Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai disimpan di tempat yang
sesuai, dapat di gudang logistik, di instalasi farmasi, atau di satelit atau depo farmasi
serta diharuskan memiliki pengawasan di semua lokasi penyimpanan.
Rumah sakit mengatur tata kelola bahan berbahaya, seta obat narkotika dan
psikotropika yang baik, benar, dan aman sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Beberapa macam obat seperti obat radioaktif dan obat yang dibawa pasien sebelum
rawat inap mungkin memiliki risiko keamanan. Obat program pemerintah atau obat
darurat dimungkinkan ada kesempatan penyalahgunaan atau karena ada kandungan
khusus (misalnya nutrisi), memerlukan ketentuan khusus untuk menyimpan dan
mengawasi penggunaannya. Rumah sakit menetapkan prosedur yang mengatur tentang
penerimaan, identifikasi, tempat penyimpanan, dan distribusi macam obat obat ini. (lihat
juga MFK 4.1)
Elemen Penilaian PKPO 3.1
Ada regulasi pengaturan tata kelola bahan berbahaya, serta obat narkotika dan
psikotropika yang baik, benar, dan aman sesuai dengan peraturan perundang
undangan. (R)
Ada bukti penyimpanan bahan berbahaya yang baik, benar, dan aman sesuai dengan
egulasi. (O,W)
Ada bukti penyimpanan obat narkotika serta psikotropika yang baik, benar, dan aman
sesuai dengan regulasi. (O,W)
Ada bukti pelaporan obat narkotika serta psikotropika secara akurat sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan. (D,W)
Rumah sakit mengatur tata kelola penyimpanan elektrolit konsentrat yang baik, benar,
dan aman sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Jika ada pasien emerjensi maka akses cepat ke tempat obat yang diperlukan menjadi
sangat penting dan obat harus siap pakai bila sewaktu-waktu diperlukan. Setiap rumah
sakit harus membuat rencana lokasi penyimpanan obat emergensi, contoh troli obat
emerjensi yang tersedia di berbagai unit pelayanan, obat untuk mengatasi syok
anafilatik di tempat penyuntikan, dan obat untuk pemulihan anestesi ada di kamar
operasi. Obat emerjensi dapat disimpan di lemari emerjensi, troli, tas/ransel, kotak, dan
lainnya sesuai dengan kebutuhan di tempat tersebut. Rumah sakit diminta menetapkan
prosedur untuk memastikan ada kemudahan untuk mencapai dengan cepat tempat
penyimpanan obat emerjensi jika dibutuhkan, termasuk obat selalu harus segera diganti
kalau digunakan, bila rusak atau kadaluarsa, selain itu keamanan obat emergensi harus
diperhatikan. (lihat juga MFK 4.1)
produk nutrisi;
obat dan bahan radioaktif;
obat yang dibawa pasien sebelum rawat inap mungkin memiliki risiko terhadap
keamanan;
obat program atau bantuan pemerintah/pihak lain;
obat yang digunakan untuk penelitian.
Ada bukti penyimpanan produk nutrisi yang baik, benar, dan aman sesuai dengan
regulasi. (lihat juga PAP 4). (O,W)
Ada bukti penyimpanan obat dan bahan radioaktif yang baik, benar, dan aman sesuai
dengan regulasi. (O,W)
Ada bukti penyimpanan obat yang dibawa pasien sebelum rawat inap yang baik, benar,
dan aman sesuai dengan regulasi. (O,W)
Ada bukti penyimpanan obat program atau bantuan pemerintah/pihak lain yang baik,
benar, dan aman sesuai dengan regulasi. (O,W)
Ada bukti penyimpanan obat yang digunakan untuk penelitian yang baik, benar, dan
aman sesuai dengan regulasi. (O,W)
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk memastikan obat emergensi yang tersimpan di
dalam maupun di luar unit farmasi tersedia, tersimpan aman, dan dimonitor.
Jika ada pasien emergensi maka akses cepat ke tempat obat yang diperlukan menjadi
sangat penting dan obat harus siap pakai bila sewaktu-waktu diperlukan. Setiap rumah
sakit harus membuat rencana lokasi penyimpanan obat emergensi, contoh troli obat
emergensi yang tersedia di berbagai unit pelayanan, obat untuk mengatasi syok
anafilatik di tempat penyuntikan, dan obat untuk pemulihan anestesi ada di kamar
operasi. Obat emergensi dapat disimpan di lemari emergensi, troli, tas/ransel, kotak,
dan lainnya sesuai dengan kebutuhan di tempat tersebut. Rumah sakit diminta
menetapkan prosedur untuk memastikan ada kemudahan untuk mencapai dengan cepat
tempat penyimpanan obat emergensi jika dibutuhkan, termasuk obat selalu harus
segera diganti kalau digunakan, bila rusak, atau kadaluarsa. Selain itu, keamanan obat
emergensi harus diperhatikan. (lihat juga MFK 4.1)
Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali (recall), pemusnahan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tidak layak digunakan karena rusak, mutu
substandar, atau kadaluwarsa. Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan identifikasi
dalam proses penarikan kembali (recall) oleh Pemerintah, pabrik, atau pemasok. Rumah
sakit juga harus menjamin bahwa sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis yang tidak layak pakai karena rusak, mutu substandard, atau kadaluwarsa tidak
digunakan serta dimusnahkan.