Abstrak
Perkembangan teknologi dan informasi membawa dampak masuknya budaya Barat dan menciptaka
perubahan pola perilaku masyarakat yang condong ke westernisasi. Globalisasi yang diikuti dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin cepat juga menjadi pemicu utama
akulturasi budaya Barat terhadap budaya Pribumi. Cyberspace telah memasuki masa Second Media Age
dimana jumlah pertumbuhan pengguna internet di dunia semakin meningkat tajam begitu juga di Indonesia.
Di Indonesia jumlah pengguna smartphone mencapai 41,3 juta pengguna yang ini berarti jumlah pengguna
internet juga tinggi. Efek yang ditimbulkan dari perkembangan akses informasi dan komunikasi adalah
terjadinya globalisasi budaya dimana telah menghilangkan batas serta legitimasi melalui sebuah ideologi
kemajuan. Hilangnya legitimasi batas ini pada akhirnya akan menjadi ancaman utama bagi budaya lokal
terhadap gempuran budaya Barat, sehingga pilihan yang mungin terjadi adalah menjadi Homogenitas Global
atau malah tumbuh Kedewasaan budaya lokal. Resistensi terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
budaya lokal kita maka secara langsung akan ditolak atau dilakukan filtering oleh budaya lokal kita. Kunci
utama dari keberhasilan dari filterisasi ini adalah seberapa kuat budaya, norma ataupun adat lokal yang kita
miliki dan seberapa kuat budaya tersebut menancap sebagai ideologi kita di kehidupan sehari-hari. Jika
budaya, norma atau adat kita tidak menancap kuat sebagai ideologi yang kita pegang teguh setiap hari maka
sangat mungkin hilangnya budaya lokal kita dan berubah menjadi Homogenitas Global, dan begitupun jika
budaya kita menancap kuat sebagai ideologi yang kita pegang teguh setiap hari maka westernisasi tidak akan
bisa merusak budaya lokal kita sehingga yang terjadi adalah kedewasaan budaya lokal kita.
Kata Kunci : globalisasi, perkembangan teknologi, budaya lokal, westernisasi
Abstract
The development of technology and information brings the impact of the entry of Western culture and
create changes in patterns of behavior of people who tend to westernization. Globalization which is followed
by the rapid development of information and communication technology is also a major trigger of Western
cultural acculturation to Indigenous cultures. Cyberspace has entered the era of Second Media Age where
the number of growth of internet users in the world is increasing sharply as well as in Indonesia. In
Indonesia the number of smartphone users reached 41.3 million users which means the number of internet
users is also high. The effect of the development of information and communication access is the occurrence
of cultural globalization which has eliminated boundaries and legitimacy through an ideology of progress.
The loss of legitimacy of this boundary will ultimately be a major threat to the local culture against the
onslaught of Western culture, so the most likely option is to become a Global Homogeneity or even grow
local cultural Maturity. Resistance to values that are not in accordance with our local culture will be directly
rejected or filtered by our local culture. The key to the success of this filtering is how strongly our local
culture, norms or customs are and how strong they are as our ideologies in everyday life. If our culture,
norms or customs do not stick strongly as the ideologies we hold on a daily basis it is very likely the loss of
our local culture and transform into Global Homogeneity, and if our culture is firmly established as an
ideology we hold on a daily basis then westernisation will not Can damage our local culture so that what
happens is our local cultural maturity.
Keywords: globalization, technology development, local culture, westernization
30
Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi Terhadap Eksistensi Budaya Lokal
Robby Darwis Nasution
31
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 21 No. 1, Juni 2017: 30-42
32
Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi Terhadap Eksistensi Budaya Lokal
Robby Darwis Nasution
Serikat hal tersebut sudah biasa dan di nilai Salah satu implikasi paling
tradisional. Modernisasi mencakup suatu menonjol dari re-tribalization dari
transformasi sosial kehidupan bersama konsekuensi-konsekuensi second media
yang tradisional atau pra-modern, dalam age adalah cara bagaimana untuk
arti teknologi dan organisasi sosial kearah memungkinkan perubahan kembali ke
pola-pola ekonomis dan politis yang ranah publik. Jon Katz bernubuat tentang
menjadi ciri negara-negara barat yang munculnya ‘digital nation’ (bangsa digital)
stabil. Perwujudan aspek modernisasi dimana budaya online akan menawarkan
adalah aspek-aspek kehidupan modern sarana-sarana bagi individu untuk punya
seperti mekanisasi, media masa dan suara asli dalam keputusan-keputusan yang
teknologi. (Harara 2016) mempengaruhi kehidupan mereka.
Modernisasi sering kali dianggap (Holmes 2012, 151-152) Sejak 50 tahun
sangat mengedepankan rasionalitas terakhir menurut Ken Dempsey (1998)
sehingga tidak aneh lagi jika anak muda setidaknya ada dua karakteristik
sekarang sangat rasional daripada orang pembentukan komunitas global. Kedua
yang lahir di kisaran tahun 1980-an. karakteristik tersebut antara lain: (Holmes
Mengacu pada pemikiran Comte, dimana 2012, 369)
selanjutnya menurut comte manusia sangat 1. Memiliki ikatan sosial yang sama
mengedepankan akal sehat pada masa era sehingga menghasilkan tingkatan
globalisasi, pikiran manusia yang lebih tinggi dari solidaritas
menyingkirkan hal-hal yang dianggapnya sosial (karakteristik struktural).
sebagai mitos ataupun kepercayaan yang 2. Pengalaman berupa menjadi milik
sifatnya abstrak, tahayul dan mistis bersama.
ataupun yang semuanya bersifat susah
untuk di pikirkan melalui akal sehat. Oleh Berdasarkan survei yang dilakukan
oleh Yahoo dan Mindshare pada tahun
sebab itu masyarakat modern lebih
mempercayai hal-hal yang sifatnya nyata 2013, di Indonesia terdapat 41,3 juta
dan dapat di terima oleh panca indera pengguna smartphone dimana pengguna
smartphone relatif meningkat pada semua
mereka. (Harara 2016)
Menurut Kumar, perubahan sosial kalangan usia, mulai dari golongan usia
disebabkan modernitas memiliki dua ciri 10-14 tahun, hingga golongan usia 50
tahun ke atas. Hasil survei pada empat
utama yaitu individualisme dan
rasionalitas. Dimana individualisme generasi, yakni baby boomers (kelahiran
menurut John Naisbitt dan Pratcia 1945 hingga 1964), generasi X (kelahiran
1965 hingga 1978), generasi Y (kelahiran
Aburdene adalah yang memegang peran
sentral dalam masyarakat adalah individu tahun 1977 hingga 1994), dan generasi Z
dan bukan lagi komunitas, suku, (kelahiran setelah tahun 1994) yang
kelompok, atau bangsa. Sedangkang dilakukan menunjukkan golongan usia 20
rasionalitas adalah tindakan setiap individu hingga 29 tahun, yaitu generasi Y, terjadi
akan selalu berdasarkan perhitungan yang peningkatan yang cukup tinggi dibanding
jelas dan pasti. (Sztompka 2007, 85-86) generasi yang lain. (Angela dan Effendi
2015, 81)
Cyberspace dalam Second Media Age Sejak munculnya Teori Generasi
(Generation Theory), kita diperkenalkan
33
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 21 No. 1, Juni 2017: 30-42
istilah generasi X, Y, dan Z apalagi segala Tabel 2 Presentase Pengguna Internet Berdasarkan
Usia Tahun 2014
sesuatu terutama yang berhubungan Usia Presentase
dengan pekerjaan sering dikaitkan dengan 18-25 tahun 49.00%
ciri-ciri dari generasi-generasi tersebut. 26-35 tahun 33.80%
Hal itu diungkapkan tiada lain untuk 36-45 tahun 14.60%
mencari jalan tengah agar antar generasi 46-55 tahun 2.40%
56-65 tahun 0.20%
tersebut dapat saling memahami dan
Sumber : (kominfo 2014)
mengerti. Selain itu, kita juga menjadi tahu
bahwa generasi manakah yang Pemerataan akses internet di
mendominasi di abad ini. (4muda 2015) Indonesia yang mencapai 132,7 juta orang
Klasifikasi generasi ini selain untuk merupakan akses masuk utama bagi
memahami dan mengerti satu sama lain, kebudayaan-kebudayaan asing untuk bisa
juga bertujuan untuk menjelaskan pola masuk keadalam masyarakat Indonesia.
serta perilaku generasi yang selanjutnya Selain itu jika kita lihat dari data oleh
akan diklasifikasikan berdasarkan usia atau Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet
tahun kelahiran. Indonesia (APJII) diatas maka bisa terlihat
Menurut survei yang dilakukan pengguna terbesar dari jumlah total
oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan tersebut adalah masyarakat dengan usia
Internet Indonesia (APJII) mengungkap diantara 18-25 tahun yang masuk dalam
bahwa lebih dari setengah penduduk usia muda.
Indonesia kini telah terhubung ke internet. Menurut Wolton, dengan
Survei yang dilakukan sepanjang 2016 itu dimulainya era internet maka kita telah
menemukan bahwa 132,7 juta orang memasuki era “kesunyian interaktif”
Indonesia telah terhubung ke internet. dimana individu-individu terbebas dari
Adapun total penduduk Indonesia sendiri segala aturan dan paksaan, ujian kesunyian
sebanyak 256,2 juta orang. Hal ini ini menjadi terasa riil disaat menghadapi
mengindikasikan kenaikan 51,8 persen banyaknya kesulitan dalam menjalin
dibandingkan jumlah pengguna internet kontak dengan sesama. (Wolton 2007,
pada 2014 lalu. Survei yang dilakukan 148) Teknologi yang semakin maju telah
APJII pada 2014 hanya ada 88 juta menghilangkan batas waktu dan ruang
pengguna internet. (Widiartanto 2016) sehingga ketika seseorang yang biasanya
memperoleh pembelajaran melaui face to
Tabel 1 Presentase Pengguna Internet Berdasarkan
Usia Tahun 2014 face bisa bersosialisasi secara normal, hal
ini tidak bisa dilakukan mereka melalui
perangkat elektronik. Manusia pada
dasarnya adalah makhluk sosial.
Kebutuhan sosialisasi semacam ini hanya
bisa dipuaskan melalui interaksi secara
manusiawi. Seberapapun majunya tingkat
perkembangan teknologi yang telah
dicapai, tidak semua aktifitas manusia di
dunia nyata dipindahkan dalam bentuk
Sumber : (kominfo 2014) elektronik di internet. (Sutanta 2005, 546)
34
Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi Terhadap Eksistensi Budaya Lokal
Robby Darwis Nasution
Dampak yang paling terasa dari ujung proses ini adalah munculnya sebuah
adanya globalisasi adalah terjadinya budaya global yang benar-benar baru dan
revolusi komunikasi dan penyebaran secara potensial bisa mengubur nilai-nilai
teknologi informasi sehingga pasar uang dan praktik-praktik budaya tradisional
bergerah dalam 24 jam tergantung dari yang bersifat spesifik. Dalam hal ini,
ketersediaan jaringan satelit ataupun matinya tradisi dan penyebaran budaya
komputer. (Giddens 2002, 35-36) Dampak global dibawah bimbingan barat akan
lain yang ditimbulkan oleh globalisasi mendrong penerimaan secara umum nilai-
adalah berubahan individu sehingga nilai seperti individualisame, kebebasan
menjadi masalah mendasar yang harus dan demokrasi. (Hiariej 2012, 170)
dihadapi oleh semua pihak. Individu baru Banyak riset tentang globalisasi
yang muncul akibat dari globalisasi adalah budaya yang salah satunya adalah milik B.
individu yang memiliki hubungan erat Malinowski dan A.R. Radcliffe Brown
dengan media serta telekomunikasi hingga dimana dalam riset lapangan tersebut
yang terjadi adalah bangkitnya generasi memiliki kesimpulan bawa terdapat
“aku” dan membentuk “masyarakat aku”. benturan kulturan yang mana sangat
Dampak yang ditimbulkan dari munculnya menonjol ketika budaya barat masuk
generasi “aku” dan “masyarakat aku” kedalam kultur pribumi atau di wilayah
adalah hancurnya nilai-nilai umum dan jajahan mereka. (Sztompka 2007, 108)
kepedulian terhadap publik. Individu baru Fenomena masyarakat modern memiliki
yang terbentuk akibat globalisasi menurut reaksi serupa ketika tumbuh kultur
Ulrich Beck, diasosiasikan dengan Westernisasi (Amerikanisasi) dimana
mundurnya tradisi dan adat kebiasaan dari dalam pemikiran awam dan pemikiran
kehidupan kita. (Giddens 2002, 40-41) ideologis terdapat keluhan bahwa berbagai
sistem kultur dunia telah terjadi
Globalisasi Budaya kemerosotan karena proses ‘penyelarasan
Ide tantang kebudayaan muncul kultural’. Komoditi ekonomi dan
sejak abad kedelapan belas dan terus komersialisasi dijadikan produk kulturan
berlanjut sampai abad kesembilan belas sehingga menimbulkan kepuasan baru
sebagai bagian dari perubahan yang tengah pada masyrakat dengan budaya
terjadi pada pada struktur dan kualitas Westernisasi. (Sztompka 2007, 108-109)
kehidupan sosial. Perubahan yang Hennerz melukiskan empat kemungkinan
mempengaruhi kebudayaan adalah efek yang akan terjadi dari penyatuan kultur
dari industrialisasi dan teknologi sehingga dimasa yang akan datang yaitu: (Sztompka
perubahan yang terjadi sangatlah 2007, 110-111)
ekspansionis, tak terbendung, 1. Homogenitas global yaitu kultur
menghilangkan batas, serta dilegitimasi barat akan mendominasi dunia
melalui sebuah ideologi kemajuan sehingga seluruh dunia akan
(ideology of progress). (Jenks 2013, 2) menjadi jiplakan gaya hidup, pola
Teoritisi dan pemikir globalisasi konsumsi, nilai dan norma, serta
budaya akan mendorong saling keyakinan masyarakat Barat.
kesepahaman antar masyarakat dengan 2. Kejenuhan. Secara berlahan
latar belakang ras dan etnik yang berbeda masyarakat pinggiran menyerap
secara luas pada tingkat global. Salah satu pola kultur barat dan akan semakin
35
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 21 No. 1, Juni 2017: 30-42
36
Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi Terhadap Eksistensi Budaya Lokal
Robby Darwis Nasution
37
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 21 No. 1, Juni 2017: 30-42
38
Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi Terhadap Eksistensi Budaya Lokal
Robby Darwis Nasution
39
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 21 No. 1, Juni 2017: 30-42
karena memaksakan hal yang seharusnya ‘kemajuan’. Hilangnya legitimasi batas ini
tidak untuk dirinya,dan sikap tersebut pada akhirnya akan menjadi ancaman
sangat jauh dari sifat bangsa ini yang utama bagi budaya lokal terhadap
dulu,mungkin sekarang ini adalah masa- gempuran budaya Barat sehingga pilihan
masa perubahan sifat dan perubahan jati yang mungin terjadi adalah menjadi
diri bangsa kita indonesia. (Harara 2016) Homogenitas Global, kejenuhan sehingga
menyerap budaya barat, kerusakan kultur
PENUTUP pribumi dan kultur barat, atau malah
tumbuhnya kedewasaan budaya lokal.
Setelah kita melakukan
pembahasan lebih jauh tentang pengaruh Kalau kita melihat lebih jauh studi
perkembangan teknologi informasi dan kasus di Indoneisa maka pola perilaku
komunikasi terhadap eksistensi budaya masyarakat di perkotaan di indonesia tentu
lokal maka kita bisa mengambil saja kita bisa mengasumsikan bahwa telah
kesimpulan bahwa dengan semakin terjadi homogenitas global di beberapa
berkembangnya pesatnya teknologi kota besar di Indonesia seperti Jakarta,
informasi serta komunikasi maka Jogjakarta, Surabaya, ataupun kota besar-
masuknya budaya Barat semakin tidak bisa besar lainnya. Hilangnya budaya lokal di
dibendung lagi. Jalan utama masuknya beberapa kota besar di indonesia telah
budaya barat ini dalah terjadinya menciptakan pola perilaku masyarakat
globalisasi dan perkembangan teknologi terutama anak muda yang salah satunya
informasi serta komunikasi yang sangat adalah budaya hedonisme. Budaya
pesat sehingga perpindahan informasi dari hedonisme ini adalah budaya yang berasal
individu satu ke individu yang lain atau dari Barat dengan menekankan pada
negara satu ke negara yang lain semakin kehidupan yang penuh dengan kesenangan
cepat. Di negara Indonesia sendiri baik gaya hidup ataupun pola kehidupan
pengguna internet semakin hari semakin yang lain. Tetapi kita juga perlu mengingat
meningkat, ini berarti akses informasi dan bahwa negara Indonesia memiliki banyak
komunikasi yang dilakukan setiap hari atau sekali adat istiadat dan norma yang hampir
bahkan setiap menit juga akan meningkat berlaku di seluruh pelosok negeri ini.
sehingga budaya barat akan semakin Setiap daerah akan memiliki adat dan
leluasa masuk kedalam pemuda kita. Efek norma yang berbeda dengan wilayah lain.
yang ditimbulkan dari perkembangan Dampak positif yang ditimbulkan karena
akses informasi dan komunikasi adalah memiliki banyak adat dan norma maka
terjadinya ‘Globalisasi Budaya’ dimana filterisasi atau resistensi terhadap budaya
budaya dari setiap negara akan melebur westernisasi akan semakin besar.
menjadi satu yaitu budaya global dengan Resistensi yang terjadi terhadap nilai-nilai
poros utama adalah budaya dari yang tidak sesuai dengan budaya lokal kita
negarapaling maju sehingga menjadi acuan maka secara langsung akan ditolak atau
bagi negara lain. Selain itu, saat terjadi dilakukan filtering oleh budaya lokal kita
‘Globalisasi Budaya’, maka juga diikuti dimana dengan kata lain semakin banyak
juga dengan hilangnya batas serta filter yang kita pasang maka semakin bisa
legitimasi sebuah wilayah atau negara menghambat masuknya budaya barat
melalui sebuah ideologi yang bernama kedalam negara ini.
40
Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi Terhadap Eksistensi Budaya Lokal
Robby Darwis Nasution
41
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 21 No. 1, Juni 2017: 30-42
42