Anda di halaman 1dari 7

Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.

0039-Teknologi Pangan

Pentingnya Jiwa Pancasila dalam Menangani Kebakaran Hutan di Indonesia

Akhir-akhir ini Indonesia sedang mengalami krisis bencana alam, salah


satunya yaitu adanya kebakaran hutan yang merajalela dan menimbulkan dampak
buruk bagi masyarakat Indonesia. Hutan menurut Undang-Undang tentang
Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Hutan merupakan sebuah wilayah yang ditumbuhi lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan yang tersebar luas di dunia. Keberadaan hutan mempunyai peranan yang
penting dalam kehidupan di bumi. Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya
menyimpan sumber daya alam berupa kayu. Tetapi masih banyak potensi non kayu
yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budi daya tanaman
pertanian pada lahan hutan. Selain itu, peranan hutan sangat penting karena hutan
berfungsi sebagai penampung karbon dioksida, penyedia sumber air, penghasil
oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan,
serta mencegah timbulnya pemanasan global.

Namun sangat disayangkan hingga sekarang masih ada banyak peristiwa


kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia, baik itu kebakaran hutan yang kecil
hingga kebakaran hutan yang besar. Hal tersebut memunculkan banyak dampak
buruk terhadap masyarakat, terutama yang hidup di dekat hutan yang terbakar itu.
Karena asap yang terbentuk dari kebakaran hutan tersebut dapat membahayakan

1
Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.0039-Teknologi Pangan

kesehatan manusia serta penyakit ISPA dan penyakit lainnya. Kegiatan masyarakat
pun juga terganggu karena jarak pandang menjadi terbatas akibat adanya kabut asap
dari pembakaran hutan. Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia ini juga tidak
hanya memberi dampak buruk terhadap manusia saja, namun makhluk hidup lainya
pun juga ikut kesusahan. Seperti yang sudah di ketahui penyebab kebakaran hutan
dapat terjadi karena dua penyebab yaitu karena ulah alam dan manusia. Namun
penyebab utama kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini
disebabkan karena ulah manusia sendiri. Menurut data yang didapatkan dari Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengemukakan bahwa dari
328.724 hektare luas kebakaran hutan dan lahan di tahun 2019 ini, sekitar 99%
terjadi karena ulah manusia. Sedangkan 1% lainnya disebabkan karena ulah alam.
Dari data tersebut sangat telihat jelas perbandingan penyebab kebakaran hutan
antara ulah manusia dan alam di Indonesia sangat jauh berbeda, padahal dampak
dari kebakaran hutan yang terjadi ini juga berimbas pada hewan. Dimana kita semua
mengetahui, hewan tidak akan melakukan hal yang dapat memicu kebakaran hutan
tetapi sayangnya mereka harus menerima dampaknya dan kehilangan tempat
tinggal. Kebakaran hutan di Indonesia di sebabkan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab, bisa karena ulah ceroboh manusia seperti membuang putung
rokok sampai hanya demi kepentingan hidupnya sendiri tanpa mengerti dampak
yang akan ditimbulkan setelahnya.
Biasanya manusia membakar hutan dengan tujuan untuk kepentingan
pribadi maupun kelompok sehingga rela membakar hutan yang merupakan kawasan
dilindungi oleh negara. Salah satu alasan manusia membakar hutan adalah untuk
pembukaan lahan perkebunan. Manusia sengaja membakar hutan menjadikan
kawasan tersebut menjadi lahan perkebunan yang bisa memberikan keuntungan
bagi segelintir orang. Jika perusahaan telah turut andil, tak jarang kebakaran hutan
menelan kawasan dengan skala yang luas. Maka dari itu dibuat lah peraturan-
peraturan yang mengatur tentang kehutanan di Indonesia yakni termuat dalam UU
no 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Pasal 78 ayat 3 berisi, pelaku pembakaran
hutan dikenaan sanksi kurungan 15 tahun dan denda maksimal Rp 5 miliar. Lalu
ada pula Pasal 78 ayat 4 berbunyi, pelaku pembakaran hutan dikenakan sanksi
kurungan 5 tahun dengan denda maksimal sebesar Rp 1,5 miliar. Tujuan
dibentuknya peraturan tersebut agar masyrakat Indonesia diharapkan tidak akan
melakukan pembakaran hutan secara sengaja, namun nampaknya hal tersebut masih
belum mendapatkan hasil dari tujuan dengan baik. Masih sangat banyak kebakaran
hutan yang terjadi di Indonesia.

Seperti kebakaran hutan yang baru-baru ini terjadi di Indonesia yakni di


kawasan hutan Kalimantan Tengah. Wilayah Kalimantan sering terkena kebakaran
hutan karena terkenal oleh endapan gambutnya, dimana sekali saja disulut api lahan

2
Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.0039-Teknologi Pangan

endapan gambut akan bakal sulit dipadamkan. Kebakaran hutan di Kalimantan


Tengah ini sangat merugikan banyak pihak karena abut asap dari kebakaran hutan
yang terjadi memaksa banyak sekolah ditutup, penerbangan dibatalkan, kualitas
udara memburuk, dengan peringatan akan gangguan kesehatan. Selain itu
kebakaran hutan melepaskan gas rumah kaca, seperti karbon dioksida dan metana,
yang bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti ISPA. Sejak karhutla muncul,
dikabarkan pemerintah Indonesia merawat lebih dari 40.000 orang karena
gangguan pernasapan. Menurut data dari Air Visual menunjukkan wilayah
Palangkaraya-Kualakapuas, Kalimantan Tengah memiliki indeks kualitas udara
yang membahayakan. Dapat dilihat pada tingkat 300-500 US AQI, kondisi udara
sangat berbahaya karena bisa menimbulkan iritasi hingga penyakit paru-paru bagi
masyarakat umum yang beraktifitas di luar rumah, terutama bagi orang-orang yang
sensitif. Pekatnya kabut asap yang menyelimuti wilayah tersebut menyebabkan
aktivitas masyarakat sekitar terganggu karena jarak pandang yang kurang dari
200m Tak hanya itu, sejumlah ekosistem dan binatang di hutan Kalimantan
ditemukan mati.
Sebagai warna negara Indonesia, seharusnya kita bisa mencegah hal seperti
ini terjadi yaitu dengan menerapkan jiwa Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Namun faktanya masyarakat Indonesia sebagian besar masih belum mengerti apa
dan tujuan dibentuknya Pancasila. Hal ini terlihat dari masih banyaknya peristiwa
kebakaran hutan dan bencana-bencana lainnya yang terjadi di Indonesia. Jika
masyarakat Indonesia sudah benar-benar mengerti akan yang dimaksud dalam
Pancasila, maka hal-hal seperti ini tidak akan terjadi lagi. Itulah alasan mengapa
masyarakat Indonesia masih melakukan sesuatu hal yang dapat merugikan antar
sesama maupun bagi negaranya sendiri. Masyarakat Indonesia harus diberi edukasi
lebih baik lagi dalam memahami dasar Pancasila, tidak hanya memahami saja tapi
masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Karena Pancasila adalah kunci kemakmuran dan kesuksesan bangsa
Indonesia, semua yang sudah di tuliskan disana mempunyai peranan tersendiri yang
sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, jika pada saat masa sekarang ini, kita banyak mendengar
dan bahkan menderita karena bencana alam yang tak juga hilang, seperti pekatnya
kabut asap dikarenakan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) atau derasnya banjir
di musim penghujan. Pada dasarnya kita semua sudah menjadi bagian dari publik
yang tidak dekat lagi dengan dasar bernegara. Bencana alam bukanlah semata-mata
dikarenakan faktor alam saja, sangatlah kecil kemungkinannya bahwa faktor alam
yang berbuat sedemikian rupa, tetapi justru bencana alam lebih dominan
diakibatkan karena ulah tindakan perbuatan perilaku manusia sendiri. Manusialah
yang menggunduli hutan dan lahan, membakar hutan dan lahan, dan manusia juga

3
Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.0039-Teknologi Pangan

yang kemudian akan menderita serta dipusingkan dengan hal tersebut. Manusia
yang melepaskan dirinya dari tempatnya ia berpijak dan hal itu mengartikan bahwa
manusia tersebut tidaklah menjiwai Pancasila.

Kerusakan lingkungan yang terjadi, termasuk kebakaran hutan dan lahan


(karhutla), sudah cukup banyak usaha yang telah dilakukan, namun hampir dapat
dipastikan bahwa semua usaha yang telah dilakukan tersebut tidaklah tuntas dalam
menyelesaikan masalahnya. Kecenderungan yang sering terjadi adalah hanyalah
diberikan penawar rasa sakit saja, akan tetapi sikap cepat dalam tanggap darurat
bencana masih sangat minim pada mitigasi bencana. Bencana alam pun terus-
menerus berulang terjadi.

Siapakah yang berada di sekitar kebakaran hutan dan lahan tersebut?


Masyarakat desa, pemerintah desa, pemerintah kabupaten dengan beragam SKPD
nya, dan perusahaan perkebunan. Itulah komponen yang terkait langsung, yang
paling banyak beraktifitas dan memiliki tanggung jawab langsung terhadap keadaan
alam setempat. Andai setiap musim kemarau masih juga terjadi karhutla maka bisa
dipertanyakan ada apa yang terjadi sebenarnya. Jangan-jangan mereka justru
menjadi penyebab masalah alih-alih penyelesai masalah.

Begitupun, saat musim hujan, banjir selalu datang dan kita selalu disibukkan
dengan soal dapur darurat, tim penanggulangan, sarana prasarana, dan seterusnya.
Bencana seakan menjadi proyek tahunan yang harus selalu masuk dalam mata
anggaran. Bukan antisipasi tapi keyakinan bahwa bencana itu pasti datang.

Apabila mau menyelesaikan masalah, lihatlah pada akar persoalan. Dari


berbagai masalah yang terjadi di negara Indonesia ini, disebabkan karena kita
melupakan dasar bernegara, mengabaikan Pancasila sebagai sesuatu yang konkrit.
Tidak menjadikan Pancasila sebagai sesuatu yang penting, dan melepaskan
Pancasila dari kehidupan sehari-hari. Derita saat bencana terjadi, hanya ekses saja
dari semua hal itu.

Bisa kita runutkan, dimana pada sila pertama berbicara tentang Ketuhanan,
keyakinan pada Sang Pencipta. Ini adalah pondasi utama yang tak boleh dilupakan.
Alam semesta ini adalah ciptaan Sang Khalik, semua agama mengakui itu dan
manusia harus menjaga dan merawatnya. Kalau alam tidak dirawat sama saja kita
tidak mempercayai kuasa Tuhan terhadap itu. Merusak milik Tuhan, sama saja
dengan tidak mengakui adanya Tuhan, dan tidak mengakui Tuhan jelas bukan
Pancasilais.

Sila kedua, menekankan pada sisi kemanusiaan dengan tekanan keadilan dan
keberadaban. Terjadinya peristiwa karhutla sudah sangat jelas meniadakan sisi
kemanusiaan, apalagi adil dan beradab. Kalau ada hanya sekelompok orang saja

4
Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.0039-Teknologi Pangan

yang punya kuasa terhadap sekian ribu hektar lahan, bisa melakukan apa saja di
lahan tersebut, berkilah pula saat kebakaran terjadi, bahkan bereuforia pula sebagai
kelompok yang peduli lingkungan, perusahaan dengan CSR terbaik, disitulah rasa
keadilan dan kemanusiaan pada sila kedua sudah terganggu.

Tindakan yang menciptakan aspek kemanusiaan terganggu adalah tindakan


yang tidak Pancasilais. Begitu pula dengan tindakan yang memberikan akses
terhadap munculnya sikap non pancasilais tersebut, termasuk memberi izin secara
besar-besaran, apalagi berkongkalingkong dengan izin itu. Apa yang bisa
dilakukan? Batasi kepemilikan lahan dan wajibkan pemilik lahan menjaganya.
Sila ketiga, persatuan, yang sangat jelas terhubung dengan pertama dan
kedua. Semua kita berada dalam satu hamparan wilayah yang saling berhubungan.
Sakit di satu sisi akan jadi gangguan pada semua sisi. Bersatu artinya punya makna
saling membutuhkan, saling merasakan, terikat dalam satu rangkaian tak
terpisahkan. Kalau tindakan yang kita lakukan ternyata menyebabkan munculnya
masalah dan merusak hubungan dengan pihak lain, kita sudah menganggu
persatuan itu. Sebagai contohnya yaitu kebakaran hutan di Kalimantan di atas tadi,
karena kesalahan satu pihak yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri
akhirnya menyebabkan semua pihak merasakan dampak buruknya. Dari situ jelas
terlihat bahwa penerapan Pancasila belum sukses diterapkan dalam kehidupan
seharu-hari dan menyebabkan bencana bagi negara kita sendiri.

Sila keempat, bijaksana dan musyawarah untuk mufakat, adalah point penting
untuk mengatakan bahwa seluruh tumpah darah negara ini harus diperlakukan
sebaik-baiknya, secara bijaksana untuk kemakmuran, dengan semangat
kebersamaan. Itulah mufakat, bukan memaksakan kehendak pada satu keinginan.
Tanah, bumi dan kekayaan alam didalamnya adalah milik bersama, perlakukanlah
secara bijaksana. Tahu akan dimana air mengalir, dimana pohon akan tumbuh,
dimana padi akan ditanam. Tidak justru melihat bahwa semua adalah untuk pabrik,
rumah, industri, dan hanya untuk manusia saja. Bermufakatlah, maka kita akan
bijaksana dan itu adalah jiwa yang Pancasila.

Sila kelima, keadilan sosial dan kemakmuran. Ini betul-betul dasar yang
mengatakan bahwa semua rakyat Indonesia punya hak yang sama untuk
kemakmuran. Kesehatan, kenyamanan, kebahagiaan, ketentraman adalah milik
seluruh makhluk, apalagi manusia. Andai hutan kita babat, tanah dikeruk untuk
kolam batubara, rawa dikeringkan untuk kebun kelapa sawit dan HTI, maka
kebahagiaan dan ketentraman itupun terganggu. Hawa sejuk berganti dengan kering
panas. Sungai menjadi kering, ikan mati, gajah masuk kebun, dan harimau
memangsa manusia, itulah yang dikatakan mengganggu dan menghambat keadilan
sosial. Pancasila dikunci dengan keadilan sosial ini.

5
Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.0039-Teknologi Pangan

Oleh karena itu, dengan adanya dasar Pancasila sekarang ini, kendati tak
dirayakan gegap gempita, setidaknya mari kita melakukan refleksi, menilai ke
dalam dan berkontemplasi, sembari mengkonkritkan Pancasila di semua sisi,
terutama soal bencana. Bencana seperti kebakaran hutan yang diekploitasi ini tidak
akan terulang lagi jika kita sudah sadar akan pentingnya dasar Pancasila dan telah
menerapkannya dalam kehidupan kita masing-masing. Belum terlambat, tapi sudah
semestinya Pancasila itu konkrit dalam kehidupan. Tidak harus dalam skala besar,
dalam lingkup kecilpun sudah bagus. Walaupun kita tidak bisa memperbaiki, tidak
merusakpun sudah sangat bagus dan itu sudah bagian dari penerapan Pancasila.
Intinya kita harus menyadari betapa pentingnya keberadaan Pancasila dalam
kehidupan bernegara di Indonesia, jika kita sudah mengerti dan berhasil
menerapkannya dalam aktivitas kita maka hal-hal mengerikan seperti bencana
kebakaran hutan dapat dicegah. Sehingga bangsa Indonesia akan terhindar dari
segala gangguan yang berasal dari negara kita sendiri, baik itu kebakaran hutan
maupun bencana lainnya.

6
Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.0039-Teknologi Pangan

Daftar pustaka

 https://id.wikipedia.org/wiki/Hutan
 https://nasional.kontan.co.id/news/bnpb-penyebab-kebakaran-hutan-dan-
lahan-99-karena-ulah-manusia
 https://www.liputan6.com/citizen6/read/3925663/penyebab-kebakaran-
hutan-yang-sering-terjadi-rusak-habitat-alam
 https://kaltim.tribunnews.com/2019/03/06/tiga-undang-undang-bisa-jerat-
pelaku-pembakaran-hutan-dan-lahan-polres-masih-fokus-pencegahan
 https://internasional.kompas.com/read/2019/09/19/16043061/seperti-ini-
penampakan-kebakaran-hutan-kalimantan-menurut-citra-satelit?page=all
 https://news.detik.com/berita/d-4708761/data-data-tentang-kebakaran-
hutan-di-kalimantan
 https://www.mongabay.co.id/2018/06/08/refleksi-nilai-nilai-pancasila-
dalam-pelestarian-alam-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai