Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN DASAR

Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

Disusun oleh kelompok 2 kelas C:

1. Galuh Nurulita Fitriani : 1910711034


2. Dinda Cantika Rahma : 1910711040
3. Bunga Rahma Dwi Cahyani : 1910711039
4. Talita Alifa : 1910711043
5. Nida Alhaq : 1910711045
6. Nabilla Asmarany : 1910711047

Dosen mata kuliah : Ns. Indah Permatasari, S.Kep, M.Kep


Jurusan : S-1 Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat membuat dan
menyelesaikan makalah Konsep Dasar Keperawatan I ini.

Makalah yang berjudul “Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi” ini ditulis untuk


memenuhi tugas mata kuliahKeperawatan Dasar. Pada kesempatan yang baik ini, kami
menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca.Namun terlepas dari itu semua, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna.Sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Depok, 17 Oktober 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................……………………………………………….. 1

DAFTAR ISI ……....................……………………………………………………... 2

BAB I PENDAHULUAN ……...............................…………………………….. ...........3

A. Latar Belakang …………................................…………………………….......…. 3


B. Rumusan Masalah ……….................................……………………….......……... 4
C. Tujuan Penulisan ……….................................……………………......…………. 4

BAB II PEMBAHASAN................…………….............................……....……………… 5

1. Fisiologi Kardiovaskuler…………………...................................………………... 5
2. Fisiologi Pernafasan …………………………………………………………….. 8
3. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi…………………………………………… 11
4. Perubahan Fungsi Jantung…………...............................................……………... 14
5. Perubahan fungsi pernafasan……………………................................................... 15
6. Prinsip dan teknik pemberian oksigen ……………………………………………. 18
7. Prinsip dan teknik suction………………………………………………………….. 21
8. Prinsip dan teknik postural drainage……………………………………………….. 25
9. Prinsip dan teknik nebulizer……………………………………………………….. 27

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………..29

A. Kesimpulan ……………………………………………………........................29
B. Saran …………………………………………………………...........................29

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….30

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh manusia dalam
mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi. Salah satunya adalah
kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah
Tarwanto,2006)
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh,
oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa
menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan
tugas perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi
tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap
pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.
Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini,
individu merasakan pentingnya oksigen.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dipaparkan pada makalah ini adalah :
1. Jelaskan fisiologi kardiovaskuler!
2. Jelaskan mengenai fisiologi pernapasan!
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi oksigenasi?
4. Jelaskan perubahan fungsi jantung!

3
5. Jelaskan perubahan fungsi pernafasan !
6. Sebutkan prinsip dan teknik pemberian oksigen!
7. Sebutkan Prinsip dan teknik suction!
8. Sebutkan prinsip dan teknik postural drainage!
9. Sebutkan prinsip dan teknik nebulizer!

C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan tentang fisiologi kardiovaskuler
2. Untuk menjelaskan tentang fisiologi pernafasan
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi oksigenasi
4. Untuk menjelaskan perubahan fungsi jantung
5. Untuk memjelaskan perubahan fungsi pernafasan
6. Untuk mengetahui prinsip dan teknik pemberian oksigen
7. Untuk mengetahui prinsip dan teknik suction
8. Untuk mengetahui prinsip dan teknik postural drainage
9. Untuk mengetahui prinsip dan teknik nebulizer

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Review Fisiologi Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler merupakan suatu rangkaian tertutup yang tersusun atas


jantung dan pembuluh darah. Jantung merupakan suatu pompa yang mengalirkan darah
beroksigen ke seluruh tubuh melalui arteria dan pembuluh kapiler, sedangkan darah yang
memiliki kandungan oksigen rendah diangkut ke jantung oleh vena.

A. Pembuluh Darah

Pembuluh darah dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pembuluh nadi,
pembuluh balik, dan pembuluh kapiler.

1. Pembuluh nadi (Arteria)

Arteria adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah keluar dari


jantung. Semau arteria kecuali arteria pulmonalis mengalirkan darah yang kaya
akan oksigen. Arteria memiliki dinding yang kuat dan kenyal atau elastis.
Dinding tersebut terdiri dari tiga lapisan, yaitu:

 Lapisan dalam (tunica intima) adalah lapisan tipis, licin, pipih, dan tersusun
atas jaringan epitel pipih selapis.
 Lapisan tengah atau jaringan otot (tunica media) adalah lapisan yang
mengandung otot dan sedikit serabut elastic.
 Lapisan luar (tunica externa) adalah lapisan yang tersusun atas jaringan
berserabut dan berfungsi untuk melindungi arteria tersebut.

2. Pembuluh balik (Vena)

Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung. Semua


vena, kecuali vena pulmonalis mengalirkan darah yang miskin oksigen. Vena
terdiri atas tiga lapisan, tetapi tidak seperti lapisan pada arteria, dinding vena tidak
begitu tebal dan hanya mengandung sedikit jaringan otot serta jaringan elastis.

Di setengah bagian tubuh, terutama di bagian alat gerak, lapisan dalam


vena terlipat ke dalam lubang pembuluhnya untuk membentuk katup yang sering

5
kali memiliki dua daun. Katup ini diatur agar terbuka ke arah jantung dan
keberadaan katup ini memungkinkan otot rangka mendorong darag kearah jantung
pada saat otot ini berkontraksi. Jika katup ini rusak maka terjadilah varises.

3. Pembuluh kapiler

Kapiler adalah pembuluh kecil yang tersusun atas satu lapis sel saja, yaitu
jaringan epitel pipih selapis. Pembuluh kapiler pada tubuh manusia membentuk
rangkaian di dalam jaringan dan menerima darah dari arteria kecil (arteriola) yang
mengalirkan darah ke vena kecil (venula).

Pertukaran oksigen, zat-zat makanan, dan limbah tubuh hanya terjadi


diantara darah dan jaringan tubuh yang hanya dirangkaikan oleh pembuluh ini
yang memungkinkan pertukaran secara osmosis.

B. Jantung

Jantung merupakan sebuah organ yang yang memiliki empat ruang dan
dapat diibaratkan sebagai pompa yang mengalirkan atau mengedarkan darah ke
seluruh bagian tubuh dan mengekalkan peredaran itu sepanjang waktu.

Jantung terletak dibelakang sternum di dalam cavitas thoracica di antara


paru-paru, yaitu di tempat yang disebut mediastinum. Tepi bawahnya terletak di
permukaan atas diafragma. Pada orang dewasa, jantung berukuran sebesar
genggaman tangan. Ujung bawah meruncing dan sedikit ke arah kiri, sedangkan
basisnya bulat pendek dan mengarah ke atas kanan. Jantung dapat memuat antara
85 hingga 170 gram darah.

a) Struktur Jantung

Jantung terdiri dari empat ruang yang memiliki dua atrium dan dua ventrikel.

 Ventrikel kanan: menerima darah dari atrium kanan lalu dipompakan ke paru-
paru melalui arteri pulmonalis.
 Ventrikel kiri: menerima darah dari atrium kiri lalu dipompakan ke seluruh
tubuh melalui aorta.

6
 Atrium kanan: menerima darah dari seluruh tubuh yang miskin oksigen lalu
dipompakan ke ventrikel kanan. Darah tersebut dari vena cava superior,
inferior, dan sinus koronarius.
 Atrium kiri: menerima darah dari paru-paru yang kaya oksigen lalu
dipompakan ke ventrikel kiri. Darh tersebut dari empat buah vena pulmonalis.

Jantung memiliki empat katup yaitu:

 Katup tricuspid: Mengatur aliran darah dari atrium kanan ke ventrikel kanan.
 Katup pulmonal: Mengatur aliran darah dari ventrikel kanan ke arteri
pulmonalis yang membawa darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen.
 Katup mitral: Mengalirkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru.
 Katup aorta: Membuka jalan bagi darah yang kaya oksigen untuk dilewati dari
ventrikel kiri ke aorta.

Jantung memiliki membran yang melapisinya, yaitu:

 Membran jantung (pericardium) yaitu membran terluar yang melapisi jantung.


Terdiri dari pericardium fibrosum yang kuat dan tidak elastis, pericardium
serosum yang terdiri atas dua lapisan, yaitu lamina parietalis dan lamina
visceralis; lapisan ini menghasilkan suatu cairan jernih yang mencegah
gesekan pada saat jantung berdenyut.
 Otot jantung (myocardium) tersusun atas otot-otot khusus-tebal di ventrikel
sinister, kurang tebal di ventrikel kanan, dan tipis di atrium-
 Membran jantung (endocardium) tersusun atas jaringan epitel pipih; lapisan
yang tipis dan licin ini merupakan lanjutan dari lapisan dalam pembuluh
darah.

b) Aliran Darah dalam Jantung

Vena cava superior dan vena cava inferior mengalirkan darah yang miskin
oksigen ke atrium cordii dextrum. Pada saat atrium berkontraksi, darah terdorong
masuk melalui valve tricuspidalis ke dalam ventriculus dexter. Kontraksi
ventriculus dexter mendorong darah melalui valvula semilunaris ke dalam arteria
pulmonalis. Arteria ini dibagi menjadi dua cabang dan setiap cabang masuk ke
dalam setiap paru-paru. Pertukaran gas dengan cara difusi terjadi antara alveolus

7
dan pembuluh kapiler, karbon dioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen dari
alveolus berikatan dengan hemoglobin di dalam eritrosit. Darah yang kaya
oksigen kembali ke atrium cordii sinistrum melalui empat vena pulmonalis, yaitu
dua dari setiap paru-paru. Dari atrium sinistrum, darah masuk ke dalam
ventriculus sinister melalui valva mitralis dan pada saat ventriculus sinister
berkontraksi darah dipompa keluar dari jantung ke dalam aorta melalui valvula
semilunaris ke seluruh bagian tubuh.

c) Suplai Darah dan Saraf Jantung


 Darah: Myocardium menerima suplai darah beroksigen dari arteria
coronaria sinistra dan dextra. Arteria ini merupakan cabang pertama dari
aorta.
 Saraf: Umumnya, jantung orang dewasa berdenyut kurang lebih tujuh
puluh kali setiap menit. Namun, denyut tersebut dapt dipercepat atau
diperlambat dengan perintah saraf autonom. Dua jenis saraf autonom yang
menyuplai jantung adalah:
a. Saraf simpatetik, yang mempercepat denyut jantung, datang dari
rangkaian simpatetik jantung yang terdapat di sisi vertebrae
cervicales dan thoracales.
b. Saraf parasimpatetik, yang memperlambat denyut jantung, adalah
saraf ke sepuluh (nervus vagus) yang datang dari medulla
oblongata di otak.

2. Review fisiologi pernapasan (struktur dan fungsi, ventilasi, perfusi, pertukaran


gas pernapasan, pertukaran pernapasan)

a. Struktur dan fungsi


Oksigen diperlukan untuk menopang kehidupan.Sistem jantung dan
pernapasan memasok kebutuhan oksigen tubuh.Darah diberi oksigen melalui
mekanisme ventilasi, perfusi, dan transportasi gas pernapasan.Regulator saraf dan
kimia mengontrol laju dan kedalaman respirasi sebagai respons terhadap perubahan
kebutuhan oksigen jaringan.Sistem kardiovaskular menyediakan mekanisme
transportasi untuk mendistribusikan oksigen ke sel dan jaringan tubuh.

8
Pertukaran gas pernapasan terjadi antara lingkungan dan darah.Respirasi
adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida selama metabolisme sel. Saluran
udara paru-paru mentransfer oksigen dari atmosfer ke alveoli, tempat oksigen ditukar
dengan karbon dioksida.Melalui membran kapiler alveolar, transfer oksigen ke darah,
dan transfer karbon dioksida dari darah alveoli. Ada tiga langkah dalam proses
oksigenasi: ventilasi, perfusi, dan difusi.
Struktur dan Fungsi.Kondisi atau penyakit yang mengubah struktur dan fungsi
sistem paru mengubah respirasi.Otot pernapasan, ruang pleura, paru-paru, dan alveoli
sangat penting untuk ventilasi, perfusi, dan pertukaran gas pernapasan.Gas bergerak
masuk dan keluar dari paru-paru melalui perubahan tekanan.Tekanan intrapleural
negatif, atau kurang dari tekanan atmosfer, yaitu 760 mm Hg di permukaan laut.Agar
udara mengalir ke paru-paru, tekanan intrapleural menjadi lebih negatif, membentuk
gradien tekanan antara atmosfer dan alveoli.Diafragma dan otot-otot interkostal
eksternal berkontraksi untuk menciptakan tekanan pleura negatif dan meningkatkan
ukuran toraks untuk inspirasi.
Oksigen masuk ke saluran pernapasan melalui hidung dan mulut.Oksigen
kemudian diedarkan melalui saluran pernapasan (faring, trakea, dan bronkus)ke
alveolus, yang merupakan pundi-pundi udara yang dikelilingi pembuluhkapiler,
Pembuluh kapiler merupakan pembuluh darah kecil dengan dindinghalus yang
mempermudah pergantian gas.Pergantian gas dimulai ketikaoksigen yang dihirup
masuk melalui dinding kapiler yang dikelilingi alveolusdan dibawa oleh sel-sel darah
yang bersirkulasi di dalam pembuluh kapiler.Oksigen yang dibawa sel-sel darah
melalui dinding kapiler diedarkan kejantung lalu dipompa ke seluruh tubuh melalui
aorta.Aorta bercabang menjadiarteri-arteri kecil dan bahkan arterioles yang lebih
kecil, pada akhimyamenjadi pembuluh kapiler.Dinding kapiler yang paling tipis
membiarkanterjadinya difusi oksigen ke dalam sel-sel dalam berbagai jaringan tubuh.

b. Ventilasi
Ventilasi adalah proses pertukaran gas ke dalam dan keluar dari paru-paru.
Ventilasi membutuhkan koordinasi dari otot dan sifat elastis paru-paru dan dada.Otot
utama pernapasan adalah diafragma.Diafragma dipersarafi oleh saraf frenikus, dimana
di sana terdapat medula spinalis pada vertebra serviks keempat.
1. Inspirasi adalah bagian aktif dari proses pernapasan yaitu masuknya udara ke
dalam tubuh.

9
2. Ekspirasi adalah bagian dari proses pernapasan yaitu mengeluarkan udara
dari dalam tubuh.

c. Perfusi
Perfusi berhubungan dengan kemampuan sistem kardiovaskular untuk
memompa darah yang mengandung oksigen menuju jaringan dan mengembalikan
darah terdeoksigenasi ke paru-paru.akhirnya, difusi bertanggung jawab untuk
memindahkan gas respirasi dari satu area ke area lain dengan gradien konsentrasi.
Agar pertukaran gas pernapasan terjadi, organ-organ, saraf, dan otot-otot pernapasan
perlu utuhdan terjaga secara normal; dan sistem saraf pusat perlu dapat mengatur
jalannya siklus pernapasan.

d. Pertukaran gas pernapasan


Difusi adalah proses pertukaran gas pernapasan di alveoli paru-paru dan
kapilerpada jaringan tubuh. Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler
alveolar.Ketebalan membran mempengaruhi laju difusi.Peningkatan ketebalan
membran menghambat difusi karena gas membutuhkan waktu lebih lama untuk
berpindahmembran.Pasien dengan edema paru, infiltrat paru, efusi dpulmoner
memiliki membran yang menebal; menghasilkan lambatdifusi, pertukaran gas
pernapasan yang lambat, dan penurunan persalinanoksigen ke jaringan.Penyakit
kronis (mis.Emfisema), penyakit akut (mis.Pneumotoraks), dan proses bedah (mis.
Lobektomi) mengurangi jumlah luas permukaan membran kapiler alveolar.
1. Transportasi Oksigen.
Sistem transportasi oksigen terdiri dariparu-paru dan sistem
kardiovaskular.Pengiriman tergantung pada jumlahoksigen memasuki paru-
paru (ventilasi), aliran darah ke paru-paru danjaringan (perfusi), laju difusi,
dan kapasitas pembawa oksigen.
Tiga hal mempengaruhi kapasitas darah untuk membawa oksigen:
jumlah oksigen terlarut dalam plasma, jumlah hemoglobin, dan kemampuan
hemoglobin untuk mengikat dengan oksigen. Hemoglobin,yang merupakan
pembawa oksigen dan karbon dioksida, mengangkut sebagian besar
oksigen (sekitar 97%). Molekul hemoglobin bergabung dengan oksigen untuk
membentuk oksihemoglobin.Pembentukan oxyhemoglobin mudah reversibel,

10
memungkinkan hemoglobin dan oksigen terdisosiasi(Deoxyhemoglobin), yang
membebaskan oksigen untuk memasuki jaringan.

