Rsud
Rsud
PENDAHULUAN
1
Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya
kualitas di rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan
keamanan pelayanannya.
Rumah sakit tidak hanya sekedar menampung orang sakit saja melainkan
harus lebih memperhatikan aspek kepuasan bagi para pemakai jasanya, dalam hal
ini pasien. Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang sangat
diperlukan dan sangat diutamakan. Kegiatan penilaian kinerja organisasi atau
instansi seperti rumah sakit, mempunyai banyak manfaat terutama bagi pihak-pihak
yang memiliki kepentingan terhadap rumah sakit tersebut. Bagi pemilik rumah
sakit, hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan informasi tentang
kinerja manajemen atau pengelola yang telah diberikan kepercayaan untuk
mengelola sumber daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua hasil penilaian
kinerja rumah sakit dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan kepada
siapa (rumah sakit) mereka akan mempercayakan perawatan kesehatannya.
Akreditasi rumah sakit menunjukkan komitmen nyata sebuah rumah sakit
untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa
lingkungan pelayanannya aman dan rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi
risiko bagi para pasien dan staf rumah sakit. Dengan demikian akreditasi diperlukan
sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, yang sekaligus
berperan sebagai sarana manajemen.
Laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi para masyarakat,
mahasiswa, dan para tenaga medis mengenai sistem akreditasi rumah sakit,
khususnya di RSUD Kota Surakarta.
2
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Pada minggu kedua stase IKM, kelompok kami mendapat jadwal kegiatan
di RSUD Surakarta selama 3 hari, yaitu mulai tanggal 5 Oktober sampai tanggal
7Oktober 2015. Hari pertama di RSUD Surakarta, kelompok kami mendapatkan
bimbingan mengenai sistem rujukan di Rumah Sakit. Kelompok kami melakukan
orientasi ke Instalasi Gawat Darurat, Ruang Poliklinik, Front Office (tempat
pendaftaran) dan Ruang Rekam Medik untuk mendapatkan informasi mengenai
pelaksanaan sistem rujukan internal dan eksternal di RSUD Surakarta. Di Instalasi
Gawat Darurat kami mengamati penerimaan pasien rujukan dengan kegawatan,
selain itu kami juga mengamati cara merujuk pasien dari PPK II ke PPK III. Di
tempat pendaftaran kami mengamati sistem penerimaan rujukan, terutama dari PPK
I dan rujukan balik dari PPK III. Di ruang poliklinik kami mengamati sistem
rujukan internal antar poliklinik serta rujukan eksternal baik ke PPK I maupun PPK
III. Di ruang rekam medik kami mengamati sistem filling rekam medik rumah sakit,
cara penomoran rekam medik, sistem penyimpanan serta sistem pemusnahan data
rekam medik. Setelah orientasi kami berdiskusi tentang kelebihan dan kelemahan
sistem rujukan di RSUD Surakarta dengan dokter Niken Yuliani Untari.
Hari kedua di RSUD Surakarta kami mendapatkan bimbingan mengenai
Rekam Medis oleh Ibu Dewi Setyowati yang membahas Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis. Bimbingan selanjutnya
tentang Program Pengendalian Infeksi yang berlaku di RSUD Surakarta. Materi PPI
diberikan oleh Bapak Yudi Agung Setiawan.
Hari ketiga di RSUD Surakarta kami mendapatkan 3 bimbingan. Yang
pertama mengenai Keuangan dan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit, misalnya JKN dan PKMS. Materi ini disampaikan oleh Ibu Rohmah
Danarti. Selama proses bimbingan berjalan lancar dan ada sesi diskusi untuk tanya
jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami. Bimbingan selanjutnya mengenai
K3 Rumah Sakit yang diberikan oleh Ibu Etiec Nurjanah. Selama proses bimbingan
berjalan lancar dan terdapat sesi diskusi untuk tanya jawab mengenai hal-hal yang
belum dipahami. Bimbingan ketiga mengenai Manajemen dan Administrasi Rumah
3
Sakit yang berlaku di RSUD Surakarta dan mengenai Program Penanggulangan
Bencana yang berlaku di RSUD Surakarta. Kedua materi ini diberikan oleh dokter
Sigit Hermawan dari bagian Pelayanan Medik (Yanmed). Selama proses bimbingan
berjalan lancar dan ada sesi diskusi untuk tanya jawab mengenai hal-hal yang belum
dipahami. Selama kegiatan di RSUD Surakarta dari mulai hari pertama sampai
dengan hari ketiga, kegiatan kami berjalan dengan lancar.
4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
5
UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 29 huruf b
menyebutkan bahwa Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, kemudian
pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal
3 (tiga) tahun sekali. Dari Undang-Undang tersebut diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Akreditasi rumah sakit penting untuk dilakukan dengan
alasan agar mutu/kualitas diintegrasikan dan dibudayakan kedalam sistem
pelayanan di Rumah Sakit (UU RI No 44, 2009)
Sebagai salah satu subsistem dalam pelayanan kesehatan, rumah
sakit menjadi tempat rujukan bagi berbagai unit pelayanan kesehatan dasar.
Rumah sakit merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang jasa dengan
ciri-ciri padat karya, padat modal, padat teknologi, padat masalah dan padat
umpatan. Sejalan dengan lajunya pembangunan nasional maka tuntutan
akan mutu pelayanan kesehatan oleh rumah sakit juga semakin meningkat.
Hal ini ditandai dengan berbagai kritikan tentang ketidakpuasan terhadap
pelayanan rumah sakit berbagai upaya termasuk melalui jalur hukum. Oleh
karena itu upaya untuk menjaga dan meningkatkan mutu layanan rumah
sakit baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik internal maupun
eksternal rumah sakit perlu dilaksanakan.
6
b) Tugas KARS
1. Merumuskan kebijakan dan tata laksana akreditasi RS
2. Menyusun Renstra Akreditasi RS
3. Menyusun Peraturan Internal KARS
4. Menyusun standar akreditasi
5. Menetapkan status akreditasi RS
6. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pembimbingan serta
pengembangan di bidang akreditasi dan mutu pelayanan RS
7. Mengangkat dan memberhentikan surveior
8. Membina kerjasama dg institusi di dlm maupun di luar negeriyang
berkaitan dg bid akreditasi dan peningkatan mutu pelayanan RS
9. Melakukan sosialisasi dan promosi kegiatan akreditasi
10. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasiRS
11. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan akreditasi RS
c) Rencana Program
Mempersiapkan KARS untuk terakreditasi intemasional oleh
ISQUA
Menyusun peraturan internal KARS
1. Kebijakan dan tata laksana akreditasi RS
2. Pengangkatan dan Pemberhentian surveior
3. Tata tertib dan kode etik surveior
4. Diklat surveior
5. Tata cara pencatatan dan pelaporan
Menyusun Renstra KARS
Mempersiapkan dan menjalankan model akreditasi baru
1. Standar akreditasi
2. Tracer metodologi
3. Pedoman penyusunan dokumen akreditasi
4. Standar pelatihan surveior
5. Pembimbingan RS
Mengejar target akreditasi RS
7
C. Manfaat Akreditasi
1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah
Sakit yang bersangkutan karena berorientasi pada peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
2. Proses administrasi, biaya serta penggunaan sumber daya akan menjadi
lebih efisien.
3. Menciptakan lingkungan internal RS yang lebih kondusif untuk
penyembuhan, pengobatan dan perawatan pasien.
4. Mendengarkan pasien dan keluarga, serta menghormati hak-hak
pasien serta melibatkan merek adalah proses perawatan.
5. Memberikan jaminan, kepuasan serta perlindungan kepada masyarakat
atas pemberian pelayanan kesehatan.
6. Terbentuknya budaya mutu dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada pasien sesuai standar di RS.
7. Sebagai salah satu syarat peningkatan kelas RS.
8. Peningkatan kesejahteraan rumah sakit.
8
Bab 1. Akses Ke Pelayanan Dan Kontinuitas Pelayanan
(APK)
Bab 2. Hak Pasien Dan Keluarga (HPK)
Bab 3. Asesmen Pasien (AP)
Bab 4. Pelayanan Pasien (PP)
Bab 5. Pelayanan Anestesi Dan Bedah (PAB)
Bab 6. Manajemen Dan Penggunaan Obat (MPO)
Bab 7. Pendidikan Pasien Dan Keluarga (PPK)
b.Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit
Bab 1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Bab 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Bab 3. Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP)
Bab 4. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
Bab 5. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
Bab 6. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
c. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Sasaran I : Identifikasi pasien dengan tepat
Sasaran II : Tingkatkan komunikasi yang efektif
Sasaran III :Tingkatkan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)
Sasaran lV :Pastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
Sasaran V :Kurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI :Kurangi risiko pasien jatuh
d.Sasaran MDGs
Sasaran I : Penurunan angka kematian bayi dan
Peningkatan kesehatan ibu
Sasaran II : Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
Sasaran III : Penurunan angka kesakitan TB (Sutoto,
2012)
9
E. Elemen Penilaian Akreditasi
Akreditasi RS versi 2012 terdapat 15 bab/kelompok kerja (Pokja),
323 standar dan 1218 elemen penilaian (EP), antara lain :
NO BAB/POKJA STD EP
(Sutoto, 2012)
10
a. Wawancara : Pada pimpinan RS - Pada staf RS - Pada pasien dan
keluarga (minimal 4)
b. Observasi : Fasilitas, alat, prosedur tindakan, dll
c. Kelengkapan dokumen : Kebijakan/SK, pedoman, standar prosedur
operasional (SOP)/Protap, bukti pelaksanaan kegiatan, program
kerja, laporan harian, laporan bulanan/harian, dll.
2) Cara penilaian :
a. Tim penilai (surveyor) akan berada di RS selama ± 3 hari yang terdiri
dari 3 orang (manajemen, medis dan keperawatan).
b. Pimpinan RS kemudian mempresentasikan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien RS.
c. Dilanjutkan telaah dokumen, telaah rekam medik tertutup dan telaah
rekam medik terbuka serta survey lapangan.
d. Penilaian lapangan ditekankan pada telusur pasien untuk di
wawancarai/ observasi langsung atas pelayanan kesehatan yang
telah/sedang/akan diterima pasien.
e. Dalam waktu yang bersamaan, kelengkapan dokumen akreditasi juga
di observasi dan ditanyakan pada jajaran staf dan pimpinan RS.
f. Temuan atas ketidaklengkapan dokumen/ kekurangan mutu
pelayanan harus diperbaiki saat itu setelah mendapat rekomendasi
surveyor.
g. Telusur lingkungan terhadap fasilitas Rumah Sakit.
h. Telusur KPS.
i. Presentasi FMEA, Pedoman Praktik Klinis/Clinical Pathways, Risk
Manajemen Dan IKP (Insiden Keselamatan Pasien).
j. Wawancara Pimpinan.
k. Exit Conference (Rustiyanto, 2010).
3) Hasil penilaian :
Terdapat 4 kriteria hasil penilaian terhadap EP :
a. Tercapai penuh ( skor 10)
11
Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf ditemukan
jawaban “ya” atau “selalu”, atau dapat menjawab sesuai dengan
konteks pertanyaan.
Melalui observasi dokumen, ditemukan minimal 9 dari 10
dokumen yang diminta atau 90 % dokumen lengkap.
Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah
berjalan minimal 4 bulan terakhir dari masa penilaian.
b. Tercapai sebagian (skor 5)
Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf ditemukan
jawaban “tidak selalu” atau “kadang-kadang”.
Melalui observasi dokumen, ditemukan 50 sampai 89 %
dokumen yang diminta.
Bukti dipenuhinya persyaratan hanya dapat ditemukan di
sebagian daerah/unit kerja dimana persyaratan harus ada.
Kebijakan/prosedur dapat dilaksanakan tetapi tidak dapat
dipertahankan.
Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah
berjalan 1 - 3 bulan terakhir dari masa penilaian
c. Tidak tercapai (skor 0)
Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf ditemukan
jawaban “jarang” atau “tidak pernah”.
Melalui observasi dokumen, ditemukan <50% dari dokumen
yang diminta.
Bukti dipenuhinya persyaratan tidak dapat ditemukan di
daerah/unit kerja dimana persyaratan harus ada.
Kebijakan/proses ditetapkan tetapi tidak dilaksanakan.
Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah
berjalan hanya ≤1 bulan terakhir dari masa penilaian.
12
Sebuah EP dinilai “tidak dapat diterapkan” jika persyaratan
dari EP tidak dapat diterapkan di RS (contohnya, RS tidak
melakukan riset, tidak ada donasi organ).
SKP Tiap BAB Tiap BAB Tiap BAB Tiap BAB dan
dan Rata-rata dan Rata-rata dan Rata-rata rata-rata Grup
HPK
Grup MAYOR Grup Grup Mayor dg Nilai ≥
PPK dg Nilai ≥ MAYOR dg MAYOR dg 80%
80% Nilai ≥ 80% Nilai ≥ 80%
PMKP
PP
13
1. Akreditasi diwajibkan dalam UU RS.
2. Akreditasi diwajibkan dalam perizinan RS.
3. Adanya komitmen stake holder (Kemenkes, Pemda,Pemilik RS &
seluruh jajaran di RS) untuk melaksanakan akreditasi.
4. Adanya sikap proaktif dari Dinkes Propinsi untuk pembinaan ke RS
dalam persiapan akreditasi.
5. Pemberdayaan surveior yang ada di daerah untuk efisiensi biaya.
RS PERPANJANGAN PENINGKATAN
IZIN KELAS
STUDI KELAYAKAN &
TATA RUANG
AKREDITASI
MEMENUHI STANDAR INPUT (Pelayanan bermutu - Kemkes)
(blm dpt memenuhi semuanya)
IZIN MENDIRIKAN
(2 thn – Pemda Prop/Kab/Kota)
PENETAPAN KELAS MEMENUHI STANDAR INPUT,
(pengelompokan RS berdasarkan PROSES, OUTPUT/OUTCOME
REGISTRASI
(Pencatatan resmi - Kemkes)
14
Kegiatan akreditasi di RSUD Kota Surakarta dimulai dari kegiatan
persiapan pra akreditasi yang dilaksanakan pada bulan Juli 2015. Dari awal minggu
pertama bulan Juli dilakukan pembentukan Tim yang terdiri dari 15 kelompok kerja
dan diadakan rapat rutinsetiap minggunya. Selain itu juga mulai dilakukan
penyusunan dokumen terkait, pengiriman delegasi untuk kegiatan training, serta
perencanaan dan realisasi pembenahan sarana dan prasarana.
Pada minggu kedua Bulan Juli hingga minggu kedua bulan Agustus
dilakukan kegiatan studi banding ke RSUD Dr. Moewardi. Untuk
mengkoordinasikan kemajuan akreditasi dan memperbaharui pengetahuan terkait
akreditasi maka dilakukan rapat koordinasi tim pada minggu keempat tiap
bulannya. Pada bulan Agustus minggu pertama dan kedua dilakukan workshop.
Agenda bulan Agustus sampai dengan September yaitu workshop patient safety dan
PPI. Deklarasi Keselamatan Pasien dilakukan pada minggu kedua bulan Agustus.
Pada bulan Agustus juga dilakukan sosialisasi dokumen dan observasi akreditasi.
Bimbingan KARS dilakukan pada minggu kedua dan ketiga bulan Agustus
dan Oktober. Self-assesment dokumen akan dilakukan pada bulan September
selama lima minggu. Untuk bulan November masih akan dilakukan bimbingan
selama dua minggu. Sampai saat ini RSUD Kota Surakarta masih dalam tahap pra
akreditasi dimana masih banyak hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk mencapai
akreditasi.
Dalam proses akreditasi ini RSUD Kota Surakarta memiliki beberapa
kendala atau hambatan yaitu:
1. RSUD Surakarta belum memiliki pengalaman akreditasi rumah sakit.
Sebelum menjadi RSUD Surakarta pada Tahun 2009, Rumah Sakitini masih
menjadi Rumah Sakit Bersalin. Sesuai Permenkes tahun 2012, setiap Rumah
Sakit baru yang telah memperoleh izin operasional dan beroperasi sekurang-
kurangnya dua tahun wajib mengajukan permohonan Akreditasi. Oleh karena
itu, RSUD Surakarta mulai sedikit demi sedikit mewujudkan realisasi
akreditasi. Selain itu, perubahan lokasi RSUD Surakarta pada`tahun 2012 ke
Ngipang menjadi salah satu kendala.
2. Sumber Daya Manusia (SDM) RSUD Surakarta yang minim
15
SDM RSUD Surakarta yang masih minim menjadi salah satu kendala.
Setiap individu memilki job desk masing-masing sehingga akan mengutamakan
job desk untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu,
perihal akreditasi akan sedikit terkesampingkan. SDM yang minim juga akan
berdampak pada minimnya SDM yang sudah mengikuti pelatihan akreditasi
3. Waktu yang terbatas untuk persiapan dokumen
Rumah Sakit tentu saja mengutamakan mutu pelayanan terhadap konsumen.
Sehingga, waktu untuk mempersiapkan dokumen terkait keperluan akreditasi
sangat terbatas. Setiap individu fokus terhadap tugasnya di pelayanan. Maka,
dibutuhkan SDM dan waktu yang lebih khusus untuk mempersiapkan dokumen
akreditasi.
4. Kurangnya sosialisasi akreditasi terhadap seluruh civitas hospitalia
Sosialisasi berkenaan dengan akreditasi masih kurang dan belum
menyeluruh. Terutama terhadap pasien yang juga termasuk dalam civitas
hospitalia. Sosialisasi akreditasi harus diberikan secara merata agar masing-
masing individu dapat berperan dalam meningkatkan kualitas pelayanan
sebagai start point untuk mencapai keberhasilan akreditasi.
5. Sulitnya menyamakan persepsi terhadap prioritas pemenuhan standar
Karena akreditasi ini merupakan pengalaman baru bagi RSUD Surakarta,
menyamakan persepsi dalam hal prioritas merupakan hal yang sulit. Diperlukan
rapat dan bimbingan untuk mensinkronisasi kesenjangan persepsi tersebut.
Untuk membantu mengatasi kendala yang timbul, terdapat beberapa
persiapan yang dapat dilakukan untuk menghadapi akreditasi rumah sakit,
diantaranya:
1. Persiapan organisasi
a. Membentuk tim khusus akreditasi yang akan bertanggung jawab atas
terlaksananya akreditasi rumah sakit dan bertugas bertanggung jawab
terhadap direktur serta membawahi civitas hospitalia.
16
b. Tim akreditasi terbagi menjadi beberapa koordinator sesuai dengan
pembagian hal-hal terkait persiapan dan pelaksanaan akreditasi
c. Diperlukan tim yang berdedikasi tinggi, yang kreatif dan mampu
membimbing civitas hospitalia dalam mensukseskan akreditasi. Bila perlu
tidak terikat dengan bidang pelayanan agar dapat fokus dan bekerja
maksimal terhadap keperluan akreditasi.
2. Persiapan bahan
a. Mempersiapkan instrumen akreditasi, sebaiknya berpedoman pada edisi
terakhir.
b. Mempersiapkan dokumen-dokumen terkait Rumah Sakit tentang Standar,
sesuai Bidang Pelayanan masing-masing.
c. Tim Akreditasi dan Pokja mempelajari, memahami & menguasai secara
rinci Instrumen Akreditasi, Dokumen standar & dokumen penting lainnya,
agar tercapai persepsi yang tersinkronisasi.
3. Penyusunan SOP
a. Bentuk Tim Inti (1- 3 orang) sebagai Penyusun SOP.
b. Penyusunan SOP dilakukan oleh Tim Inti dibantu Staf Pokja/ Unit terkait
c. Gunakan format SOP yang standar.
d. Penomoran SOP sebaiknya sentral.
e. Sebaiknya dibuat daftar SOP secara sentral, dikelola oleh Tim Akreditasi /
Staf yang ditunjuk
4. Perbaikan Struktur Proses Hasil (Outcome)
a. Pembenahan & perbaikan struktur / proses / hasil dilakukan oleh Pokja &
unit yang bersangkutan sesuai dengan pemahaman atas standar, instrumen
akreditasi, SOP dan sebagainya.
b. Setelah survei akreditasi, kegiatan ini tetap berjalan secara kontinu &
adekuat sesuai dengan kekurangan & kelemahan yang ada, serta sesuai
dengan rekomendasi surveyor
5. Self Assesment
a. Pembenahan & perbaikan yang dilakukan dievaluasi secara periodik secara
self assessment.
b. Penilaian dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi.
17
c. Hasil : Skor dan Nilai ( % ) dilaporkan secara periodik kepada Direktur dan
Self Assesment final dilaporkan ke KARS.
d. Penilaian dilakukan oleh Pokja yang bersangkutan dengan supervisi Panitia
Akreditasi.
e. Cara lain : dilakukan penilaian secara silang, sesuatu Pokja menilai Bidang
Pelayanan Pokja yang lain.
f. Bila Skor & Nilai tidak mencapai target, dapat dimintakan Bimbingan
Akreditasi kepada KARS
6. Persiapan Hari-H Survei
a. Permintaan tanggal survei kepada KARS, hari I survei agar dimulai sesudah
hari Senin.
b. Pada hari H-1 (Senin) dilakukan Gladi Bersih secara teliti
c. Persiapkan ruangan :ruang pertemuan surveyor & pokja, 1 surveyor 1
ruangan, ruang surveyor untuk rapat tim surveyor, ruangan2 / lokasi di unit
2 pelayanan dan siapkan para staf /petugasnya, ruang pertemuan pleno, +
alat audiovisual.
d. Persiapkan usulan Jadwal Survei selama 3 hari / 4 hari, diajukan kepada
Ketua Tim Surveyor pada hari H survey.
e. Persiapan Pokja :Petugas Presentan : 1-2 orang bertugas menjawab,
menerangkan, mempresentasi hal-hal yang diminta Surveyor. Petugas ini
harus menguasai seluruh konteks Bidang Pelayanan yang bersangkutan.
7. Kegiatan 3-4 hari Survei
a. Setiap hari : segera sesudah survei selesai, lakukan rapat koordinasi,
kumpulkan semua Pokja.
b. Tiap Pokja melaporkan :Hasil suvei, berbagai kekurangan yang ditemukan
Surveyor, PR yang harus diselesaikan (data-data yang harus dilengkapi, dan
sebagainya), Gambaran tentang Surveyor (kritikan maupun pujian), Sore /
Malam hari itu juga selesaikan hal-hal yang didiskusikan pada Rapat
Koordinasi tersebut. Hal tersebut dilakukan tiap hari (Rustiyanto, 2010).
18
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
19
1. Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu
memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan.
2. Penilaian akreditasi dapat berasal dari dalam negeri melalui lembaga KARS
maupun dari luar negeri yaitu JCI dimana keduanya mengacu pada standar:
kelompok sasaran yang berfokus pada pasien, kelompok standar
manajemen rumah sakit, kelompok keselamatan pasien dan sasaran MDGs.
Hal ini sesuai dengan tujuan akreditasi, yaitu meningkatkan keselamatan
pasien rumah sakit dan meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat,
sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi.
3. RSUD Kota Surakarta sampai dengan saat ini berada pada tahap pra
akreditasi yaitu persiapan untuk mencapai akreditasi dimana terdapat
beberapa kendala seperti: belum adanya pegalaman akreditasi RSUD Kota
Surakarta, SDM yang minim, waktu yang terbatas untuk mempersiapkan
dokumen yang diperlukan, kurangnya sosialisasi akreditasi terhadap seluruh
civitas hospitalia serta, sulitnya menyamakan persepsi terhadap prioritas
pemenuhan standar
B. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi yang menyeluruh terhadap civitas hospitalia
hingga pasien agar masing-masing individu dapat berperan dalam mencapai
keberhasilan akreditasi yang maksimal.
2. Diperlukan kegiatan studi banding ke rumah sakit yang lebih
berpengalaman dalam hal akreditasi serta mengundang trainer untuk
dilakukan pelatihan dan bimbingan terkait persiapan dan kegiatan
akreditasi.
3. Perlu dilakukan persamaan persepsi terkait hal-hal prioritas dalam
akreditasi agar tidak ada kesenjangan.
4. RSUD Kota Surakarta harus tetap terus mengembangkan diri demi
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, meningkatkan mutu
20
pelayanancontohnya dengan menambahkan sumber daya manusia (baik
PNS maupun non PNS) atau penambahan sarana-prasarana penunjang baik
medis maupun non-medis.
21
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (2009). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2009 tentang
Standar pelayanan minimal rumah sakit, http://www.spm.depkes.go.id.
diakses pada tanggal 20 Agustus 2015.
Sutoto, 2012. Instrumen akreditasi rumah sakit standar akreditasi versi 2012.
Jakarta
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44, Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
22