Anda di halaman 1dari 7

Aspek Sosial Dan Lingkungan ... (M.

Arie W)

Aspek Sosial Dan Lingkungan Pada Kejadian Luar Biasa (KLB)


Chikungunya (Studi Kasus KLB Chikungunya di Kelurahan Bulusan
Kecamatan Tembalang Kota Semarang)

M.Arie Wuryanto *)
*)
Epidemiology and Tropical Disease Department, Faculty of Public Health Diponegoro University

ABSTRACT

Background: Chikungunya is a disease which has potentially outbreak in the community.


Based on the community report since April 4th to May 16th, 2008, there were 53 cases of
chikungunya occurred at Bulusan, sub-district of Tembalang. The aim of the study is to identify
social and environment factor influence the occurrence of Chikungunya outbreak in the
community.
Method: It was a cross sectional study, employed qualitative and quantitative method which
involved 53 cases and community members who lived in radius 100 meter from cases.
Result:.This study found that there was an outbreak of chikungunya in Bulusan Village, Sub-
district of Tembalang, Semarang. Community members’ knowledge in preventing and
controlling the disease were still lacking. Likewise, their practice in eliminating mosquito
breeding place also showed a poor quality. Unsupported environment such as the existence
of vegetations which cause humid temperature also influenced the occurrence of chikungunya
outbreak in the community.

Keyword : Chikungunya disease, social, environment, epidemiology.

68
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009

PENDAHULUAN segera sehingga dapat dilakukan penanggulangan


Chikungunya adalah penyakit yang dan pengendaliannya. Penelitian ini bertujuan
disebabkan oleh virus yang ditularkan lewat untuk mengetahui aspek sosial dan lingkungan
gigitan nyamuk Aedes aegypti pada seorang pada kejadian luar biasa penyakit chikungunya
penderita dengan manifestasi klinik menyerupai di Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang
infeksi virus dengue dengan masa tunas 2-4 hari. Kota Semarang.
Penyakit Chikungunya mempunyai manifestasi
klinik yang menyerupai infeksi virus dengue METODE PENELITIAN
dengan symptom dan gejala : panas mendadak, Penelitian ini merupakan penelitian
mengeluh nyeri sendi yang sangat dan pada kulit Observasional, dengan desain penelitian yang
tubuhnya dapat ditemukan bercak merah digunakan adalah Cross sectional (Praktiknya,
(makulo papular) dan pemeriksaan darah tepi 1996). Sampel adalah kasus dan warga dengan
menunjukkan leukosit yang menurun (Chin, radius 100 meter di sekitar rumah kasus. Data
2006). diambil secara kuantitatif dan kualitatif
Penyakit chikungunya merupakan penyakit menggunakan insrtumen kuesioner dan panduan
yang potensial menimbulkan Kejadian Luar Biasa wawancara mendalam.
(KLB). KLB merupakan suatu kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara HASIL DAN PEMBAHASAN
epidemilogis pada suatu kelompok penduduk 1. Situasi kasus Chikungunya
dalam kurun waktu tertentu atau terjadinya Didahului dengan adanya laporan dari warga
penyakit menular yang mengalami peningkatan RT 1/III kelurahan Bulusan pada tanggal 4 April
dua kali atau lebih dari periode sebelumnya (Chin, 2008 bahwa telah terjadi 5 kasus Chikungunya.
2006). Informasi tersebut ditindaklanjuti dengan
Penyelidikan Epidemiologi (PE) pada melakukan penelusuran di lapangan mulai tanggal
kejadian luar biasa adalah untuk mengetahui 7 April 2008 - 16 Mei 2008. Dari 3.401
keadaan penyebab KLB dengan penduduk ditemukan 55 penderita tersangka
mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi Chikungunya dengan gambaran klinis sebagai
terhadap kejadian tersebut, termasuk aspek Tabel 1 berikut.
sosial dan perilaku sehingga dapat diketahui cara Gejala klinis Chikungunya berupa demam,
penanggulangan dan pengendaian yang efektif dan pusing, mual / muntah, nyeri sendi serta timbul
efisien (Anonim, 2004) bercak merah/ruam pada kulit. Terdapat
Berdasarkan laporan dari warga RT 01 RW kesamaan gejala klinis Chikungunya berupa nyeri
III kelurahan Bulusan pada tanggal 4 April 2008 sendi, demam mendadak, adanya ruam, mual/
bahwa telah terjadi 5 kasus Chikungunya dimana muntah, maka diduga kuat bahwa diagnosa
sebelumnya belum pernah terjadi kasus penyakit penyakit tersebut adalah tersangka Chikungunya.
tersebut. Kemudian pada tanggal 24 April 2008 Diagnosa pasti berdasarkan konfirmasi
dilaporkan ada 10 penderita Chikungunya baru laboratorium tidak di lakukan mengingat
di RT 4/III, dan bertambah terus hingga tanggal keterbatasan sarana dan prasarananya (Greeg,
16 Mei 2008 dengan jumlah sementara penderita 1996)
Chikungunya di RW III sebanyak 53 kasus Berdasarkan informasi dari puskesmas
(Anonim, 2007) setempat bahwa dalam beberapa tahun terakhir
Berdasarkan data kejadian penyakit di wilayah ini tidak pernah ditemukan kasus
chikungunya tersebut diatas, maka perlu Chikungunya, sehingga terjadinya kasus
dilakukan penyelidikan epidemiologi dengan tersangka chikungunya di kelurahan Bulusan

69
Aspek Sosial Dan Lingkungan ... (M.Arie W)

ditetapkan sebagai peristiwa KLB Chikungunya. Chikungunya di wilayah Bulusan dilakukan


Hal ini sesuai dengan Kriteria KLB menurut dengan memperhatikan kondisi lingkungan, yaitu
Departemen Kesehatan RI, yaitu dikatakan KLB bahwa keberadaan vektor ( Nyamuk Aedes sp)
apabila timbulnya suatu penyakit menular yang yang tinggi dan sangat memungkinkan terjadinya
sebelumnya tidak ada dan tidak dikenal di suatu penulalan serta keresahan sosial yang timbul di
daerah (Anonim, 2004). Penetapan KLB masyarakat (Anonim, 2004).
Chikungunya juga didukung dengan 2. Aspek Sosial Pada Kejadian Luar Biasa
bertambahnya kasus Chikungunya pada minggu Chikungunya
ke-4 (24 April 2008) sejumlah 10 kasus dan Berdasarkan data sekunder yang di dapat
bertambah terus hingga tanggal 16 Mei 2008 dari Kelurahan Bulusan, didapatkan informasi
dengan jumlah sementara penderita Chikungunya bahwa jumlah penduduk kelurahan Bulusan
sebanyak 55 kasus. sebanyak 3.401 jiwa, dengan mata pencaharian
Sesuai dengan kriteria penetapan KLB sebagian besar sebagai buruh, baik buruh tani
bahwa adanya peningkatan kejadian atau maupun pabrik. Masyarakat kelurahan Bulusan
kematian dua kali lipat atau lebih dibandingkan sebagian besar (87,9%) pemeluk agama islam
dengan jumlah kesakitan atau kematian yang (Anonim, 2007).
biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya Pendidikan merupakan salah satu aspek
(Depkes RI, 1995). Selain itu, penetapan KLB penting dalam kehidupan masyarakat. Semakin

Tabel 1. Frekuensi Gejala KLB tersangka Chikungunya di wilayah Bulusan

Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

70
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009

tinggi pendidikan suatu masyarakat semakin baik mempunyai pengetahuan kurang. Hal ini
kualitas sumber daya manusianya, dan secara menunjukkan masih rendahnya tingkat
umum semakin tinggi pula tingkat kesadaran pengetahuan masyarakat tentang penyakit
akan pentingnya kesehatan. Sebagai gambaran Chikungunya dan bagaimana mencegah agar
tingkat pendidikan penduduk kelurahan bulusan terhindar dari penularan penyakit tersebut.
kecamatan tembalang adalah sebagai Tabel 2 di Berdasarkan Teori Health Belief Model
bawah. (Rosenstock), bahwa perilaku kesehatan
Sebagian besar (30,3%) masyarakat merupakan fungsi dari pengetahuan maupun sikap
kelurahan Bulusan berpendidikan tamat Sekolah (Graeff, 1996). Secara khusus model ini
Dasar (SD). Hal ini menggambarkan bahwa menegaskan bahwa persepsi seseorang tentang
tingkat pendidikan masyarakat setempat masih kerentanan dan kemujaraban (efektivitas)
tergolong rendah. Gambaran tingkat pendidikan pengobatan / pencegahan dapat mempengaruhi
masyarakat ini, secara deskriptif nampak seiring keputusan seseorang dalam perilaku-perilaku
dengan mata pencaharian penduduk yang kesehatannya. Sedangkan Teori Health Belief
sebagian besar sebagai buruh (Anonim, 2007). Model menurut Becker, bahwa perilaku
a. Distribusi Kasus menurut Tingkat kesehatan ditentukan oleh apakah seseorang :
Pendidikan a) percaya bahwa mereka rentan terhadap
Berdasarkan tabel 3 di bawah dapat masalah kesehatan tertentu.
diketahui bahwa sebagian besar penderita b) menganggap masalah kesehatan ini serius
memiliki tingkat pendidikan SD (45.5%). Hal ini c) meyakini efektivitas tindakan pengobatan dan
tercermin juga dari tingkat pendidikan secara pencegahan (PSN)
umum untuk masyarakat kelurahan Bulusan, d) tidak mahal
bahwa sebagian besar tingkat pendidikan di e) menerima anjuran untuk mengambil tindakan
wilayah tersebut masih rendah. kesehatan.
b. Distribusi kasus menurut Tingkat Berdasarkan pengambilan data kualitatif yang
Pengetahuan peneliti lakukan terhadap penderita dan
Sebagian besar penderita (54,5%) masyarakat sekitar kasus, bahwa sebagian besar

Tabel 3. Distribusi kasus Chikungunya berdasarkan Tingkat Pendidikan

Table 4. Distribusi Tersangka Chikungunya berdasarkan Tingkat Pengetahuan

71
Aspek Sosial Dan Lingkungan ... (M.Arie W)

kepercayaan masyarakat terhadap kerentanan kerentanan, keseriusan akibat yang ditimbulkan


akan bahaya tertular penyakit Chikungunya dan murahnya kegiatan pencegahan ( PSN ).
sudah baik. Mereka berpendapat bahwa semua Sedangkan faktor negatif dari kepercayaan
warga berpotensi tertular penyakit Chikungunya, masyarakat yang berkembang di wilayah tersebut
tidak memandang orang kaya, miskin, laki-laki, adalah ketergantungan yang berlebihan dari
perempuan, tua dan muda. tindakan fogging dalam penanggulangan/
Kepercayaan masyarakat akan keseriusan pengendalian penyakit DBD dan Chikungunya.
akibat yang ditimbulkan jika seseorang terkena Menurut teori Helath Belief Model (Graeff,
penyakit ini cukup merata antara mereka yang 1996), semakin banyak kriteria kepercayaan
menganggap serius dan tidak. Yang berpendapat yang terpenuhi (positif), maka akan semakin
bahwa akibat Chikungunya merupakan sesuatu mendukung seseorang untuk berperilaku
yang serius karena bila seseorang terkena kesehatan yang baik. Namun perlu dipahami
penyakit tersebut dapat berakibat semua bahwa diantara kriteria dari teori health belief
persendian akan bengkak dan sangat sakit model tersebut juga saling mempengaruhi, baik
sampai penderita tidak bisa berjalan. Sebagian pengaruh positif maupun negatif. Masih rendahnya
masyarakat yang menganggap bahwa penyakit perilaku kesehatan suatu masyarakat sangat
Chikungunya tidak berakibat serius karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Disisi lain bahwa
mereka berpendapat bahwa seseorang yang kepercayaan – kepercayaan kesehatan bersaing
menderita penyakit Chikungunya tidak akan dengan kepercayaan-kepercayaan serta sikap-
berakibat fatal atau meninggal dunia. Disisi lain sikap lain seseorang, yang juga mempengaruhi
masyarakat sangat khawatir akan akibat yang perilaku.
ditimbulkan dari penyakit Demam Berdarah Fenomena sosial lain yang menarik bagi
Dengue (DBD). peneliti yaitu adanya suatu pemahan yang
Keyakinan atau kepercayaan masyarakat berkembang di mayarakat, dimana sebagian
terhadap tindakan pengobatan dan pencegahan, masyarakat percaya bahwa sakit yang ia derita
khususnya tindakan Pemberantasan Sarang akan sembuh dengan minum “Jamu Pahitan”.
Nyamuk (PSN) sangat rendah. Masyarakat Disamping itu sebagian penderita ada yang
terlalu percaya terhadap tindakan pengasapan mencari pengobatan bukan ke Puskesmas tetapi
atau fogging dalam penanggulangan / pencegahan membeli obat di “Toko Obat” (bukan Apotik)
DBD dan penyakit Chikungunya. dengan label nama “obat chikungunya” dalam
Kepercayaan dan persepsi masyarakat bentuk paketan terbungkus dalam satu plastik
terhadap tindakan PSN adalah murah dan bahkan yang didalamnya berisi beberapa tablet obat yang
tidak memerlukan biaya. Namun disisi lain berbeda. Kondisi ini perlu mendapat perhatian
tindakan dan pelaksanaan pemberantasan sarang dari pihak puskesmas setempat dan jajaran Dinas
nyamuk yang dilakukan masyarakat sangat Kesehatan untuk melakukan penyelidikan
rendah. Hal ini tercermin dari indikator lingkungan terhadap beredarnya “obat chikungunya” yang
yaitu Angka Bebas Jentik (ABJ) rata rata 60%. beredar di Toko Obat tersebut.
Angka Bebas Jentik yang rendah akan Masyarakat terlalu percaya kepada kegiatan
menggambarkan bahwa kegiatan PSN yang fogging dalam penanggulangan chikungunya dan
masyarakat juga rendah. demam berdarah, sehingga perilaku melakukan
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat PSN secara periodik terabaikan. Hal ini tercermin
diklasifikasikan bahwa faktor positif dari dalam hasil survei kondisi lingkungan dimana
kepercayaan masyarakat yang terjadi diwilayah angka bebas jentik di wilayah tersebut masih
tersebut adalah kepercayaan terhadap rendah.

72
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009

Kondisi sosial tersebut perlu mendapat c. Vegetasi Tanaman Pekarangan Rumah


perhatian kepada pihak-pihak terkait, tidak hanya Wilayah kelurahan Bulusan termasuk daerah
jajaran kesehatan, namun pihak RT, RW, pinggir kota Semarang, dimana masih lebih
Kelurahan, Kecamatan dan pemerintah kota banyak penduduk pribumi dari pada pendatang,
untuk terus memberikan pemahaman masyarakat dimana rumah-rumah penduduk pribumi
di wilayahnya bahwa PSN adalah satu-satunya mempunyai halaman yang luas dengan ditanami
cara pencegahan dan pengendalian yang paling berbagai pohon yang cukup besar seperti ram-
efektif terhadap penyakit Chikunguya dan butan dan mangga. Kondisi ini sangat kondusif
demam berdarah dengue (DBD). dalam menjaga kelembaban dan suhu udara
3. Aspek Lingkungan Pada Kejadian Luar disekitarnya sehingga sangat optimal untuk
Biasa Chikungunya perkembangbiakan nyamuk Aedes sp.
a. Angka Bebas Jentik Warga pendatang sebagian besar menempati
Berdasarkan Tabel 5 dibawah, dapat wilayah perumahan (Kapling). Berdasarkan hasil
diketahui bahwa dari 6 RT di RW III memiliki survey bahwa sebagian besar warga perumahan
ABJ < 95% dengan ABJ terendah di RT 4 (58,9 mempunyai kegemaran menanam tanaman hias
%) dimana pada RT tersebut ditemukan kasus di halamannya. Bebrapa rumah di wilayah
Chikungunya paling banyak (47 orang). perumahan ditemukan positif jentik di pot
Sedangkan untuk RT 6 mempunyai ABJ tertinggi tanaman hiasnya. Kondisi ini diduga menjadi
(82.85%) dan tidak ditemukan kasus pemicu terjadinya penularan penyakit
Chikungunya. Sehingga dapat disimpulkan chikungunya.
bahwa, besarnya ABJ dapat mempengaruhi Peneliti sangat menyarankan agar penduduk
terjadinya penularan penyakit Chikungunya pada juga menanam tanaman pengusir nyamuk (lav-
saat kejadian KLB Chikungunya. ender) sebagai salah satu tanaman hiasnya di
Gambaran ABJ di atas menunjukan bahwa halaman rumah, untuk menjaga terjadinya gigitan
perilaku membersihkan tempat-tempat nyamuk di sekitar rumah.
penampungan air berpengaruh terhadap angka
ABJ suatu wilayah. Angka ABJ yang rendah SIMPULAN
menggambarkan kondisi banyaknya breeding 1. Berdasaran gejala klinis yang ditemukan pada
place (tempat perindukan) nyamuk Aedes spp penderita (gejala utama), maka kasus tersebut
sehingga memperbesar potensi terjadinya merupakan kasus tersangka Chikungunya.
penularan. 2. Telah terjadi KLB Chikungunya di Kelurahan
b. Jenis Tempat Penampungan Air (Con- Bulusan dengan kasus sebanyak 55
tainer) penderita, khususnya di RW III.
Berdasarkan hasil investigasi radius 100 3. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit
meter dari kasus tersangka chikungunya, banyak chikungunya dan pencegahannya masih
ditemukan jentik pada tempat perindukan rendah.
nyamuk Aedes sp seperti, tempayan, drum, ban 4. Masih rendahnya partisipasi masyarakat
bekas yang terabaikan, kulkas, bak mandi, em- dalam melakukan PSN.
ber bekas dan barang bekas lain yang berpotensi 5. Kepercayaan yang berlebihan terhadap
menampung air hujan. Tempat penampungan air foogging dalam pengendalian penyakit DBD
yang paling banyak menjadi tempat perindukan dan Chikungunya.
nyamuk (ditemukan jentik adalah bak mandi 6. Kondisi lingkungan kelurahan Bulusan sangat
sebanyak 64 bak mandi dengan prosentase mendukung terjadinya penularan penyakit
48,12% positif jentik. Chikungunya san DBD.

73
Aspek Sosial Dan Lingkungan ... (M.Arie W)

KEPUSTAKAAN
Anonim. 2007. Data Monografi Kelurahan
Bulusan Kecamatan Tembalang. Kota
Semarang
Anonim . 2004. Prosedur Tetap Penanggulangan
KLB dan Bencana Propinsi Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.
Semarang.
Anonim. 2002. Principles of Epidemiology :
Outbreak Investigation, Training and Labo-
ratory Program Office. CDC Atlanta, GA.
Chin James. 2006. Manual Pemberantasan
Penyakit Menular. Editor Penterjemah : I.
Nyoman Kandun. Infomedika. Jakarta.
Greeg, MB. 1996. Field Epidemiology. Oxford
University Press. New York-Oxford.
Judith A. Graeff A. Judith, et all. 1996.
Komunikasi Untuk Kesehatan dan
Perubahan Perilaku. Gadjah Mada Univer-
sity Press. Yogyakarta.
Pratiknya, A.W. 1996. Dasar-dasar Metode
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
CV. Rajawali. Jakarta.

74

Anda mungkin juga menyukai