Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kepadatan penduduk yang terjadi saat ini khususnya di kota-kota besar di
Indonesia membuat semakin berkurangnya tempat terbuka, hal inilah yang menjadi
alasan utama untuk membangun atau menggunakan gedung-gedung bertingkat
untuk menunjang aktifitas masyarakat. Bangunan seperti apartemen, hotel,
perumahan dan pasar modern merupakan bangunan yang telah dirancang dan
dibuat untuk memenuhi kebutuhan manusia daalam satu kawasan terpadu.
Tingginya bangunan suatu gedung menjadi perhatian dalam penanggulangan
gangguan petir, oleh karena itu dibutuhkan perencanaan dan pemasangan suatu
sistem penangkal petir.
Dalam pembangunan suatu gedung perencanaan instalasi listrik merupakan hal
yang membutuhkan akurasi yang tepat, hal itu bertujuan agar mendapatkan
efektifitas kinerja dari jaringan dalam sistem instalasi tersebut. Perencanaan
instalasi juga harus mempertimbangkan fungsi utama dari bangunan tersebut serta
memperhitungkan kemungkinan adanya renovasi dari bangunan tersebut. Sehingga
instalasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam instalasi listrik ini tentunya
tidak terlepas dari penggunaan daya yang besar, maka hal ini akan berpengaruh
pada suplai energy listrik khususnya pada waktu-waktu beban puncak. Sehingga
instalasi yang akan ada harus memperhitungkan penghematan energy dan biaya,
agar instalasi yang ada dapat beroperasi secara efektif.
Perencanaan system instalasi listrik haruslah mengacu pada ketentuan dan
peraturan yang berlaku sesuai dengan PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik)
tahun 2000 dan Undang-Undang ketenagalistrikan tahun 2002. Pada bangunan
gedung bertingkat kebutuhan daya listrik yang dibutuhkan sangatlah besar.
Pendistribusian daya juga harus diperhitungkan sebaik mungkin, untuk itu
dibutuhkan sebuah perencanaan system instalasi listrik yang spesifik untuk
keberhasilan sebuah proyek. Keamanan instalasi listrik merupakan salah satu
bagian yang penting dalam pembangunan gedung bertingkat. Problem yang sering
muncul dalam suatu bangunan antara lain terjadinya arus pendek (konslteting), alat-
alat elektronik banyak yang rusak akibat arus listrik yang kurang stabil bahkan juga
bisa menimbulkan terjadinya kebakaran. Mengatasi terjadinya kebakaran, selain
system instalasi yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, juga perlu perhitungan
system plumbing untuk suplay pemadam kebakaran. Dalam perencanaan instalasi
ini harus ditentukan fungsi dari gedung dan juga penghuni gedung tersebut serta
memperhitungkan adanya perubahan atau perbaikan di masa mendatang, sehingga
system instalasi dapat berfungsi semaksimal mungkin.
Dari latar belakang diatas maka penulis mengambil judul “ Analisa Kebutuhan
Daya Listrik Pada Gedung Ciputra World Surabaya “ sebagai judul tugas akhir.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Berapa besar total kebutuhan daya listrik yang dibutuhkan
2. Bagaimana cara menentukan pengaman utama dan diameter
penghantar
3. Berapa besar kapasitas Genset yang dibutuhkan dari total daya
pada gedung
1.3 BATASAN MASALAH
Agar penyusunan tugas akhir ini sesuai dengan harapan, maka ditentukan
batasan masalah sebagai berikut:
1. Menentukan kebutuhan air bersih, air kotor serta air untuk
pemadam kebakaran
2. Membuat desain plumbing pada gedung
3. Penempatan titik lampu dengan perhitungan manual
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini antara lain adalah:
1. Mengetahui kapasitas beban seperti penggunaan lampu dalam
suatu ruangan, mengetahui kapasitas pendingin ruangan (Air
Conditioner)
2. Mengetahui berapa besar ukuran pengaman utama dan diameter
penghantar
3. Mengetahui kapasitas Genset yang dibutuhkan dari total daya
pada gedung
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1. Menambah pengetahuan khususnya tentang perencanaan system
instalasi listrik sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ada
2. Menambah wawasan keterampilan dalam mendesain system
mekanikal, elektrikal dan plumbing menggunakan software
AutoCAD

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN


Pada penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan system penulisan laporan
yang dibag menjadi lima bab yaitu :
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian ini, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan tugas akhir.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan tentang dasar teori atau landasan teori yang
terkait dengan penelitian ini.
3. BAB III METODOLOGI / PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini berisikan tentang alur yang akan dijalani dalam proses
penelitian tugas akhir dari awal hingga akhir secara lengkap.
4. BAB IV HASIL DAN ANALISA
Pada bab ini berisikan tentang teknik dan tujuan pengambilan data serta
hasil yang diperoleh dari perencanaan instalasi listrik dan analisa dari
penelitian.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan tentang hasil yang ringkas dari analisa pada bab
sebelumnya serta dapat memberikan saran dari penelitian ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DASAR TEORI


Daya listrik atau dalam bahasa inggris disebut Electrical Power adalah jumlah
energy yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit atau rangkaian. Sumber
energy seperti tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik, sedangkan beban
yang terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain,
daya listrik adalah tingkat konsumsi energy dalam sebuah sirkuit atau rangkaian
listrik.
Instalasi listrik adalah suatu system atau rangkaian yang digunakan untuk
menyalurkan daya listrik (Elektrical Power) untuk kebutuhan manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Instalasi listrik pada umumnya dapat dibagi menjadi 2
bagian yaitu :
1. Instalasi pencahayaan
2. Instalasi daya listrik
Instalasi penerangan adalah upaya untuk memberikan daya listrik pada lampu
agar dapat dijadikan sebagai sumber cahaya. Tujuan utama dari instalasi
penerangan adalah untuk memberikan penenerangan suatu tempat atau bagian
sesuai dengan kebutuhannya serta memberikan kenyamanan pada penghuni sebuah
bangunan. Instalasi daya listrik merupakan suatu system instalasi untuk
menjalankan mesin-mesin pada suatu bangunan sesuai dengan kebutuhan
penghuni.
Dengan demikian sebuah rancangan instalasi listrik harus memenuhi standar
ketentuan dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Peraturan yang berhubungan
dengan instalasi listrik adalah :

1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL)


2. Internatioanal Electrotecnical Commision (IEC)

2.2 INSTALASI PENCAHAYAAN


Pencahayaan (illuminasi) adalah kepadatan cahaya dari suatu sumber yang
bercahaya. Intensitas pencahayaan adalah flux cahaya yang jatuh pada 1 m 2 dari
bidang itu, yang memiliki satuan lux (lx) dan dilambangkan dengan huruf E.
Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada umumnya didefinisikan sebagai
tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja. Yang dimaksud dengan bidang
kerja ialah bidang horizontal imajiner yang terletak 0,75 meter di atas lantai pada
seluruh ruangan (SNI 03-6575-75 2001). Berikut ini merpakan tabel tingkat
pencahayaan minimum dan renderasi warna oleh SNI berdasarkan fungsi dari
ruangan.
Pada dasarnya penentuan jumlah titik lampu pada ruangan dipengaruhi oleh
banyak factor, antara lain: dimensi ruang, kegunaan ruangan, warna dinding serta
type armature yang akan digunakan. Jumlah lampu pada ruangan dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

E = 𝐴lux
Dimana :

E = Intensitas pencahayaan (lux)


A = Luas bidang yang diterangi (m2)
∅ = flux cahaya (lumen)
2.3 INSTALASI DAYA LISTRIK
Pada suatu gedung umumnya banyak mesin atau peralatan listrik oleh karena
itu instalasi listrik pada gedung yang demikian dapat disebut indtalasi daya listrik.
Instalasi listrik pada gedung tidak hanya meliputi mesin atau peralatan listrik, tetapi
juga untuk penerangan juga. Bagian-bagian dari system kelistrikan pada system
bangunan gedung adalah sebagai berikut:
2.3.1 Sumber utama tenaga listrik
Berdasarkan sumber energinya system kelistrikan pada gedung dibagi
menjadi 2 sumber yaitu Sumber Listrik dari PLN dan SUmber Listrik dari
Genset, dimana sumber energy suatu gedung ini lebih mengutamakan sumber
energy dari PLN dan sumber dari Genset sebagai sumber energy cadangan.
2.3.2 Distribusi Daya
Distribusi merupakan bagian dari system tenaga listrik yang berguna untuk
menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar hingga ke konsumen.
Tegangan yang dibutuhkah oleh gedung adalah tegangan rendah sedangkan
tegangan yang masuk dari PLN adalah tegangan menengah. Sehingga
diperlukan alat pengubah tegangan dari tegangan menengah ke tegangan
rendah. Aliran tegangan menengah diubah menjadi tegangan rendah
menggunakan Transformator, yang kemudian didistribusikan melalui panel
distribusi utama tegangan rendah atau LVMDP (Low Voltage Distribution
Panel). Selanjutnya dari panel tegangan rendah ini didistribusikan ke panel sub
distribusi atau biasa disebut panel MDP (Main Distribution Panel) hingga ke
kebutuhan gedung termasuk penerangan, kotak kontak , AC, Elektronik, panel
kontrol pompa, dll.
2.3.2.1 Panel Tegangan Menengah
Panel tegangan menengah atau biasa disebut Medium Voltage
Distribution Panel (MVDP) adalah perlengkapan sisem kelistrikan
tegangan menengah untuk memberikan supply daya dari PLN. Daya
listrik dari Panel Tegangan Menengah (MVDP) kemudian
didistribusikan ke Transformator step-down.

Gambar 2.1 Panel Tegangan Menengah


(sumber : https://www.duniaelectrical.id/2014/12/panel-tegangan-menengah-
switchgear.html)

2.3.2.2 Transformator Step-down


Transformator step down (penurun tegangan) merupakan
transformator yang memiliki tegangan output pada kumparan
sekundernya lebih rendah daripada tegangan input pada kumparan
primernya. Jumlah lilitan sekunder pada transformator ini lebih kecil
daripada lilitan primernya. Unit trafo ini terhubung dengan unit Panel
Utama Tegangan Rendah atau LVMDP (Low Voltage Main
Distribution Panel).

Gambar 2.2 Transformator Step Down


(sumber : https://amru1.wordpress.com/category/ilgb/)

2.3.2.3 Generator Set (Genset)


Generator set merupakan mesin yang berfungsi sebagai pensuplai
daya listrik cadangan yang dapat bekerja apabila daya listrik utama dari
PLN terputus. Genset ini terhubung dengan Panel Kontrol Genset
(PKG). Panel Kontrol Genset (PKG) ini terhubung langsung dengan
Panel Utama Tegangan Rendah. Panel Kontrol Genset (PKG) ini akan
otomatis menghidupkan Genset dan mensuplai tegangan ke Panel
Utama Tegangan Rendah apabila terjadi gangguan pada sumber PLN,
sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sumber energy listrik
pada gedung.

Gambar 2.3 Generator Set (Genset)


(sumber : https://www.chinesegenset.com/product/factory-sale-cummins-
genset-1250-kw-diesel-generator-at-cheap-price/)
2.3.2.4 Panel Utama Tegangan Rendah
Panel Utama Tegangan Rendah atau LVMDP (Low Voltage Main
Distribution Panel) berfungsi untuk menyalurkan listrik menuju panel
sub distribusi yang berada dalam gedung dengan tegangan 220V/380V
yang merupakan hasil penurunan tegangan dari Trafo Panel Tegangan
Menengah maupun dari Genset.

Gambar 2.4 Panel AMF ATS dengan motorized MCCB dan LVMDP
(sumber : https://amru1.wordpress.com/2015/03/21/distribusi-listrik-
bangunan-gedung-materi-pengenalan/)

2.3.2.5 Panel Distribusi


Panel distribusi merupakan panel yang berfungsi untuk
menyalurkan/mendistribusikan daya listrik menuju peralatan yang
membutuhkan daya listrik seperti pencahayaan, kotak kontak, panel
kontrol pompa, AC, dsb. Untuk isntalasi pencahayaan/penerangan dan
kotak kontak menggunakan jenis kabel NYA/NYM, sedangkan untuk
power (pompa, lift, dll) menggunakan jenis kabel NYY, untuk jenis
kabel khusus seperti yang digunakan pada pompa pemadam kebakaran
adalah jenis kabel FRC (Fire Resistance Cable).

Gambar 2.5 Isi panel distribusi listrik sebelum pengawatan


(sumber : https://utakatikmikro.com)
2.3.3 Sistem Listrik 3 Fasa
Instalasi listrik pada sebuah bangunan komersil atau industri seperti pabrik,
hotel, apartemen, rumah sakit membutuhkan daya listrik yang cukup besar.
Untuk itu diperlukan sistem listrik 3 fasa agar diperoleh keseimbangan dan
stabilitas dalam pendistribusian daya listrik yang relative besar. Rangkaian
sistem listrik 3 fasa mempunyai 3 keluaran simetris yang memiliki perbedaan
sudut fasa sebesar 120°. Berikut ini merupakan gambar gelombang keluaran
sistem listrik 3 fasa.

Gambar 2.6 Sistem Listrik 3 Fasa


(sumber : www.dunia-listrik.blogspot.com)

2.3.3.1 Hubung Bintang ( Y,Wye )


Pada sistem listrik 3 fasa hubung bintang, ketiga ujung fasenya
dihubungkan hingga membentuk titik netral. Tegangan antara dua terminal
dari tiga terminal a – b – c mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang
berbeda dengan tegangan tiap terminal terhadap titik netral. Tegangan Va,
Vb dan Vc disebut dengan tegangan fase atau Vf.

Gambar 2.7 Hubung Bintang (Y, Wye)


(sumber : www.dunia-listrik.blogspot.co.id)
Fungsi dari titik netral dalam hubung bintang ini adalah untuk
menghitung tegangan fase terhadap titik netralnya dan juga membentuk
sistem 3 fase yang seimbang dengan magnitudenya (akar 3 dikali magnitude
dari tegangan fase).
Vline=√3 × Vfase=1,73Vfase
Sedangkan semua arus yang mengalir pada fase mempunyai nilai yang
sama
Iline=Ifase
Ia=Ib=Ic
2.3.3.2 Hubung Segitiga
Pada hubung segitiga (delta, Δ) ketiga fasenya saling dihubungkan
sehingga membentuk suatu hubungan segitiga 3 fase.

Gambar 2.8 Hubung Segitiga


(sumber : www.dunia-listrik.blogspot.co.id)
Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran
dihitung antar fase, karena tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai
besar magnitude yang sama, maka:
Vline = Vfasa
Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama dan hubungan antara kedua
arus tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan hokum kirchoff,
sehingga:
Iline = √3 x Ifasem= 1,73 x Ifase
2.3.4 Perbaikan Faktor Daya Dengan Kapasitor

2.3.4.1 Pengertian Faktor Daya


Dalam kehidupan sehari-hari, daya listrik yang dihasilkan oleh
sebuah sumber merupakan daya semu (S) dengan satuan Volt Ampere
(VA) karena tidak semua daya dapat digunakan. Sebagian daya yang
dapat digunakan untuk menggerakkan motor atau memanaskan elemen
panas disebut dengan daya nyata (P) dengan satuan watt (W).
Sedangkan daya yang tidak terpakai merupakan daya reaktif (R) dengan
satuan volt ampere reaktif (Var). Terdapat rasio perbedaan antara daya
semu yang dihasilkan oleh sumber dan daya nyata yang terpakai, rasio
ini disebut dengan faktor daya. Besarnya faktor daya menunjukkan
berapa besar efisiensi sebuah jaringan dalam mendistribusikan daya
listrik. Besarnya faktor daya biasanya dibatasi dari 0 sampai 1, semakin
mendekati angka 1 berarti semakin baik karena daya yang terpakai
semakin maksimal, namun sebaliknya jika nilai faktor daya mendekati
angka 0 maka daya yang terpakai semakin minimal.

2.3.4.2 Perbaikan Faktor Daya


Faktor daya yang relative rendah menunjukkan bahwa daya nyata
yang tepakai lebih sedikit dan daya rekatif lebih besar. Hal ini
mengakibatkan kerugian secara ekonomis maupun teknis, maka untuk
itu diperlukan perbaikan faktor daya. Perbaikan faktor daya ini dapat
dilakukan dengan memasang kapasitor pada sistem distribusi/instalasi
listrik. Kapasitor berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif dan akan
mengurangi jumlah daya reaktif yang dihasilkan oleh sumber.
2.3.4.3 Kapasitor Bank
Kapasitor Bank adalah peralatan listrik yang mempunyai sifat
kapasitif yang berfungsi sebagai penyeimbang sifat induktif. Kapasitor
bank dipasang secara parallel pada suatu jaringan distribusi listrik dalam
gedung. Ketika kapastiro diberi tegangan, maka elektron akan masuk
kedalam kapasitor hingga memenuhi kapasitas tertentu. Setelah
kapasitor terpenuhi oleh elektron, maka tegangan berubah yang
mengakibatkan elektron yang berada di dalam kapasitor akan keluar dan
berpindah masuk ke dalam rangkaian.

Gambar 2.9 Kapasitor Bank


(sumber : http://electric-mechanic.blogspot.com/2012/09/pemasangan-
kapasitor.html)
2.3.4.4 Reactive Power Regulator
Reactive Power Regulator merupakan peralatan yang berfungsi
sebagai pengatur kerja kontaktor daya reaktif yang akan di supply
menuju jaringan atau sistem dapat bekerja sesuai kebutuhan. Dengan
acuan pembacaan besaran arus dan tegangan pada sisi utama Breaker
maka daya reaktif yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah
yang akan mengatur kapan dan berapa daya reaktif yang dibutuhkan.
Peralatan ini mempunyai beberapa macam steps dari 6 steps, 12 steps,
dan 18 steps. Peralatan tambahan yang biasa digunakan pada panel
kapasitor antara lain:
 Push button on dan off yang berfungsi mengoperasikan
magnetic contactor secara manual.
 Selector auto – off – manual yang berfungsi memilih
sistem operasional auto dari modul atau manual dari
push button.
 Exhaust fan + thermostat yang berfungsi mengatur
ambein temperature dalam panel kapasitor. Karena
kapasitor, kontaktor dan kabel penghantar mempunyai
disipasi daya panas yang besar maka temperature ruang
panel meningkat, setelah setting dari thermostat
terlampaui maka exhaust fan akan otomatis berhenti.

2.3.5 Sistem Grounding


2.3.5.1 Pengertian

Gambar 2.10 Simbol Grounding (Pembumian)


(sumber : http://www.clipartbest.com/electrical-ground-symbol)
Grounding atau pembumian adalah upaya menyalurkan arus listrik pada
sebuah isntalasi listrik dalam sebuah gedung atau rumah menuju bumi agar
tidak terjadi lonjakan listrik dan sambaran petir. Tujuan dari dipasangnya
sistem grounding adalah untuk menghindari kontak antara makhluk hidup
dengan tegangan listrik akibat kebocoran isolasi. Penghantar yang digunakan
dalam sistem grounding adalah yang berbahan tembaga, karena tembaga
merupakan konduktor yang efektif untuk menyalurkan arus listrik. Serta
tembaga juga tidak mudah berkarat dan cocok digunakan pada semua kondisi
lingkungan.
Dalam instalasi sistem penangkal petir, grounding berfungsi untuk
menyalurkan arus yang besar menuju bumi. Walaupun memiliki sifat yang
sama, pemasangan sistem grounding dengan sistem penyalur petir harus
terpisah sekurang-kurangnya 10 meter. Berdasarkan PUIL 2000, agar gedung
terhindar dari sambaran petir maka dibutuhkan nilai tahanan grounding <5 ohm,
<3 ohm untuk peralatan elektronika dan perangkat membutuhkan nilai
grounding <1 ohm. Nilai tahanan grounding dapat dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain: jenis sitem grounding, jenis tanah, kandungan elekktrolit tanah,
suhu, kelembaban, dll.

2.3.5.2 Jenis-jenis Sistem Grounding


Dalam instalasi sebuah sistem grounding, terdapat beberapa jenis sistem
grounding tergantung kebutuhan dan tingkat keamanan yang dibutuhkan.
Berdasarkan standart IEEE (Institute of Electrical and Electronic Engineer),
jenis-jenis sistem grounding adalah sebagai berikut:
 TN-S (Terre Neutral – Separate)
Pada sistem pembumian TN-S, bagian netral dari sumber energy
listrik terhubung dengan bumi pada satu titik, sehingga bagian netral
dari sebuah instalasi beban terhubung langsung dengan bagian netral
sumber listrik. Type ini cocok pada instalasi yang dekat dengan sumber
listrik, seperti konsumen yang besar yang memiliki satu atau lebih
HV/LV transformer untuk kebutuhan sendiri dan instalasi/peralatan
yang dekat dengan sumber energy tersebut (transformer).

Gambar 2.11 Sistem TN-S


(sumber : https://direktorilistrik.blogspot.com)
 TN-C-S (Terre Neutral – Combined – Separate)
Pada sistem ini, saluran netral dari sumber listrik terhubung
dengan bumi dan pembumian pada jarak tertentu disepanjang jalur
netral yang menuju konsumen, biasanya disebut dengan Protective
Multiple Earthing (PME). Dengan sistem ini konduktor netral dapat
berfungsi untuk mengembalikan gangguan arus pembumian yang
mungkin timbul disisi konsumen (instalasi) kembali ke sumber listrik.
Pada sistem ini, instalasi perlatan pada beban dihubungkan
pentanahannya pada terminal yang telah disediakan sumber listrik.

Gambar 2.12 Sistem TN-C-S


(sumber : https://direktorilistrik.blogspot.com)

 TT (Double Terre)
Pada sistem TT, bagian netral sumber listrik tidak terhubung
langsung dengan pembumian netral pada sisi konsumen (instalasi
peralatan). Pada sistem TT, konsumen harus menyediakan koneksi
mereka sendiri ke bumi, yaitu dengan memasang elektroda bumi yang
cocok untuk instalasi tersebut.

Gambar 2.13 Sistem TT


(sumber : https://direktorilistrik.blogspot.com)
2.3.6 Sistem Penyalur Petir
2.3.6.1 Pengertian

Gambar 2.14 Sistem Penyalur Petir


(sumber : https://www.spiderbeat.com/penangkal-petir/)
Sistem penyalur petir merupakan sebuah sistem yang menyalurkan
muatan listrik dari awan menuju ke bumi agar tidak menimbulkan dampak yang
berbahaya bagi manusia. Dalam pembangunan sebuah bangunan
komersil/industri harus ada sistem penyalur petir. Sistem ini berfungsi untuk
menyalurkan arus yang dihasilkan dari petir menuju bumi tanpa merusak
benda-benda yang dilewatinya. Peralatan penyalur petir memiliki 3 bagian
utama yaitu:
1. Batang penangkal petir
Batang penangkal petir terbuat dari batang tembaga yang
runcing pada ujungnya yang burguna untuk memudahkan dalam
pengumpulan dan pelepasan muatan listrik sesuai dengan sifat
alamiahnya. Batang penangkal petir umumnya diletakkan pada puncak
suatu bangunan dengan tujuan agar petir dapat menyambar pada batang
penangkal petir.
2. Kabel Konduktor
Kabel konduktor merupakan kabel penghantar yang terbuat dari
tembaga. Kabel konduktor berfungsi sebagai media perantara untuk
menyalurkan aliran muatan dari batang menuju ke tanah. Pada instalasi
penagkal petir, kabel konduktor dipasang pada luar bangunan gedung.
3. Tempat Pembumian (Grounding)
Tempat pembumian (Grounding) merupakan tempat muatan listrik
yang ditangkap oleh batang penangkal petir yang disalurkan ke bumi.
2.3.7 Penghantar
Penghantar merupakan suatu benda yang berbentuk logam maupun non
logam yang bersifat konduktor atau dapat mengalirkan arus dari satu titik ke
titik yang lain. Penghantar ini dapat berupa seperti kabel atau kawat penghantar.
Kabel adalah penghantar yang dilapisi/dilindungi oleh isolator dan konduktor.
Isolator merupakan pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari karet ataupun
plastik, sedangkan konduktor terbuat dari serabut tembaga atau tembaga pejal.
Beberapa jenis kabel yang biasa digunkan dalam instalasi listrik adalah
sebagai berikut:
A. Kabel NYA
Kabel NYA berinti tunggal dan berlapis bahan isolasi PVC.
Kabel NYA biasa digunakan untuk instalasi listrik luar atau kabel udara.
Kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan hitam.Lapisan
isolasi yang hanya ada 1 lapis sehingga kabel ini mudah rusak, tidak
tahan air dan mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe ini,
kabel ini harus dipasang didalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran
tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus, dan
apabila isolasi terkelupas tidak langsung tersentuh oleh orang.

B. Kabel NYM
Kabel NYM berinti lebih dari 1, memiliki lapisan isolasi PVC
(biasanya warna putih atau abu-abu) ada yang beriniti 2, 3 atau 4. Kabel
NYM mempunyai 2 lapisan isolasi, sehingga tingkat keamanannya
lebih baik dibandingkan dengan kabel NYA (harganya lebih mahal dari
NYA). Kabel ini dapat digunakan dilingkungan kering dan basah,
namun tidak boleh ditanam.
C. Kabel NYY
Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna
hitam), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYY digunakan untuk
instalasi tertanam (kabel tanah), dan memiliki lapisan isolasi yang lebih
kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal dari NYM). Kabel NYY
memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai oleh tikus.

D. Kabel NYFGbY
Kabel NYFGbY biasa dipergunakan untuk instalasi listrik
bawah tanah, ruangan, salura-saluran dan pada tempat-tempat terbuka
yang membutuhkan perlindungan terhadap gangguan mekanis, atau
untuk tekanan rentangan yang tinggi selama dipasang dan dioperasikan.

E. Kabel BCC
Kabel Bare Copper Conductor (BCC) merupakan kawat
tembaga telanjang yang biasanya digunakan untuk saluran udara dan
kabel tanah. Kabel BCC ini sering dipergunakan untuk instalasi
penyalur petir dan pentanahan.

Anda mungkin juga menyukai