Anda di halaman 1dari 28

MODUL KEPERAWATAN KELUARGA DAN KOMUNITAS III

MAKALAH DISKUSI KELOMPOK PEMICU 2


Semester 6 Tahun Ajaran 2019/2020

Disusun Oleh :
PSIK A 2016
Kelompok 4

1. Nur Khalifatur Rasyidah (11161040000004)


2. Ernidya Damayanti (11161040000009)
3. Risa Lusiana (11161040000016)
4. Tika Rahmawati (11161040000024)
5. Titania Nanda Safitri (11161040000030)
6. Fitri Fadila (11161040000036)
7. Sofia Dwi Mardianti (11161040000080)
8. Dawda Kairaba Kijera (11161040000089)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MEI 2019

0
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.


Alhamdullilah hirobbil’alamin. Kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat hambatan dan pembelajaran
yang sangat bermanfaat. Namun, berkat dorongan dan motivasi yang tinggi dari
berbagai pihak hambatan tersebut dapat kami atasi. Maka dari itu, berkat bantuan
mereka kami mengucapkan terima kasih.
Dengan segala hormat ucapan kami tujukan kepada:
1. Bapak Dr. Jamaludin, S.Kep. Selaku dosen pembimbing dalam Modul
Keperawatan Keluarga dan Komunitas III.
2. Orang tua yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan makalah.
3. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan
motivasi.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang langsung
maupun tidak langsung turut andil dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk menyempurnakan makalah selanjutnya. Dan kami berharap semoga makalah
yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semuanya terutama para pembaca.
Wassalamuallaikum. Wr. Wb

Jakarta, 08 Mei 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................1


DAFTAR ISI .. ..................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................5
1.3 Tujua Penulisan ............................................................................................................6
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Home Visit ................................................................................................................7
2.1.1 Definisi ..............................................................................................................7
2.1.2 Prinsip ................................................................................................................7
2.1.3 Keuntungan .......................................................................................................8
2.1.4 Komponen .......................................................................................................9
2.1.5 Kelebihan dan kekurangan ..............................................................................14
2.2 Nilai dan Fungsi Afektif Keluarga .........................................................................14
2.2.1 Definisi ............................................................................................................14
2.2.2 Komponen .....................................................................................................15
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi ..........................................................................15
2.2.4 Teori fungsi afektif keluarga ...........................................................................15
2.3 Stress dan Koping Keluarga ...................................................................................16
2.3.1 Definisi stress ..........................................................................................16
2.3.2 Jenis stress ...............................................................................................16
2.3.3 Sumber stress .................................................................................................17
2.3.4 Gejala stress ..................................................................................................17
2.3.5 Definisi koping ..............................................................................................18
2.3.6 Mekanisme Koping .......................................................................................18
2.3.7 Strategi koping keluarga ................................................................................18
2.4 Asuhan Keperawatan ..................................................................................................20

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................26
3.2 Saran ....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................27

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Home Visit adalah salah satu tehnik pengumpul data dengan jalan mengunjungi
rumah siswa untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dan untuk
melengkapi data siswa yang sudah ada yang diperoleh dengan tehnik lain (WS.Winkel,
1995)
Stres dan ketidakpuasan merupakan aspek yang tidak dapat dihindari oleh individu.
Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Mahasiswa
merupakan remaja akhir yang tidak luput dari stres. Para mahasiswa oleh orangtua dan
masyarakat umum sudah dianggap dewasa dan mampu menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapi (dalam Indonesian Psychological Journal Vol.3 No.1 Januari 2006: 51).
Stres adalah kondisi seseorang yang mengalami tekanan baik secara fisik maupun
mental (Chaplin, dalam Tita Amelia: 06). Dari hasil wawancarapada beberapa mahasiswa
psikologi mengatakan bahwa ketika masa-masa kuliah pertama mereka tidak bisa
mengatur waktu untuk kegiatan ma’had, kuliah, PKPBA, kegiatan ekstra lainnya dan juga
tugas kuliah yang dirasa banyak bagi mahasiswa baru. Kadang kala mereka juga merasa
mudah lelah,pusing, migran, sesak nafas, sering melamun dan sebagainya. Pengakuan
meraka ini terjadi karena mereka sering tidur malam untuk mengerjakan tugas. Dan
kegiatan ma’had yang padat juga membuat mereka kurang tidur, sehingga mereka sering
pusing dan lainnya. Penyelesaian yang mereka lakukan adalah dengan menyendiri, pergi
jalan-jalan, shoping, makan yang banyak dan berdo’a (Wawancara, 03 Februari 2014).
Stres yang dialami mahasiswa baru harus dikelola dengan baik. Cara menghadapi
stres lazim disebut coping (koping). Konsep umum koping adalah menangani masalah
atau mengatur emosi akibat masalah. Tuntutan atau konflik yang dialami dimana lebih
banyak efek negatif yang ditimbulkannya. Strategi koping menunjuk pada berbagai upaya
atau proses seseorang dalam mengelola suatu kondisi yang penuh dengan tuntutan atau
tekanan dengan berbagai sumber daya baik perubahan kognitif atau perilaku untuk
mendapatkan rasa aman dari dirinya. Menurut Folkman dan Moskowitz coping (koping)
melibatkan upaya untuk mengelola situasi yang membebani, memperluas usaha untuk
memecahkan masalah-masalah hidup, dan berusaha untuk mengatasi dan menguragi stres.
Keberhasilan dalam koping berkaitan dengan sejumlah karakteristik, termasuk
penghayatan mengenai kendali pribadi, emosi positif, dan sumber daya personal (John
Santrock, 2007: 299).

3
Koping merupakan bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani
emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya (Gerald C.Davison, 2010: 275).
Menurut Lazarus dan Folkman koping ini ada dua yaitu problem focused coping dan
emotional focused coping. Pada kopingyang berfokus pada emosi, orang berusaha segera
mengurangi dampak stresor, dengan menyangkal adanya stresor atau menarik diri dari
situasi. Namun koping pada emosi tidak menghilangkan stresor (sebagai contoh penyakit
yang serius) atau tidak juga membantu individu dalam mengembangkan cara yang lebih
baik untuk mengatur stresor. Sebaliknya koping yang berfokus pada masalah ini orang
menilai stresor yang mereka hadapi dan melakukan sesuatu untuk mengubah stresor atau
memodifikasi reaksi mereka untuk meringankan efek dari stresor tersebut (Jeffrey S.
Nevid, 2003: 144-145).
Peran keluarga juga turut mempengaruhi terhadap pendewasaan seorang anggotanya.
Hal ini sesuai dengan fungsi keluarga batih dalam didalam masyarakat. Keluarga batih
merupakan kelompok dimana individu dapat menikmati bantuan utama dari sesamanya
serta keamanan dalam hidup. Disisi lain, keluarga merupakan jembatan antara individu
dengan kebudayaannya. Melalui keluarga, anak belajar mengenal nilai-nilai, peran sosial,
norma-norma serta adat istiadat yang ditanamkan oleh orang tua. Praktik-praktik
pengasuhan anak ini akan erat hubungannnya dengan kepribadian anak setelah menjadi
dewasa. Hal ini karena ciri-ciri dan unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya
sudah diletakkan benih-benihnya ke dalam jiwa individu sejak awal, dari masih kanak-
kanak. Watak juga ditentukan oeh cara-cara dia sewaktu kecil diajarkan makan,
kebersihan, disiplin, main, dan bergaul dengan anak-anak lainnya. Pembentukan watak
dan kepribadian ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain, misalnya keadaan
ekonomi keluarga dan masyarakat setempat, lingkungan budaya yang berupa aturan-
aturan, norma-norma, serta adat istiadat yang diwariskan secara turun menurun. Sehingga
warisan ini memegang peranan yang sangat penting didalam membentuk tingkah laku.
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti,
bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari anak ke anak. Awal
terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan. Pola
komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam
pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami. Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang
tua. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik.
Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta

4
dilambari dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang
harus dibina, dibimbing, dididik, dan bukan sebagai subjek semata ( Djamarah, 2004: 1).
Family support merupakan salah satu cara untuk menjaga hidup tetap sehat dan
khususnya pada penderita diabetes militus. Manfaat family support bagi penderita
diabetes militus membuat penderita lebih termotivasi dalam menjalani kehidupansehari-
harinya, menghadapi suatu masalah, lebih optimis dan percaya diri dalam melakukan
kegiatan sehari-hari karena adanya perhatian dari anggota keluarganya. Menurut Taylor
(dalam Sharma, 2010), seorang yang mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-
temannya lebih berani untuk mengatasi stress yang dialami.
Pembahasan tersebut yakni home visit, stress dan koping keluarga, nilai dan fungsi
afektif keluarga, serta asuhan keperawatan yang akan kami bahas sesuai kasus DK
Pemicu 2. Berikut pembahasan materi-materi tersebut kami paparkan dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Home Visit?
2. Apa yang dimaksud dengan Prinsip Home Visit ?
3. Apa yang dimaksud dengan Keuntungan Home Visit ?
4. Apa yang dimaksud dengan Komponen Home Visit ?
5. Apa yang dimaksud dengan Kelebihan dan Kekurangan Home Visit ?
6. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Nilai dan Fungsi Afektif Keluarga ?
7. Apa yang dimaksud dengan Komponen Nilai dan Fungsi Afektif Keluarga ?
8. Apa yang dimaksud dengan Faktor yang mempengaruhi Nilai dan Fungsi Afektif
Keluarga ?
9. Apa yang dimaksud dengan Teori Nilai dan Fungsi Afektif Keluarga ?
10. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Stress Keluarga ?
11. Apa yang dimaksud dengan Jenis Stress Keluarga ?
12. Apa yang dimaksud dengan Sumber Stress Keluarga ?
13. Apa yang dimaksud dengan Gejala Stress Keluarga ?
14. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Koping Keluarga ?
15. Bagaimana yang dimaksud dengan Mekanisme Koping?
16. Bagaimana yang dimaksud dengan Strategi Koping Keluarga ?
17. Apa Asuhan keperawatan pada kasusu ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Home Visit

5
2. Untuk Mengetahui Tentang Prinsip Home Visit
3. Untuk Mengetahui Tentang Keuntungan Home Visit
4. Untuk Mengetahui Tentang Komponen Home Visit
5. Untuk Mengetahui Tentang Kelebihan dan Kekurangan Home Visit
6. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Nilai dan Fungsi Afektif Keluarga
7. Untuk Mengetahui Tentang Komponen Nilai dan Fungsi Afektif Keluarga
8. Untuk Mengetahui Tentang Faktor yang mempengaruhi Nilai dan Fungsi Afektif
Keluarga
9. Untuk Mengetahui Tentang Teori Nilai dan Fungsi Afektif Keluarga
10. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Stress Keluarga
11. Untuk Mengetahui Tentang Jenis Stress Keluarga
12. Untuk Mengetahui Tentang Sumber Stress Keluarga
13. Untuk Mengetahui Tentang Gejala Stress Keluarga
14. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Koping Keluarga
15. Untuk Mengetahui Tentang Mekanisme Koping
16. Untuk Mengetahui Tentang Strategi Koping Keluarga
17. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Kasus

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Home Visit


2.1.1 Pengertian
Basavanthappa (200B) mengatakan, "'Home visit is the process Of providing
nursing care to patients at their doorsteps”. Hal ini berarti bahwa home visit adalah
proses pemberian asuhan keperawatan kepada pasien di rumah pasien itu sendiri.
Selain itu, home visit juga diartikan sebagai "one of the most important aspects of
community health nursing". Hal ini berarti home visit merupakan salah satu aspek
terpenting dari community health nursing. Bahkan home visit juga diartikan tulang
punggung (backbone) dari keperawatan kesehatan komunitas karena mayoritas orang-
orang yang sakit ada di rumahnya masing-masing (Kamalam, 2005).

2.1.2 Prinsip-Prinsip Home Visit


Untuk dapat memberikan perawatan yang baik terhadap pasien maupun
keluarganya, perawat kesehatan komunitas perlu memerhatlkan hal-hal prinsip berikut
ini (Basavanthappa, 2008):
1. Home visit sebaiknya direncanakan dengan tujuan dan bermanfaat untuk
pasien (should be planned with purpose and should be beneficial to patients).
2. Tujuan dari home visit harus jelas (clear) dan harus dapat memenuhi
kebutuhan pasien.
3. Home visit sebaiknya teratur dan fleksibel berdasarkan kebutuhan pasien
(regular and flexible).
4. Home visit sebaiknya bersifat mendidik (educative): memberikan kesempatan
yang besar untuk pendidikan kesehatan (opportunities for health education)
keluarga serta dapat membangun image yang baik untuk perawat.
5. Home visit dapat mengklarifikasi keraguan (clarify the doubts) yang dihadapi
oleh anggota keluarga.
6. Home visit dapat membantu mengobservasi praktik keluarga dan
perkembangan perawatan yang diberikan oleh perawat dan yang lainnya
(observe family practices and progress ofcare).

7
7. Home visit membantu mencugah dan menangani (prevent and handling)
masalah.
8. Home visit membantu perawat dan anggota keluarga (family members) untuk
memodifikasi (modify) metode perawatan mereka.
9. Home visit memberikan kenyamanan (convenient) bagi pasien.
10. Home visit memfasilitasi setting pengendalian pasien.
11. Home visit merupakan pilihan terbaik untuk pasien yang tidak mau atau tidak
bisa bepergian.
12. Home visit memberikan lingkungan yang alami (natural environment) untuk
diskusi tentang fokus dan kebutuhan.

2.1.3 Keuntungan Home Visit


Terdapat beberapa keuntungan yang didapat bila perawat kesehatan komunitas
melaksanakan home visit. Keuntungan tersebut dapat dilihat seperti berikut ini
(Basavanthappa.2008) :
1. Home visit memberikan kesempatan yang sangat baik untuk mengimplementasikan
nursing process.
2. Home visits memberikan kesempatan untuk mempelajari situasi rumah dan
keluarga klien (study the home and family situation).
3. Home visit memberikan kesempatan dalam pembrian asuhan keperawpatan kepada
anggota keluarga (family members) di sekitar tempat tinggalnya.
4. Pelayanan home visit yang cepat dan tepat akan dapat menciptakan pcmahaman
yang baik antara perawat dan keluarga serta dapat membangun image yang baik
untuk perawat.
5. Home visit dapat mengklarifikasi keraguan (clarify the doubts) yang dihadapi oleh
anggota keluarga.
6. Home visit dapat membantu mengobservasi praktik keluarga dan perkembangan
perawatan yang diberikan oleh perawat dan yang lainnya (observe family practices
and progress of care).
7. Home visit membantu mencugah dan menangani (prevent and handling) masalah.
8. Home visit membantu perawat dan anggota keluarga (family members) untuk
memodifikasi (modify) metode perawatan mereka.
9. Home visit memberikan kenyamanan (convenient) bagi pasien.
10. Home visit memfasilitasi setting pengendalian pasien.

8
11. Home visit merupakan pilihan terbaik untuk pasien yang tidak mau atau tidak bisa
bepergian.
12. Home visit memberikan lingkungan yang alami (natural environment) untuk
diskusi tentang fokus dan kebutuhan.

2.1.4 Komponen Home Visit


Melalui home visit perawat kesehatan komunitas mendapatkan kesempatan yang
sangat baik dalam mengaplikasikan proses keperawatan di komunitas. Home visit dapat
diberikan melalui proses atau fase, di antaranya initiation phase, pre visit phase,
activities during home Visit phase, post Visit phase activities, dan termination phase of
visit or transfer phase of visit. Dalam setiap fase terdapat beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan oleh perawat kesehatan komunitas. Selengkapnya dapat dilihat dalam
penjelasan fase-fase berikut ini (Basavanthappa, 2008):
1. Fase Inisiasi (Initiation Phase), pada fase ini perawat kesehatan komunitas
mengklarifikasi sumber dan referal untuk kunjungan dan tujuan kunjungan serta
membagikan informasi tentang alasan dan tujuan home visit dengan keluarga.
2. Fase Prakunjungan (Previsit Phase), Sebelum melakukan home visit atau
mengunjungi pasien atau keluarga di rumahnya. perawat kesehatan komunitas
sebaiknya mengetahui terlebih dahulu tentang informasi- informasi terkait
dengan rumah dan keluarga tersebut, termasuk lokasi, jarak, alamat, juga
tentang informasi lainnya yang dibutuhkan untuk kunjungan. Fase ini
merupakan bagian dari pengkajian untuk mendapatkan informasi tentang pasien,
investigasi sumber-sumber yang dimiliki oleh komunitas, dan rencana untuk
kontak pertama dengan pasien, Informasi ini bisa didapatkan dari anggota
keluarga, family folder, atau dari petugas kesehatan terkait dengan umur, seks,
budaya keluarga (family culture), nilai, masalah, perawatan yang telah
diberikan, dan yang lainnya. Hal ini dapat membantu perawat untuk mengetahui
kebutuhan dan membantu membuat initial planning. pada ini perawat
menginisiasi untuk kontak dengan keluarga, mengetahui kapan keluarga
dikunjungi, dan review family record.
3. Fase Aktivitas Selama Kunjungan Rumah (Activities During Home Visit
Phase) ,Perawat kesehatan komunitas pada fase ini harus menggunakan
kemampuan dan bakatnya untuk membuat. keluarga menerima dengan baik
kunjungan perawat dan bagaimana membuat atau mulai membangun dan
hubungan, yang merupakan dasar dari hubungan interpersonal yang positif

9
(positive interpersonal relationship). Hubungan perawat dengan pasien menjadi
dasar untuk memberikan pelayan kesehatan kepada komunitas. pada
kesempatan ini perawat memperkenalkan diri kepada keluarga, menunjukkan
identitas profesional, dan membangun hubungan perawat dan pasien. Berikut
adalah karakteristik hubungan perawat—pasien:
a. Memiliki pengetahuan dan keterampilan sehingga bermanfaat bagi yang
lain.
b. Kebutuhan atau sesuatuyang dibutuhkan oleh seseorang harus menjadi
prioritas.
c. Hubungan terbatas pada hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
d. Seseorang yang dibantu membutuhkan dan menggunakan bantuan.
e. Bantuan harus diberikan secara kompeten.
4. Fase Terminasi Kunjungan (Termination Phase of Visit)

Fase ini terjadi ketika:

a. Tujuan perawat-pasien telah tercapai, kesehatan telah pulih kembali dan


tidak diperlukan tindakan keperawatan (nursing actions).
b. Pasien telah mampu dari satu rumah ke rumah lain atau bepergian di
sekitar lingkungan rumah.
c. Perawat merujuk pasien ke perawat lainnya untuk mendapatkan
perawatan.
5. Fase Aktivitas pascakunjungan (Postvisit Activities)
Pada fase ini, banyak hal yang dilakukan perawat, termasuk pencatatan dan
perawat mencatat hal-hal penting yang terjadi selama home visit serta
melaporkannya ke pihak yang lebih berwenang dan diskusi tentang masalah yang
dihadapi oleh keluarga dengan Leman perawat Iainnya atau dengan tim kesehatan
Iainnya, kemudian membuat rencana Yang lebih untuk memenuhi keluarga.
Perawat melakukan analisis terhadap sumber-sumber yang dimiliki komunitas
serta mempersiapkan untuk kunjungan berikutnya. pada tahap ini perawat
mencatat kunjungan dan rencana yangakan datang.
Namun menurut Lundy 8. lanes (2009). home visit dapat dibagi menjadi
lima tahap yang meliputi:
1. Previsit/planning stage : Tahap ini merupakan tahap pertama yang dikenal
dengan prakunjungan atau tahap perencanaan.

10
2. Implementing stage : Tahap implementasi atau melaksanakan intervensi
selama home visit berlangsung.
3. Evaluating stage : Tahap evaluasi, yaitu melakukan evaluasi untuk
mengetahui efektivitas atau keberhasilan tindakan yang telah diberikarn
4. Documentation : Pada tahap ini dilakukan pendokumentasian terhadap semua
tindakan yang diberikan serta hasilnya.
5. Termination : Tahap ini merupakan tahap pengakhiran karena keterbatasan
waktu atau karena faktor lainnya. Pada fase ini juga dilakkukan review
terhadap pencapaian tujua yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tahapan Home Visit

Tahapan Aktivitas

Previsit/planning stage Tentukan pasien mana yang akan


dikunjungi.

Prioritaskan jadwal kunjungan


herdasarkan kebutuhan pasien,
jarak, laboratorium, juga pikirkan
keterlibatan dengan tim kesehatan
lainnya, termasuk dengan dokter.

Review jadwal, order, diagnosis


pasien, tujuan perawatan, serta
alasan untuk home visit.

Telepon pasien untuk validasi


jadwal kunjungan, tanyakan ke
pasien apa kebutuhan
spesifiknya.

Keamanan perjalanan menuju


rumah pasien.

Persiapkan tas, peralatan yang


dibutuhkan, materi untuk
pendidikan kesehatan.

11
Review tentang keamanan,
termasuk waktu yang tepat untuk
kuniunßan, penekaiian
lingkungan.

Implementing stage Inisiasi kunjungan: perkenalkan


diri, menjalin hubungan yang
haik dengan pasien dan keluarga.

Praktik higienis sebelum


memulai mengkaji pasien.

Review rencana dengan pasien.


Tentukan harapan pasien tentang
home visit.

Lakukan pengkajian
pasien,lingkungan, Obat, nutrisi,
kemampuan fungsional,
keterbatasan pasien, isu
psikososial, sorta evaluasi
efektivitas intervensi kunjungan
sebelumnya.

Modifikasi plan of care


berdasarkan kebutuhan pasien
dan situasi.

Lakukan nursing interventions.


Menangani gangguan perilaku
lingkungan.

Evaluating stage Evaluasi efektivitas intervensi


berdasarkan kriteria hasil jangka
pendek dan jangka panjang

Evaluasi dalam hal campur


tangan primer, sekunder, dan

12
tersier

Evaluasi pelaksanaan kunjungan


: ketepatan pemenuhan
kebutuhan pasien, persiapan
perawat untuk kunjungan

Documentation Dokumentasi berdasarkan


kriteria hasil yang ditetapkan dan
kriteria lembaga home visit

Validasi diagnosis dan kebutuhan


kesehatan lainnya berdasarkan
hasil kunjungan

Evaluasi tujuan umum dan


khusus

Review tindakan yang telah


diambil, respons pasien, dan hasil
intervensi (jangka panjang dan
jangka pendek)

Catat data objektif dari perawat


dan data subjektif dari pasien

Termination Perawat menyampaikan kepada


pasien tentang keterbatasan
waktu dalam home visit. Hal ini
dapat disampaikan. Saat awal
atau kunjungan yang pertama
kali.

Review pencapaian tujuan


dengan pasien atau keluarga.
Rekomendasi dan rujuk bila
diperlukan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan lebih lanjut.

13
Kembangkan strategi yang tepat
terutama pada kasus dengan
pasien yang meninggal,
penolakan home visit, atau
terminasi karena tidak ada
penggantian atas pelayanan yang
diberikan.

2.1.5 Keuntungan dan Kerugian Home visit


1. Kelebihan:
a. Memperoleh data khusus yang tidak diperoleh dengan metode yang lain.
b. Memperoleh komitmen orang tua terhadap pendidikan anaknya, sehingga
paradigm pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah (sekolah), keluarga
dan masyarakat, bukan sekedar slogan tetapi dapat terealisasi.
c. Penanganan masalah yang di hadapi siswa dengan demikian lebih
komprehensif sesuai dengan kewenangan masing-masing.
d. Meningkatkan kerja sama antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat
dalam meningkatkan pemahaman akan pentingnya sekolah sebagai sumber
kebidayaan
2. Kekurangan:
a. Kunjungan rumah memerlukan waktu, biaya dan tenaga ekstra dari konselor
Sering kali siswa dan orang tuanya tidak bersedia dikunjungi dan/atau
didatangkan ke sekolah.
b. Bisa jadi orang tua telah “mempersiapkan sedemikian rupa” untuk menyambut
kunjungan rumah konselor (Rahardjo & Susilo, 2011).

2.2 Nilai dan Fungsi Afektif Keluarga


2.2.1 Definisi Fungsi Afektif
Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan
keluarga. Fungsi afektif merupakan pemenuhan kebutuhan psiko sosial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi
afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.

14
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif
adalah :
a. Saling mengasuh ; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan
dari anggota yang lain. Maka, kemampuan untuk memberikan kasih sayang
akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan
saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal besar
dalam memberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga / masyarakat
b. Saling menghargai; Bila anggota saling menghargai dan mengakui keberadaan
dan setiap hak anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang
positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.

2.2.2 Komponen fungsi Afektif


Fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama, yaitu :
a. Membentuk sifat-sifat kemanusiaan dalam diri mereka
b. Stabilisasi kepribadian dan tingkah laku
c. Kemampuan menjalin tingkah laku
d. Kemampuan menjalin berhubungan secara lebih akrab dan harga diri

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi fungsi afektif


a. pengalaman-pengalaman perkembangan.Anak anak yang berasal dari
keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian dari pada anak-anak yang
berasal dari keluarga yang lebih besar.
b. Dukungan yang diberikan oleh orang tua (khususnya ibu)
c. Usia Menurut Friedman (2002), ibu yang masih muda cenderung untuk
lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih
egosentris di bandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

2.2.4 Teori Fungsi afektif keluarga

15
The McMaster Model of Family Functioning (MMFF) merupakan
konseptualisasi dari keluarga di dasarkan kepada klinis. Model MMFF ini
mendeskripsikan perangkat struktur dan organisasi dari kelompok keluarga
dan pola-pola transaksi antara anggota keluargayang dapat membedakan antara
fungsi keluarga yang baik dan fungsi keluarga yang kurang baik.(Epstein et al,
1983).
Dalam The McMaster Model of Family Functioning (MMFF), terdapat 7
tahapan dalam proses menyelesaikan masalah .(Epstein et al,2003). Yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah
b. Mengkomunikasikan masalah dengan orang yang tepat dalam keluarga
c. Mengembangkan alternative sosial yang mungkin untuk dilakukan
d. Memutuskan untuk melakukan salah satu alternative solusi
e. Melaksanakan keputusan
f. Melakukan monitoring terhadap langkah yang telah
dilaksanakan
g. Melakukan evaluasi terhadap keefektifan proses pemecahan masalah.
Keluarga yang berfungsi dengan baik akan membuat langkah- langkah yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah terlebih dahulu, mendiskusikan
permasalahan, mengkomunikasikan permasalahan tersebut satu sama lain, dan
memutuskan tindakan yang tepat.(Epstein et al, 2003).

2.3 Stress dan Koping Keluarga


2.3.1 Definisi Stress
Stres adalah respon atau keadaan ketegangan yang dihasilkan oleh stressor secara
aktual / masalah yang tidak teratasi (Antonovsky, 1979; Burr, 1973).
Stress adalah ketegangan dalam sesayang atau sistem sosial dan merupakan
reaksi terhadap situasi yang menimbulkan tekanan(Burgess, 1978).
Stressor adalah agen penyebab yang mengaktifkan proses stres (Burr et al., 1993;
Chrisman & Fowler, 1980). Stressor keluarga bisa berasal dari dalam atau luar lingkup
keluarga, lingkungan, ekonomi, atau pengalaman dan kejadian sosiokultural.

2.3.2 Jenis Stress


Alva (2003) mengklasifikasika stress menjadi 2 yaitu:
a. Stres akut: yang berjangka waktu tidak lama, reaksi segera terhadap
ancaman yang secara umum melawan atau menghindar. Ancaman tersebut

16
berupa situasi yang dialami. Sumber stress akut keributan, kerumunan,
kelaparan,infeksi.
b. Stres kronis: Orang yang sering mengalami situasi sifatnya mencekam
secara terus menerus dalam waktu lama akan mendorong menjadi stress
kronis. Sumber peristiwa menekan terus menerus, masalah jangka
Panjang.

2.3.3 Sumber Stress


Kejadian hidup yang dapat menimbulkan stress dalam keluarga (McCubbin,
Patterson, & Wilson, 1983):
1. Kehilangan
a. Kematian seorang anak
b. Kematian orangtua atau pasangan
c. Perceraian anak yang sudah menikah
2. Ketegangan hubungan pernikahan
a. Suami istri atau orangtua bercerai
b. Perselingkuhan suami istri
c. Kesulitan dengan hubungan seks suami istri
3. Pelanggaran hukum dalam keluarga
a. Kekerasan dalam rumah tangga, fisik maupun seksual
b. Seorang anggota keluarga masuk penjara
c. Seorang anggota keluarga kabur dari rumah
4. Penyakit dan perawatan keluarga
a. Seorang anggota keluarga menjadi disabilitas atau sakit kronis
b. Kesulitan dalam merawat keluarga disabilitas atau sakit kronis
c. Naiknya tanggung jawab dalam merawat atau membantu secara
finansial untuk mertua.
5. Ketegangan dalam keluarga
a. Seorang anggota keluarga ketergantungan alkohol dan obat-obatan
terlarang
b. Seorang keluarga mengalami gangguan jiwa
c. Kesulitan dalam menghadapi anak dalam fase remaja

2.3.4 Gejala- Gejala Stress


1) Gejala Badan

17
Sakit kepala, mudah kaget, banyak keluar keringat, gangguan pola tidur,
lesu, mual muntah, pingsan
2) Gejala Emosional
Pelupa, sukar konsentrasi, cemas, was-was, murung, mudah menangis,
Gelisah
3) Gejala social
Makin banyak merokok, makan, menarik diri, (Anaroga,2005)

2.3.5 Definisi Koping


Koping melibatkan upaya untuk mengelola situasi yang membebani, usaha
untuk memecahkan masalah-masalah hidup, dan berusaha untuk mengatasi dan
menguragi stres. Keberhasilan dalam koping berkaitan dengan sejumlah karakteristik,
termasuk penghayatan mengenai kendali pribadl, emosi positif, dan sumber daya
personal.
Setiap individu berbeda dalam merespons situasi penuh stres merupakan
konsep koping, yaitu bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani
emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Bahkan di antara mereka yang
menilai suatu situasi sebagai penuh stres, efek stres dapat bervariasi tergantung pada
bagaimana individu menghadapi situasi tersebut (Gerald C.Davison, 2010:275).

2.3.6 Mekanisme Koping


Lazarus dan Folkman (Gerald C.Davison, 2010: 276) mengidentifikasikan
dua bentuk strategi koping, yaitu:
1. Koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) mencakup
bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang
relevan dengan solusi. Contohnya adalah menyusun jadwal untuk menyelesaikan
berbagai tugas dalam satu semester sehingga megurangi tekanan pada akhir
semester.
2. Koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping) merujuk pada
berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap
stres, contohnya dengan mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan
relaksasi, atau mencari rasa nyaman dan orang lain.

2.3.7 Strategi Koping keluarga


1. Strategi koping internal

18
a. Strategi hubungan
a) Kepercayaan keluarga, berkumpul bersama keluarga adalah proses yang sangat
penting dalam menghadapi masalah keluarga. Keluarga membuat struktur dan
organisasi yang lebih baik didalam rumah. Ketika keluarga berhasil membuat
struktur yang lebih baik, ini membuat keluarga dapat mengontrol hidup
mereka menjadi lebih baik.
b) Melakukan sharing bersama ,salah satu cara yang dapat membavva keluarga
menjadi lebih dekat dan menghadapi stress adalah dengan berbagi perasaan
dan mengikutsertakan setiap anggota keluarga dalam kegiatan keluarga.
Sharing bersama dapat membuat hubungan keluarga menjadi lebih erat.
c) Fleksibilitas peran, sebuah keluarga harus mampu beradaptasi untuk
perubahan atau perkembangan lingkungan. Pasangan suami istri mampu
berbagi peran dan berganti peran saat diperlukan.

b. Strategi kognitif
a) Normalisasi, Kecenderungan bagi keluarga untuk dapat membuat masalah
senormal mungkin yang mereka bisa ketika mereka menghadapi stressor
dalam jangka waktu yang panjang. Dan cenderung dapat mengganggu fungsi
dalam rumah tangga mereka.
b) Mengontrol makna masalah dengan re-framin dan menilai secara pasif ,
Dengan re-framing keluarga kembali melihat masalah mereka. Bagaimana
masalah itu terjadi dan membadingkannya dengan hal- hal yang positif.
Setelah membandingkan, kemudian keluarga menilai apakah masalah tersebut
menjadi hal yang positif atau tidak.
c) Pemecahan masalah bersama
Keefektifan pemecahan masalah dalam keluarga melibatkan 7 tahap
spesifik yaitu; Identifikasi masalah, mengkomunikasikan masalah ,
kemungkinan pemecahan masalah, menentukan strategi mana yang digunakan,
memonitoring strategi, memonitoring apakah strategi yang digunakan tersebut
berhasil, mengevaluasi semua proses pemecahan masalah.
d) Mengumpulkan informasi dan pengetahuan, keluarga mencari
informasi terkait stressor dan penyebab. Mencari informasi apakah masalah
mereka dapat mengancam kehidupan atau tidak, dari ini infomasi ini
didapatkan menurunkan tingakt ketakutan keluarga atau tidak. Menggunakan
humor, humor dapat membuat keluarga lepas dari kecemasan dan ketakutan.

19
c. Strategi koping eksternal
Inti dari koping eksternal adalah menjaga hubungan sosial komunitas,
pendukung sosial secara formal misalnya strategi penduduk sosial seperti keluarga,
teman tetangga. Sedangkan strategi spiritual konsultasi dengan ustad atau pemuka
agama di daerah tersebut, mengikuti kegiatan agama, pasrah dan percaya kepada
Tuhan serta berdoa.

2.4 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian Keluarga
1. Data dasar keluarga
a. Nama: Tn.P
b. Usia: 67 tahun
c. Pendidikan terakhir: -
d. Pekerjaan: -
e. Alamat: -
f. Komposisi keluarga: Tn A tinggal bersama istrinya Ny B, memiliki 2 orang
puteri yang sudah menikah dan 1 orang putera yang sudah menikah dan
tinggal dengannya, juga 1 orang cucu usia 6 tahun
g. Genogram
h. Tipe keluarga: Three generation
i. Suku bangsa: -
a) Latar belakang budaya: -
b) Jar. Sosial keluarga: -
c) Tempat tinggal keluarga: -
d) Kegiatan sosial, budaya dan rekreasi: -
e) Bahasa yang digunakan: -
f) Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga: Tn A berobat ke
puskesmas, juga sering ke orang pintar karna biaya’
g) Negara asal: Indonesia
j. Identifikasi religius
Agama: -
k. Status sosial dan ekonomi keluarga: 1 orang putra sudah menikah tinggal
bersama karna kurang mampu dan penyakit Tn A sering kambuh dan belum
sembuh total karna berobat ke puskesmas dan orang pintar karna biaya

20
l. Aktivitas rekreasi keluarga: -
2. Perkembangan keluarga:
a. Tahap perkembangan saat ini: Tahap ke 8 yaitu Lansia
b. Tugas perkembangan keluarga yg belum terpenuhi: -
3. Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
a. Riwayat keluarga inti: Tn A batuk karna alergi
b. Riwayat keluarga sebelumnya: -
4. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah: -
b. Karakteristik tetangga dan komunitas: -
c. Mobilitas geografis keluarga: -
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan komunitas: -
e. Sistem pendukung keluarga: puskesmas dan orang pintar
5. Struktur keluarga:
a. Pola komunikasi: terganggu, sehingga hubungan keluarga kurang harmonis
b. Struktur kekuatan keluarga: -
c. Struktur peran: -
d. Nilai dan norma keluarga: -
6. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif: penyakit Tn A membuat keluarga kurang harmonis
b. Fungsi sosialisasi: -
c. Fungsi reproduksi: mempunyai 3 orang anak dan 1 orang cucu
d. Fungsi ekonomi: keluarga Tn A mengalami kesulitan ekonomi
e. Fungsi perawatan kesehatan: ketika Tn A sakit ke puskesmas dan orang pintar
7. Stress dan koping keluarga:
a. Strategi koping yang digunakan: jika sakit berobat ke puskesmas dan orang
pintar
b. Strategi adaptasi yang disfungsi: sakit Tn A membuat keluarga menjadi
kurang harmonis
B. Pemeriksaan fisik: -
C. Harapan keluarga: -
D. Analisa data dan masalah keperawatan
Data Masalah Etiologi

Ds: penyakit tidak Gangguan proses Perubahan status

21
sembuh total dan sering keluarga kesehatan keluarga
kambuh
Penyakit membuat
keluarga kurang
harmonis
Ds: Tn A mengeluh Manajemen kesehatan Kesulitan ekonomi
batuk karna alergi keluarga tidak efektif
Berobat ke puskesmas
dan orang pintar karna
biaya
Penyakit tidak sembuh
total dan sering kambuh

E. Prioritas diagnosa keperawatan


1. Dx: manajemen kesehatan keluarga tidak efektif bd kesulitan ekonomi
No Kriteria Skor Pembenaran

1 Sifat masalah : 3/3x1= 1 Masalah dikatakan aktual karna


aktual sudah terjadi

2 Kemungkinan 2/2x2 = 2 Berobat ke orang pintar karna


masalah dapat biaya. Untuk mengatasi masalah
diubah: mudah = JKN

3 Potensi masalah 3/3x1 = 1 Keluarga memiliki kemauan yg


untuk dicegah : tinggi untuk mengatasi masalah
tinggi
4 Menonjolnya 2/2x1 = 1 Krluarga memiliki kemauan
masalah: segera untuk membantu mengatasi
masalah Tn A

Jumlah 5

2. Dx: Gangguan proses keluarga bd perubahan status kesehatan keluarga


No Kriteria Skor Pembenaran

22
1 Sifat masalah : 3/3x1= 1 Masalah dikatakan aktual karna
aktual sudah terjadi

2 Kemungkinan 1/2x2 = 1 Keluarga kurang harmonis.


masalah dapat Untuk mengatasi masalah ini
diubah: sebagian menggunakan adaptasi
psikologis yang tepat dan fungsi
afektif

3 Potensi masalah 2/3x1 = 2/3 Keluarga memiliki kemauan yg


untuk dicegah : untuk mengatasi masalah
cukup
4 Menonjolnya 2/2x1 = 1 Krluarga memiliki kemauan
masalah: segera untuk membantu mengatasi
masalah Tn A

Jumlah 3 2/3

F. Rencana asuhan keperawatan


No dx TU TK Rencana Metode Sumber/alat
tindakan pertemuan
1 1 Setelah 1. Mengenal 1. memberi Home Kualitas
mendapat masalah edukasi visit pertemuan
tindakan kesehatan kesehatan Alokasi
keperawatan keluarga dan dengan waktu
status sumber berfokus
kesehatan penyakit pada
Tn A masalah
2. mengambil
meningkat kesehatan
keputusan
sehingga keluarga Tn
bersama dan
hubungan A
ikut
keluarga 2.
bertanggung
dapat memfasilitasi
jawab
terjalin dan
terhadap

23
harmonis kesehatan memberikan
dan dapat keluarga konseling
memahami kesehatan
3. merawat
tentang kepada
keluarga yang
perawatan keluarga
sakit dengan
yang tepat
tepat
bagi
keluarga 4. modifikasi
lingkungan

5.
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan

No dx TU TK Rencana Metode Sumber/alat


tindakan pertemuan
2 2 Setelah 1. Mengenal 1.Bantu keluarga Home Kualitas
mendapat masalah menghadapi visit petemuan
tindakan kesehatan masalah dan Alokasi
keperawatan keluarga dan kekhawatirannya waktu
koping sumber
2.Dorong
keluarga, penyakit
keluarga untuk
integritas
2. mengambil mengungkapkan
keluarga
keputusan perasaannya
dan fungsi
bersama dan kepada anggota
keluarga Tn
ikut lainnya
A
bertanggung 3. bantu
meningkat
jawab keluarga
sehingga
terhadap mengenal peran
hubungan
kesehatan anggota
keluarga
keluarga keluarga
dapat
terjalin 3. merawat

24
harmonis keluarga yang
sakit dengan
tepat

4. modifikasi
lingkungan

5.
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Home visit merupakan salah satu aspek terpenting dari community health
nursing, karena dengan melakukan home visit kita dapat mengetahui bagaimana stress
dan kooping keluarga, mengetahui nilai dan fungsi afektif pada setiap keluarga
tersebut apakah terjalin dengan harmonis atau tidak. Lalu dengan home visit juga kita
akan lebih mengetahui secara jelas di mana permasalahan keluarga itu terletak,
apakah pada koping keluarga atau lainnya. Dan di sini perawat dapat membantu
keluarga tersebut untuk menyelesaikan masalahnya.

3.2 Saran
Dengan terselaikannya makalah ini, diharapkan sebagai mahasiwa
keperawatan mampu memahami mengenai materi Home Visit, Stres dan Adaptasi,
Nilai dan Fungsi afektif serta Komunikasi pada keluarga di masyarakat dengan tujuan
agar permasalahan tersebut dapat diatasi dengan bantuan perawat.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Bullecheck, Groria, M.et. 2016. Nursing Outcame Clasification. Singapura : Elsevier


2. Friedman, m. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Riset Teori dan Praktek. Edisi
ke:5. Jakarta:EGC
3. Moorhead. Sue.et.al. 2016. Nursing Interventation Clasification. Singapura : Elsevier
4. Mubarak.2009. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2: Teori & Aplikasi Dalam
Praktek. Jakarta: Sagung Seto
5. SDKI.2017.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : PPNI
6. Swarjana, I Ketut. 2016. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta : ANDI

27

Anda mungkin juga menyukai