Tutup 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

[tutup]

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook, Instagram, dan Telegram

Keluarga Berencana
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Logo keluarga berencana

Keluarga berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga
dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran sepertikondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai
dicanangkan pada tahun akhir 1970-an.
Ada pula sebuah lagu mengenai keluarga berencana yang sering dinyanyikan.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Tujuan keluarga berencana


o 1.1Tujuan umum
o 1.2Tujuan khusus
 2Pandangan agama tentang keluarga berencana
 3Pranala luar

Tujuan keluarga berencana[sunting | sunting sumber]


Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:
Tujuan umum[sunting | sunting sumber]
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
Tujuan khusus[sunting | sunting sumber]

 Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat


kontrasepsi.
 Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
 Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara
penjarangan kelahiran

Pandangan agama tentang keluarga berencana[sunting | sunting


sumber]
Keluarga berencana termasuk masalah yang kontroversional sehingga tidak ditemukan
bahasannya oleh imam-imam madzhab. Secara umum, hingga kini di kalangan umatIslam masih
ada dua kubu antara yang membolehkan keluarga berencana dan yang menolak keluarga
berencana. Ada beberapa alasan dari para ulama yang memperbolehkan keluarga berencana,
diantaranya dari segi kesehatan ibu dan ekonomi keluarga. Selain itu, program keluarga
berencana juga didukung oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui, sejak 1970, program
keluarga berencana nasional telah meletakkan dasar-dasar mengenai pentingnya perencanaan
dalam keluarga. Intinya, tentu saja untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang berkaitan
dengan masalah dan beban keluarga jika kelak memiliki anak. Di lain pihak, beberapa ulama
berpendapat bahwa keluarga berencana itu haram. Hal ini didasarkan pada firman Allah Qs. Al-
Isra':31 yang berbunyi:

“ ”
Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Kamilah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian.

— (Qs. Al-Isra' 31)

Oleh karena itu,mereka tidak memperbolehkan keluarga berencana. Maka dari itu, kita harus
mempelajari pengetahuan tentang keluarga berencana dari beberapa sudut pandang sehingga
bisa memberi manfaat bagi masyarakat luas serta meyakinkan masyarakat tentang hukum
keluarga berencana. Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki
keturunanyang sangat banyak. Namun tentunya bukan asal banyak, tetapi berkualitas sehingga
perlu dididik dengan baik supaya dapat mengisi alam semesta ini dengan manusia yang shalih
dan beriman. Contoh metode pencegah kehamilan yang pernah dilakukan pada zaman
Rasulullah SAW adalah azl yakni mengeluarkanair mani di luar vagina istri atau yang lazim
disebut sanggama terputus, namun tidak dilarang oleh Rasul. Dari Jabir berkata: "Kami
melakukan azl pada masa Rasulullah SAW, dan Rasul mendengarnya tetapi tidak melarangnya
(HR Muslim)". Sedangkan metode pada zaman ini yang tentunya belum pernah dilakukan pada
zaman Rasulullah SAWmembutuhkan kajian yang mendalam dan melibatkan ahli medis
dalammenentukan kebolehan atau keharamannya. Kita mengenal keluarga berencana sebagai
metode yang dipakai untuk mencegah kehamilan. Hal tersebut yang paling sering diperdebatkan
dalam Islam. Hukum keluarga berencana dalam Islam dilihat dari 2 pengertian:

 Tahdid an-nasl (pembatasan kelahiran)


Jika program keluarga berencana dimaksudkan untuk membatasi kelahiran, maka hukumnya
haram. Islam tidak mengenal pembatasan kelahiran. Bahkan terdapat banyakhadits yang
mendorong umat Islam untuk memperbanyak anak. Misalnya, tidak bolehnya membunuh anak
apalagi karena takut miskin atau tidak mampu memberikan nafkah. Allah berfirman:

“ ”
Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Kamilah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian.

