Anda di halaman 1dari 3

1. Witkop C T, et al. 2008.

Natural History of Fetal Position During Pregnancy and Risk of


Nonvertex Delivery. Am College of Obstetricans and Gynecologists. 111 (4): 875-880.

Metode: peneliti memeriksa posisi janin pada UK 15-22 minggu, UK 31-35 minggu, dan
saat persalinan menggunakan data dari Routine Antenatal Diagnostic Imaging dengan
USG. Karakteristik wanita dengan presentasi nonvertex dan vertex saat persalinan juga
dibandingkan.

Janin dengan presentasi nonvertex saat persalinan memiliki berat badan lahir yang lebih
rendah dibandingkan dengan janin presentasi vertex, tapi, keduanya juga berkemungkinan
memasuki fase persalinan lebih awal.
Dari semua variabel yang diperiksa, hanya 4 karakteristik (paritas, status merokok selama
kehamilan, penurunan volume cairan amnion, dan posisi plasenta pada pemeriksaan USG
diakhir kehamilan) yang ditemukan berhubungan dengan presentasi nonvertex saat
persalinan. Kenaikan angka paritas dari nol sampai satu kelahiran sebelumnya, terdapat
42% penurunan risiko persalinan nonvertex, dan pada wanita dengan lebih dari satu
kehamilan sebelumnya, risiko persalinan nonvertex menurun menjadi 49%, dibandingkan
dengan wanita primipara. Ketika dibandingkan dengan bayi lahir oleh wanita yang tidak
merokok selama kehamilan, bayi yang lahir oleh wanita yang merokok selama kehamilan
memiliki 47% peningkatan risiko posisi nonvertex saat persalinan. Perbedaan absolut
risiko adalah 2%. Penurunan volume cairan amnion pada UK 31-35 minggu meningkatkan
risiko posisi nonvertex saat persalinan (by a factor of 3.74). Posisi fundal plasenta pada
pemeriksaan USG diakhir kehamilan terkait dengan peningkatan signifikan risiko posisi
nonvertex saat persalinan (by a factor of 1.85)
Posisi nonvertex pada UK 31-35 minggu adalah faktor risiko untuk persalinan dengan
posisi nonvertex, dan risiko ini meningkat dengan meningkatnya usia kehamilan
sebagaimana yang ditunjukkan di gambar 1. Bagaimanapun, pada UK 35 minggu, janin
dengan posisi nonvertex masih memiliki 45% peluang untuk berubah secara spontan dan
dilahirkan dalam posisi vertex.

2. Landersen G, et al. 2009. Is Breech Presentatiton a Risk Factor for Cerebral Palsy? A
Norwegian Birth Cohort Study. Developmental Medicine & Child Neurology. 51: 860-
865.

Metode: semua anak yang lahir dengan letak sunsang atau posisi vertex di Norwegia antara
1 Januari 1996 dan 31 Desember 1998 yang bertahan hidup pada periode awal neonatus (7
hari pertama kehidupan). Untuk cohort ini, informasi klinis CP dikumpulkan antara 1
Januari 2003 dan 31 Maret 2006, ketika anak kira-kira berusia 4 tahun.

Peneliti menemukan bahwa letak sunsang merupakan faktor risiko yang signifikan untuk
terjadinya CP (Cerebral Palsy), khususnya diantara kelahiran tunggal aterm dengan
persalinan pervaginam. Letak sunsang tidak terkait dengan subtipe CP yang spesifik atau
dengan tingkat kebaikan atau kerusakan motorik.
Penjelasan yang mungkin untuk peningkatan risiko CP terkait dengan persalinan letak
sunsang adalah bahwa bayi dengan trauma otak antenatal cenderung lahir dengan letak
sunsang. Penjelasan lain yang mungkin adalah peningkatan risiko CP, yang mana bayi
lahir dengan letak sunsang cenderung menderita asfiksia. Peneliti menemukan bahwa bayi
yang lahir sunsang dengan CP memiliki skor APGAR yang lebih rendah pada 1 menit,
tetapi tidak pada 5 menit. Didalam penelitian Danish, penulis menemukan persalinan letak
sunsang dikaitkan dengan skor APGAR yang rendah pada 5 menit, sebaliknya, investigator
beberapa penelitian terkini di Belanda menemukan beberapa bayi lahir dengan letak
sunsang memiliki skor APGAR yang rendah pada 1 menit, tetapi tidak pada 5 menit.

3. Bayou G, Yifru Berhan. 2012. Perinatal Mortality and Associated Risk Factors: A Case
Control Study. Ethiop J Health Sci. 22 (3): 153-162.

Metode: sebuah penelitian case control untuk kematian perinatal diselenggarakan di rumah
sakit universitas antara 2008 dan 2010. Kasus adalah kelahiran mati dan kematian awal
neonatus. Identifikasi dilakukan dengan mencari hubungan antara faktor risiko dan
kematian perinatal, kelahiran mati dan kematian awal neonatus.

Tingkat kematian perinatal 2 kali lebih banyak dari yang diestimasikan national perinatal
mortality; obstruksi jalan lahir, malpresentasi, kelahiran prematur, perdarahan antepartum,
dan hipertensi merupakan prediktor independen. Dari 452 total kasus, 38 kasus diantaranya
adalah malpresentasi.

4. Goffinet F, et al. 2006. Is Planned Vaginal Delivery for Breech Presentation at Term Still
an Option? Results of an Observational Prospective Survey in France and Belgium. Am J
Obstet Gynecol. 194 (4): 1002-1011.
Metode: penelitian observasional prospektif dengan sebuah analisa intent-to-treat untuk
membandingkan kelompok dengan persalinan cesarean dan vaginal yang direncanakan.
Hubungan antara hasil dan perencanaan model persalinan dikontrol untuk confounding
oleh analisis multivariat. Variabel mengombinasikan kematian janin dan neonatus dan
beberapa morbiditas neonatus. Populasi penelitian terdiri dari 8105 (1133 Belgian dan
6972 French) wanita hamil yang melahirkan bayi tunggal dengan letak sunsang aterm di
138 (French) dan 36 (Belgian) unit maternitas.

Di pusat dimana perencanaan persalinan vaginal merupakan praktek yang banyak


dilakukan dan didalam persetujuan dengan meneliti kondisi sebelum dan selama
melahirkan, peneliti tidak menemukan risiko yang signifikan terkait perencanaan
persalinan vaginal dibandingkan dengan perencanaan cesarean untuk wanita dengan janin
tunggal aterm letak sunsang. Mungkin terdapat risiko neonatus yang sedikit lebih tinggi
dengan perencanaan persalinan vaginal, tetapi sangat berbeda dari yang dilaporkan pada
percobaan acak yang besar. Perencanaan persalinan janin tunggal dengan letak sunsang
aterm secara pervaginam tetap merupakan pilihan klinis yang aman, yang dapat disarankan
kepada wanita setelah mereka mendapatkan informasi yang jelas, objektif dan lengkap.

5. Venditelli F, et al. 2008. Is a Breech Presentation at Term more Frequent in Woman with
a History of Cesarean Delivery?. Am J Obstet Gynecol. 198: 521.e1-521e6.

Metode: penelitian cohort (n=84,688) sampel yang diteliti yaitu wanita dengan kehamilan
tunggal aterm dan wanita yang paling sedikit sudah pernah 1 kali melahirkan sebelumnya.

Daftar long-term faktor risiko untuk cesarean telah diketahui—plasenta akreta atau
perkreta, later sub-fertility, kehamilan ektopik, dan ruptur uteri selama persalinan.
Seorang wanita cenderung memiliki risiko dua kali lipat melahirkan bayi aterm letak
sunsang jika ia mempunyai riwayat persalinan cesarean sebelumnya dibandingkan dengan
jika ia melahirkan secara pervaginam sebelumnya. Peningkatan jumlah cesarean
diobservasi di kota-kota di Amerika Utara dan Eropa.

Anda mungkin juga menyukai