0039-Teknologi Pangan
1
Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.0039-Teknologi Pangan
kesehatan manusia serta penyakit ISPA dan penyakit lainnya. Kegiatan masyarakat
pun juga terganggu karena jarak pandang menjadi terbatas akibat adanya kabut asap
dari pembakaran hutan. Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia ini juga tidak
hanya memberi dampak buruk terhadap manusia saja, namun makhluk hidup lainya
pun juga ikut kesusahan. Seperti yang sudah di ketahui penyebab kebakaran hutan
dapat terjadi karena dua penyebab yaitu karena ulah alam dan manusia. Namun
penyebab utama kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini
disebabkan karena ulah manusia sendiri. Menurut data yang didapatkan dari Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengemukakan bahwa dari
328.724 hektare luas kebakaran hutan dan lahan di tahun 2019 ini, sekitar 99%
terjadi karena ulah manusia. Sedangkan 1% lainnya disebabkan karena ulah alam.
Dari data tersebut sangat telihat jelas perbandingan penyebab kebakaran hutan
antara ulah manusia dan alam di Indonesia sangat jauh berbeda, padahal dampak
dari kebakaran hutan yang terjadi ini juga berimbas pada hewan. Dimana kita semua
mengetahui, hewan tidak akan melakukan hal yang dapat memicu kebakaran hutan
tetapi sayangnya mereka harus menerima dampaknya dan kehilangan tempat
tinggal. Kebakaran hutan di Indonesia di sebabkan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab, bisa karena ulah ceroboh manusia seperti membuang putung
rokok sampai hanya demi kepentingan hidupnya sendiri tanpa mengerti dampak
yang akan ditimbulkan setelahnya.
Biasanya manusia membakar hutan dengan tujuan untuk kepentingan
pribadi maupun kelompok sehingga rela membakar hutan yang merupakan kawasan
dilindungi oleh negara. Salah satu alasan manusia membakar hutan adalah untuk
pembukaan lahan perkebunan. Manusia sengaja membakar hutan menjadikan
kawasan tersebut menjadi lahan perkebunan yang bisa memberikan keuntungan
bagi segelintir orang. Jika perusahaan telah turut andil, tak jarang kebakaran hutan
menelan kawasan dengan skala yang luas. Maka dari itu dibuat lah peraturan-
peraturan yang mengatur tentang kehutanan di Indonesia yakni termuat dalam UU
no 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Pasal 78 ayat 3 berisi, pelaku pembakaran
hutan dikenaan sanksi kurungan 15 tahun dan denda maksimal Rp 5 miliar. Lalu
ada pula Pasal 78 ayat 4 berbunyi, pelaku pembakaran hutan dikenakan sanksi
kurungan 5 tahun dengan denda maksimal sebesar Rp 1,5 miliar. Tujuan
dibentuknya peraturan tersebut agar masyrakat Indonesia diharapkan tidak akan
melakukan pembakaran hutan secara sengaja, namun nampaknya hal tersebut masih
belum mendapatkan hasil dari tujuan dengan baik. Masih sangat banyak kebakaran
hutan yang terjadi di Indonesia.
2
Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.0039-Teknologi Pangan
3
Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.0039-Teknologi Pangan
yang kemudian akan menderita serta dipusingkan dengan hal tersebut. Manusia
yang melepaskan dirinya dari tempatnya ia berpijak dan hal itu mengartikan bahwa
manusia tersebut tidaklah menjiwai Pancasila.
Begitupun, saat musim hujan, banjir selalu datang dan kita selalu disibukkan
dengan soal dapur darurat, tim penanggulangan, sarana prasarana, dan seterusnya.
Bencana seakan menjadi proyek tahunan yang harus selalu masuk dalam mata
anggaran. Bukan antisipasi tapi keyakinan bahwa bencana itu pasti datang.
Bisa kita runutkan, dimana pada sila pertama berbicara tentang Ketuhanan,
keyakinan pada Sang Pencipta. Ini adalah pondasi utama yang tak boleh dilupakan.
Alam semesta ini adalah ciptaan Sang Khalik, semua agama mengakui itu dan
manusia harus menjaga dan merawatnya. Kalau alam tidak dirawat sama saja kita
tidak mempercayai kuasa Tuhan terhadap itu. Merusak milik Tuhan, sama saja
dengan tidak mengakui adanya Tuhan, dan tidak mengakui Tuhan jelas bukan
Pancasilais.
Sila kedua, menekankan pada sisi kemanusiaan dengan tekanan keadilan dan
keberadaban. Terjadinya peristiwa karhutla sudah sangat jelas meniadakan sisi
kemanusiaan, apalagi adil dan beradab. Kalau ada hanya sekelompok orang saja
4
Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.0039-Teknologi Pangan
yang punya kuasa terhadap sekian ribu hektar lahan, bisa melakukan apa saja di
lahan tersebut, berkilah pula saat kebakaran terjadi, bahkan bereuforia pula sebagai
kelompok yang peduli lingkungan, perusahaan dengan CSR terbaik, disitulah rasa
keadilan dan kemanusiaan pada sila kedua sudah terganggu.
Sila keempat, bijaksana dan musyawarah untuk mufakat, adalah point penting
untuk mengatakan bahwa seluruh tumpah darah negara ini harus diperlakukan
sebaik-baiknya, secara bijaksana untuk kemakmuran, dengan semangat
kebersamaan. Itulah mufakat, bukan memaksakan kehendak pada satu keinginan.
Tanah, bumi dan kekayaan alam didalamnya adalah milik bersama, perlakukanlah
secara bijaksana. Tahu akan dimana air mengalir, dimana pohon akan tumbuh,
dimana padi akan ditanam. Tidak justru melihat bahwa semua adalah untuk pabrik,
rumah, industri, dan hanya untuk manusia saja. Bermufakatlah, maka kita akan
bijaksana dan itu adalah jiwa yang Pancasila.
Sila kelima, keadilan sosial dan kemakmuran. Ini betul-betul dasar yang
mengatakan bahwa semua rakyat Indonesia punya hak yang sama untuk
kemakmuran. Kesehatan, kenyamanan, kebahagiaan, ketentraman adalah milik
seluruh makhluk, apalagi manusia. Andai hutan kita babat, tanah dikeruk untuk
kolam batubara, rawa dikeringkan untuk kebun kelapa sawit dan HTI, maka
kebahagiaan dan ketentraman itupun terganggu. Hawa sejuk berganti dengan kering
panas. Sungai menjadi kering, ikan mati, gajah masuk kebun, dan harimau
memangsa manusia, itulah yang dikatakan mengganggu dan menghambat keadilan
sosial. Pancasila dikunci dengan keadilan sosial ini.
5
Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.0039-Teknologi Pangan
Oleh karena itu, dengan adanya dasar Pancasila sekarang ini, kendati tak
dirayakan gegap gempita, setidaknya mari kita melakukan refleksi, menilai ke
dalam dan berkontemplasi, sembari mengkonkritkan Pancasila di semua sisi,
terutama soal bencana. Bencana seperti kebakaran hutan yang diekploitasi ini tidak
akan terulang lagi jika kita sudah sadar akan pentingnya dasar Pancasila dan telah
menerapkannya dalam kehidupan kita masing-masing. Belum terlambat, tapi sudah
semestinya Pancasila itu konkrit dalam kehidupan. Tidak harus dalam skala besar,
dalam lingkup kecilpun sudah bagus. Walaupun kita tidak bisa memperbaiki, tidak
merusakpun sudah sangat bagus dan itu sudah bagian dari penerapan Pancasila.
Intinya kita harus menyadari betapa pentingnya keberadaan Pancasila dalam
kehidupan bernegara di Indonesia, jika kita sudah mengerti dan berhasil
menerapkannya dalam aktivitas kita maka hal-hal mengerikan seperti bencana
kebakaran hutan dapat dicegah. Sehingga bangsa Indonesia akan terhindar dari
segala gangguan yang berasal dari negara kita sendiri, baik itu kebakaran hutan
maupun bencana lainnya.
6
Sesilia Agustin Setiawan-19.I1.0039-Teknologi Pangan
Daftar pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Hutan
https://nasional.kontan.co.id/news/bnpb-penyebab-kebakaran-hutan-dan-
lahan-99-karena-ulah-manusia
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3925663/penyebab-kebakaran-
hutan-yang-sering-terjadi-rusak-habitat-alam
https://kaltim.tribunnews.com/2019/03/06/tiga-undang-undang-bisa-jerat-
pelaku-pembakaran-hutan-dan-lahan-polres-masih-fokus-pencegahan
https://internasional.kompas.com/read/2019/09/19/16043061/seperti-ini-
penampakan-kebakaran-hutan-kalimantan-menurut-citra-satelit?page=all
https://news.detik.com/berita/d-4708761/data-data-tentang-kebakaran-
hutan-di-kalimantan
https://www.mongabay.co.id/2018/06/08/refleksi-nilai-nilai-pancasila-
dalam-pelestarian-alam-indonesia/