Anda di halaman 1dari 28

Berbagi Pengetahuan

Always share knowledge with others

MAKALAH TERLENGKAP : PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Maret 03, 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas anugrah Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat membuat
makalah mengenai “Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia“ yang berhubungan dengan
pelajaran Pendidikan dan Kewarganegaraan . Makalah yang kami buat ini sebagai sumber informasi
pendamping buku pelajaran. Kami menyusun makalah ini berdasarkan materi kurikulum yang berlaku,
kami juga berusaha untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Kami sangat berterima kasih kepada Ibu guru selaku guru bidang studi PKN karena telah berjasa
mendidik kami sampai sekarang ini. Kami pun menyadari bahwa kemampuan kami belum seberapa
dibandingkan dengan bapak/ibu guru pengajar, kami berharap bahwa Makalah PPKn yang kami buat
dapat diterima dan mendapatkan nilai yang memuaskan .

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua .

Kota , Tanggal , Bulan , Tahun

Nama Kelompok
DAFTAR ISI

Halaman Kata Pengantar * I

Halaman Daftar Isi * II

BAB I PENDAHULUAN ……………...................................................

A. Latar Belakang ……………....................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................……………………………………….…..…1

C. Tujuan ………………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................

A. Hakikat Perlindungan dan Penegakan Hukum ………...…………………………..2

B. Dasar Hukum Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia ………...............7

C. Peran Lembaga Penegak Hukum dalam Menjamin Keadilan dan Kedamaian ……10

D. Dinamika Pelanggaran Hukum ………………………………………………….....22

BAB III PENUTUP .........................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................................29

B. Saran ......................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perlindungan dan Penegakan hukum adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan di Negara
kita . Hal tersebut dikarenakan Negara kita adalah Negara hukum . Selain itu , perlindungan dan
penegakan hukum merupakan factor utama untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian.

Konsekuensi dari diterapkannya Indonesia sebagai Negara hukum adalah bahwa dalam segala
kehidupan kenegaraan selalu berdasarkan kepada hukum . Untuk menjaga dan mengawasi hukum
berjalan dengan efektif maka dibentuklan lembaga peradilan sebagai sarana bagi masyarakat untuk
mencari keadilan dan mendapatkan perlakuan yang semestinya di depan hukum .

B. RUMUSAN MASALAH

1) Apakah Hakikat Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia ?

2) Apakah Dasar Hukum Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia ?

3) Bagaimanakah Peran Lembaga Penegak Hukum dalam Menjamin Keadilan dan Kedamaian ?

4) Bagaimanakah Dinamika Pelanggaran Hukum ?

C. TUJUAN

1) Untuk Mengetahui Hakikat Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia

2) Untuk Mengetahui Dasar Hukum Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia

3) Untuk Mengetahui Peran Lembaga Penegak Hukum dalam Menjamin Keadilan dan Kedamaian

4) Untuk Mengetahui Dinamika Pelanggaran Hukum


BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM

Perlindungan hukum adalah segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum
sebagai segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai seorang warga negara
tidak dilanggar, dan bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang
berlaku. Contoh perlindungan hukum adalah perlindungan hukum terhadap konsumen.

Sedangkan Penegakan hukum adalah proses dilaksanakannya upaya untuk memfungsikan norma
hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam bermasyarakat dan bernegara. Contoh penegakan
hukum sangat banyak disekitar kita, misalnya penangkapan pengedar narkotika dan sebagainya.

1. Konsep Perlindungan dan penegakan Hukum

Menurut Andi Hamzah , Perlindungan Hukum dimaknai sebagai daya upaya yang dilakukan secara
sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah dan swasta yang bertujuan mengusahakan
pengamanan , penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak – hak asasi yang ada
. Makna tersebut tidak terlepas dari fungsi hukum itu sendiri , yaitu untuk melindungi kepentingan
manusia . Dengan kata lain , hukum memberikan perlindungan kepada manusia dalam memenuhi
berbagai macam kepentingannya , dengan syarat manusia juga harus melindungi kepentingan orang lain
.

Simanjuntak mengartikan peerlindungan hukum sebagai segala upaya pemerintah untuk menjamin
adanya kepastian hukum serta member perlindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai
seorang warga Negara tidak dilanggar , dan bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi sesuai
peraturan yang berlaku .

Dengan demikian , suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

a. Adanya perlindungan dari pemerintah kepada warganya

b. Jaminan kepastian hukum

c. Berkaitan dengan hak- hak warga Negara

d. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya .


Pada hakikatnya , setiap orang berhak mendapatkan perlindungan daro hukum . Oleh karena itu ,
terdapat banyak macam perlindungan hukum . Dari sekian banyak jenis dan macam perlindungan
hukum , terdapat beberapa diantaranya yang cukup popular dan telah akrab di telinga , seperti
perlindungan hukum terhadap konsumen , Perlindungan Hukum terhadap konsumen diatur dalam
Undang-Undang RI nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen . UU ini mengatur segala hal
yang menjadi hak dan kewajiban antara produsen dan konsumen .

Perlindungan hukum di Indonesia diberikan juga kepada hak atas kekayaan intelektual (HaKI).
Pengaturan mengenai hak atas kekayaan intelektual meliputi , hak cipta dan hak atas kekayaan industri .
Pengaturan mengenai hak atas kekayaan intelektual tersebut telah dituangkan dalam sejumlah
peraturan perundang-undangan , seperti Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ,
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek , Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2016
tentang Paten , Undang 0 Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman , dan
sebagainya .

Perlindungan hukum juga diberikan kepada tersangka sebagai pihak yang diduga telah melakukan
pelanggaran hukum . Perlindungan hukum terhadap tersangka diberikan berkaitan dengan hak-hak
tersangka yang harus dipenuhi agar sesuai dengan prosedur pemeriksaan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan

Hukum dapar secara efektif menjalankan fungsinya untuk melindungi kepentingan manusia , apabila
ditegakkan . Dengan kata lain , perlindungan hukum dapat terwujud apabila proses penegakan hukum
dilaksanakan . Proses penegakan hukum merupakan salah satu upaya untuk menjadikan hukum sebagai
pedoman dalam setiap perilaku masyarakat maupun aparat atau lembaga penegak hukum . Dengan kata
lain , penegakan hukum merupakan upaya melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum dalam berbagai
macam bidang kehidupan .

Penegakan hukum merupakan syarat terwujudnya perlindungan hukum . Kepentingan setiap orang
akan terlindungi apabila hukum yang mengaturnya dilaksanakan baik oleh masyarakat ataupun aparat
penegak hukum . Misalnya , Perlindungan hukum konsumen akan terwujud apabila undang-undang
perlindungan konsumen dilaksanakan , hak cipta yang dimiliki oleh seseorang juga akan terlindungi
apabila ketentuan mengenai hak cipta juga dilaksanakan . begitu pula dengan kehidupan di sekolah ,
keluarga , dan masyarakat akan tertib , aman dan tentram apabila norma-norma berlaku di lingkungan
tersebut dilaksanakan .

2. Pentingnya Perlindungan dan penegakan Hukum

Sebagai Negara hukum , Indonesia wajib melaksanakan proses perlindungan dan penegakan hukum .
Negara wajib melindungi warga negaranya dari berbagai macam ketidakadilan , ketidaknyamanan dan
penyimpangan hukum lainnya . Selain itu , Negara mempunyai kekuasaan untuk memaksa seluruh
warga negaranya untuk melaksanakan semua ketentuan-ketentuan yang berlaku .

Perlindungan dan penegakan hukum sangat penting dilakukan karena dapat mewujudkan hal – hal
berikut ini :
a. Tegaknya supremasi hukum

Supremasi hukum bermakna bahwa hukum mempunyai kekuasaan mutlak dalam mengatur pergaulan
manusia dalam berbagai macam kehidupan . Dengan kata lain , semua tindakan warga Negara maupun
pemerintahan selalu berlandaskan pada hukum yang berlaku . Tegaknya supremasi hukum ridak akan
terwujud apabila aturan – aturan yang berlaku tidak ditegakkan baik oleh masyarakat maupun aparat
penegak hukum .

b. Tegaknya Keadailan

Tujuan utama hukum adalah mewujudkan keadilan bagi setiap warga Negara . Setiap warga Negara
dapat menikmati haknya dan melaksanakan kewajibannya merupakan wujud dari keadilan tersebut . Hal
itu dapat terwujud apabila aturan – aturan ditegakkan .

c. Mewujudkan perdamaian dalam kehidupan di masyarakat

Kehidupan yang diwarnai suasana yang damai merupakan harapan setiap orang . Perdamaian akan
terwujud apabila setiap orang merasa dilindungi dalam segala bidang kehidupan . Hal itu akan terwujud
apabila aturan-aturan yang berlaku dilaksanakan .

Keberhasilan proses perlindungan dan penegakan hukum tidaklah semata-mata menyangkut


ditegakkannya hukum yang berlaku, akan tetapi menurut Soerjono Soekanto (dalam bukunya yang
berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, 2002) sangat tergantung pula dari
beberapa faktor, antara lain:

a. Hukumnya.

Dalam hal ini yang dimaksud adalah undang-undang dibuat tidak boleh bertentangan dengan ideologi
negara, dan undang-undang dibuat haruslah menurut ketentuan yang mengatur kewenangan
pembuatan undangundang sebagaimana diatur dalam Konstitusi negara, serta undang-undang dibuat
haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat di mana undang-undang tersebut
diberlakukan.

b. Penegak hukum,

yakni pihakpihak yang secara langsung terlibat dalam bidang penegakan hukum. Penegak hukum
harus menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan peranannya masing-masing yang telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan tugas tersebut dilakukan dengan
mengutamakan keadilan dan profesionalisme, sehingga menjadi panutan masyarakat serta dipercaya
oleh semua pihak termasuk semua anggota masyarakat.

c. Masyarakat,
yakni masyarakat lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Maksudnya warga
masyarakat harus mengetahui dan memahami hukum yang berlaku, serta menaati hukum yang berlaku
dengan penuh kesadaran akan penting dan perlunya hukum bagi kehidupan masyarakat.

d. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

Sarana atau fasilitas`tersebut mencakup tenaga manusia yang terdidik dan terampil, organisasi yang
baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan sebagainya. Ketersediaan sarana dan fasilitas
yang memadai merupakan suatu keharusan bagi keberhasilan penegakan hukum.

e. Kebudayaan,

yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan
hidup. Dalam hal ini kebudayaan mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai
mana merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianut, dan apa
yang dianggap buruk sehingga dihindari.