2. Transportasi Karbon Dioksida


Karbon dioksida, produk selulermetabolisme, berdifusi menjadi sel darah
merah dan cepat terhidrasi menjadiasam karbonat (H2CO3).Asam karbonat
kemudian berdisosiasi menjadi hidrogen (H) dan ion bikarbonat
(HCO,).Hemoglobin mendukung ion hidrogen, dan HCO, berdifusi ke dalam
plasma.Mengurangi hemoglobin(Deoxyhemoglobin) bergabung dengan
karbon dioksida, dan vena darah mengangkut sebagian besar karbon dioksida
kembali ke paru-paru untuk dihembuskan.

e. Pengaturan pernapasan
Regulasi/pengaturan pernapasan diperlukan untuk memastikan asupan oksigen
yang cukup dan eliminasi karbon dioksidauntuk memenuhi tuntutan tubuh (mis.,
selama berolahraga, ketika infeksi,atau dalam kehamilan). Regulator saraf dan kimia
mengontrolpernafasan.Regulasi saraf meliputi sistem saraf pusatkontrol laju
pernapasan, kedalaman, dan ritme.Korteks serebralmengatur kontrol pernapasan
secara sukarela dengan memberikan impuls kepadaneuron motorik pernafasan melalui
sumsum tulang belakang.Perubahan levelO2, CO2, dan H (pH) merangsang
kemoreseptor yang terletak dimedula, tubuh aorta, dan tubuh karotis, yang pada
gilirannya merangsang sarafregulator untuk menyesuaikan tingkat dan kedalaman
ventilasi untuk dipertahankankadar gas darah arteri normal.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenisasi

A. Faktor Fisiologi
1. Penurunan kapasitas angkut O2 Secara fisiologis daya angkut hemoglobin
untuk membawa O2 kejaringan adalah 97%. Akan tetapi nilai tersebut dapat
berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada
penderita anemia atau pada saat terpapar zat beracun. Kondisi tersebut dapat
mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O2.
2. Penurunan konsentrasi O2 inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat
penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan kadar O2 lingkungan.

11
3. Hipovolemia. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan (misalnya pada
penderita syok atau dehidrasi berat)
4. Peningkatan laju metabolik. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan
demam yang terus menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik.
Akibatnya tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan
penurunan massa otot.
5. Kondisi lainya. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas, penyakit otot, penyakit susunan saraf dan
penyakit kronis

B. Faktor Perkembangan
1. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur beresiko menderita penyakit membran hialinyang
ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung
saluran pernapasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih
sedikit karena kemampuan paru dalam menyintesis surfaktan baru berkembang
pada trimester akhir.
2. Bayi dan Anak anak
Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi saluran napas atas, seperti
faringitis, influenza,tonsilitis.
3. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk seperti merokok
4. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat , kurang
berolahraga merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung
dan paru pada kelompok ini.
5. Lansia
Prose penuaan yang terjadi pada lansia menyebebkan perubahan pada
fungsi normal pernapasan, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran alveolus
dan kifosis tulang belakang yang dapat menghambat ekspansi paru sehingga
berpengaruh padaa penurunan kadar O2.

12
C. Faktor lingkungan
1. Suhu
Faktor suhu ( panas atau dingin ) dapat berpengaruh terhadap afinitas atau
kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan katalain suhu lingkungan juga bisa
memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
2. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya orang yang tinggal didataran
yang tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut
jantung. Sebaliknya pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan
oksigen.
3. Polusi
Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit kepala,
pusing, batu berdahak dan berbagai gangguan pernapassan lainnya. Para pekerja
pabrik asbes, atau bedak tabuk beresiko tinggi menderita penyakit paru akibat
terpapar zat zat berbahaya

D. Faktor Perilaku

Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi pernapasannya.

1. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi
perut, sedngkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot
pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
2. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung
dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen
3. Ketergantungan Zat Adaktif
Penggunaan alkohol dan obat obatan berlebihan dapat menganggu
proses oksigenisasi. Hal ini terjadi karena :
a. Alkohol dan obat obatan dapat menekan pusat pernapasan dan
susunanan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
kedalaman pernapasan.

13
b. Penggunaan narkotika dan analgesik terutama morfin dan meperidin,
dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan
kedalam pernapasan
4. Emosi
Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebab peningkatan
denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalam
pernapasan.
5. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi
perifer dan penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang terkandung dalam rokok
bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.

4. Perubahan Fungsi Jantung

Beberapa penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan


kontraksi, aliran darah yang melalui jantung atau ke otot jantung, dan menurunnya
sirkulasi perifer akan menyebabkan perubahan fungsi jantung.

A. Gangguan dalam Konduksi


Impuls listrik yang tidak berasal dari simpul sinoatrial menyebabkan gangguan
konduksi.Gangguan ritme ini disebut disritmia (penyimpangan dari irama jantung
sinus normal).Disritmia dikelompokkan berdasarkan respons jantung dan pada
tempat dan asal impuls.Contohnya bradikardi, takikardi, denyut prematur, dan
penyekat jantung.
Fibrilasi atrial adalah jenis yang paling umum dari disritmia, terlebih bagi
mereka yang berusia lanjut.Impuls listrik yang cepat dan kacau di atria dan berasal
dari daerah-daerah yang berbeda.Impuls abnormal yang berasal dari bagian atas
ventrikel adalah disritmia supraventrikular.Kelainan pada bentuk gelombang ini
adalah pada konfigurasi dan penempatan gelombang P. Takikardia
supraventrikular paroksismal adalah onset (permulaan) takikardia yang terjadi
tiba-tiba dan cepat yang berasal dari bagian atas simpul atrioventricular.Disritmia

14
ventrikel mewakili sisi ektopik dari pembentukan impuls dalam
ventrikel.Dikatakan ektopik karena impuls berasal dari ventrikel bukan simpul
sinoatrial.Takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel adalah irama yang
mengancam jiwa yang membutuhkan intervensi segera.

B. Perubahan Curah Jantung


Kegagalan miokardium dalam memompa keluar volume yang cukup ke
sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru-paru, mengakibatkan gagal jantung.Gagal
jantung kongestif kiri, adalah kondisi abnormal yang ditandai dengan penurunan
fungsi ventrikel kiri. Jika terjadi kegagalan di ventrikel kiri secara signifikan,
jumlah darah yang terpompa keluar akan menurun secara hebat, menyebabkan
penurunan curah jantung. Gagal jantung kongestif kanan, gagal jantung kongestif
kanan terjadi akibat gangguan fungsi ventrikel kanan. Lebih umumnya disebabkan
oleh penyakit paru-paru atau akibat dari gagal jantung bagian kiri jangka panjang.
Faktor patologis utama pada kegagalan ini adalah meningkatnya PVR.

C. Kerusakan Fungsi Katup


Penyakit katup jantung adalah kelainan bawaan dari katup jantung yang
menyebabkan pengerasan atau gangguan penutupan katup.Ketika stenosis terjadi,
aliran darah melalui katup terhambat.Ketika regurgitasi terjadi, ada darah yang
kembali ke ruang yang berdekatan.

D. Iskemia Miokard
Iskemia Miokard terjadi ketika suplai oksigen yang dibawa oleh aliran darah
koroner tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen miokardium.Angina
pectoris (kejang jantung) adalah ketidakseimbangan sementara antara pasokan dan
kebutuhan oksigen miokard.Myocardial infarction (infark jantung) terjadi akibat
penurunan tiba-tiba dalam aliran darah koroner atau peningkatan kebutuhan
oksigen miokard tanpa perfusi koroner yang cukup.

5. Perubahan fungsi pernapasan (hiperventilasi, hipoventilasi, hipoksia)

a. Hiperventilasi

15
Hiperventilasi adalah keadaan dimana ventilasi pada paru-paru mengeluarkan
karbon dioksida lebih cepat daripada yang dihasilkan oleh metabolisme.Hal-hal yang
dapat memicu terjadinya Hiperventilasi diantaranya Kecemasan hebat, infeksi, obat-
obatan, atau ketidakseimbangan asam-basa dalam tubuh.Kecemasan yang hebat dapat
menyebabkan hiperventilasi dan pernafasan dengan jumlah karbon dioksida yang
berlebihan.Peningkatan suhu tubuh (demam) juga akan meningkatkan tingkat
metabolisme sehingga produksi karbon dioksida juga akan meningkat. Peningkatan
kadar karbon dioksida tersebut merangsang peningkatan pada laju dan kedalaman
respirasi pasien sehingga timbul hiperventilasi. Selain itu hiperventilasi juga dapat
terinduksi secara kimia.Keracunan salycilat (Aspirin) dan amfetamindapat
merangsang pusat pernapasan untuk mengimbanginyadengan carameningkatkan laju
dan kedalaman respirasi. Itu juga terjadi ketika tubuh mencoba untuk
mengkompensasi asidosis metabolik (ketidakmampuan ginjal untuk mengeliminasi
asam berlebih dari tubuh).Misalnya,pasien menghasilkan sejumlah besar asam
metabolisme ketika menderita penyakit diabetes pada ketoasidosis.Sistem pernapasan
mencoba memperbaiki keseimbangan asam-basatersebut dengan overbreathing atau
bernapas secara berlebih.Ventilasi meningkat untuk mengurangi jumlah
karbondioksida yang tersedia untuk membentuk asam karbonat.Hal ini juga dapat
menyebabkan pasien mengalami alkalosis pernapasan. Tanda dan gejala hiperventilasi
diantaranya adalah napas yang cepat, napas panjang,mati rasa pada tangan/kaki,
kesemutan, pusing, dan kehilangankesadaran

b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi pada alveolar tidak memadai untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh atau menghilangkan cukup karbon
dioksida. Ketika ventilasi alveolar berkurang,tubuh akanmempertahankan karbon
dioksida. Sebagai contoh, atelektasis, kegagalan alveoli, menolak untuk melakukan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang normal.Semakin banyak alveoli yang
runtuh/gagal, semakin sedikit paru-paru yang berventilasi, dan terjadilah
hipoventilasi.
Pada pasien dengan COPD, pemberian oksigen berlebihmenyebabkan
hipoventilasi.Pasien-pasien ini telah beradaptasi dengantingkat karbon dioksida yang
tinggi sehingga kemoreseptornya sensitif terhadap karbon dioksida dan tidak dapat
berfungsi secara normal.Kemoreseptor perifer mereka terutama dari lengkung aorta

16
dan badan karotid sensitif terhadap oksigen dengan kadaryang lebih rendah,
menyebabkan peningkatan ventilasi. Hipoventilasi yang dihasilkan menyebabkan
penyimpanan/penahanan karbon dioksida yang berlebihan, yang dapat menyebabkan
asidosis pernapasan bahkan henti napas.

c. Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak memadai pada tingkat
seluler.Ini disebabkan karena kekurangan dalam pengiriman oksigen atau penggunaan
oksigen di tingkat seluler.Hipoksia adalah kondisi yang mengancam jiwa yang jika
tidak diobati dapat menyebabkan disritmia jantung yang fatal. Penyebab hipoksia
meliputi :
1. Kadar hemoglobin yang menurun danmenurunkan kapasitas pembawa oksigen
darah;
2. Berkurangnya konsentrasi oksigen, yang terjadi pada ketinggian yang tinggi;
3. Ketidakmampuan jaringan untuk mengekstraksi oksigen dari darah, seperti
halnya racun sianida;
4. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti pada pneumonia;
5. Perfusi jaringan yang buruk dengan darah yang teroksigenasi, seperti halnya
syok; dan
6. Gangguan ventilasi, seperti halnya multipelpatah tulang rusuk atau luka berat
pada dada.

Tanda-tanda dan gejala klinis hipoksia diantaranya kecemasan,kegelisahan,


ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran,pusing, dan
perubahan perilaku.Pasien dengan hipoksia tidak dapatuntuk berbaring secara datar
dan juga tampak lelah serta gelisah juga perubahan tanda vitaltermasuk peningkatan
denyut nadi dan peningkatan laju dan kedalaman pernapasan.Selama tahap awal
hipoksia, tekanan darah meningkatkecuali kondisinya disebabkan oleh syok atau
goncangan. Ketika hipoksia memburuk,tingkat pernapasan akanmenurun sebagai
akibat dari kelelahan otot pernapasan.
Tanda terlambatnya hipoksia adalah sianosis, perubahan warna biru pada kulit
dan selaput lendirdisebabkan oleh adanya desaturasi hemoglobin di kapiler.Ada atau
tidaknya sianosis bukanlah suatu reliabilitas untuk mengukur status oksigen.Sianosis
sentraldapat diamati padalidah, soft palate, dan konjungtiva mata di mana aliran darah

17
di dalamnya tinggi,menunjukkan hipoksemia.Sianosis perifer, terlihat pada
ekstremitas, kuku, dan daun telinga, merupakan akibat dari vasokonstriksi dan
stagnanaliran darah.

6. Prinsip dan Teknik Pemberian Oksigen

A. Pengertian

Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas
oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru yang
melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat khusus.

Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui


saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada
klien dapat melalui 3 cara, yaitu melalui kateter nasal , kanula nasal, dan masker
oksigen.

B. Tujuan Pemberian Oksigen

1. Memenuhi kekurangan oksigen


2. Membantu kelancaran metabolisme
3. Sebagai tindakan pengobatan
4. Mengurangi beban kerja jantung atau alat pernafasan

C. Pemberian oksigen biasanya diberikan pada klien yang mengalami :

1. Gagal nafas

Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal


O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan
CO2 sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.

2. Gangguan jantung (gagal jantung)

Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup


untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.

18
3. Kelumpuhan alat pernafasan

Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk


memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat
sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.

4. Perubahan pola napas

Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas,


misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada
permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti
bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang
dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih
dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)

5. Keadaan gawat (misalnya; koma)

Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan
sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.

6. TraumaParu-paru

sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami
gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.

7. Metabolisme yang meningkat (luka bakar)

Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali
lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.

8. Postoperasi

Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat
bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat
asupan oksigen yang cukup.

9. Keracunan karbon monoksida

Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena


akan menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.
(Aryani, 2009:53)

19
D. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui 3 cara

1. Pemberian Oksigen melalui Nasal Kanula

1.1 Pengertian

Pemberian oksigen pada klien dengan cara memasukan selang yang


terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di belakang telinga.
Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6
– 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah,
sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur,
cocok untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif
dalam mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu
klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani,
2009:54)

1.2 Indikasi

Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal


kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).
(Suparmi, 2008:67)

1.3 Prinsip

1. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah,
biasanya hanya 2-3 L/menit.
2. Membutuhkan pernapasan hidung.
3. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.

2. Pemberian Oksigen Melalui Masker Oksigen

2.1 Pengertian

Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang


dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker
oksigen umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat

20
mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-
macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada
adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani,
2009:54)

2.2 Tujuan

Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan


konsentrasi dan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul.
(Suparmi, 2008:68).

2.3 Prinsip

Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan


aliran 5-6 liter/menit dengan konsentrasi 40 – 60%. (Suparmi, 2008:68)

3 . Nasal Kateter
3.1Pengertian
Prosedur pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke
dalam hidung sampai naso faring. Persentase oksigen yang mencapai paru-
paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama jika
mukosa nasal membengkak atau pada pasien yang bernafas melalui mulut.

3.2 Indikasi
Diberikan pada pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka
pendek dengan konsentrasi rendah sampai sedang.

3.3 Prinsip
1. aliran sebanyak 1-6 liter/menit,
2. kadar-oksigen inspirasi 24-44%.

7. Prinsip dan Teknik Suction

7.1 Pengertian

21
Suatu cara untuk mengeluarkan secret dari saluran nafas dengan menggunakan
suatu suction catheter yang dimasukan melalui hidung atau rongga mulut ke dalam
faring atau sampai ke dalam trakea. Tindakan ini dilakukan bila pasien tidak dapat
mengeluarkan secret/sputum dengan batuk spontan, maka hendaknya dilakukan
penghisapan lendir atau suctioning untuk pembersihan jalan nafas.

Teknik suctioning yang digunakan adalah teknik steril karena oropharing dan
trakea dianggap steril, sedang mulut dianggap bersih, maka suctioning pada mulut
dilakukan setelah suctioning pada oropharing dan trakea.

Tindakan suctioning dilakukan tergantung dari pemeriksaan klien karena


sputum tidak diproduksi terus menerus, tetapi dipengaruhi oleh respon fisik terhadap
kondisi patologis. Lama waktu melakukan suctioning antara 10-15 detik, dan tidak
boleh lebih karena selama dilakukan suction oksigen tidak sampai pada paru-paru.

7.2 Tujuan suction

1. Membersihkan dan memelihara jalan nafas tetap bersih


2. Untuk mengeluarkan sputum/secret pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sendiri
3. Diharapkan suplai oksigen terpenuhi dengan jalan nafas yang adekuat

7.3 Indikasi

1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan secret
dengan mengeluarkan atau menelan
2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terdengar
suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau
ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernapasan meningkat, ditemukannya
mucus pada alat bantu nafas.
3. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret
oral

7.4 Jenis-jenis suction

22
1. Suction orofaringeal
Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak mampu mengeluarkan
sekresi dengan mencairkan sputum atau menelannya.
Prosedur yang digunakan:
a. Siapkan peralatan disamping tempat tidur pasien
b. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
c. Mengatur posisi klien
d. Pasang handuk pada bantal atau di bawah dagu klien
e. Pilih tekanan dan tipe unit vakum yang tepat
f. Tuangkan air steril / normal salin dalam wadah steril
g. Sambungkan kateter penghisap steril ke regulator vakum
h. Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung klien
i. Basahi ujung kateter dengan larutan steril
j. Penghisapan masuk ke dalam mulut klien dan arahkan ke orofaring dengan
perlahan
k. Sumbat “port” penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi kateter saat
menariknya, tidak boleh lebih dari 15 detik
l. Bilas kateter dengan larutan steril, bila klien tidak mengalami distress
pernafasan, istirahat 20-30 detik, sebelum memasukan ulang kateter
m. Hisap secret pada mulut atau bawah lidah setelah penghisapan orofaringeal
n. Buang kateter penghisapan bersamaan dengan pelepasan handscoon
o. Cuci tangan

2. Suction ETT

3. Endotrakeal suctioning : teknik mengeluarkan secet melalui pipa trakeostomi


a. Nyalakan peralatan penghisap
b. Tingkatan oksigen tambahan sampai 100%
c. Gunakan perlatan penghisap dengan membuka bungkusan dengan tetap
menjaga kesterilan penghisap tersebut
d. Buka pelumas
e. Kenakan masker dan pelindung mata
f. Kenakan sarung tangan steril
g. Masukan kateter kedalam selang

23
h. Lumasi 6-8 cm kateter distal dengan pelumas larut air
i. Angkat peralatan pemberian oksigen
j. Lakukan penghisapan secara intermitten selama 10 detik
k. Bilas kateter dengan selang penghubung dengan normal salilne sampai bersih

7. 5 Standar alat

1. Regulator vakum set


2. Kateter penghisap steril sesuai ukuran
3. Air steril/normal salin
4. Hanscoon steril
5. Pelumas larut dalam air
6. Selimut atau handuk
7. Masker wajah
8. Tong spatel k/p

7. 6 Analisa Tindakan Suction

a) Fase Orintasi
1. Mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan tindakan
3. Menjelaskan prosedur tindakan
4. Menanyakan kesiapan klien
b) Fase kerja
1. Cuci tangan
2. Privacy
3. Memakai handscoon
4. Selang dipasang pada mesin penghisap lender
5. Mesin penghisap lender dihidupkan
6. Hisap lender pasien sampai selesai – mesin dimatikan
7. Bersihkan mulut pasien dengan kassa
8. Membersihkan selang dengan air dalam kom
9. Mencuci tangan
c) Fase terminasi
1. Menanyakan perasaan klien

24
2. Menanyakan fase tindak lanjut
3. Berpamitan

8. Prinsip dan Teknik Postural Drainage

A. Pengertian

Fisioterapi dada atau CPT adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang
terdiri atas perkusi, vibrasi, dan postural drainage.CPT membantu membersihkan
jalan nafas lendir pada pasien dengan sisa sekresi tracheobronchial (Allan et al.,2009).
Sekresi menumpuk di saluran udara pasien dengan Chitis, Asma, Cystic Fibrosis
(CF), Pneumonia, dan bronkus ektasis.Pasien bedah terkadang dalam periode pasca
operasi memiliki sekresi berlebih karena efek anestesi dan batuk tidak efektif karena
nyeri sayatan.

Postural Drainage adalah teknik pengaturan posisi tertentu untuk melepaskan


sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Pengaturan posisi tersebut dilakukan selama waktu tertentu sehingga pengaruh
gravitasi akan membantu aliran sekret.

Pada teknik ini lobus atau segmen yang akan disalir posisikan demikian rupa
sehingga terletak di atas bronkus utama, sekret akan mengalir ke bronkus dan trakea
untuk kemudian dibatukkan keluar. Pada penderita yang banyak memproduksi sekret,
cara ini sangat bermanfaat (Perry dan Potter, 2005). Postural drainage dapat dilakukan
untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas penderita dengan produksi
sputum yang banyak.

B. Indikasi Klien Yang Mendapat Drainase Postural

-pasien dengan produksi sputum yang berlebih


-pasien dengan penumpukan sekret,
-pasien yang memiliki bronkoekstasis

C. Kontra Indikasi Drainase Postural

25
-patah tulang rusuk,
-emfisema subkutan daerah leher dan dada,
-Kombinasi Fisioterapi Dada
-emboli paru
-pneumotoraks tension

D. Persiapan Alat

-stetoskop
-oksimeter denyut nadi
-tempat tidur
-air
-tisu dan paper bag
-kursi
-bantal ekstra
-alat kebersihan mulut
-peralatan hisap
-sarung tangan steril
-materi pendidikan pasien

E. Prosedur Tindakan

a. Duduk tegak di tempat tidur atau kursi; lakukan terapi pada dada kanan dan
kiri
Pasien duduk tegak di tempat tidur atau kursi
b. Membungkuk ke depan pada posisi duduk; lakukan terapi pada punggung
Pasien membungkuk ke depan pada posisi duduk Kombinasi Fisioterapi Dada.

c. Berbaring datar, lakukan terapi pada dada kanan dan kiri


Pasien berbaring datar

d. Telungkup, miring kanan atau kiri; lakukan terapi pada punggung kanan atau
kiri
Pasien telungkup

26
e. Telungkup, miring ke kiri pada posisi trendelenburg; lakukan terapi pada dada
kanan
Pasien Telungkup, miring ke kiri pada posisi trendelenburg Kombinasi
Fisioterapi Dada

f. Telungkup, miring kiri, dengan panggul ditinggikan, lakukan terapi pada


punggung kanan
Pasien telungkup, miring kiri, dengan panggul ditinggikan

g. Berbaring pada posisi trendelenburg; lakukan terapi pada dada kanan dan kiri
Pasien Berbaring pada posisi trendelenburg

h. Berbaring pada posisi trendelenburg telungkup; lakukan terapi pada punggung


kanan dan kiri
Pasien Berbaring pada posisi trendelenburg telungkup Kombinasi Fisioterapi
Dada

i. Berbaring miring kanan atau kiri, pada posisi trendelenburg; lakukan terapi
pada punggung Pasien berbaring miring kanan atau kiri, pada posisi
trendelenburg
j. Berbaring telungkup disertai terapipada punggung kanan dan kiri
Pasien berbaring telungkup disertai terapipada punggung kanan dan kiri

9. Prinsip Dan Teknik Nebulizer

A. Pengertian

Nebulizer adalah alat yang mengubah obat cair menjadi uap. Saat Anda
bernapas lewat masker, uap obat akan masuk ke dalam paru-paru untuk
memperbaiki pernapasan. Nebulizer umum digunakan sebagai pengobatan asma
kronis, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Selain untuk pengobatan
asma, alat ini juga dapat digunakan untuk penderita penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK), infeksi paru, dan reaksi alergi berat. Nebulizer terdiri dari kompresor
udara, wadah kecil untuk obat cair, dan tabung yang menghubungkan kompresor
udara ke wadah obat. Di atas wadah obat terdapat corong atau masker yang akan
digunakan untuk menghirup kabut. Biasanya, alat ini terdiri dari dua versi yaitu
yang menggunakan listrik dan menggunakan baterai.

27
B. Tujuan

Nebulasi bertujuan untuk:


a. Membuat secret menjadi lebih encer dan mudah dikeluarkan
b. Memperlebar jalan napas agar pernapasan menjadi lebih lega
c. Membuat selaput lender pada saluran napas menjadi lebih lembab
d. Memperbaiki pertukaran gas

C. Indikasi
Nebulasi dilakukan pada:
1) Klien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret
2) Klien yang mengalami penyempitan jalan napas (misal pada pasien
asma)

D. Kontraindikasi
Nebulasi tidak dilakukan pada:
1) Tekanan darah tinggi
2) Nadi yang meningkat atau takikardi
3) Riwayat reaksi yang tidak baik dari pengobatan

E. Prinsip Kerja

Prinsip kerja nebulizer adalah proses mengubah obat cair menjadi aerosol
kemudian masuk ke saluran respiratori. Aerosol tersebut dihisap klien melalui
mouthpiece atau sungkup, masuk ke paru-paru untuk mengencerkan secret.Setelah
dilakukan pemberian terapi nebulizer dengan NaCl 1 cc + Ventolin 1 cc +
Bisolvon 10 tetes, frekuensi pernapasan An. A menjadi 26 kali/menit, batuk berkurang,
dan napas normal.

F. Cara Penggunaan

Cara menggunakan nebulizer yang tepat akan memungkinkan obat bekerja efektif.
Berikut langkah-langkahnya:

1. Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir untuk mencegah kuman ikut masuk
ke paru-paru melalui nebulizer.
2. Siapkan obat yang akan digunakan. Jika obat sudah dicampur, tuang langsung ke
dalam wadah obat nebulizer. Jika belum, masukkan satu per satu dengan
menggunakan pipet atau alat suntik.
3. Tambahkan cairan saline jika diperlukan dan diresepkan dokter.
4. Hubungkan wadah obat ke mesin dan juga masker ke bagian atas wadah.
5. Letakkan masker hingga menutupi hidung dan mulut.
6. Hidupkan mesin kemudian tarik napas dengan hidung dan keluarkan perlahan melalui
mulut.
7. Anda bisa mengakhirinya saat tidak ada lagi uap yang keluar, menandakan obat sudah
habis.

Perawatan ini umumnya memakan waktu selama kurang lebih 20 menit.

28
29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Oksigen merupakan kebutuhan yang sangat vital dan penting bagi tubuh.
Oksigenasi juga merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting untuk kelangsungan
fungsi normal dari organ-organ dalam tubuh. Kelainan atau ketidaknormalan pada proses
oksigenasi dapat menimbulkan gangguan pada organ lainnya juga sehingga diperlukan
cara untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi pada tubuh.

B. Saran
Disarankan agar mahasiswa untuk terus mencari sumber referensi dan tidak
terpaku pada satu sumber saja agar materi tentang oksigenasi dapat terus dikembangkan
lebih jauh lagi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Marhamah, & Diniyah. (Juli 2019). Penerapan Terapi Inhilasi Nebulizer untuk
Mengatasi Kebersihan Jalan Nafas pada Pasien Brokopneumonia. Jurnal
Keperawatan Karya Bhakti. Volume 5 No 1

Dwisang, Evi. 2014. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan Paramedis. Tangerang.
Binarupa Aksara Publisher
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2013).Fundamental of Nursing.8th edition.Singapore :
ElsevierPte.Ltd

Potter, P.A., Perry, A.G., & Osterndorf, W.R. (2014). Clinical Nursing Skills &
Techniques. 8th edition. Singapore : ElsevierPte.Ltd

Respati, Fitri.2014. Praktik Klinik. Surakarta: Rapha Publishing

Vaughans, Bennita W. 2013. Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing

31

Anda mungkin juga menyukai