— (Qs. Al-Isra' 31)

 Tanzhim an-nasl (pengaturan kelahiran)


Jika program keluarga berencana dimaksudkan untuk mencegah kelahiran dengan berbagai
cara dan sarana, maka hukumnya mubah, bagaimanapun motifnya. Berdasarkan keputusan
yang telah ada sebagian ulama menyimpulkan bahwa pil-pil untuk mencegah kehamilan tidak
boleh dikonsumsi. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala mensyariatkan untuk hamba-Nya sebab-
sebab untuk mendapatkan keturunan dan memperbanyak jumlah umat. Rasulullah Shallallahu
walaihi wa sallam artinya: Nikahilah wanita yang banyak anak lagi penyayang, karena
sesungguhnya aku berlomba-lomba dalam banyak umat dengan umat-umat lain di hari kiamat
(dalam riwayat yang lain: dengan para nabi di hari kiamat)
Karena umat itu membutuhkan jumlah yang banyak, sehingga mereka beribadah kepada Allah,
berjihad di jalan-Nya, melindungi kaum muslimin dengan izin Allah, dan Allah akan menjaga
mereka dan tipu daya musuh-musuh mereka. Maka wajib untuk meninggalkan perkara ini
(membatasi kelahiran), tidak membolehkannya dan tidak menggunakannya kecuali darurat. Jika
dalam keadaan darurat maka tidak mengapa, seperti:

 Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota


badan yang lain, sehingga berbahaya jika hamil, maka tidak
mengapa (menggunakan pil-pil tersebut) untuk keperluan ini.
 Demikian juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan
isteri keberatan jika hamil lagi, maka tidak terlarang
mengkonsumsi pil-pil tersebut dalam waktu tertentu, seperti
setahun atau dua tahun dalam masa menyusui, sehingga ia
merasa ringan untuk kembali hamil, sehingga ia bisa mendidik
dengan selayaknya.
Adapun jika penggunaannya dengan maksud berkonsentrasi dalam berkarier atau supaya hidup
senang atau hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan
wanita zaman sekarang, maka hal itu tidak boleh. Berdasarkan penjelasan yang telah
dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana diperbolehkan dengan alasan-
alasan tertentu misalnya untuk menjaga kesehatan ibu, mengatur jarak di antara dua kelahiran,
untuk menjaga keselamatan jiwa, kesehatan atau pendidikan anak-anak. Namun keluarga
berencana bisa menjadi tidak diperbolehkan apabila dilandasi dengan niat dan alasan yang
salah, seperti takut miskin, takut tidak bisa mendidik anak, dan takut mengganggu pekerjaan
orang tua. Dengan kata lain, penilaian tentang keluarga berencana tergantung pada individu
masing-masing.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


 (Indonesia) Keluarga: KBBI. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka, 2002
 (Indonesia) Program keluarga berencana di Indonesia
Artikel bertopik manusia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia
dengan mengembangkannya.
Kategori:
 Demografi
 Populasi
 Propaganda Orde Baru
Menu navigasi
 Belum masuk log

 Pembicaraan

 Kontribusi

 Buat akun baru

 Masuk log
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Perubahan tertunda
 Sunting
 Sunting sumber
 Versi terdahulu
Lanjut

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang
Komunitas
 Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
Wikipedia
 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
Hubungi kami
Bak pasir
Bagikan
 Facebook
Twitter
Google+
Cetak/ekspor
 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak
Dalam proyek lain
 Wikimedia Commons
Perkakas
 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Item di Wikidata
 Kutip halaman ini
Pranala menurut ID
Bahasa lain
 ‫العربية‬
 বাাংলা
 Deutsch
 English
 Esperanto
 Español
 ‫فارسی‬
 Suomi
 Français
 Hrvatski
 Magyar
 日本語
 한국어
 Lëtzebuergesch
 മലയാളം
 मराठी
 ने पाली
 Norsk bokmål
 Português
 Română
 Русский
 Српски / srpski
 Svenska
 Kiswahili
 தமிழ்
 తెలుగు
 ไทย
 Türkçe
 Українська
 ‫اردو‬
 Tiếng Việt
 中文
 粵語
Sunting interwiki
 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons;
ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih
jelasnya.

 Kebijakan privasi

 Tentang Wikipedia

 Penyangkalan

 Pengembang

 Cookie statement

 Tampilan seluler

materi bidan
Minggu, 05 Mei 2013

KONSEP DASAR KB
A. SEJARAH KELUARGA BERENCANA (KB)
Pelopor gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia adalah Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) yang didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember 1957 dan diikuti sebagai
badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang bergerak secara silent operation.

Dalam rangka membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela. Usaha
Keluarga Berencana (KB) terus meningkat terutama setelah pidato pemimpin negara pada tanggal 16
Agustus 1967 dimana gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia memasuki era peralihan, jika
selama orde lama, program gerakan Keluarga Berencana (KB) dilakukan oleh sekelompok tenaga
sukarela yang beroperasi secara diam – diam karena pimpinan negara pada waktu itu anti kepada KB
(Keluarga Berencana), maka dalam masa orde baru gerakan KB (Keluarga Berencana) diakui dan
dimasukkan dalam program pemerintah.

Struktur organisasi program gerakan Keluarga Berencana (KB) juga mengalami perubahan
tanggal 17 Oktober 1968, didirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) sebagai semi
Pemerintah, kemudian pada tahun 1970 lembaga ini diganti menjadi BKKBN (Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ) yang merupakan badan resmi pemerintah dan departemen dan
bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia,
mewujudkan dihayatinya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) (Mochtar , Rustam, 1998 :
251).

B. PENGERTIAN KB

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah
dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Manuaba, 2003).

Keluarga berencana menurut WHO adalah tindakan yang memakai individu atau pasangan
suami istri untuk :

1. Mendapatkan obyek-obyek tertentu.

2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.

3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.

4. Mengatur interval diantara kehamilan.

5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.

6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hanafi, 2004)

C. TUJUAN UMUM KELUARGA BERENCANA

Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial – ekonomi suatu keluarga dengan
cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 2002)

Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari :


1. Menunda / mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan Usia Subur) dengan usia
istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda / mencegah
kehamilan :

2. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai
alasan.

3. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.

4. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi frekuensi
bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan tinggi.

5. Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat
dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi terhadap pil oral.

D. CIRI-CIRI KONTRASEPSI YANG DIANJURKAN

1. Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan dapat terjamin hampir 100%, karena
pada masa ini peserta belum mempunyai anak.

2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko
tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.

3. Menjarangkan kehamilan. Periode usia istri antara 20 – 30 / 35 tahun merupakan periode usia paling
baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak dua orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun.
Ini dikenal sebagai catur warga.

Alasan menjarangkan kehamilan :

1. Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia yang terbalik untuk mengandung dan melahirkan.

2. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD (Intra Uterine Divice)
sebagai pilihan utama.

3. Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini tidak atau kurang berbahaya
karena yang bersangkutan pada usia mengandung dan melahirkan yang baik.

4. Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.

E. CIRI-CIRI KONTRASEPSI YANG DIPERLUKAN

1. Efektivitas cukup tinggi

2. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.

3. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan.
4. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2
tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.

F. MENGHENTIKAN / MENGAKHIRI KEHAMILAN / KESUBURAN


Periode umur istri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.

Alasan mengakhiri kesuburan :

1. Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil atau tidak punya anak lagi, karena
alasan medis atau alasan lainnya.

2. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

3. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya
akibat sampingan dan komplikasi.

G. MACAM-MACAM KB

1. Metode sederhana meliputi :

a. Tanpa alat yaitu KB alamiah (Metode kalender (Ogino-Knaus), Metode Suhu Basal (Termal), Metode
lendir serviks (Billings), Metode Simpto-Termal) dan Coitus Interuptus (Hanafi, 2001).

b. Dengan alat yaitu Mekanis (Barrier) [Kondom Pria, Barier intra-vaginal (Diafragma),Kap Serviks
(Cervical cap), Spons (Sponge), Kondom wanita] dan kimiawi [Spermisid (Vaginal cream, Vaginal
foam, Vaginal Jelly, Vaginal suppositoria, Vaginal tablet (busa), Vaginal soluble film].

2. Metode modern

a. Kontrasepsi hormonal yaitu Per-oral [Pil Oral Kombinasi (POK), Mini-pil, Morning-after pill], Injeksi
atau suntikan [DMPA, NET-EN, Microspheres, Microcapsules] dan Sub-kutis : Implant (Alat
kontrasepsi bawah kulit = AKBK), Implant Non-biodegradable (Norplant, Norplant-2, ST-1435,
Implanon), Implant Biodegradable (Capronor, Pellets).

b. Intra uterie devices (IUD, AKDR)

c. Kontrasepsi mantap : pada wanita (tubektomi) dan pada pria (vasektomi). (Hanafi, 2004)

H. KONSELING KB

1. Konseling Awal

a. Konseling awal sangat diperlukan untuk calon yang baru pertama datang dan dimaksudkan untuk
mengenalkan klien kepada semua cara KB atau pelayanan kesehatan, prosedur klinik, kebijakan, dan
bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya itu. Bila konseling awal dilakukan dengan baik,
maka dapat membantu klien dalam memilih cara KB yang cocok bagi klien. Dalam konseling awal
diberitahukan secara singkat tentang cara-cara KB yang tersedia di klinik. Jawab pertanyaan klien
dengan jelas dan terarah.

b. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam pelaksanaan konseling awal :

1) Tanyakan kepada klien cara apa yang disukainya, dan apa yang ia ketahui mengenai cara tersebut.

2) Uraikan secara ringkas.

3) Bagaimana cara kerjanya.

4) Manfaat dan kerugiannya.

2. Konseling awal secara individual atau berkelompok berisikan :

a. Suasana pelayanan yang nyaman melalui penerimaan yang hangat dan kekeluargaan.

b. Penyuluhan mengenai cara-cara KB.

c. Penyuluhan mengenai keefektifan menyusui untuk KB bagi ibu yang baru melahirkan.

d. Keterangan mengenai apa yang diinginkan oleh klien selama kunjungan tersebut.

3. Konseling Metode Khusus

Konseling khusus mengenai metode KB yang memberi kesempatan kepada klien untuk :

a. Mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan pengalamannya.

b. Mendapat informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia yang ingin dipilihnya.

c. Mendapat bantuan untuk memilih metode KB yang cocok.

d. Penerangan lebih jauh tentang bagaimana menggunakan metode tersebut dengan aman, efektif,
dan memuaskan.

4. Selama konseling ini, petugas memberi pelayanan adalah :

a. Menanyakan kepada klien cara apa yang ingin dipilih dan apa yang ia ketahui tentang cara tersebut.
Dengan cara demikian pemberi pelayanan dapat mengoreksi dan informasi yang salah yang muncul
di masyarakat untuk selanjutnya memberikan informasi yang benar.

b. Memberitahukan dan mendiskusikan cara kerja setiap metode KB, keefektifannya, manfaat dan
kerugiannya.

c. Membantu klien untuk mulai memilih suatu metode

d. Menasehati klien perlunya evaluasi lebih lanjut.

e. Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya lebih lanjut atau ada hal lain yang masih
merisaukan.
f. Menjelaskan secara singkat dan jelas bagaimana menggunakan metode tersebut dan memungkinkan
efek samping yang timbul

g. Meminta klien mengulang instruksi untuk menyakinkan bahwa ia benar-benar telah mengerti.

h. Membicarakan dengan klien apa harus kembali atau follow up. Penekanan dititik beratkan pada
penyediaan alat, nasehat tentang efek samping, bagaimana mengenal adanya masalah sedini
mungkin, bagaimana bila ingin mengganti alat kontrasepsi.

5. Konseling Kunjungan Ulang

Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang maka penting untuk
berpijak pada konseling yang dulu.

Secara khusus, kunjungan ulang memberikan kesempatan untuk :

a. Membesarkan hati klien atas keputusannya untuk ber-KB.

b. Mengetahui apakah klien puas dan apakah masih menggunakan cara KB.

c. Menyakinkan bahwa cara yang dipakai klien telah benar dan bila benar cocok, untuk mengulangi
intruksi pemakaiannya.

d. Menyediakan suplai (bahan secukupnya).

e. Menjawab pertanyaa klien.

f. Membesarkan hati klien dan mengobati efek samping yang kecil bila perlu.

g. Memeriksa komplikasi medis dan merujuk untuk evaluasi medis bila diperlukan.

h. Mencari perubahan-perubahan kesehatan pada saat itu atau keadaan hidupnya yang bisa menjurus
untuk berganti cara atau berhenti menggunakan cara KB

6. Kunjungan ulang yang pertama tergantung pada jenis KB yang dipakai. Sebagai contoh, dibawah ini
diberikan jadwal yang dianjurkan

a. Pil oral: 3 bulan

b. AKDR : 3 – 6 minggu

c. KB suntik: 2 – 3 bulan, tergantung jenisnya.

Norplant: Bila tidak ada keluhan, tidak perlu melakukan kontrol rutin sampai akhir 5 tahun. (Saifudin,
2006)

Diposkan oleh tika anugrah nilasari di 21.43

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest


Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Laman
 Beranda
MengenaiArsip Blog
Saya  ▼ 2013 (4)
o ▼ Mei (4)
 ASPEK FISIK PADA KEHAMILAN

 MOP ( Metode Operasional Pria )


 PEMERIKSAAN HB SAHLI
 KONSEP DASAR KB
Lihat profil
lengkapku

Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai