PRODI S1-KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang kepada dosen
mata kuliah ‘’Keperawatan HIV-AIDS’’. Sehingga makalah ini terselesaikan tepat
pada waktunya. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang lain atas segala bantuan dan dukungannya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk makalah ini. Akhir
kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Tujuan ........................................................................................................
Definisi ......................................................................................................
Etiologi ......................................................................................................
Patofisiologi ...............................................................................................
Pathway......................................................................................................
Komplikasi .................................................................................................
Klasifikasi ..................................................................................................
Penularan ...................................................................................................
Pencegahan ................................................................................................
Penatalaksanaan .........................................................................................
Kesimpulan ...............................................................................................
Saran ..........................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi HIV/AIDS (Human hnmunodeficiency virus/Acquired lmmune Deficiency
Syndrome) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa
homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Enam tahun kemudian (1989), AIDS
sudah merupakan penyakit yang mengancam kesehatan anak di Amerika. Di seluruh
dunia AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari 8,000 orang seriap hari saat ini,
yang berarti 1 orang setiap 10 detik. Karena itu infeksi HIV dianggap senagai
penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
Sejak dimulainya epidemi HIV AIDS telah mematikan lebih dari 25 juta orang;
lebih dari 14 iuta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya akibat AIDS.
Setiap tahun diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS; 500.000 diantaranya
adalah anak di bawah umur 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta
orang terutama di negara terbelakang dan berkembang; 700.000 diantaranya terjadi
pada anak-anak. Dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37.8 iuta orang
pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2.l juta anak-anak di bawah 15
tahun.
Pada tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak yang
dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV. Sampai tahun 2006, diprediksi 4.360 anak
terkena HIV dan separuh diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan 2.320
anak terinfeksi HIV.
Anak dan remaja yang didiagnosis HIV juga akan menyebabkan terjadinya trauma
emosi yang mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah berat
dalam perawatan anak, pemberian kasih saying, dan sebagainya sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan mental anak. Orang tua memerlukan waktu untuk
mengatasi masalah emosi, syok, kesedihan, penolakan, perasaan berdosa, cemas,
marah, dan berbagai perasaan lain. Dukungan nutrsi, pemberian ARV, psikososial,
dan perawatan paliatif membantu anak menghadapi HIV/AIDS.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Definisi
HIV adalah Virus imunodifisiensi manusia adalah dua spesies lenti virus penyebab
AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan tubuh,
sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi jika virus ini terus menyerang
tubuh lama kelamaan tubuh kita akan menjadi lemah.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau sindrom cacat kekebalan dapatan
merupakan epidemi mikroorganisme terpenting dari abad ke-20, yang untuk pertama
kalinya disinyalir di AS pada awal tahun 1980-an (Nursalam, 2008).
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human immunodeficiency virus).(Aziz Alimul
Hidayat,2006).
AIDS adalah infeksi yang oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan
memiliki antibodi positif terhadap HIV. ( Anwar Havis,2014 ).
B. Etiologi
HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang melekat dan memasuki
limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel
imunologik lain dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap (Betz
dan Sowden, 2002). Infeksi HIV disebabkan oleh masuknya virus yang bernama HIV
(Human Immunodeficiency Virus) ke dalam tubuh manusia (Pustekkom, 2005).
Resiko HIV utama pada anak-anak dan remaja yaitu:
a. Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
b. Pemakaian obat oleh ibunya
c. Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
d. Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi
e. Berbagi jarum suntik dan peralatan suntik lainnya dengan orang yang
terkontaminasi dengan HIV.
f. Pengguna NAPZA
g. Adanya kontak dengan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang yang
memiliki infeksi HIV pada luka terbuka yang Anda miliki.
C. Patofisiologis
Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan
sumber kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan
memasuki sel T4 , virus memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak dirinya
sehingga akhirnya menurun, sehingga menyebabkan tubuh mudah terserang
infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal ini
menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV / AIDS. Selain
menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain, organ
yang sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. AIDS diliputi oleh
selaput pembungkus yang sifatnya toksik ( racun ) terhadap sel, khususnya sel
otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat menyebabkan kematian
sel otak. Masa inkubasi dan virus ini berkisar antara 6 bulan sampai dengan 5
tahun, ada yang mencapai 11 tahun, tetapi yang terbanyak kurang dari 11 tahun.
D. Pathway
E. Manifwstasi klinis
Gejala mayor :
Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang maupun terus menerus
Penurunan berat badan lebih dan 10% dalam 3 bulan ( 2 dan 3 gejala utama ).
Gejala minor:
Batuk kronis selama 1 bulan
Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albican
Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang menetap
Munculnya herpes zosters berulang
Bercak – bercak dan gatal- gatal diseluruh tubuh
Stadium kllinis
Tanpa gejala (asimtomatis)
Limfadenopati generalisata persisten
Stadium Klinis 2 (Ringan)
Hepatosplenomegaly persisten tanpa alasani
Erupsi papular pruritis
Infeksi virus kutil yang luas
Moluskum kontagiosum yang luas
Infeksi jamur di kuku
Ulkus mulut yang berulang
Pembesaran parotid persisten tanpa alasan
Eritema lineal gingival (LGE)
Herpes zoster
Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang atau kronis (ototis media, otore,
sinusitis, atau tonsilitis)
Catatan:
A. ‘Tanpa alasan’ berarti keadaan tidak dapat diakibatkan oleh alasan lain.
B. Beberapa penyakit khusus yang juga dapat dimasukkan pada klasifikasi wilayah
(misalnya penisiliosis di Afrika.
F. Komplikasi
Tuberkulosis
MAC adalah kuman bakteri yang berhubungan dengan TB. Kuman MAC sering
berada pada makanan, air dan tanah. Hampir semua orang memiliki kuman MAC
pada tubuh mereka. Namun, jika sistem kekebalan tubuh Anda kuat, MAC tidak akan
memberikan masalah.MAC biasanya menyebabkan penyakit infeksi serius ketika
HIV/AIDS sudah mencapai angka CD4 di bawah 50. Infeksi dapat menjadi serius
seperti infeksi darah atau sepsis, hepatitis, dan pneumonia.
3. Pneumocystis Pneumonia
4. CMV (Cytomegalovirus)
CMV adalah virus yang umum dan berhubungan dengan virus herpes yang
memberikan penyakit herpes oral (pada mulut). Pada orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang baik, tidak masalah dengan virus ini. Hampir 8 dari 10 orang memiliki
virus ini pada tubuh mereka saat berusia 40 tahun.
Pada penderita HIV/AIDS, CMV dapat menyebabkan infeksi serius terutama jika
jumlah CD4 di bawah 100. Penderita dapat terinfeksi CMV melalui mata, hidung,
atau mulut setelah kontak dengan air liur, sperma, cairan vagina, darah, urine, dan air
susu ibu penderita. Penderita dapat mengalami infeksi mata serius yang disebut
retinitis dan berujung pada kebutaan.
Infeksi oportunistik adalah infeksi serius yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh
yang lemah, seperti pada penderita HIV. Sebaliknya, infeksi ini tidak menimbulkan
masalah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Biasanya infeksi
oportunistik baru menyerang penderita HIV ketika sudah menjadi HIV/AIDS atau sel
CD4 di bawah 200.
Hampir semua penyakit infeksi dapat menjadi infeksi oportunistik, seperti candidiasis,
Cryptococcus neoformans, Herpes simplex, Toxoplasmosis, dan lainnya. Pada wanita,
lebih sering terjadi infeksi bakteri pneumonia dan herpes dan dapat menimbulkan
kanker pada sistem reproduksi.
6. Lipodistrofi
Lipodistrofi atau redistribusi lemak adalah masalah pada tubuh dalam membuat,
menggunakan dan menyimpan lemak. Hampir sepertiga hingga setengah penderita
HIV mengalami lipodistrofi. Angka kejadian makin meningkat akibat penggunaan
obat HIV, yaitu ART (antiretroviral therapy). Lipodistrofi pada penderita HIV lebih
mungkin terjadi pada penderita HIV yang parah dan sudah lama.Pada pria, lebih
sering terjadi kehilangan lemak (lipoartrofi) terutama pada tangan dan kaki, wajah,
dan bokong. Pada wanita, lebih sering terjadi penumpukan lemak (lipohipertofi)
khususnya pada perut, dada, serta belakang leher dan bahu. Penderita juga dapat
mengalami pertumbuhan lemak (tumor jinak) seperti lipoma.
7. Demensia
Penyakit HIV juga sering berhubungan dengan penurunan fungsi mental dan keahlian
motorik, terutama jika virus sudah menyerang sistem saraf. Akibatnya, terjadi
kerusakan otak dan menyebabkan HIV-associated neurocognitive disorders (HAND).
Terdapat tiga kelas dari HAND, yakni:
8. Kanker
Sindrom wasting pada AIDS bukanlah suatu penyakit khusus. Sindrom wasting
terjadi pada penderita yang kehilangan bobot tubuhnya sebanyak 10%, terutama
massa otot. Penderita juga mengalami diare minimal selama 1 bulan, kelemahan yang
ekstrem, serta demam yang tidak berhubungan dengan infeksi.Sindrom ini membuat
penderita lebih mudah terkena infeksi oportunistik, demensia, dan bahkan kematian.
Bahkan kehilangan bobot tubuh hanya 5% sudah meningkatkan risiko sebanyak dua
kali lipat.Terdapat banyak komplikasi dari penyakit HIV/AIDS. Lakukan pengobatan
HIV secara teratur dan sesuai saran dokter, agar terhindar dari komplikasinya yang
berbahaya dan mematikan.
G. Klasifikasi
Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium
:
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika
antibodi terhadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV
kedalam tubuh hingga HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan (
window period )
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit
infeksi sekunder.
H. Penularan
I. Pencegahan
Pencegahan infeksi HIV primer pada semua golongan usia kemungkinan akan
memengaruhi epidemil global lebih dari terapi apa pun dimasa depan yang dapat
diketahui. Kesalahan konsepsi mengenai factor resiko untuk infeksi HIV adalah target
esensial untuk usaha mengurangi perilaku resiko, terutama diantara remaja. Untuk
dokter spesialis anak, kemampuan member konsultasi pada pasien dan keluarga
secara efektif mengenai praktik seksual dan penggunaan obat adalah aliran utama
usaha pencegahan ini. Bahkan pendidikan dan latihan tersedia dari The American
Medical Assosiation dan The American Academy of Pediatrics yang dapat membantu
dokter pediatric memperoleh kenyamanan dan kompetensi yang lebih besar pada
peran ini.
Pencegahan infeksi HIV pada bayi dan anak harus dimulai dengan tepat dengan
pencegahan infeksi pada perempuang hamil. Langkah kedua harus menekan pada uji
serologi HIV bagi semua perempuan hamil. Rekomendasi ini penting karena uji coba
pengobatan mutakhir menunjukkan bahwa protocol pengobatan bayi menggunakan
obat yang sama selama beberapa minggu secara signifikan mengurangi angka
transmisi dari ibu ke bayi.
Pemberian zidovudin terhadap wanita hamil yang terinfeksi HIV-1 mengurangi
penularan HIV-1 terhadap bayi secara dermatis. Penggunaan zidovudin (100 mg lima
kali/24 jam) pada wanita HIV-1 dalam 14 minggu kehamilan sampai kelahiran dan
persalinan dan selama 6 minggu pada neonatus (180 mg/m2 secara oral setiap jam)
mengurangi penularan pada 26% resipien palasebo sampai 8% pada resipien
zidovudin, suatu perbedaan yang sangat bermakna. Pelayanan kesehatan A.S. telah
menghasilkan pedoman untuk penggunaan zidovudin pada wanita hamil HIV-1
positif untuk mencegah penularan HIV-1 perinatal. Wanita yang HIV-1 positif, hamil
dengan masa kehamilan 14-34 minggu, mempunyai anak limfosid CD4 + 200/mm
atau lebih besar, dan sekarang tidak berada pada terapi atteretrovirus dianjurkan
menggunakan zidovudin. Zidovudin intravena (dosis beban 1 jam 2 mg/kg/jam diikuti
dengan infus terus menerus 1 mg/kg/jam sampai persalinan) dianjurkan selama proses
kelahiran. Pada semua keadaan dimana ibu mendapat zidovudin untuk mencegah
penularan HIV-1, bayi harus mendapat sirup zidovudin (2 mg/kg setiap 6 jam selama
usia 6 minggu pertama yang mulai dan8 jam sesudah lahir).
Jika ibu HIV-1 positif dan tidak mendapatkan zidovudin, zidovudin harus dimulai
pada bayi baru lahir sesegera mungkin sesudah lahir, tidak ada bukti yang mendukung
kemajuan obat dalam mencegah infeksi HIV-1 bayi baru lahir sesudah 24 jam. Ibu
dan anak diobati dengan zidovudin harus diamati dengan ketak untuk kejadian-
kejadian yang merugikan dan didaftar pada PPP untuk menilai kemungkinan kejadian
yang merugikan jangka lama. Saat ini, hanya anemia ringan reversible yang telah
ditemukan pada bayi. Untuk melaksanakan pendekatan ini secara penuh, semua
wanita harus mendapatkan prenatal yang tepat, dan wanita hamil harus diuji untuk
positivitas HIV-1.
Penularan seksual. Pencegahan penularan seksual mencakup penghindaran
pertukaran cairan-cairan tubuh. Kondom merupakan bagian integral program yang
mengurangi penyakit yang ditularkan secara seksual. Seks tanpa perlindungan dengan
mitra yang lebih tua atau dengan banyak mitra adalah biasa pada remaja yang
terinfeksi HIV-1.
J. Pemeriksaan penunjang
Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes
ini meliputi tes Elisa, latex agglutination dan western blot. Penilaian Elisa dan latex
agglutination dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila
dikatakan positif HIV harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain adalah
dengan cara menguji antigen HIV, yaitu tes antigen P 24 (polymerase chain reaction)
atau PCR. Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya
digunakan pada bayi lahir dengan ibu HIV.
a. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
Western blot (positif)
P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi
enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)
b. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi
terhadap antigen)
Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit).
Kadar immunoglobulin (meningkat).
K. Penatalaksanaan medis
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti,
nosokomial, atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azitomidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik
transcriptase.
3. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi virus atau
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah:
didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang
sehat, hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi
kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.
Asuhan Keperawatan
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang yang
terinfeksi HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian pada riwayat
penyakit keluarga dapat dimungkinkan :
Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat
Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )
Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari
kehamilan
Adanya penularan pada proses melahirkan
Terjadinya kontak darah dan bayi.
Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Mata
Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina
Retinitis sitomegalovirus
Khoroiditis toksoplasma
Perivaskulitis pada retina
Infeksi pada tepi kelopak mata.
Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal / multiple
2. Pemeriksaan Mulut
Adanya stomatitis gangrenosa
Peridontitis
Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi
biru dan sering pada platum (Bates Barbara 1998 )
3. Pemeriksaan Telinga
Adanya otitis media
Adanya nyeri
Kehilangan pendengaran
4. Sistem pernafasan
Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
Sesak nafas
Tachipnea
Hipoksia
Nyeri dada
Nafas pendek waktu istirahat
Gagal nafas
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Ketidakseimbangan nutrisi : Status nutrisi 1004 Tentukan status gizi pasien dan
kurang dari kebutuhan kemampuan pasien untuk
tubuh b/d Faktor biologis Setelah dilakukan tindakan memenuhi kebutuhan gizi
keperawatan Lakukan atau bantu pasien terkait
selama...ketidakseimbangan dengan perawatan mulut sebelum
nutrisi : kurang dari kebutuhan makan
tubuh teratasi dengan : Berikan pilihan makanan sambil
- Asupan gizi dipertahankan menawarkan bimbingan terhadap
pada skala 2 dan di tingkatkan pilihan makanan yang lebih sehat
pada skala 4 Tentukan jumlah kalori dan tipe
- Asupan makanan di nutrisi yang diperlukan untuk
pertahankan pada skala 2 dan memenuhi kebutuhan nutrisi
ditingkatkan pada skala 4 dengan berkolaborasi dengan ahli
Asupan cairan di pertahankan gizi
pada skala 2 dan ditingkatkan Ajarkan pasien dan keluarga
pada skala 4 mengenai diet yang dianjurkan
Monitor intake makanan/cairan
Ket : dan hitung masukan kalori
1=Sangat menyimpang dari perhari,sesuai kebutuhan
rentang normal Pilih suplemen nutrisi sesua
2=Banyak menyimpang dari kebutuhan
rentang normal
3=Cukup menyimpang dari
rentang normal
4=Sedikit menyimpang dari
rentang normal
5=Tidak menyimpang dari
rentang normal
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini dapat berguna bagi seluruh para pembaca
yang ingin belajar mengenai perawatan HIV/AIDS pada anak dan bias
mengaplikasikannya pada orang yang membutuhkan. Segala kritik dan saran penulis
sangat mengharapkan hal itu.
DAFTAR PUSTAKA