Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kardiovaskular merupakan sistem yang memilikikhusus dalam proses
embriologi, khususnya dalam penerimaan pengaturan makanan dan oksigen.
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki
empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga
toraks. Dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung
dilindungi mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan
tangan pemiliknya (Ethel, 2003: 228). Pembuluh darah berasal dari bahan
mesoderm saat embrio berusia 3 minggu. Pada saat awal, terbentuk empat
ruangan yang membentuk seperti tuba tunggal yang akhirnya berpisah. Hal
ini untuk memisahkan darah oksigenasi serta yang keluar dari paru-paru dan
sirkulasi tubuh. Kemudian pada akhir bulan kedua, ventrikel telah terpisah
dan dua atrium juga secara parsial. Keadaan ini tetap hingga setelah lahir dan
pada saat di dalam uterus darah secara bebas (mengingat paru belum
berfungsi secara maksimal) yakni semua darah masuk ke jantung embrio
melalui atrium kanan ke dalam vena kava superior dan inferior. Adanya
pembukaan dua atrium dapat memungkinkan separuh darah menyilang ke sisi
kiri dan kemungkinan fungsi pompa jantung di bagi di antara ventrikel.
Kemudian berangsur-angsur terjadi perubahan seiring dengan
perkembanganya arkus aorta, suatu arkus tunggal yang hingga dewasa tetap
menjadi aorta dana arkus yang terakhir menjadi aorta pulmonalis.
Duktus arteriosus paten adalah terbukanya duktus arteriosus yang secara
fungsional menetap beberapa saat setelah lahir. Penutupan fungsional duktus,
normalnya terjadi segera setelah lahir. Akan tetapi, pada bayi yang lahir
premature, duktus paten biasanya mempunyai susunan anatomi yang normal
dan keterbukaan merupakan akibat dari hipoksia dan imaturitas. Duktus yang
tetap terbuka setelah bayi cukup bulan berusia beberapa minggu jarang
menutup secara spontan.( Behrman dkk., 2000)

1
Patent duktus arteriosus (PDA) adalah cacat jantung koengenital kelima
yang paling sering ditemukan sekitar 8-10% diseluruh kasus cacat jantung
koengenital. Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa dari 1000 kelahiran
hidup ditemukan 1 kasus PDA. Perbandingan pada anak perempuan dan laki-
laki adalah 2:1, dan kecenderungan kasus meningkat pada saudara penderita
yang juga mengalami PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada bayi yang lahir
dengan berat badan <1200 gram dan sering bersamaan dengan penyakit
jantung kongenital lain (Wahab, 2009).Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per
2000 kelahiran pada bayi cukup bulan dan kejadiannya meningkat menjadi 8
per 1000 kelahiran hidup pada bayi kurang bulan terutama dengan berat lahir
rendah. Oleh sebab itu perlu adanya suatu tindakan pencegahan dan juga
penanggulangan terjadinya kasus PDA ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa
keperawatan dan pembaca mengenai “ Asuhan Keperawatan PDA (Patent
Ductus Arteriosus) pada Anak”.
2. Tujuan Khusus
Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa dan
pembaca mengenai :
1. Konsep dasar penyakit PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak
2. Konsep asuhan keperawatan stomatitis pada anak
C. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pegetahuan
terkait konsep dasar penyakit PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak dan
konsep asuhan keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus) pada anak.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung
bawaan (PJB) yang sering dijumpai pada anak yang disebabkan oleh
kegagalan penutupan secara fisiologis dari duktus arteriosus setelah lahir
(Hartaty dkk., 2015)
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan suatu keadaan adanya
pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal. Duktus
arteriosus ini normal pada saat bayi dalam kandungan. Oleh karena suatu hal,
maka pembuluh darah ini tidak menutup secara sempurna setelah bayi lahir.
Pada masa janin, PDA merupakan saluran penting bagi aliran darah dari arteri
pulmonal kiri ke aorta desendens, terletak distal dari percabangan arteri
subklavia kiri. PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional
menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran, sedangkan secara anatomik
menutup dalam 4 minggu pertama. Bayi prematur lebih banyak yang
menderita PDA, 15% diantaranya baru dapat menutup dalam 3 bulan
pertama. PDA yang tidak menutup dalam tiga bulan pertama, tipis
kemungkinannya dapat menutup di kemudian hari (Muttaqin, 2009).
Menurut Stanford Children’s Health (2017) patent ductus arteriosus
(PDA) merupakan salah satu masalah jantung yang sering terjadi dalam
beberapa minggu pertama atau beberapa bulan setelah kelahiran. Hal ini
ditandai dengan persistensi hubungan janin normal antara aorta dan arteri
pulmonalis yang memungkinkan darah kaya oksigen (merah) yang harus
masuk ke tubuh untuk disirkulasikan melalui paru-paru. Pada umumnya
semua bayi dilahirkan dengan hubungan antara aorta dan arteri pulmonalis.
Sementara saat bayi berkembang di rahim, darah tidak diperlukan untuk
disirkulasikan melalui paru-paru karena oksigen diberikan melalui plasenta.
Selama kehamilan, diperlukan saluran untuk memungkinkan darah kaya
oksigen (merah) mengalir ke paru-paru bayi dan masuk ke dalam tubuh.
Sambungan normal yang dimiliki semua bayi ini disebut duktus arteriosus.

3
Saat lahir, plasenta diangkat saat tali pusar dipotong. Pada saat itu paru-
paru pada bayi harus menyediakan oksigen ke tubuhnya. Saat bayi
mengambil nafas untuk pertama kali, pembuluh darah di paru-paru terbuka
dan darah mulai mengalir untuk mengambil oksigen. Pada titik ini, duktus
arteriosus tidak diperlukan untuk melewati paru-paru. Dalam keadaan normal,
beberapa hari pertama setelah kelahiran duktus arteriosus menutup dan darah
tidak lagi melewatinya. Pada beberapa bayi, bagaimanapun, duktus arteriosus
tetap terbuka (paten) dan kondisinya kini dikenal sebagai patent ductus
arteriosus (PDA). Pembukaan antara aorta dan arteri pulmonalis
memungkinkan darah kaya oksigen (merah) menyebar ke paru-paru. Patent
ductus arteriosus (PDA) terjadi dua kali lebih sering pada anak perempuan
dibandingkan pada anak laki-laki (Stanford Children’s Health, 2017)
B. Etiologi
Penyebab dari terjadinya penyakit jantung bawaan seperti PDA belum
diketahui secara pasti, namun ada beberapat faktor yang diduga mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan.
Faktor-faktor tersebut, yaitu:
1. Faktor Prenatal, seperti:
a. Ibu menderita penyakit infeksi, seperti Rubella
b. Ibu dengan riwayat sering minum-minuman beralkohol
c. Umur ibu saat hamil berusia lebih dari 4 tahun
d. Ibu yang menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin
e. Ibu yang sering meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik, seperti:
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah ataupun ibu menderita penyakit jantung bawaa.
c. Kelainan pada kromosom, seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain (Buku Ajar Keperawatan
Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109).

4
Sedangkan menurut Wahab (2009), prematuritas dianggap sebagai
penyebab terbesar timbulnya patent duktus arteriosus (PDA). Pada bayi
prematur, gejala cenderung timbul sangat awal, terutama bila disertai dengan
sindrom distress pernafasan. Paten duktus arteriosus (PDA) juga lebih sering
terdapat pada anak yang lahir di tempat yang tinggi atu di daerah peguungan.
Hal ini terjadi karena adanya hipoksia dan hipoksia ini menyebabkan duktus
gagal menutup. Selain itu penyakit rubella yang terjadi pada trimester I
kehamilan juga dihubungkan dengan terjadinya duktus arteriosus paten.
Bagaimana infeksi rubella pada ibu dapat menganggu proses penutupan
duktus ini belum jelas diketahui, tetapi diduga bahwa infeksi rubella ini
mempunyai pengaruh langsung pada jaringan duktus.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Muttaqin (2009), gambaran klinis pada PDA (Patent Ductus
Arteriosus) umumnya muncul dalam tiga bentuk, sebagai berikut:
1. PDA kecil tanpa gangguan hemodinamika yang berarti biasanya tidak
memberikan gejala. Tekanan arteri pulmonal normal dan pebandingan
aliran pulmonal dengan aliran sistemis <1,5 : 1. Jantung tidak membesar.
Diagnosis sangat mudah ditegakkan karena pada auskultasi terdapat bising
kontinu di garis sternal kiri atas. Foto rontgen paru dan EKG normal.
Risiko tinggi yang mungkin terjadi ialah endokarditis, kasifikasi duktus,
dan gagal jantung kiri;
2. PDA sedang gejala akan timbul biasanya pada usia 2-5 bulan, tetapi
biasanya tidak berat. Pada pasien yang mengalami kesulitan makankali
mender, seringkali menderita infeksi saluran nafas, namun biasanya berat
badannya masih tergolong dalam batas normal. PDA juga sering muncul
dengan tekanan arteri pulmonal <1/2 tekanan aorta. Perbandingan aliran
pulmoner dan aliran simpatis adalah 1,5 : 1 sampai 2 : 1. Umumnya klien
asimptomatik, kecuali pada anak kecil dapat ditemukan dispnea dan gagal
jantung kiri. Bising kontinue, bising machinery, sama seperti PDA kecil,
tetapi foto Rontgen toraks memperlihatkan adanya pembesaran ventrikel
kiri, atrium kiri, knob aorta, dan vaskulaisasi paru yang meningkat;