B. DASAR HUKUM PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Pasal 27 ayat (1) UUD RI 1945

“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”

Penjelasan : Pasal 27 ayat 1 menjelaskan bahwa yang termasuk warga negara dan tinggal di wilayah
negara indonesia wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan yang berlaku di wilayah negara
republik Indonesia . Pasal ini mengandung maksud bahwa setiap warga negara dari semua golongan
tidak peduli itu orang tua, muda, remaja, anak - anak, pria maupun wanita mempunyai hak yang sama di
hadapan hukum dan pemerintahan, serta wajib mematuhi segala sesuatu yang menjadi aturan hukum
dan pemerintahan. jadi semua kalangan yang menjadi bagian dari warga negara indonesia wajib
mematuhi hukum tanpa terkecuali, baik itu pejabat pemerintah, militer, maupun sipil dan rakyat biasa.

Contoh Penerapan :

1. Tidak memberikkan imunitas politik pada anak pejabat

2. Membebaskan MAsyaraka untuk memilih karir

3. Tidak melarang perempuan untuk masuk ke militer

4. jangan pernah main hakim sendiri


5. melaporkan kejahatan kepada pihak yang berwajib

6. menghormati pemimpin negara maupun daerah wilayah.

Pasal 28 D ayat (1) UUD RI 1945

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum.”

Penjelasan dan Contoh Kasus :

Contoh kasus yang menyangkut tentang pasal tersebut adalah kasus Nenek Pencuri Tiga Biji Kakao
Divonis Satu Bulan Setengah. Dalam kasus ini nenek Minah mencuri karena terdorong kemiskinan. Kasus
nenek Minah sangat menarik perhatian masyarakat, karena menyentuh inti kemanusiaan, melukai
keadilan rakyat. Seharusnya perkara ini tidak perlu dimeja hijaukan cukup dilakukan dengan
musyawarah. Lagi pula tiga biji benih kakao untuk ditanam kembali tidak sampai merugikan PT RSA.
Disini kita belajar bahwa dalam negara kita untuk memperoleh keadilan hukum sangat sulit, padahal hak
memperoleh keadilan hukum sudah diatur dalam UUD 1945 pasal 28D ayat 1. Sehingga sangat
diperlukan konstruksi ulang dalam peradilan dinegara kita ini.

Pasal 28D UUD 1945 pada ayat 1 dapat dijalankan dengan menegakkan supremasi hukum bagi tiap
masyarakat. Hukum memegang peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hukum
berfungsi mengatur segala hal agar dapat berjalan tertib dan sesuai dengan aturan. Hukum dibuat untuk
dipatuhi dan ditaati. Bukan untuk dilanggar. Namun, apa yang terjadi adalah hukum di negara ini seperti
dua sisi mata pisau. Tumpul bagi kalangan atas dan tajam bagi kalangan bawah seperti contoh dalam
kasus Nenek Minah.

Saat ini sepertinya hanya orang kalangan bawah saja yang harus menaati hukum, sedangkan untuk
kalangan atas mereka seperti kebal akan hukum. Mereka bersembunyi dari hukum di balik berlembar-
lembar uang miliknya. Seakan-akan hukum dapat dijual menggunakan uang, bahkan untuk mereka yang
melakukan kejahatan besar sekalipun, korupsi contohnya. Sedangkan para kalangan bawah yang
melakukan kejahatan kecil dapat dipenjara. Negara kita adalah negara hukum maka hukum harusnya di
tegakkan, untuk semua kalangan dan bukan hanya untuk mereka yang memiliki uang..

Cara mengatasinya yaitu dengan mempertegas jalannya hukum, para penegak hukum juga semakin
diperketat pengawasannya agar tidak disuap oknum-oknum kalangan atas yang memanfaatkan
keadaan. Hukuman yang diberikan juga diperjelas agar kita takut dan tidak coba-coba melakukan
kejahatan serta perlakukan yang sama dihadapan hukum

Pasal 24 ayat (1) UUD RI 1945


“Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan."

Pasal 28 ayat (5) UUD RI 1945

“Untuk menegakkan dan melindungi Hak Asasi Manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan Hak Asasi Manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.”

Pasal 30 ayat (4) UUD RI 1945

“Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum."

Penjelasan : POLRI bertugas untuk melindungi dan mengayomi masyarakat dari segala kriminalitas yang
ada , serta melayani masyarakat seperti mengurus laporan ketika ada barang hilang atau orang yang
hilang , dan menegakkan hukum dengan mengenakan sanksi kepada orang orang yang melanggar
hukum di Indonesia

C. PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM DALAM MENJAMIN KEADILAN DAN KEDAMAIAN

1. Peran Kepolisian Republik Indonesia (Polri)

Kepolisian Republik Indonesia atau yang sering disebut POLRI merupakan lembaga negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta
memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri. Selain itu, dalam bidang penegakan hukum khususnya yang
berkaitan dengan penanganan tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam KUHAP, Polri sebagai
penyidik utama yang menangani setiap kejahatan secara umum dalam rangka menciptakan keamanan
dalam negeri.

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI.


Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan
dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat (Pasal 2).

Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia (Pasal 4).

Fungsi dan tujuan kepolisian semacam itu kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam tugas pokok
kepolisian yang meliputi:

1. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

2. menegakkan hukum; dan

3. memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat (Pasal 13).

Dalam melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Pasal 14 menyatakan, kepolisian bertugas untuk:

1. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan
pemerintah sesuai kebutuhan;

2. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas di jalan;

3. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat


serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

4. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

5. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

6. melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik
pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

7. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara
pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

8. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan


psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
9. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan
ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia;

10. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau
pihak yang berwenang;

11. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas
kepolisian;

12. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, sesuai yang tercantum dalam Pasal 16 UU RI No. 2 Thn.2002 tentang
Kepolisian Republik Indonesia diberikan wewenang diantaranya:

1. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

2. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan
penyidikan;

3. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

4. Menyuruh berhenti orang yang dianggap dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri;

5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

7. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

8. Mengadakan penghentian penyidikan;

9. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

10. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang ditempat
pemeriksaan imigrasi dalam keadaaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal
orang yang disangka melakukan tindak pidana;

11. Memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta
menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum;

12. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab , yaitu tindakan penyelidikan
dan penyidikan yang dilaksanakan dengan syarat sebagai berikut:

a) Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;


b) Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;

c) Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan dalam jabatannya;

d) Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa;

e) Menghormati hak asasi manusia.

2. Peran Kejaksaan Republik Indonesia

Kejaksaan RI adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara, khususnya di bidang
penuntutan. Penuntutan merupakan tindakan Jaksa untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan
negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang – undang dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang Pengadilan. Pelaku pelanggaran pidana
yang dituntut adalah yang benar bersalah dan telah memenuhi unsur – unsur tindak pidana yang
disangsikan dengan didukung oleh barang bukti yang cukup dan didukung oleh minimal dua (2) orang
saksi.

Keberadaan Kejaksaan RI diatur dalam UU RI No. 16 Thn. 2004. Berdasarkan undang – undang
tersebut, kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan
dalammenegakan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia,
serta pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Sebagai lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara dibidang penuntutan harus
melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya.

Adapun yang menjadi fungsi, tugas dan wewenang dari kejaksaan, yaitu sebagai berikut:

a. Fungsi dari kejaksaan yaitu:

1) Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis pemberian bimbingan dan


pembinaan serta pemberian perijinan sesuai dengan bidang tugasnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;

2) penyelengaraan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana, pembinaan manajemen,


administrasi, organisasi dan tatalaksanaan serta pengelolaan atas milik negara menjadi tanggung
jawabnya;

3) pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun yang berintikan keadilan di bidang
pidana;.

4) pelaksanaan pemberian bantuan di bidang intelijen yustisial, dibidang ketertiban dan


ketentraman umum, pemberian bantuan, pertimbangan, pelayanan dan penegaakan
hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan hukum dan tugas lain, untuk menjamin
kepastian hukum, kewibawaanm pemerintah dan penyelamatan kekayaan negara, berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan Jaksa Agung;

5) penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau
tempat lain yang layak berdasarkan penetapan Hakim karena tidak mampu berdiri sendiri atau
disebabkan hal - hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri;

6) pemberian pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah, penyusunan peraturan perundang-


undangan serta peningkatan kesadaran hukum masyarakat;

Koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis serta pengawasan, baik di dalam maupun
dengan instansi terkait atas pelaksanaan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung .

b. Tugas dan Wewenang Kejaksaan yaitu:

1) Di bidang pidana :

a) Melakukan penuntutan;

b) Melaksanakan ketetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap;

c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana


pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;

d) Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang – undnag;

e) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

2) Di bidang perdata dan tata usaha negara :

Kejaksaan dengan kuasa khusus, dapat bertindak baik di dalam maupun diluar pengadilan
untuk dan atas nama negara atau pemerintah.

3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut melaksanakan kegiatan :

a) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;


b) Pengamanan kebijakan penegakan hukum;

c) Pengawasan peredaran barang cetakan;

d) Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;

e) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;

f) Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

Untuk mengefektifkan peranannya lembaga kejaksaan di Indonesia memiliki tiga tingkatan yaitu :

1. Kejaksaan Agung di tingkat pusat yang dipimpin oleh Jaksa Agung

2. Kejaksaan Tinggi di tingkat provinsi yang dippimpin oleh seorang Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati)

3. Kejaksaan Negeri di tingkat kabupaten/kota yang dipimpin oleh seorang kepala kejaksaan (Kajari).

3. Peran Hakim Sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman

Keberadaan lembaga kehakiman di Indonesia diatur dalam UU RI No. 48 Thn. 2009 tetang kekuasaan
kehakiman, yang merupakan penyempurnaan dari UU RI No. 4 Thn. 2004. Berdasarkan UU tersebut
kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh :

a) Mahkamah Agung,

b) Badan peradilan yang berada dibawah mahkamah agung yang meliputi; badan peradilan peradilan
umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara.

Mahkamah Konstitusi

Lembaga – lembaga tersebut berperan sebagai penegak keadilan, dan dibersihkan dari setiap
intervensi baik dari lembaga legislatif, eksekutif, maupun lembaga lainnya. Kekuasaan kehakiman
lembaga – lembaga tersebut dilaksanakan oleh Hakim.

Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang – undang untuk
mengadili. Mengadili merupakan serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan
memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak disebuah sidang
pengadilan berdasarkan ketentuan perundang – undangan. Hakim tidak boleh dipengaruhi oleh
kekuasaan – kekuasaan lain dalam memutusjkan perkara. Apabila hakim mendapatkan pengaruh dari
pihak lain dalam memutuskan perkara, maka keputusan hakim cenderung tidak adil, yang pada akhirnya
akan meresaahkan masyarakat, serta wibawa hukum dan hakim akan hilang.

Menurut ketentuan UU RI No. 48 Thn. 2009 tentang kehakiman, hakim berdasarkan jenis lembaga
peradilannya diklasifikasikan menjadi:

a) Hakim pada Mahkamah Agung yang disebut Hakim Agung.

b) Hakim pada badan peradilan di bawah MA yaitu dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada
peradilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.

c) Hakim pada Mahkamah Konstitusi yang disebut Hakim Konstitusi.

Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
pada umumnya (Pasal 2 UU No.2 Tahun 1984). Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang, memeriksa,
mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama
(Pasal 50 UU No.2 Tahun 1986).

Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang hukum kepada instansi
pemerntah di daerahnya apabila diminta (Pasal 52 UU No.2 Tahun 1986). Selain menjalankan tugas
pokok, pengadilan dapat diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau berdasarkan Undang-Undang.

Setiap hakim melaksanakaan proses peradilan dilaksanakan disebuah tempat yang dinamakan
pengadilan. Peradilan menunjukan pada proses berjalannya mengadili perkara sesuai dengan kategori
perkara yang diselesaikan. Sedangkan pengadilan menunjukan tempat untuk mengadili perkara/tempat
melaksanakan proses peradilan guna mengakan hukum.

Adapun Kewenangan nya adalah sebagai berikut :

a) Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara
pidana dan perdata di tingkat pertama;

b) Pengadilan Negeri dapat memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasehat tentang hukum
kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya apabila diminta;

c) Selain tugas dan kewenangan tersebut diatas, Pengadilan Negeri dapat diserahi tugas dan
kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.
4. Peran Advokat dalam Penegakan Hukum

Advokat disebut juga penasihat hukum adalah orang yang diberi kuasa untuk memberi bantuan di
bidang hukum baik perdata atau pidana kepada yang memerlukannya., baik berupa nasihat (konsultasi)
maupun bantuan hukum aktif baik didalam maupun diluar pengadilan dengan jalan mewakili,
mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingann hukum para
pengguna jasanya. Melalui jasa hukum yang diberikan , advokat menjalankan tugas profesi demi
tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan , termasuk usaha
memberdayakan masyarakat dalan menyadari hak – hak fundamental mereka di depan hukum .

Keberadaan advokat sebagai salah satu lembaga penegak hukum diaatur dalam UU RI No. 18 Thn.
2003 tentang Advokat. Melalui UU ini , Setiap orang yang memenuhi syarat dapat menjadi seorang
advokat.

Adapun persyaratan untuk menjadi advokat di Indonesia diatur dalam pasal 3 UU RI NO. 18 Thn. 2003,
yaitu :

a. Warga negara RI;

b. Bertempat tinggal di Indonesia;

c. Tidak berstatus sebagai pejabat negara atau pegawai negeri;

d. Berusia sekurang – kurangnya 25 tahun

e. Berijazah sarjana dengan latar belakang pendidikan tinggi hukum;

f. Lulus ujian yang diadakan Organisasi Advokat;

g. Magang sekurang – kurangnya 2 tahun berturut – turut pada kantor advokat;

h. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara 5 tahun atau lebih;

i. Berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyhai integritas yang tinggi.

Adapun tugas dari advokat secara khusus adalah membuat dan mengajukan gugatan, jawaban,
tangkisan, sangkalan, memberi pembuktian, mendesak segera disidangkan atau diputuskan perkaranya
dan sebagainya. Disamping itu advokat/ pengacara bertugas membantu hakim dalam mencari
kebenaran dan tidak boleh memutar balikan peristiwa demi kepentingan kliennya agar kliennya menang
dan bebas. Oleh karena itu , sesuai Undang – Undang RI Nomor 18 Tahun 2003 , seorang advokat
mempunyai hak dan kewajiban yang dilindungi undang – undang .

Adapun hak dan kewajiban advokat/pengacara, yaitu:


· Hak advokat/pengacara :

a. Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi
tanggung jawabya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan
peraturang perundang – undangan.

b. Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang –
undangan.

c. Advokat tidak dapat dituntut dengan itikad baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam sidang
pengadilan.

d. Advokat berhak mendapatkan informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi pemerintah
maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingna tersebut yang diperlukan untuk pembelaan
kepentingan kliennya sesuai dengan peratuan perundang – undangan.

e. Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan atas berkas
dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas
komunilkasi elektronik advokat.

f. Advokat tidak dapat diidentikan dengan kliennya dalam membela perkara klien oleh yang
berwenang dan/atau masyarakat.

· Kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang advokat diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuanterhadap klien


berdasarkan jenis kelamin, agama. Polituk, keturunan, ras, atau latar belakang sosial. Dan budaya.

b. Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya karena
hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang – udang.

c. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan tugas dan
martabat profesinya.

d. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian rupa sehingga
merugikan profesi advokat atau mengurangi kebebasan dan kemerdekaaan dalam menjalankan tugas
profesinya.

e. Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakantugas profesi advokat selama
memangku jabatan.

5. Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)


Komisi Pemberantasan Korupsi disingkat KPK adalah sebuah komisi yang dibentuk pada tahun 2003
berdasarkan Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Tujuan dibentuknya KPK adalah untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, KPK mempunyai tugas sebagai berikut.

a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.

b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.

c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.

d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.

e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Selain memiliki tugas tersebut, komisi ini memiliki beberapa wewenang sebagai berikut.

a. Mengoordinasi penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi.

b. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi.

c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi terkait.

d. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindakan korupsi.

e. Meminta laporan instansi terkait pencegahan tindak pidana korupsi.

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya itu, KPK perpedoman pada asas sebagai berikut.

1) Kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan tugas dan
wewenang KPK.

2) Keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.

3) Akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan KPK
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Kepentingan umum, yakni asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif.

5) Proporsionalitas, yakni asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas, wewenang,


tanggung jawab, dan kewajiban KPK.
6. DINAMIKA PELANGGARAN HUKUM

1. Berbagai Kasus Pelanggaran Hukum

Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan seseorang yang tidak
sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku. Dengan kata lain, pelanggaran hukum
merupakan pengingkaran terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh peraturan atau
hukum yang berlaku, misalnya kasus pembunuhan merupakan pengingkaran terhadap kewajiban untuk
menghormati hak hidup orang lain.

Pelanggaran hukum merupakan bentuk ketidakpatuhan terhadap hukum. Ketidakpatuhan terhadap


hukum dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu:

a. pelanggaran hukum oleh si pelanggar sudah dianggap sebagai kebiasaan;

b. hukum yang berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan kehidupan.

Saat ini, kita sering melihat berbagai pelanggaran hukum terjadi di negara ini. Hampir setiap hari, kita
mendapatkan informasi mengenai terjadinya tindakan melawan hukum baik yang dilakukan oleh
masyarakat ataupun oleh aparat penegak hukum sendiri.

Berikut ini contoh perilaku yang bertentangan dengan aturan yang dilakukan di lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.

a. Dalam lingkungan keluarga, di antaranya:

1) mengabaikan perintah orang tua;

2) mengganggu kakak atau adik yang sedang belajar;

3) ibadah tidak tepat waktu;

4) menonton tayangan yang tidak boleh ditonton oleh anak-anak;

5) nonton tv sampai larut malam; dan

6) bangun kesiangan.

b. Dalam lingkungan sekolah, di antaranya :

1) menyontek ketika ulangan;

2) datang ke sekolah terlambat;

3) bolos mengikuti pelajaran;


4) tidak memperhatikan penjelasan guru; dan

5) berpakaian tidak rapi dan tidak sesuai dengan yang ditentukan sekolah.

c. Dalam lingkungan masyarakat, di antaranya:

1) mangkir dari tugas ronda malam;

2) tidak mengikuti kerja bakti dengan alasan yang tidak jelas;

3) main hakim sendiri;

4) mengonsumsi obat-obat terlarang;

5) melakukan tindakan diskriminasi kepada orang lain;

6) melakukan perjudian; dan

7) membuang sampah sembarangan.

d. Dalam lingkungan bangsa dan negara, di antaranya:

1) tidak memiliki KTP;

2) tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas;

3) melakukan tindak pidana seperti pembunuhan, perampokan, penggelapan, pengedaran uang


palsu, pembajakan karya orang lain dan sebagainya;

4) melakukan aksi teror terhadap alat-alat kelengkapan negara;

5) tidak berpartisipasi pada kegiatan pemilihan umum; dan

6) merusak fasilitas negara dengan sengaja.

2. Macam-Macam Sanksi atas Pelanggaran Hukum

Misalnya, mengapa sopir angkutan kota tidak sungkan-sungkan berhenti menunggu penumpang pada
tempat yang jelas-jelas dilarang berhenti? Penyebabnya karena petugas tidak tegas menindaknya.
Karena peristiwa seperti itu dibiarkan, tidak ditindak oleh petugas, lama-kelamaan dianggap hal yang
biasa. Dengan kata lain, jika suatu perbuatan dilakukan berulangulang, tidak ada sanksi, walaupun
melanggar aturan, akhirnya perbuatan itu dianggap sebagai norma. Seperti kebiasaan sopir angkutan
kota tadi, karena perbuatannya itu tidak ada yang menindak, akhirnya menjadi hal yang biasa saja.
Hal yang sama bisa juga menimpa kita . Misalnya, jika para siswa yang melanggar tata tertib sekolah
dibiarkan begitu saja, tanpa ada sanksi tegas, esok lusa, pelanggaran akan menjadi hal yang biasa.
Perilaku yang bertentangan dengan hukum menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan pribadi
maupun kehidupan bermasyarakat. Ketidaknyamanan dan ketidakteraturan tentu saja akan selalu
meliputi kehidupan kita jika hukum sering dilanggar atau ditaati. Untuk mencegah terjadinya tindakan
pelanggaran terhadap norma atau hukum, dibuatlah sanksi dalam setiap norma atau hukum tersebut.

Sanksi terhadap pelanggaran itu amat banyak ragamnya. Sifat dan jenis sanksi dari setiap norma atau
hukum berbeda satu sama lain. Akan tetapi, dari segi tujuannya sama, yaitu untuk mewujudkan
ketertiban dalam masyarakat. Berikut ini sanksi dari norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Tabel 2.1

Sanksi dan Norma dalam Masyarakat

No

Norma

Pengertian

Contoh - Contoh

Sanksi

1.

Agama

Petunjuk hidup yang bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui utusan-utusan-Nya (Rasul/Nabi)
yang berisi perintah, larangan atau anjuran-anjuran

a. beribadah

b. tidak berjudi

c. suka beramal

Tidak langsung, karena akan diperoleh setelah meninggal dunia (pahala atau dosa)

2.

Kesusilaan

Pedoman pergaulan hidup yang bersumber dari hati nurani manusia tentang baikburuknya suatu
perbuatan

a. berlaku jujur
b. menghargai orang lain

Tidak tegas, karena hanya diri sendiri yang merasakan (merasa bersalah, menyesal, malu, dan
sebagainya)

3.

Kesopanan

Pedoman hidup yang timbul dari hasil pergaulan manusia di dalam masyarakat

a. menghormati orang yang lebih tua

b. tidak berkata kasar

c. menerima dengan tangan kanan

Tidak tegas, tetapi dapat diberikan oleh masyarakat dalam bentuk celaan, cemoohan atau pengucilan
dalam pergaulan

4.

Hukum

Pedoman hidup yang dibuat oleh badan yang berwenang yang bertujuan untuk mengatur manusia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (berisi perintah dan larangan)

a. harus tertib

b.harus sesuai prosedur

c. dilarang mencuri

Tegas dan nyata serta mengikat dan memaksa bagi setiap orang tanpa kecuali

Dalam Tabel 2.1, disebutkan bahwa sanksi norma hukum adalah tegas dan nyata. Hal tersebut
mengandung pengertian sebagai berikut.

1) Tegas berarti adanya aturan yang telah dibuat secara material telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Misalnya, hukum pidana mengenai sanksi diatur dalam Pasal 10 KUHP. Dalam
pasal tersebut, ditegaskan bahwa sanksi pidana berbentuk hukuman yang mencakup:

(1) Hukuman pokok, yang terdiri atas:

a) hukuman mati; dan


b) hukuman penjara yang terdiri atas hukuman seumur hidup dan hukuman sementara waktu
(setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun).

(2) Hukuman tambahan, yang terdiri atas:

a) pencabutan hak-hak tertentu;

b) perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu; dan

c) pengumuman keputusan hakim.

2) Nyata berarti adanya aturan yang secara material telah ditetapkan kadar hukuman berdasarkan
perbuatan yang dilanggarnya. Contoh: Pasal 338 KUHP, menyebutkan “barang siapa sengaja merampas
nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.

Sanksi hukum diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga peradilan, Sanksi sosial diberikan oleh
masyarakat, misalnya dengan cemoohan, dikucilkan dari pergaulan, bahkan yang paling berat diusir dari
lingkungan masyarakat setempat.

Jika sanksi hukum maupun sanksi sosial tidak juga mampu mencegah orang dari perbuatan melanggar
aturan, ada satu jenis sanksi lain, yakni sanksi psikologis. Sanksi psikologis dirasakan dalam batin kita
sendiri. Jika seseorang melakukan pelanggaran terhadap peraturan, tentu saja di dalam batinnya ia
merasa bersalah. Selama hidupnya, ia akan dibayang-bayangi oleh kesalahannya itu. Hal ini akan sangat
membebani jiwa dan pikiran kita. Sanksi inilah yang merupakan gerbang terakhir yang dapat mencegah
seseorang melakukan pelanggaran terhadap aturan

3. Partisipasi dalam Perlindungan dan Penegakan Hukum

Wujud dari partisipasi masyarakat adalah dengan menampilkan perilaku yang mencerminkan
ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum. Ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum yang berlaku
merupakan konsep nyata dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan
sistem hukum yang berlaku. Tingkat kepatuhan hukum yang diperlihatkan oleh seorang warga negara,
secara langsung menunjukkan tingkat kesadaran hukum yang dimilikinya.

Kepatuhan hukum mengandung arti bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk:

a. memahami dan menggunakan peraturan perundangan yang berlaku;

b. mempertahankan tertib hukum yang ada; dan

c. menegakkan kepastian hukum.

Adapun ciri-ciri seseorang yang berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku dapat dilihat dari
perilaku yang diperbuatnya:

a. disenangi oleh masyarakat pada umumnya;


b. tidak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain;

c. tidak menyinggung perasaan orang lain;

d. menciptakan keselarasan;

e. mencerminkan sikap sadar hukum;

f. mencerminkan kepatuhan terhadap hukum

Perilaku yang mencerminkan sikap patuh terhadap hukum harus kita tampilkan dalam kehidupan
sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara sebagai bentuk
perwujudan partisipasi kita dalam proses penegakan dan perlindungan hukum.

Berikut ini contoh perilaku yang mencerminkan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku :

a. Dalam Kehidupan di Lingkungan Keluarga

1. Mematuhi perintah orang tua.

2. Ibadah tepat waktu.

3. Menghormati anggota keluarga yang lain seperti ayah, ibu, kakak, adik dan sebagainya.

4. Melaksanakan aturan yang dibuat dan disepakati keluarga.

b. Dalam kehidupan di Lingkungan Sekolah

1. Menghormati kepala sekolah, guru dan karyawan lainnya.

2. Memakai pakaian seragam yang telah ditentukan.

3. Tidak menyontek ketika ulangan.

4. Memperhatikan penjelasan guru.

5. Mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal yang berlaku.

c. Dalam Kehidupan di Lingkungan Masyarakat

1. Melaksanakan setiap norma yang berlaku di masyarakat;

2. Bertugas ronda.

3. Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti.


4. Menghormati keberadaan tetangga disekitar rumah.

5. Tidak melakukan perbuatan yang menyebabkan kekacauan di masyarakat seperti tawuran, judi,
mabuk-mabukkan dan sebagainya;

6. Membayar iuran warga.

d. Dalam kehidupan di Lingkungan Bangsa dan Negara.

1. Bersikap tertib ketika berlalu lintas di jalan raya.

2. Memiliki KTP.

3. Memiliki SIM.

4. Ikut serta dalam kegiatan pemilihan umum.

5. Membayar pajak.

6. Membayar retribusi parker

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

· Menurut Andi Hamzah sebagaimana dikutip oleh Soemardi dalam artikelnya yang berjudul Hukum
dan Penegakan Hukum (2007), perlindungan hukum dimaknai sebagai daya upaya yang dilakukan secara
sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan mengusahakan
pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada.

· Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan seseorang yang tidak
sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku. Dengan kata lain, pelanggaran hukum
merupakan pengingkaran terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh peraturan atau
hukum yang berlaku, misalnya kasus pembunuhan merupakan pengingkaran terhadap kewajiban untuk
menghormati hak hidup orang lain.

· Penegakan hukum merupakan syarat terwujudnya perlindungan hukum . Kepentingan setiap


orang akan terlindungi apabila hukum yang mengaturnya dilaksanakan baik oleh masyarakat ataupun
aparat penegak hukum .
· Perlindungan dan penegakan hukum sangat penting dilakukan karena dapat mewujudkan hal – hal
berikut ini :

a. Tegaknya supremasi hukum

b. Tegaknya Keadailan

c. Mewujudkan perdamaian dalam kehidupan di masyarakat

· Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, 2002) sangat tergantung pula dari
beberapa faktor, antara lain:

a. Hukumnya.

b. Penegak hukum

c. Masyarakat,

d. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

e. Kebudayaan,

· Dasar Hukum Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia , diantaranya :

1. Pasal 27 ayat (1) UUD RI 1945

2. Pasal 28 D ayat (1) UUD RI 1945

3. Pasal 30 ayat (4) UUD RI 1945

· Peran Lembaga Penegak Hukum dalam Menjamin Keadilan dan Kedamaian

1. Peran Kepolisian Republik Indonesia (Polri)

2. Peran Kejaksaan Republik Indonesia

3. Peran Hakim sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman

4. Peran Advokat dalam Penegakan Hukum

5. Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

· Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan seseorang yang tidak
sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku. Dengan kata lain, pelanggaran hukum
merupakan pengingkaran terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh peraturan atau
hukum yang berlaku, misalnya kasus pembunuhan merupakan pengingkaran terhadap kewajiban untuk
menghormati hak hidup orang lain.
· Sanksi hukum diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga peradilan, Sanksi sosial diberikan
oleh masyarakat, misalnya dengan cemoohan, dikucilkan dari pergaulan, bahkan yang paling berat diusir
dari lingkungan masyarakat setempat.

· Wujud dari partisipasi masyarakat adalah dengan menampilkan perilaku yang mencerminkan
ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum. Ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum yang berlaku
merupakan konsep nyata dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan
sistem hukum yang berlaku. Tingkat kepatuhan hukum yang diperlihatkan oleh seorang warga negara,
secara langsung menunjukkan tingkat kesadaran hukum yang dimilikinya.

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan di atas dan simpulan yang telah di kemukakan sebelumnya, pada bagian ini
penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi para pembaca
terutama siswa sebagai generasi mudah.

2. Penulis berharap agar siswa lebih mudah memahami perlindungan dan penegakkan hukum.

3. Penulis menyadari bahwa masih banyak siswa yang belum memahami tentang perlindungan dan
penegakkan hukum maka dalam hal ini perlu mendapatkan perhatian dari para guru terutama para ahli
hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Halimi Muhammad, Sundawa Dadang, Nasiwan, 2014, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Jakarta, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Andika, Raka, Dasar Hukum Perlindungan dan Penegakkan Hukum, Online


(http://rakaraperz.blogspot.com/2014/11/dasar-hukum-perlindungan-dan-penegakan-hukum_15.html),
Diakses 25 November 2014.

Anwar Yesmil, System Peradilan Pidana (Konsep, Komponen dan Pelaksanaannya Dalam Penegakkan
Hukum Di Indonesia), Online,
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32820/4/Chapter%20I.pdf), Diakses 25 November
2014
https://www.kompasiana.com/skrl/54f5dd5da33311b5528b470c/uud-1945-pasal-28-d-ayat-1

http://www.smansax1-edu.com/2014/11/dasar-hukum-perlindungan-dan-penegakan.html

http://www.kartikaafriyanti.blogspot.com

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas anugrah Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat membuat
makalah mengenai “ Mewaspadai Ancaman Terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) “
yang berhubungan dengan pelajaran Pendidikan dan Kewarganegaraan . Makalah yang kami buat ini
sebagai sumber informasi pendamping buku pelajaran. Kami menyusun makalah ini berdasarkan materi
kurikulum yang berlaku, kami juga berusaha untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan. Kami sangat berterima kasih kepada Ibu Jumiati selaku guru bidang studi
PKN karena telah berjasa mendidik kami sampai sekarang ini. Kami pun menyadari bahwa kemampuan
kami belum seberapa dibandingkan dengan bapak/ibu guru pengajar, kami berharap bahwa Makalah
PPKn yang kami buat dapat diterima dan mendapatkan nilai yang memuaskan . Semoga makalah
ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai