembangan keluarga:
a. Tahap perkembangan saat ini: Tahap ke 8 yaitu Lansia
b. Tugas perkembangan keluarga yg belum terpenuhi: -
3. Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
a. Riwayat keluarga inti: Tn A batuk karna alergi
b. Riwayat keluarga sebelumnya: -
4. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah: -
b. Karakteristik tetangga dan komunitas: -
c. Mobilitas geografis keluarga: -
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan komunitas: -
e. Sistem pendukung keluarga: puskesmas dan orang pintar
5. Struktur keluarga:
a. Pola komunikasi: terganggu, sehingga hubungan keluarga kurang harmonis
b. Struktur kekuatan keluarga: -
c. Struktur peran: -
d. Nilai dan norma keluarga: -
6. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif: penyakit Tn A membuat keluarga kurang harmonis
b. Fungsi sosialisasi: -
c. Fungsi reproduksi: mempunyai 3 orang anak dan 1 orang cucu
d. Fungsi ekonomi: keluarga Tn A mengalami kesulitan ekonomi
e. Fungsi perawatan kesehatan: ketika Tn A sakit ke puskesmas dan orang pintar
7. Stress dan koping keluarga:
a. Strategi koping yang digunakan: jika sakit berobat ke puskesmas dan orang
pintar
b. Strategi adaptasi yang disfungsi: sakit Tn A membuat keluarga menjadi
kurang harmonis
B. Pemeriksaan fisik: -
C. Harapan keluarga: -
D. Analisa data dan masalah keperawatan
Data Masalah Etiologi
21
sembuh total dan sering keluarga kesehatan keluarga
kambuh
Penyakit membuat
keluarga kurang
harmonis
Ds: Tn A mengeluh Manajemen kesehatan Kesulitan ekonomi
batuk karna alergi keluarga tidak efektif
Berobat ke puskesmas
dan orang pintar karna
biaya
Penyakit tidak sembuh
total dan sering kambuh
Jumlah 5
22
1 Sifat masalah : 3/3x1= 1 Masalah dikatakan aktual karna
aktual sudah terjadi
Jumlah 3 2/3
23
harmonis kesehatan memberikan
dan dapat keluarga konseling
memahami kesehatan
3. merawat
tentang kepada
keluarga yang
perawatan keluarga
sakit dengan
yang tepat
tepat
bagi
keluarga 4. modifikasi
lingkungan
5.
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan
24
harmonis keluarga yang
sakit dengan
tepat
4. modifikasi
lingkungan
5.
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Home visit merupakan salah satu aspek terpenting dari community health
nursing, karena dengan melakukan home visit kita dapat mengetahui bagaimana stress
dan kooping keluarga, mengetahui nilai dan fungsi afektif pada setiap keluarga
tersebut apakah terjalin dengan harmonis atau tidak. Lalu dengan home visit juga kita
akan lebih mengetahui secara jelas di mana permasalahan keluarga itu terletak,
apakah pada koping keluarga atau lainnya. Dan di sini perawat dapat membantu
keluarga tersebut untuk menyelesaikan masalahnya.
3.2 Saran
Dengan terselaikannya makalah ini, diharapkan sebagai mahasiwa
keperawatan mampu memahami mengenai materi Home Visit, Stres dan Adaptasi,
Nilai dan Fungsi afektif serta Komunikasi pada keluarga di masyarakat dengan tujuan
agar permasalahan tersebut dapat diatasi dengan bantuan perawat.
26
DAFTAR PUSTAKA
27