5
3. PDA besar penderitanya akan menunjukkan gejala yang berat minggu-
minggu pertama kehidupannya. Selain itu akan mengalami kesulitasn
makan dan minum sehingga berat badannya tidak bertambah dengan
memuaskan. Pasien akan tampak dispnea ataupun takipnea. Pada PDA
besar juga muncul dengan tekanan arteri pulmonal sama dengan tekanan
aorta. Perbandingan aliran paru dan sistematis >2 : 1. Aliran darah pintas
yang besar seperti ini akan mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu
pertama bayi prematur atau usia 2 atau 3 buan pada bayi lahir cukup bulan.
Beberapa diantaranya dapat hidup terus karena pengecilan spontan PDA,
atau karena sindrom Eisenmenger (Muttaqin, 2009).
Menurut Children National Health System (2017) ukuran
sambungan antara aorta dan arteri pulmonalis akan mempengaruhi jenis
gejala yang dicatat, tingkat keparahan gejala, dan juga usia di mana patent
duktus arteriosus itu pertama kali terjadi. Semakin besar lubang, maka akan
semakin besar jumlah darah yang melewati dan membebani paru-paru.
Seorang anak dengan duktus arteriosus paten kecil mungkin tidak memiliki
gejala apapun. Namun untuk bayi lain dengan PDA yang lebih besar mungkin
menunjukkan gejala yang berbeda. Berikut adalah gejala yang paling umum
dari PDA. Setiap anak mungkin akan mengalami gejala secara berbeda.
Gejala yang bisa terjadi pada PDA bisa meliputi sebagai berikut:
1. Kelelahan
2. Berkeringat
3. Denyut jantung yang cepat
4. Terengah-engah
5. Kesulitan dalam bernafas
6. Ketidaksukaan dalam pemberian makan, atau tidak mau menyusui
7. Berat badan buruk
D. Patofisiologi PDA
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran
darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus).
Hubungan ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang

6
belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus
akan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui vena
umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian
dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus
arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri pulmonalis
utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior dari
aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika
media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat
elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta
yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat
(unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap
mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). (Wahab, S.
2009 )
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang
dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan
tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan
spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang
persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian
dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis. Awalnya darah
mengalir melalui aorta masuk ke arteri pulmonalis (karena tekanan darah
aorta >>) Lama-kelamaan karena darah memenuhi pembuluh darah paru-
paru, terjadilah hipertensi pulmonal àKarena peningkatan tahanan
pulmonalis terjadilah aliran balik, dari pulmonalis menuju aorta Karena
darah yang terdeoxydasi masuk ke arteri sistemik, otomatis akan timbul
sianosis (Wahab, 2009)
E. Komplikasi
1. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal)
Jika terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama
melalui PDA dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal. Selain

7
itu hipertensi paru juga dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru
secara permanen.
2. Gagal Jantung
Lama kelamaan PDA dapat menyebabkan otot jantung menjadi melemah
dan menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung sendiri merupakan suatu
kondisi kronis dimana jantung tidak dapat memompa jantung secara
efektif.
3. Endokarditis (infeksi jantung)
Seseorang dengan masalah jantung struktural seperti PDA memiliki resiko
tinggi untuk terjadinya endokarditis dibandingkan orang yang tidak
memiliki masalah PDA. Endokarditis merupakan suatu peradangan pada
lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
4. Arithmia (detak jantung tidak teratur)
Pembesaran hati karena PDA dapat meningkatkan risiko terjadinya
arithmia. Peningkatan risiko arithmia ini biasanya terjadi pada PDA yang
besar.
5. Gagal ginjal
6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7. Hepatomegali (pembesaran hati)
Jarang terdi pada bayi prematur.
8. Enterokolitis nekrosis
Kelainan ini terjadi pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa
atau submukosa yang sering terjadi pada bayi prematur.
9. Gangguan paru yang terjadi secara bersamaan
Misalnya sindrom gawat nafas. ( Ganes dkk., 2011)

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas (Data Biografi)
a. Nama Klien : An. “K”
b. Umur : 4 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Status Pernikahan :-
f. Pekerjaan :-
g. Suku Bangsa : Bugis, Indonesia
h. No. RM : 26 26 56
Identitas Penanggung Jawab

a. Nama : Ny. “S”


b. Usia : 24 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Hubungan Dengan Klien : Ibu Klien
2. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya mengalami keluhan lelah dan sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien pada umumnya mengeluh sesak nafas dan merasa
cepat lelah. Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-
tanda respiratory distress, dispnea (sesak), takipnea, hipertropi
ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat kesehatan ibu sewaktu mengandung mulai dari gaya
hidup (diet, latihan, olah raga, kebiasaan merokok, kebiasaan minum
alcohol, stress, kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan dan jamu, serta
riwayat penyakit kardiovaskuler), perlu juga ditanyakan apakah pasien
lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

9
Identifikasi riwayat penyakit keluarga yang dapat menyebabkan
PDA. Faktor kesehatan keluarga yang dikaji mencakup penyakit
jantung congenital, di dalam keluarga apakah ada yang mempunyai
riwayat penyakit genetik/penyakit yang serupa terutama pada klien
PDA, karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua
yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena
kelainan kromosom.
d. Riwayat kehamilan
Kaji faktor resiko prenatal antara lain ibu pengguna obat-obatan,
riwayat merokok, dan minum-minuman alcohol, ibu terpajan oleh
radiasi, penyakit virus maternal (misalnya: influenza, gondongan atau
rubella) atau usia ibu di atas 40 tahun saat hamil.
e. Riwayat Tumbuh Kembang
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai
akibat dari kondisi penyakit. Serta keterbatasan dalam aktivitas
mempengaruhi perkembanganya.
f. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian Asi
Identifikasi kepada keluarga saat pertama kali anak diberikan asi,
cara pemberian ASI (apakah setiap kali menangis atau terjadwal), lama
pemberian asi berapa tahun, Identifikasi apakah keluarga memberikan
anak susu formula.
b. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Identifikasi kepada keluarga pola perubahan nutrisi yang diberikan
kepada anak dari usia 0-4 bulan, 4-12 bulan, dan nutrisi saat ini.
g. Riwayat Psikososial/perkembangan
1) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
2) Mekanisme koping anak/ keluarga
3) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
4) Tugas perasaan anak terhadap penyakitnya
5) Bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya
6) Kebiasaan anak
7) Respon keluarga terhadap penyakit anak

10
8) Koping keluarga/anak dan penyesuaian keluarga/anak terhadap
stress
h. Riwayat Aktifitas Bermain
Kaji pola aktifitas bermain dan pergerakkan pada bayi dan anak-
anak , karena pada penderita kelainan jantung kongenital akan lebih
terbatas aktifitas bermainnya dikarenakan kondisi tubuh yang tidak
stabil serta mudah lelah sehingga pergerakkan bermain anak pun akan
terganggu.
i. Riwayat Spiritual
Identifikasi suport sistem yang ada dalam keluarga dan
bagaimana cara keluarga mengenalkan nilai dan norma agama kepada
anak.
4. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Keadaan Umum Klien
Pada anak dengan PDA biasanya lemah dan tidak bergairah.
3. Tanda-tanda Vital
a. Suhu : Tidak normal (normal 36oC- 37o C)
b. Nadi : Takikardi, batas normal (pada bayi : 120-130x/menit);
(pada anak-anak : 80-90x/menit)
c. Respirasi : Dispnea, batas normal (bayi : 30-40x/menit) ; (anak : 20-
30x/menit)
d. TD : Terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, batas normal
(bayi : 70-90/50 mmHg); (anak : 80-100/ 60 mmHg)
4. Antropometri
Identifikasi tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut dan skin fold pada anak.
5. Sistem Kardiovaskuler
a. Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi
1) Lingkar dada.

2) Adanya deformitas dada

3) Bunyi jantung (murmur)

4) Titik impuls maksimum

11
b. Tampilan umum
1) Tingkat aktivitas
2) Perilaku (atau ketakutan)
3) Jari tubuh (clubbing) pada tangan dan/atau kaki
c. Kulit
1) Pucat
2) Sianosis, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah,
konjungtiva, area vaskularisasi tinggi.
3) Diaforesis.
d. Edema
Periorbital dan ekstremitas
6. Sistem Respirasi
a. Bernapas
1) Frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kesimetrisan.
2) Pola napas (dispnea atau takipnea), khususnya setelah kerja fisik
seperti makan, menangis, mengejan.
3) Retraksi (suprasternal, interkostal, subkostal, dan supraklavikular).
4) Pernapasan cuping hidung.
5) Posisi yang nyaman.
b. Hasil auskultasi toraks

1) Bunyi napas merata


2) Bunyi napas abnormal (bising, ronki, mengi)
3) Fase inspirasi dan ekspirasi memanjang.
4) Serak, batuk, dan stridor
c. Hasil pemeriksaan toraks
Lingkar dada dan bentuk dada
d. Tampilan umum
1) Warna (merah muda, pucat, sianosis, akrosianosis)
2) Tingkat aktivitas
3) Perilaku (apatis, tidak aktif, gelisah, dan/atau ketakutan)
7. Status Hidrasi

12
Biasanya anak dengan kelainan jantung mudah berkeringat dan
banyak keringat.
B. Diagnosa

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital


(bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini
sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya
menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna
pada usia 3 minggu. Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan
spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan,
penutupan spontan sangat jarang terjadi.

Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus


Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA
sedang sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran
pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta
gagal tumbuh dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan
operasi maupun kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan
mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila
tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian 20% pada
usia 20 tahun, 42% pada usia 45 tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.

B. Saran

Diharapkan bagi para petugas kesehatan untuk menerapkan intervensi


dari diagnose yang muncul sehingga dpat meningkatkan pelayanan kesehatan
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan klien

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan


Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita.

Behrman, Kliegman, &Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.2, Editor,
Prof.DR.dr.A.Samik Wahab,sp.A(k),EGC:Jakarta.

Betz & Sowden. 2002. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Bulechek, G., H. Butcher. J. Dotcterman. dan C. Wagner. 2013. Nursing


Intervention Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Elsevier.
Terjemahan oleh I. Nurjannah. dan R.D. Tumanggor. 2016. Nursing
Intervention Classification (NIC). Edisi Indonesia. Yogyakarta: CV.
Mocomedia.

Children’s National Health System. 2017. Pediatric Patent Ductus Arteriosus


(PDA). Washington DC : Children’s National Health System.
https://childrensnational.org/choose-childrens/conditions-and-
treatments/heart/patent-ductus-arteriosus-pda [diakses pada 30 Oktober
2017].

Ganes, S.M , M.Z. Wasilah, N. Juwita, R. Ekawati, I. Islamia, Y. L. Rahmy, I.


Zulfizarrahman, E. Rahayu, F. Shella, R. Nugra H., & I. Melati. 2011.
Asuhan Keperawatan Patent Ductus Arteriosus. Bandung: Fakultas
Keperawatan Universitas Padjajaran.
https://www.scribd.com/doc/54775068/Asuhan-Keperawatan-Patent-Ductus-
Arteriosus [diakses pada 27 Oktober 2017].

Hartaty, D., Noormanto, & E. L. Haksari. 2015. Pertambahan Berat Badan Pasca
Penutupan Patent Duktus Arteriosus secara
Transkateter. Sari Pediatri. 17(3). https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/99/80 [diakses pada 03 Oktober 2017].

15
Kim, L.K. 2016. Patent Ductus Arteriosus (PDA). Medscape.
https://emedicine.medscape.com/article/891096-overview#a6 [diakses pada 29
Oktober 2017]

Morhead, S., M. Johnson. M.L. Maas. dan E. Swanson. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh I.
Nurjannah. dan R.D. Tumanggor. 2016. Nursing Outcome Classification
(NOC). Edisi Indonesia. Yogyakarta: CV. Mocomedia.

Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem


Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
https://books.google.co.id/books?id=noWFt_QVOUMC&pg=PA186&dq=Pe
nyebab+PDA+(Patent+ductus+arteriosus)+adalah&hl=id&sa=X&redir_esc=y
#v=onepage&q=Penyebab%20PDA%20(Patent%20ductus%20arteriosus)%2
0adalah&f=false [diakses pada 02 Oktober 2017].

NANDA International. 2015. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications


2015-2017. Jakarta : EGC

Sari, O., R. Nova, H. Bermawi, & E. Bahar. 2015. Perbandingan Efektifitas dan
Keamanan Parasetamol Intravena dan Ibuprofen Oral pada Penutupan Duktus
Arteriosus Persisten pada Bayi Kurang Bulan. Sari Pediatri. 17(4).
WWW.saripediatri.org [diakses pada 01 Oktober 2017].

Stanford Children’s Health. 2017. Patent Ductus Arteriosus (PDA). Amerika


Serikat: Chidren’s Hospital Stanford.
http://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=patent-ductus-
arteriosus-pda-90-P01811 [diakse pada 29 Oktober 2017].

16

Anda mungkin juga menyukai