CARDIOVASKULAR
KELOMPOK 3
ANGGOTA :
DOSEN TUTORIAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
2012
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang sistem kardiovaskuler.
Makalah ini tersusun masih banyak kekurangan dari segi manapun, oleh sebab itu penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan teman-teman yang memberi
sumber materi penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen pengajar yang
telah banyak memberi kesempatan dalam penyelesaian makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aritmia adalah irama jantung abnormal.hal ini terjadi ketika impuls listrik
direproduksi oleh jantung yang mengkoordinasikan detak jantung tidak berfungsi dengan
baik,mengakibatkan jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur.aritmia
dapat terjadi karena adanya ganggguan pada kelompok sel otoritmik dan sistem
penghantarnya.aritmia terbagi menjadi 2: 1. Takiaritmia/takikardi( denyut jantung
>100x/menit. 2. Bradiaritmia/bradikardi ( denyut jantung <60x/menit.
I. JUDUL BLOK
KARDIOVASKULER
KARDIOVASKULER
1. SGD 1
HAR/TANGGAL : JUM’AT / 28 SEPTEMBER 2012
WAKTU : 13.50 – 16.30 WIB
TEMPAT : RUANG TUTORIAL
2. SGD 2
HARI/TANGGAL : SENIN / 01 OKTOBER 2012
WAKTU : 13.00 – 15.30 WIB
TEMPAT : RUANG TUTORIAL
3. PLENO
HARI/TANGGAL : KAMIS / 04 OKTOBER 2012
WAKTU : 10.20 – 13.00 WIB
TEMPAT : RUANG KULIAH
Rudi umur 35 tahun, perokok, merasakan jantungnya berdebar cepat, tidak teratur. Rasa tidak
enak di dada sudah berulang dan hilang timbul. Ayah rudi dulu juga menderita sakit seperti
ini. Dokter menganjurkan untuk pemeriksaan EKG. Pada hasil pemeriksaan di dapati: TD
180/120 mmhg, pernafasan 28 x/menit, HR 160 x/menit irregular.
PEMBAHASAN SKENARIO
1. KLARIFIKASI ISTILAH
EKG
Suatu pemeriksaan dengan merekam kegyatan listrik dari otot jantung sebagai
penunjang untuk mengetahui ada tidaknya kondisi patologis jantung dengan
konsep segitiga sama sisi.
IRREGULER
Tidak beraturan
2. MENETAPKAN MASALAH
1. Rudi umur 35 tahun jantungnya berdebar cepat, tidak teratur, dan didapatkan
rasa tidak enak di dada sudah berulang dan hilang timbul.
2. Ayah Rudi dulu juga menderita sakit seperti ini.
3. Didapatkan TD 180/120 mmhg, pernafasan 28x/menit, HR 160x/menit
irreguler.
3. MENGANALISIS MASALAH
a. Kelainan pada jantung
b. Adanya penyakit keturunan
c. TD 180/120 mmhg : Hipertensi
pernafasan 28x/menit : Takipnev
HR 160x/menit irreguler : Aritmia
4. KESIMPULAN SEMENTARA
Rudi umur 35 tahun mengalami kelainan jantung yang berupa aritmia.
5. TUJUAN BELAJAR
KAJIAN TEORI
A. LETAK JANTUNG
1. Basis : menghubungkan dua titik diantara, costae ke-3 kanan (2 cm dari tepi sternum)
dan costae ke-2 kiri (1 cm dari tepi sternum).
2. Apex : ruang antar costae 5 kiri (4 cm dari garis medial).
3. Dengan menarik garis antara 2 tanda itu (basis dan apex) kedudukan jantung dapat
ditunjukkan.
B. BENTUK JANTUNG
C. LAPISAN JANTUNG
D. RUANG JANTUNG
1. Aorta: pembuluh darah yang keluar dari ventrikel sinistra, membawa darah bersih ke
seluruh tubuh.
2. Arteri pulmonalis: pembuluh darah yang keluar dari ventrikel dextra, membawa darah
kotor ke paru-paru.
3. Vena cava superior: pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atas jantung
menuju atrium kanan.
4. Vena cava inferior pembuluh darah yang membawa darah dari bagian bawah jantung
menuju atrium dextra.
5. Vena pulmonalis: pembuluh darah yang membawa darah dari paru-paru menuju atrium
sinistra.
6. Arteri coronaria dextra: arteri yang keluar dari aorta, mensuplay darah untuk jantung
kanan.
7. Arteri coronaria sinistra: arteri yang keluar dari aorta, mensuplay darah untuk jantung
kiri.
1. Valvula trikuspid: katub tiga lembar, yang memisahkan antara atrium kanan dan
ventrikel kanaan.
2. Valvula bikuspid (mitral): katub dua lembar, yang memisahkan aantara atrium kiri dan
ventrikel kiri.
3. Valvula aorta: katub yang memisahkan antara ventrikel kiri dan aorta.
4. Katup pulmunal: katub yang memisahkan antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis.
5. Chorda tendinae: jeringan (ligamen) yang melekat pada lembar katub jantung yang
berbentuk seperti jari.
6. Musculus papilaris: tonjolan otot (pangkal dari chorda tendinae).
G. SIRKULASI PULMONAR
1. Truncus pulmonar: arteri yang keluar dari ventrikel kanan, kemudian bercabang jadi dua.
2. Arteri pulmonalis dextra: cabang dari truncus pulmonar yang menuju paru sebelah
kanan.
3. Arteri pulmonalis sinistra: cabang dari truncus pulmonar yang menuju paru sebelah kiri.
4. Vena pulmonalis dextra: vena dari paru kanan menuju ke atrium kiri.
5. Vena pulmonalis sinistra: vena dari paru kiri menuju ke atrium kiri.
H. AORTA
1. Aorta ascenden: aorta yang berjalan lupus keatas (dari ventrikel kiri).
2. Coronaria sinistra: cabang dari aorta ascenden, mengairi darah ke jantung kiri.
3. A. Coronaria dextra: cabang dari aorta ascenden, mengairi darah ke jantung kanan.
4. Arcus Aorta: bagian dari aorta yang melengkung (diatas aorta ascenden), keluar tiga
cabang:
4.1 A. Brakiosefalika.
4.2 A. Karotis comunis sinistra.
I. AORTA TORAKSIKA
J. AORTA ABDOMINALIS
1. V. Jugularis eksterna.
2. V. jugularis interna.
3. V. Aksilaris: dari ketiak.
4. V. Brakialis: dari lengan atas.
5. V. Radialis: dari lengan bawah searah ibu jari.
6. V. Ulnaris: dari lengan bawah searah kelingking.
7. V. Sefalika.
8. V. Basilika.
9. V. Medial kubiti.
M. VENA THORAX
1. V. Brakiosefalika.
2. V. Azigos.
3. V. Hemiazigos.
1. V. Cava Inferior.
2. Sistem Portal hepatik, terdiri:
3. V. Splenikus.
4. V. Mesenterica superior.
5. V. Porta hepatic.
1. V. Iliaca eksterna
2. V. femoralis.
3. V. Poplitea.
4. V. Tibialis posterior et anterior.
5. V. Peronea.
Di dalam paru, tetes darah tersebut kehilangan CO₂ ekstra dan menyerap
pasokan segar O₂ sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis yang
dating dari kedua paru. darah kaya O₂ yang kembali ke atrium kiri selanjutnya
mengalir ke dalam ventrikel kiri, rongga pemompa yang mendorong darah ke seluruh
1 Nodus sinuatrialis (nodus SA), suatu daerah kecil khusus di dinding atrium
kanan dekat pintu masuk vena kava superior.
2 Nodus atrioventrikularis (nodus AV), suatu berkas kecil sel-sel otot jantung
khusus yang terletak di dasar atrium kanan dekat sepyum, tepat di atas
pertemuan atrium dan ventrikel.
Penyebaran normal eksitasi jantung diatur secara cermat agar kriteria diatas
terpenuhi dan jantung berfungsi secara efisien, sebagai berikut;
Potensial aksi yang berasal dari nodus SA mula-mula menyebar ke kedua atrium,
terutama dari sel ke sel melalui taut celah.
Potensial aksi dihantarkan secara relative lambat melalui nodus AV. kelambatan
ini menguntungkan karena member waktu bagi ventrikel untuk terisi penuh.
Implus tertunda sekitar 100mdet (penundaan nodus AV), yang memungkinkan
atrium terdepolarisasi sempurna dan berkontraksi, mengosongkan isinya ke dalam
ventrikel, sebelum ventrikel terdepolarisasi dan berkontraksi.
Setelah tertunda di nodus AV, implus lalu mengalir cepat menuruni septum
melalui cabang kanan dan kiri berkas His dan menyebar ke seluruh miokardium
V.2.1 Aritma
Jenis aritmia ini ditandai dengan timbulnya denyut jantung cepat secara
mendadak yang berasal dari serambi jantung. Serangan ini bisa berlangsung
selama beberapa detik hingga beberapa hari. Ada suatu kondisi yang disebut
sindrom Wolff-Parkinson-White, yang dikaitkan dengan adanya jalur listrik
tambahan yang terjadi di antara serambi dan bilik jantung. Jalur ini
menyebabkan banyaknya impuls listrik mencapai bilik. Sehingga
mempercepat denyut jantung.
Pada fibrilasi atrial, serambi jantung berdenyut cepat antara 300-600 kali per
menit secara tidak teratur. Bilik juga menimbulkan denyutan sehingga
menimbulkan irama jantung tidak teratur dan cepat.
Pada jenis aritmia ini, sinyal listrik yang salah muncul dari bilik jantung yang
menyebabkan bilik berdenyut lebih cepat. Takikardia ventrikular hampir selalu
terkait dengan dengan penyakit jantung atau serangan jantung yang baru
terjadi, serta dapat berubah menjadi aritmia yang serius.
Sinyal listrik yang tiba-tiba pada bilik jantung, menyebabkan jantung tiba-tiba
bergetar dan berhenti memompa, sehingga darah tidak mengalir sampai ke
otak. Fibrilasi ventrikular bisa berakhir dengan kematian mendadak.
V.3.1 DEFINISI
Adalah suatu gangguan jantung yang di tandai dengan gangguan irama jantung
(denyut jantung abnormal).
V.3.2 ETIOLOGI
a. Peradangan jantung misalnya demam rematik,peradang miokard.
b. Gangguan sirkulasi koroner misalnya,ischemia miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) seperti quinidin dan obat-obat aritmia lainnya.
d. Gangguan keseimbangan elektrolit.
e. Gangguan psikoneurotik.
f. Gangguan metabolik.
g. Gangguan kardiomiopati atau tumor jantung.
h. Gangguan endokrin.
i. Penyakit degeneratif.
Takikardi aritmia
Fibrilasi atrium
Etiologi : atrium mengalami depolarisasi secara spontan dengan cepat dan tidak
beraturan (300 x /menit)
Flutter atrium
Takikardia ventrikel
Bradikardia
V.3.3 EPIDEMIOLOGI
1. 1% populasi berusia 50 tahun keatas
2. 10% populasi diatas 80 tahun
3. Lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan
4. Pada dewasa umur <35 tahun, 100 x lebih rendah dari pada yang >35 tahun
5. Pada negara maju (kematian mendadak) umur 40-50 tahun.
Di Amerika tahun 2001 (450.000 maeninggal karena aritmia)
V.4.1 Patofisiologi
Di dalam jantung terdapat sel-sel yang mempunyai sifat automatisasi artinya dapat
dengan sendirinya secara teratur melepaskan rangsang. Impuls yang di hasilkan dari sel-sel
ini akan digunakan untuk menstimulus otot jantung untuk melakukan kontraksi.
Sel-sel tersebut adalah SA node, AV node, Bundle His, dan serabut Purkinjee. Secara
normal, impuls akan di hasilkan oleh SA node, yang kemudian diteruskan ke AV node,
bundle his, dan terakhir ke serabut purkinje. Terjadinya aritmia dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. Faktor yang pertama ialah menurunnya fungsi SA node, sehingga AV node
menghasilkan impuls sendiri, impuls ini akan diteruskan seperti biasanya sampai ke serabut
purkinje. Pada serabut purkinje akan diterima 2 impuls yang berasal dari SA node dan AV
node sehingga menyebabkan mekanisme reentry. Kedua, impuls yang dihasilkan oleh SA
node, akan terhambat pada percabangan SA node (Sinus arrest) sehingga impuls tidak sampai
ke AV node, maka AV node secara otomatis akan menghasilkan impuls sendiri sehingga
timbul juga irama jantung tambahan. Penghambatan impuls tidak hanya dapat terjadi pada
percabangan SA node, tetapi dapat terjadi pada bundle his juga.
Bila reentry terjadi secara cepat dan berulang-ulang atau tidak teratur (pada
beberapa tempat), maka dapat menimbulkan keadaan takikardia ektopik atau
fibrilasi.
a) Anxietas
b) Gelisah
d) palpitasi
e) nyeri dada
f) vertigo, syncope
h) tanda hipoperfusi
5.5.1 Anamnesis
Penyakit yang mengenai sistem kardiovaskular bisa timbul dengan berbagai keluhan:
1. Nyeri dada
2. Sesak napas
3. Palpitasi
4. Sinkop
5. Kelelahan
6. Stroke
7. Penyakit vascular perifer
Nyeri dada
a. Nyeri seperti apa? Terasa di sebelah mana? Menjalar kemana? Bagaimana onsetnya?
Mendadak? Bertahap? Apa yang sedang dilakukan saat nyeri timbul?
b. Apa yang memperberat rasa nyeri?
c. Apa yang meredakannya?
d. Seberapa berat rasa nyeri?
e. Pernahkah terasa nyeri sebelumnya?
f. Apa lagi yang dirasakan pasien? Mual? Muntah? Berkeringat? Palpitasi? Demam?
Kecemasan? Batuk? Hemoptisis?
g. Apa pendapat pasien tentang penyakitnya?
Iskemia jantung
‘secara klasik’ nyeri dada dirasakan di sentral dengan penjalaran ke lengan kiri, kedua
lengan, dan/atau rahang. Pasien bisa mengambarkan nyeri tersebut sebagai rasa tertekan,
tertindih beban berat, atau menusuk. Onsetnya bertahap, mungkin dipicu oleh kegiatan fisik,
Perikarditis
Nyeri sentral, tajam, dan tidak berhubungan dengan aktivitas. Bisa berkurang dengan duduk
tegak. Bisa diperberat dengan inspirasi atau batuk.
Sesak napas
Sesak napas akibat penyakit jantung paling umum disebabkan oleh edema paru. Rasa sesak
lebih jelas saat berbaring mendatar (ortopnea) atau bisa timbul tiba-tiba di malam hari,
ataupun timbul dengan aktivitas ringan.
Palpitasi
Mungkin terdapat sensasi denyut jantung cepat atau berdebar. Tentukan provokasi onset,
durasi, kecepatan, dan irama denyut jantung, serta frekuensi episode palpitasi. Apakah
episode tersebut disertai nyeri dada, sinkop, dan sesak napas?
Riwayat keluarga
Riwayat sosial
Obat-obatan
Tanyakan obat-obatan untuk penyakit jantung dan obat yang memiliki efek samping ke
jantung?
Inspeksi
a. Apakah pasien tampak sakit ringan atau berat?
b. Apakah pasien nyaman/distress/kesakitan/cemas?
c. Apakah pasien memerlukan resusitasi segera?
d. Pertimbangkan perlunya penggunaan oksigen, akses intravena, atau pemantauan
EKG.
e. Apakah pasien tampak pucat, sianosis, sesak, batuk, dan sebagainya, berapa suhu
pasien.
f. Perhatikan adanya parut, sputum, dan sebagainya.
g. Adakah kebiasaan merokok?
Tangan
Adakah jari tabuh (clubbing), bintik perdarahan, dan perfusi perifer yang baik?
Nadi
Tekanan Darah
a. Berapa tinggi JVP? (sebutkan dalam centimeter diatas angulus sternalis atau klavikula
bila sudut 45º.
b. Adakah refluks hepatojugularis (atau tes abdominojugularis)? (peningkatan JVP saat
dilakukan penekanan kuat pada kuadran kanan atas abdomen).
c. Adakah gelombang JVP abnormal (misalnya gelombang meriam)?
d. Lakukan inspeksi mulut, lidah, gigi, dan perikordium (cari adanya jaringan parut dan
pulsasi abnormal).
e. Lakukan palpasi untuk posisi dan sifat denyut apex. Adakah heave ventrikel kanan,
adakah thrill?
f. Lakukan auskultasi jantung. Dengarkan bunyi jantung pertama, kedua (apakah
terpisah secara normal)?, bunyi jantung tambahan (adakah gallop)?, murmur sistolik,
murmur diastolic, gesekan (rub), klik, serta bruit karotis dan femoralis. Lakukan
auskultasi dengan posisi lateral kiri (khususnya untuk murmur mitral) dan
membungkuk ke depan saat ekspirasi (khususnya untuk murmur diastolic awal pada
regurgitasi aorta).
g. Lakukan auskultasi paru adakah efusi pleura atau ronki?
a. Adakah edema perifer (pergelangan kaki, tungkai, sacrum)?
b. Lakukan palpasi denyut perifer ;
i. Radialis
ii. Brachialis
1. Elektrokardiogram (EKG)
Tes EKG 12 sadapan yang standar, pendek, dan dilalukan dalam keadaan istirahat
akan medeteksi blokade konduksi dan perubahan akibat kerusakan otot (misalnya pasca-MI).
EKG ini sulit mendeteksi kejadian intermiten seperti aritmia paroksismal, yang
membutuhkan pemantauan kontinu dengan tes Holter (pencatatan EKG ambulatori selama
24jam). Pada tes toleransi latihan, beban kerja secara progresif, dan EKG memantau depresi
ST dan aritmia akibat iskemia yang berhubungan denagan penyakit arteri koroner.
1. Gelombang P
Merupakan gambaran proses depolarisasi Atrium
Nilai normal :
- Lebar ≤ 0,12 detik
2. Komlek QRS merupakan sistol ventrikel (depolarisasi ventrikel) lebar normal 0,06-
0,10 detik dan terdiri dari:
- Glombang Q: defleksi negative pertama, merupakan depolarisasi septum interventrikel
yang teraktivasi dari kiri dan kanan, durasi normal (kecuali sadapan III dan aVR) kurang
dari 0.04 detik (1 kotak kecil) dan tingginya kurang dari sepertiga tinggi dari gelombang
R pada sadapan bersangkutan.
- Gelombang R: defleksi positif pertama. Defleksi kedua disebut R.
- Gelombang S: defleksi negatif pertama selama R. Defleksi kedua disebut gelombang S.
INTERPRETASI EKG
D.Menentukan Interval PR
1.Takhikardi Sinus(ST)
Kriteria :
- Irama : Teratur
- Frekuensi : > 100-150x/ menit
- Gelombang P : normal,setiap gelombang P di ikuti gel QRS,T
- Interval PR :Normal (0,12-0,20 detik )
- Gelombang QRS :Normal (0,06-0,12detik)
2.Bradikardi Sinus
Kriteria:
- Irama :teratur
- Frekuensi (HR) :<60x/menit
- Gelombang P :normal, setiap gelombang P selalu diikuti gel QRS
- Interval PR :Normal (0,12-0,20 detik )
3.Aritmia sinus
6.Takikardi atrial
Kriteria:
- Irama :teratur
- Frekuensi (HR) :150-250x/menit
- Gelombang P ; sukar dilihat,kadang terlihat tetapi kecil
- Interval PR : tidak dapat dihitung atau memendek
- Gelombang QRS : normal (0,06-0,12 detik).
7.Flutter atrial
Flutter atrium diakibatkan adanya sirkuit re-entry yang khas dan kebanyakan melibatkan
atrium kanan.
Kriteria:
- Laju :laju atrial 240-450x/menit
Sistem Kardiovaskuler Page 35
- Irama : irama atrial teratur tetapi irama ventrikel bisa teratur atau tidak
tergantung konduksi atau blok atrioventrikular.
- Gelombang P : tidak bisa diidentifikasi dan berbentuk gigi gergaji.
- Interval PR : tidak bisa diukur.
8.Fibrilasi atrium:
Kriteria:
- Laju : laju atrial 120-180x/menit,laju ventrikel bervariasi
- Irama : irama ventrikel tidak teratur
- Gelombang P :Tak dapat diidentifikasi
- Interval : tidak dapat dihitung
- Gelombang QRS :Normal
9.Takikardi ventrikel
Kriteria:
- Irama : teratur
- Frekuensi (HR) : .100x/menit
- Gelombang P : tidak terlihat
- Interval PR :tidak ada
- Gelombang QRS: >0,12 detik
Kriteria :
- Irama : tidak teratur
- Frekuensi (HR) :tidak dapat dihitung
- Gelombang P : Tidak ada
- Interval PR : Tidak ada
- Gelombang QRS: tidak dapat dihitung,bergelombang dan tidak teratur.
Rontgen dada (chest X-ray) merupakan alat diagnostik yang esensial. CXR inisial di
buat pada arah postero-anterior (PA), dengan pasien berdiri tegak dan pada inspirasi penuh.
4. Pemeriksaan darah.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa kadar beberapa variable dalam darah seperti
elektrolit dan kadar hormon tiroid, hasil yang abnormal akan meningkatkan kemungkinan
anda menderita aritmia jantung.
V.7 PENATALAKSANAAN
V.7.1 Pengobatan Aritmia
Pengelompokan kerja obat antiaritmia yang paling banyak digunakan secara luas dibagi
menjadi empat golongan yaitu :
7.2.1 Golongan 1
Golongan satu adalah penghambat kanal natrium atau memblokade kanal Na pada
membrane sel sehingga menurunkan kecepatan maksimal depolarisasi (Vmaks) pada fase
0, sehingga tidak terjadi potensial aksi ( action potential duration { APD } ) baru yang
berarti mencegah timbulnya ekstrasistol. Tergantung dari intensitasnya memblokade
kanal Na tersebut.
a.3 Disopiramid
a.3.1 Absorbsi, Distribusi dan Eliminasi
Sekitar 90% dosis oral disopiramid diabsorpsi dan sebagian mengalami
metabolisme lintas pertama di hati. Kadar puncak dalam plasma tercapai dalam 1-
2 jam setelah pemberian per oral.
Sekitar 50% dosis disopiramid di ekskresikan oleh ginjal dalam keadaan
utuh, 20% dalam bentuk metabolit dealkilasi, dan 10% dalam bentuk lain. Waktu
paruh eliminasi adalah 5-7 jam, dan nilai ini memanjang pada gagal ginjal (dapat
mencapai 20 jam atau lebih).
a.1.2 Sediaan, Dosis Dan Cara Pemberian
Tersedia dalam bentuk tablet 100 atau 150 mg basa. Dosis total harian
adalah 400-800 mg yang pemberiannya terbagi atas 4 dosis. Penyesuaian dosis
B.2 Fenitoin:
b.2.1 Absorpsi, Distribusi dan Eliminasi Fenitoin
absorpsi fenitoin dari saluran cerna berlangsung lambat dan tak menentu.
Absorpsi setelah suntikan intramuscular juga lambat dan tak sempurna. Setelah
pemberian intravena, fenitoin disebar dengan cepat ke jaringan. Obat ini di
eliminasi melalui hidroksilasi di hati dan metabolit yang terbentuk tidak
berkhasiat anti aritmia. Metabolisme berlangsung lambat dan tidak dipengaruhi
oleh perubahan aliran darah hati.
b.2.2 Sediaan, Dosis Dan Cara Pemberian
Fenitoin dapat diberikan per oral atau intravena secara intermiten. Aritmia
yang kritis tidak boleh diobati dengan cara suntikan intramuscular karena
absorpsinya tidak dapat dipercaya. Rancangan waktu untuk suntikan intravena
intermiten adalah 100 mg fenitoin yang diberikan tiap 5 menit sampai aritmia
terkendali atau timbul efek samping.
Kecepatan suntikan tak boleh melebihi 50 mg per menit. Biasanya diperlukan
dosis sebesar 700 mg, dan jarang melebihi 1000 mg. Pengobatan dengan fenitoin
per oral dimulai engan dosis tinggi, karena fenitoin mempunyai waktu paruh yang
panjang. Hari pertama diberi 15 mg/kgbb, hari kedua 7,5 mgkgbb dan selanjutnya
diberi dosis pemeliharaan 4-6 mgkgbb (umumnya antara 300-400 mg/hari). Dosis
pemeliharaan oral dapat diberikan tunggal atau terbagi dua dalam sehari.
B.3 Tokainid
b.3.1 Absorpsi, Distribusi dan Eliminasi Tokainid
Tokainid diaborpsi dengan sempurna setelah pemberian per oral, kadar puncak
dalam plasma muncul dalam waktu 1-2 jam, sekitar 40% tokainid di ekskresi
dalam urin dalam bentuk utuh. Waktu paruh dalam plasma adalah 11-15 jam.
b.3.2 Sediaan, Dosis Dan Cara Pemberian
Tokainid hidroklorida (Tonocard) tersedia sebagai tablet 400 mg dan 600 mg.
Dosis oral biasanya adalah 400-600 mg tiap 8 jam, tak boleh melebihi 2.400
mg/hari dan harus diturunkan kurang dari 1.200 mg pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal atau hati.
B.4 Meksiletin
b.4.1 Absorpsi, Distribusi dan Eliminasi Meksilet
pada pemberian per oral, meksiletin diabsorpsi dengan baik dan
bioavailabilitas sistemiknya adalah sekitar 90%. Obat ini di eliminasi melalui
metabolisme hati, sekitar 10% dosis ditemui dalam bentuk yang tak berubah
dalam urin. Waktu paruh adalah kira-kira 10 jam.
b.4.2 Sediaan, Dosis Dan Cara Pemberian
meksiletin hidroklorida (Mexitex) tersedia dalam kapsul 150, 200 dan 250 mg.
Dosis oral biasa adalah 200-300 mg (maksimal 400 mg) yang diberikan tiap 8 jam
dengan makanan atau antacid. Untuk mendapatkan respon cepat, diberikan dosis
awal 400 mg. Penurunan dosis diperlukan pada pasien dengan gangguan hati.
b.4.3 Penggunaan Terapi
*Efek Samping: obat aritmia kelas IB mempunyai efek samping jantung yang
lebih ringan dari kelas IA atau IC. Mereka jarang menyebabkan efek proaritmia
yang berat dan jarang menimbulkan gagal jantung.
Efek samping lidokain terhadap jantung sangat sedikit. Efek samping fenitoin
yang paling menonjol pada pengobatan aritmia jangka pendek merupakan gejala
SSP yaitu mengantuk, nistagmus, vertigo, ataksia dan mual.
Tokainid dan meksiletin menyebabkan gejala SSP berupa pusing, ringan
kepala dan tremor, dan gejala saluran cerna berupa mual, muntah dan anoreksia.
Oleh karena itu, pada pengobatan dengan tokainid, pemeriksaan darah tepi perlu
dilakukan tiap minggu selama 3 bulan dan tokainid hanya digunakan bila dengan
obat lain tidak efektif.
C.2 Enkainid
c.2.1 Absorpsi, Distribusi dan Eliminasi
Enkainid di absorpsi hampir sempurna setelah pemberian per oral, tetapi
bioavailabilitasnya turun menjadi 30% melalui metabolisme lintas pertama di hati.
Kadar puncak dalam plasma tercapai dalam waktu 30-90 menit. Enkainid di
metabolisme oleh sitokrom P450 hati dan mempunyai waktu paruh 2-3 jam.
c.2.2. Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian
Enkainid hidroklorida (Enkaid) tersedia untuk pemberian per oral sebagai
kapsul 25, 35 dan 50 mg. Dosis awal adalah 25 mg, diberikan 3 kali sehari, dosis
ini dapat dinaikkan tip 3-5 hari sampai mencapai 4 kali 50 mg/hari.
*Efek Samping : Semua obat kelas IC menimbulkan efek samping yang sama pada
jantung. Efek proaritmia terjadi pada 8-15% paien dengan aritmia ventrikel
malgna dan dianggap jarang terjadi pada pasien aritmia ventrikel benigna. Akan
tetapi, baru-baru ini dilaporkan enkainid dan flekainid meningkatkan risiko
kematian mendadak dan henti jantung pada pasien yang pernah mengalami infark
miokard dan pasien dengan aritmia ventrikel asimtomatik. Berdasarkan hal ini,
obat kelas IC tidak di indikasikan lagi untuk aritmia ventrikel benigna atau
belum menjadi maligna. Semua obat di kelas IC dapat menimbulkan disfungsi
sinus; gagal jantung juga diperberat , tetapi efek ini hanya terjadi dengan
flekainid dan enkainid.
B. Asebutolol.
b.1 Absorpsi, Distribusi dan Eliminasi
Seperti propanolol, asebutolol juga diabsorpsi dengan baik oleh saluran cerna.
Biovailabilitasnya per oral kurang dari 50%, nilai ini lebih tinggi pada usia lanjut
dan mememrlukan penyesuaian dosis. Waktu paruh eliminasi asebutolol adalah 3
jam, dan 8-12 jam untuk diasetolol. Diasetolol dieleminasi sebagaian besar oleh
ginjal, sehingga dosis asebutolol perlu disesuaikan pada gagal ginjal.
b.2 Dosis Dan Cara Pemberian
Asebutolol diberikan per oral untuk pengobatan aritmia jantung. Dosis awal
adalah dua kali 200 mg. Dosis dinaikkan secara perlahan sampai mencapai 600-
1.200 mg yang terbagi dalam dua dosis.
C. Esmolol.
C.1 Absorpsi, Distribusi dan Eliminasi
Esmolol hanya diberikan secara infus intravena, waktu paruh distribusinya hanya
2 menit. Ikatan esternya dihidrolisis dalam darah dengan cepat oleh esterase sel
darah merah. Waktu paruh eliminasi adalah 8 menit dan metabolitnya tidak aktif.
C.2 Dosis Dan Cara Pemberian
Esmolol diberikan secara intravena untuk pengobatan jangka pendek atau sebagai
pengobatan kegawatan pada takikardia supraventrikel.
*Efek Samping
Secara faali pada pasien gagal jantung terdapat aktivitas simpatis tinggi untuk
mempertahankan kontraksi ventrikel. Sebab itu bila pada keadaan ini digunakan β –
bloker sebagai obat antiaritmia, akan terjadi hipotensi atau gagal ventrikel kiri. Akan
tetapi, banyak pasien gagal jantung yang dapat menerima pengobatan jangka panjang
dengan propanolol bila digunakan bersama digitalis, vasodilator atau diuretik, karena
β – bloker menghambat konduksi di nodus AV maka dapat terjadi blok AV atau
asistol. Penghentian β – bloker pada pasien angina pektoris secara mendadak dapat
memperberat angina dan irama jantung, dan menimbulkan infark miokard akut.
C. Sotalol.
c.1 Absorpsi, Distribusi dan Eliminasi
Sotalol diabsorpsi dengan cepat pada pemberian per oral, dan biovailabilitasnya
hampir 100% . Kadar maksimum plasma dicapai 2-3 jam sesudah pemberian, dan
hanya sedikit yang terikat protein plasma. Waktu paruhnya adalah sekitar 10-11
jam. Eliminasinya adalah melalui urin dalam bentuk tak berubah berubah
sehingga dosisnya perlu disesuaikan pada gagal ginjal.
c.2 Sediaan, Dosis Dan Cara Pemberian
Sotalol masih dikembangkan formulasinya. Untuk pengobatan aritmia ventrikel,
dosisnya adalah 2 kali 80-320 mg. Dosis awal adalah 2 kali 80 mg/hari dan bila
perlu dosis ditambahkan tiap 3-4 hari. Keberhasilan terapi dinilai dengan
pencatatan EKG selama 24 jam atau dengan stimulan ventrikel terprogram.
*Penggunaan Terapi
Bretilium hanya diindakasikan untuk pengobatan aritmia ventrikel yang mengancam
jiwa, yang gagal diobati dengan obat-obatan antiaritmia lini pertama (fisrt line) seperti
*Efek Samping
efek samping utama bretilium bila diberikan intravena adalah hipotensi, mual dan
muntah.
Efek samping amiodaron sering terjadi dapat mengenai berbagai organ, dan dapat
membawa kematian.. Efek samping pada paru-paru terjadi pada 10-15% pasien, dan
kulit bewarna biru terlihat pada 5% pasien pada pengobatan jangka panjang.
Pengobatan dengan sotalol dilaporkan dapat menimbulkan gagal jantung (1%),
proaritmia (2,5%) dan bradikardia (3%). Torsades de pointes muncul pada 2% pasien
yang diobati untuk aritmia ventrikel maligna, biasanya dalam minggu pertama
pengobatan, dan setelah internal Q-Tc memanjang dengan jelas. Oleh karena itu dosis
sotalol perlu diturunkan bila interval Q-Tc melebihi 0,5 detik.
7.4.1 Golongan IV (Antagonis Kalisium) ; Verapamil dan Diltiazem
Memblokade arus kasium janatung. Kerja obat ini memperlambat hantaran pada
tempat yang upstroke potensial aksinya bergantung kalsium .
A. Dosis dan Cara Pemberian
Untuk mengubah PSTV menjadi irama sinus , verapamil dengan dosis 5-10 mg
diberikan secara intravena selama 2-3 menit. Untuk mengendalikan irama
ventrikel pada fibrilasi atau pada flutter atrium, verapamil diberikan dalam dosis
10 mg selama 2-5 menit, dan bila perlu diulangi dalam waktu 30 menit. Untuk
mencegah kembalinya PSTV atau untuk mengontrol irama ventrikel pada fibrilasi
atrium, diberikan dosis oral 240-480 mg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Walaupun
B. Penggunaan Terapi
Verapamil telah menjadi obat pilihan pertama untuk pengobatan seranagan
akut takikardia supraventrikel paroksismal yang disebabkan oleh arus balik pada
nodus AV atau karena anomali hubungan nodus AV. Verapamil juga bermanfaat
untuk penurunan segara respons ventrikel pada fibrilasi atau flutter atrium bila
aritmia tidak disertai dengan sindrom Wolf-Parkinson-White. Pemberian
verapamil intravena dengan dosis 75 µg/ml memperlambat respons ventrikel
sebayak 30% pada pasien fibrilasi atrium. Takikarida atrium dengan blok AV
disebabkan keracunan digitalis mungkin merupakan delayed after depolarization
dan triggered activity. Verapamil mungkin efektif menghilangkan aritmia ini,
tetapi penggunaannya mengandung bahan berbahaya karena menyebabkan
blokade AV tambahan dan menekan automatisitas di system His-Purkinje.
Verapamil dan diltiazem tidak digunkan pada pengobatan aritmia ventrikel,
kecuali jika penyebabnya adalah spasme arteri koronaria. Dalam hal ini,
penggunaan antagonis Ca++ tersebut adalah untuk menghilangkan spasme koroner
dan memperbaiki toleransi jaringan ventrikel terhadap iskemia, dan bukan sebagai
obat antiaritmia.
C. Efek Samping
Efek samping utama dari verapamil dan diltiazem adalah pada jantung dan
saluran cerna. Penggunaan obat ini secara intavena dikontraindikasi pada pasien,
hipertensi, gagal jantung berat, sindrom sinus sakit, blok AV, sindrom Wolf-
Parkinson-White, atau takikardia ventrikel. Verapamil dapat meningkatkan
frekuensi denyut ventrikel bila diberikan intravena kepada pasien sindrom Wolf-
Parkinson-White dan fibrilasi atrium; hal ini terjadi karena peningkatan refleks
simpatis. Pada beberapa pasien, penurunan masa refrakter efektif pada berkas
Kent juga berperan dalam peningkatan frekuensi denyut ventrikel.
Verapamil dapat pula menyebabkan hipotensi berat atau fibrilasi ventrikel
pada pasien dengan takikardia ventrikel. Bradikardia sinus, blok AV, gagal
jantung kiri atau hipotensi dapat terjadi secara tak terduga pada pasien berusia
lanjut. Dosis yang lebih rendah dengan kecepatan suntikan yang lebih lambat
V.8.1 .KOMPLIKASI
1. Stroke. Ketika jantung , tidak dapat memompa darah secara efektif, menyebabkan darah
melambat. Hal ini dapat menyebabkan gumpalan darah terjadi karena berkurangnya aliran
darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan
adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. . yang dapat menyebabkan
stroke. Ini dapat merusak sebagian otak Anda atau menyebabkan kematian.
2. Gagal jantung. Hal ini dapat terjadi jika jantung Anda memompa tidak efektif dalam waktu
lama karena bradycardia atau tachycardia, seperti atrial fibrilasi.Kadang-kadang, mengontrol
laju aritmia yang menyebabkan gagal jantung, dapat meningkatkan fungsi jantung Anda.
4. Tekanan darah menurun secara drastis, dapat merusak organ vital, termasuk otak, yang sangat
membutuhkan suplai darah.
5. Dalam kasus yang parah, irama jantung dapat menjadi begitu kacau sehingga menyebabkan
kematian mendadak.
6. Syncope Jantung yang tidak berdenyut normal tentunya tidak mampu memompa darah secara
efisien. Pada tachycardias dan bradycardias dapat terjadi kekurangan aliran darah ke otak,
arteri koroner dan bagian tubuh lainnya. Jika sampai aliran darah ke otak tidak mencukupi,
dapat menyebabkan hilangnya kesadaran atau pingsan. Ketika otak tidak memperoleh darah
selama 6-8 detik maka pingsan dapat terjadi baik secara tiba-tiba atau dibuka oleh rasa
pusing, menurunnya kesadaran, atau menurunnya pandangan.
V.8.2 PROGNOSIS
sebagian besar aritmia tidak menyebabkan gejala atau menganggu kemampuan jantung
untuk memompa darah. Jadi biasanya aritmia menimbulkan resiko yang sedikit atau tidak
ada, meskipun aritmia dapat menyebabkan kecemasan yang besar , jika seseorang menyadari
aritmia.
1. Bentuk aritmia-nya
2. Apakah itu adalah aritmia atrium (berasal dari atrium) atau aritmia yang lebih
berbahaya seperti takikardia ventrikular atau fibrilasi ventrikel, yang berpotensi fatal;
Prognosis Anda juga tergantung pada seberapa baik jantung Anda bekerja di luar
aritmia. Jika jantung memompa dengan baik dan Anda tidak memiliki penyakit jantung
lainnya, cenderung jauh lebih baik daripada jika, anda mempunyai penyakit yang telah
merusak otot jantung atau katup jantung.
V.8.3 PREVENTIV
Bebrapa faktor yang memperngaruhi perkembangan aritmia tidak dapat di kontrol (
seperti gen anda),aritmia banyak muncul karena beberapa bentuk penyakit jantung.
Sebagai contoh,ketika aterosklerosis arteri menjado tersumbat dengan penyubatan
lemak dapat menyebebkan bradikardia atau tachicardia.
Untuk mencegah penyakit jantung jga berlaku untuk mencegah penyakit aritmia
antara lain :
1. Diet
Menurut american hearth asosiation,diet jantung sehat yang tinggi dalam
buah-buahan dan sayuran.dan dalam makanan gandum karena mengandung
sumber protein tanpa lemak seperti : ikan,kacang-kacangan,dan susu rendah
lemak yang berasal dari lemak tak jenuh seperti minyak zaitun.
2. Olaharaga
Untuk menyeimbangkan asupan kalori yang masuk dan sudah mengalami
pembakaran,selain membantu mengontrol berat badan lakukanlah latihan
sehari-hari seprti senam aerobik ( jalan cepat,lari,bersepeda,berenang dll)
3. Menghindari rokok dan alkohol
The american hearth association mereka merekomendasikan untuk berhenti
merokok dan membatasi penggunaan alkohol
4. Menghindari suplemen
PENUTUP
A. KESIMPULAN AKHIR
Rudi 35 tahun di diagnosa menderita takiaritmia.
Littin, Scott C. M.D. 2008. Mayo Clinic Family Health Book. Jakarta: Instisari
Lontar.ui.ac.id/file=digital/122491-S09004fk...Literatur.pdf
Noer, Prof. dr. H.M. Sjaifoellah. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI edisi ketiga jilid 1.
FKUI. Jakarta. 1996.
EKG dan penanggulangan beberapa penyakit jantung untuk dokter umum oleh Dr Sjukri
Karim,Dr Peter Kabo dkk.
Thaler,Malcolm S.2012.Satu- satunya buku EKG yang anda perlukan,Edisi 5.Penerbit buku
Kedokteran EGC.Jakarta.
http://www.mayoclinic.com/health/heart-
arrhythmias/DS00290/DSECTION%3Dcomplications
www.medicalnewstoday.com/articles/8887.php&usg=ALkJrhhvcWj_3Ohy5U76k0coCIFpGt
N1GA
http://medicastore.com/penyakit/3026/Aritmia_Irama_Jantung_Abnormal.html
http://www.virtualmedicalcentre.com/diseases/arrhythmia/491
www.avvo.com/topics/2025-arrhythmia/sections/1021-prognosis