Anda di halaman 1dari 18

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

SAYEMBARA PERANCANGAN KAWASAN


STASIUN JEBRES – PASAR LEDOK SARI
KOTA SURAKARTA

TAHUN ANGGARAN 2012

Dinas Tata Ruang Kota Surakarta


Jl. Jenderal Sudirman Nomor 2 Surakarta 571111
Telp. / Fax. (027165277), email : bapeda_solo@yahoo.co.id

0
Latar Belakang

Sejarah perkembangan Kota Surakarta diawali dari perpindahan Keraton Kartasura


ke Desa Sala pada Tahun 1745. Sejak itu Desa Sala Berubah menjadi Surakarta
Hadiningrat. Keraton Surakarta dalam bahasa Jawa disebut Karaton Surakarta
Hadiningrat adalah Istana Kasunanan Surakarta. Keraton ini didirikan oleh
Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti
Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743. Istana
terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di
tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala. Setelah resmi istana Kerajaan Mataram
selesai dibangun, nama desa itu diubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Sebagai
kota yang sudah berusia lebih dari 265 tahun, Surakarta memiliki banyak kawasan
dengan situs bangunan tua bersejarah. Selain bangunan tua yang terpencar dan
berserakan di berbagai lokasi, ada juga yang terkumpul di sekian lokasi sehingga
membentuk beberapa kawasan kota tua, dengan latar belakang sosialnya masing-
masing.
Keraton Kasunanan Surakarta tentu saja adalah elemen paling pokok dalam konsep
penataan kota Surajarta. Surakarta merupakan salah satu kota pertama di Indonesia
yang dibangun dengan konsep tata kota modern. Dalam konteks era kolonial,
Belanda mempunyai peranan yang sangat kuat dalam membentuk tipologi kota. Hal
tersebut ditandai dengan ikut campurnya pemerintahan kolonial belanda dalam
merias kota sejak era kerajaan Kartasura. Urusan keamanan, perniagaan,
permukiman, sarana dan prasarana kota, tata kota dan kebijakan (stelsel) telah
menjadi perhatian Pemerintah Hindia Belanda.

Salah satu sarana dan prasarana yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda
adalah Jalur Kereta Api. Pada pertengahan abad ke-19, jalur kereta api (KA)
merupakan kebutuhan mendesak karena kebutuhan pengangkutan hasil
perkebunan sudah tidak dapat dipenuhi lagi oleh transportasi lewat jalan-jalan pos
(Groote Postweg). Stasiun-stasiun KA di Kota Solo mulai dibangun setelah
Perjanjian Giyanti 1755 yang memisahkan wilayah Kasunanan Surakarta dan
Kasultanan Yogyakarta. Stasiun pertama yang dibangun adalah Stasiun Solo
Balapan. Stasiun Solo Balapan dibangun 1873 pada masa Mangkunagoro IV.
Stasiun Solo Balapan adalah stasiun Nederlandsch Indische Spoorweg
Maatschappij (NISM) terbesar kedua setelah Stasiun Tawang Semarang. Stasiun
Purwosari dibangun pada 1875. Bangunan Stasiun Purwosari melayani rute Solo-
Boyolali dan Solo-Wonogiri. Kedua stasiun ini berada di wilayah Kadipaten
Mangkunegaran. Sedangkan Stasiun Solo Jebres dibangun 1884 oleh Pemerintah
Kasunanan Surakarta. Stasiun Solo Jebres merupakan stasiun Staatspoorwegen
(SS) terbesar di wilayah Jateng. Sedangkan Stasiun Solo Kota (Sangkrah)
merupakan stasiun NISM di wilayah Kasunanan Surakarta yang dibangun tahun
1912 yang melayani jalur Solo-Wonogiri dan rute dalam kota yang menghubungkan
stasiun Solo Kota dengan Stasiun Solo Jebres.

Di antara stasiun-stasiun tua di Surakarta, stasiun jebres (kasunanan) lebih


menonjol gaya arsitekturnya. Arsitektur bangunan stasiun Jebres bergaya Indische
Empire dengan fasad yang kaya akan detail dan banyak dipengaruhi aliran Neo-
Klasik. Bangunannya berbentuk simetris dengan dua jendela berbentuk melengkung
pada bagian tengahnya (mirip dengan jendela gedung BI Solo). Interiornya juga tak

1
kalah indah. Terdapat pilar-pilar bergaya Corynthian Yunani yang merupakan ciri
khas gaya Neo-Klasik. Selain itu, terdapat jeruji besi pada jendelanya yang bergaya
Art Noveau.

Stasiun Solo Jebres ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh pemerintah
Kota Surakarta karena memiliki nilai arsitektural, sejarah dan budaya yang
menggambarkan masa pembangunannya. Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan -
PT Kereta Api Indonesia (persero) merevitalisasi bangunan tersebut agar mampu
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan ideologis, akademis dan ekonomis.

Benda cagar budaya memiliki sifat-sifat jumlah terbatas, tidak dapat diperbarui,
mudah rusak, dan kontekstual (berhubungan dengan kedudukannya). Sifat
peninggalan budaya yang demikian ini kurang menguntungkan bagi keberadaannya.
Untuk itu, agar benda peninggalan tersebut dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu
yang panjang dan dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang, upaya
pelestarian dan pemanfaatan bangunan Stasiun Solo Jebres perlu dilakukan secara
berkesinambungan. Perkembangan pasar ledoksari yang saat ini, dirasakan sangat
menggangu keberadaan stasiun jebres sebagai benda cagar budaya yang
mempunyai nilai mengagumkan. Untuk itu penataan kawasan Stasiun Jebres –
Pasar Ledok Sari harus segera dilakukan, sehingga diharapkan sosok stasiun jebres
yang anggun dan kedepannya diharapkan mempunyai fungsi yang lebih tinggi untuk
melayani jalur transportasi dapat diwujudkan.

Maksud dan Tujuan

Maksud Sayembara penataan kawasan Stasiun Jebres – Pasar Ledoksari adalah


menjaring rancangan design dari berbagai lapisan/elemen masyarakat sehingga
dapat ditemu-kenali desain Kawasan Stasiun Jebres – Pasar Ledok Sari yang dapat
mengartikulasikan sosok Stasiun Jebres sebagai salah satu karya peninggalan
sejarah Kota Surakarta dari sisi fisik bangunan dan meningkatkan nilai tambah
Kawasan Stasiun Jebres yang membawa manfaat yang seluas-luasnya bagi
masyarakat dan perkembangan Kota Surakarta.
Sedangkan tujuannya adalah mewujudkan eksistensi Kawasan Stasiun Jebres yang
mempunyai nilai ideologis, akademis dan ekonomis . Manfaat secara ideologis
antara lain untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa, memperkuat kepribadian
bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional, memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa, serta mampu menjadi penggerak bagi terwujudnya cita-cita
Solo past as Solo future. Secara akademis, peninggalan budaya seperti Stasiun
Solo Jebres merupakan objek kajian yang dapat dimanfaatkan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan antara lain sejarah, arkeologi, arsitektur, geografi, geologi dan lainnya.
Secara ekonomis, benda cagar budaya dapat dimanfaatkan sebagai objek dan daya
tarik wisata karena keindahan, keunikan dan keragamannya, sehingga agar
memperoleh nilai ekonomi bagi yang memiliki atau mengelola peninggalan tersebut.

2
Lingkup Pekerjaan

1. Batasan atau deliniasi wilayah perancangan adalah sepanjang koridor jalan


dan Kawasan Stasiun Jebres – Pasar Ledoksari, dengan batas-batas
sebagaimana tergambar dalam peta di bawah ini.

Kawasan Stasiun
Jebres – Pasar Ledok
Sari
Koridor Jalan Kawasan
Stasiun Jebres – Pasar
Ledoksari

2. Menyusun proposal desain penataan kawasan Stasiun Jebres – Pasar


Ledoksari yang berupa pendalaman konsepsi perancangan yang siap dibangun
terdiri dari penataan kawasan Stasiun Jebres – Pasar Ledoksari, penataan jalur
jalan yang melingkupi kawasan Stasiun Jebres – Pasar Ledoksari termasuk
penataan utilitas, street furniture dan vegetasi

3. Khusus untuk pemenang akan ditunjuk sebagai konsultan perancang desain


Koridor Jalan Jenderal Sudirman – Jalan RE Martadinata dengan melanjutkan
hasil karya tahap prarancangan sampai dengan dokumen pelaksanaan dan
pengadaan (Detail Engineering Design), yang selanjutnya akan dituangkan
secara rinci dalam surat perjanjian.

Kriteria Perancangan

Tema Perancangan adalah Perancangan Kawasan Stasiun Jebres yang


mempunyai nilai ideologis, akademis dan ekonomis

3
Dengan gagasan perancangan meliputi :

1. Keserasian keseimbangan lingkungan dalam kaitannya dengan perubahan iklim


dan pemanasan global
2. Penerapan konsep konservasi energi dengan memanfaatkan energi yang
terbaharukan (solar panel) dan daur ulang
3. Penghargaan terhadap pusaka budaya (cultural heritage) dan kearifan lokal
4. Keterpaduan tata guna lahan, jaringan transportasi dan infrastruktur
5. Memberi nilai tambah untuk menunjang fungsi pariwisata budaya dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
6. Konsep perencanaan tanpa pagar

Data-Data Obyek

Berikut data-data obyek di lapangan :

Kawasan Perancangan

4
Kawasan Perancangan

4 3

7
5

1. TERMINAL PETI KEMAS

5
Terminal Peti Kemas termasuk dalam area Stasiun Jebres, dan saat ini untuk
sementara tidak di fungsikan oleh PT KAI.

2. STASIUN POMPA BENSIN

Stasiun Pompa Bensin tepat berada di ujung jalan akses utama menuju Stasiun
Jebres

3. JALAN AKSES UTAMA MENUJU STASIUN JEBRES (JL. PROF.YOHANES)

6
4. PASAR LEDOKSARI

Pasar Ledoksari berlokasi disepanjang jalan Prof.Yohanes. Luas Pasar


Ledoksari adalah 494 M2, dengan jumlah pedagang kios 20 orang, los 42
orang, oprokan 35 orang. Pedagang oprokan berjualan barang-barang klitikan,
buku dan makanan. Sedangkan pedagang kios yaitu Sami Sport, Oli, Toko Besi
dan Apotik.

5. Stasiun Jebres / Stasiun Kasunanan

Stasiun Jebres / Kasunanan


Tahun 1930

Stasiun Jebres / Kasunanan


Saat ini

7
Arsitektur bangunan Stasiun Solo Jebres bergaya Indische Empire dengan fasad
yang kaya dengan detail yang banyak dipengaruhi langgam Neoklasik. Bangunan
berbentuk simetris dengan penekanan pada bagian pintu masuk utama dengan
peninggian atap serta pengolahan fasad yang berbeda. Pada bagian tengah yang
menjadi perhatian utama ini, karakter bangunan dibentuk oleh fasad segitiga dari
sofi-sofi atap pelana yang dihias cornice dibawahnya, dua buah lunette atau jendela
atas serta dua pintu yang semua berbentuk lengkung. Komposisi simetris dari
elemen-elemen tersebut menciptakan kesan megah, ditambah detail jalusi pada
pintu yang bernuansa Art Nouveau serta penempatan garis-garis list pada dinding.
Terdapat penambahan kanopi sebagai penanda entrance berbahan baja.
Lengkungan pada setiap bukaan yang diperkuat dengan moulding berprofil yang
berbentuk busur dengan warna merah bata yang kontras dengan warna dinding

8
merah muda. Lubang udara diatas pintu atau jendela untuk penghawaan alami
diperindah dengan tralis besi dengan pola Art Nouveau atau deretan papan
bernuansa tradisional. Pengulangan bentuk lengkung dengan jarak yang sama
memperkuat faktor irama pada komposisi secara keseluruhan ditambah kesatuan
warna yang digunakan menciptakan keharmonisan. Pada bagian dalam bangunan,
kekayaan komposisi elemen bangunan masih terlihat dengan pengolahan yang
sama, meskipun hanya pintu utama yang berbentuk lengkung sedangkan pintu
lainnya diakhiri dengan moulding berbentuk cornice.

6. PASAR JEBRES

Pasar Jebres merupakan bagian dari pasar ledoksari bersama-sama dengan


pasar Rejosari. Seperti Pasar tradisional pada umumnya, kondisi Pasar Jebres
lumayan kumuh dan kurang tertata, pemandangan yang sangat kontradiktif
dengan kemegahan dan keanggunan bangunan stasiun Jebres yang tepat
berada didepannya. Luas Pasar Jebres adalah 2.484 M2, jumlah Pedagang
327 orang yang terdiri dari 17 pedagang kios, 120 pedagang los dan 190
pedagang oprokan.

9
7 & 8 JALAN DI DEPAN STASIUN JEBRES YANG MENGHUBUNGKAN
STASIUN DENGAN PASAR JEBRES, PASAR REJOSARI DAN JALAN
PROTOKOL URIP SUMOHARJO

Kondisi Jalan yang kurang tertata sehingga terkesan kumuh, tidak teratur dan
menimbulkan masalah transportasi.

10
9. PASAR REJOSARI

Pasar Rejosari merupakan bagian dari pasar ledok sari (nama kawasannya
dulu bernama dok sari). Pasar Rejosari merupakan pasar hasil bumi dan
mempunyai fungsi yang sama dengan pasar Jebres. Pasar Rejosari
merupakan satu rangkaian pasar dengan Pasar Jebres. Luas Pasar Rejosari
adalah 2.447 M2, dengan jumlah pedagang kios 24 orang, los 129 orang,
oprokan 250 orang.

11
Tahapan Sayembara dan Format Penyajian

Sayembara diselenggarakan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Peserta menyerahkan hasil karya perancangan meliputi :


a. Falsafah/konsep/ide/gagasan secara tertulis mengenai desain penataan
Kawasan Stasiun Jebres – Pasar Ledoksari dengan format :
 Kertas A4, font 12, spasi 1,5
 Jumlah maksimum 10 lembar dan dijilid
 Pada lembar isi dan kulit tidak diperkenankan untuk memberikan
identitas, kecuali nomor kepesertaan yang akan diberikan oleh panitia

b. Gambar-gambar perancangan meliputi :


 Site Plan skala 1 : 500
 Penampang melintang jalan skala 1 : 100
 Penampang membujur jalan skala 1 : 100 dengan sistem tiap section yang
dianggap penting
 Gambar-gambar detail untuk utilitas di Kawasan Stasiun Jebres – Pasar
Ledoksari seperti penataan bangunan, street furniture, street lighting,
jalur pejalan kaki / non motorized, sistem persampahan, drainase,
rencana vegetasi dan lain-lain yang dianggap perlu
 Gambar-gambar penjelas lainnya, skala menyesuaikan
 Sketsa suasana (perspektif) berwarna
 Dengan format :
 Kertas A2 susunan horizontal (landscape)
 Jumlah Maksimum 5 Lembar
 Identitas peserta hanya nomor registrasi yang akan diberikan oleh
panitia dan halaman dengan ukuran maksimum 10 X 5 cm pada
sudut kanan atas gambar
c. Visualisasi Rancangan 3 Dimensi Hasil Karya disertakan dalam bentuk soft
copy yang direkam melalui media CD/DVD

2. Format penamaan file gambar dan tertulis adalah sebagai berikut : inisial nama
peserta (huruf inisial) - nomor urut pendaftaran – nomor lembar/file.
Contoh : AR – 01 – 01: ( AR; inisial nama peserta ABC maksimum 3 digit, 01;
nomor urut pendaftaran, 01;nomor lembar )

3. Seluruh hasil karya tertulis dan gambar juga disertakan dalam bentuk soft copy
yang direkam melalui media CD dengan format pdf dan jpg.
4. Setelah melalui proses penjurian, akan ditentukan 5 (lima) peringkat terbaik
dengan hadiah sebagai berikut:
Peringkat I : Rp. 50.000.000,-
Peringkat II : Rp. 40.000.000,-
Peringkat III : Rp. 30.000.000,-

12
Nilai hadiah tersebut sudah termasuk pajak yang harus dibayarkan oleh peserta

Kriteria Penilaian

Kriteria penilaian hasil karya adalah:


 Mengolah kawasan Pasar Ledoksar dan kawasan kargo kereta api sehingga
mempunyai sinergi positif dengan Stasiun Jebres
 Rancangan koridor harus memenangkan pejalan kaki dan pengendara sepeda
serta becak, namun tetap memberikan kelancaran bagi pengendara kendaraan
bermotor secara tidak berlebihan.
 Rancangan koridor harus memberi nilai tambah bagi keberadaan bangunan di
sepanjang koridor tersebut. Termasuk di dalamnya usulan urban infill pada
kaveling-kaveling potensial yang akan menambah kegiatan-kegiatan baru
(terutama pada street level) yang menarik dan mendorong kehidupan 24 jam.
 Bahan-bahan hardscape harus menggunakan bahan lokal yang memiliki ciri
khas.
 Elemen softscape harus dipilih yang mudah pemeliharaannya, tidak boros air dan
dapat mencerminkan karakter Surakarta.
 Harus direncanakan sistem perparkiran yang baik, agar semakin banyak pejalan
kaki mengunjungi koridor hasil penataan.
 Perencanaan koridor harus mengakomodasi kebutuhan akan keteduhan dan
perlindungan dari hujan bagi pengguna kawasan saat panas dan hujan.
 Rancangan harus secara inovatif dapat mengatur keberadaan pedagang kaki
lima agar menjadi nilai tambah, bersih, indah dan teratur.

Tata cara Penilaian

1. Hasil karya peserta akan diberikan skor 0 – 100 dan ditandatangani oleh
masing – masing juri berdasarkan aspek-aspek dengan pembobotan nilai
sebagai berikut :
 Konsep Perancangan : 40 %
 Perencanaan dan Desain : 30 %
 Penyajian : 30 %

2. Nilai dari masing-masing aspek selanjutnya akan di total untuk selanjutnya


dicari skor total peserta, penilaian masing-masing juri dilakukan sebagaima
form berikut ini.

Contoh Form Penilaian:


PERENCANAAN
NO KONSEP PENYAJIAN SKOR TOTAL
NO dan DESAIN
PESERTA (40%) (30%) (Cx40%)+(Dx30%)+(Ex30%)
(30%)
A B C D E F

13
1
2
3
.....
Dst...

3. Skor total peserta yang diberikan oleh masing-masing juri untuk selanjutnya
akan direkap menjadi satu kesatuan dan ditandatangani oleh keseluruhan
Dewan Juri untuk menentukan peringkat peserta, 3 peringkat terbaik akan
dinyatakan sebagai juara I – III berdasarkan besar nilai rata-rata,
sebagaimana form berikut ini

Contoh Form Rekap


NO JURI SKOR RATA
PERING
NO PESER TOTA -
KAT
TA I II III IV V L RATA
1
2
3
...
Dst.
..

4. Jika skor total hasil peserta lomba tidak memenuhi passing grade atau kriteria
juri maka Dewan Juri berhak untuk tidak menunjuk pemenang.

Persyaratan Peserta

1. Peserta merupakan arsitek profesional minimal bersertifikat SKA Pratama


2. Bagi peserta kelompok, penanggung jawab team/kelompok harus arsitek
profesional minimal bersertifikat SKA Pratama
3. Calon peserta yang mempunyai afiliasi dengan tim juri, panitia, tim perumus
KAK, baik secara pribadi maupun profesional tidak dapat mengikuti sayembara
ini.

Pendaftaran dan Penjelasan Sayembara

1. Pengumuman tanggal Senin, 29 Oktober s/d Jum’at, 2 November 2012

2. Pendaftaran di buka tanggal Senin, 29 Oktober s/d Jum’at, 2 November 2012

3. Tempat pendaftaran di Dinas Tata Ruang Kota Surakarta Jalan Jend. Sudirman
No. 02 Komplek Balaikota Surakarta atau memalui email:
sayembara_panitiadtrk@yahoo.com Untuk Keterangan lebih lanjut dapat

14
menghubungi Dinas Tata Ruang Kota Surakarta melalui Telp. (0271) 644320 atau
Kontak person pendaftaran: Iswan Fitradias P, ST (0817 290 260), Nunuk Dwi
Maryati (081 326 093 033), Ade Kusumawardhani (085 733 081 296).
4. Peserta sayembara wajib menyertakan fotocopy sertifikat SKA pada waktu
mendaftar.

5. Setelah mendaftar peserta sayembara akan di beri nomor registrasi sebagai


nomor kepesertaan.

6. Penjelasan sayembara (aanwijzing) dilaksanakan pada :


Hari / Tanggal : Senin/ 5 November 2012
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Dinas Tata Ruang Kota Surakarta
Komplek Balaikota Surakarta
Jl. Jenderal Sudirman No. 2 Surakarta

7. Pada acara penjelasan sayembara (aanwijzing) peserta diberi kesempatan tanya


jawab dan melihat lokasi perancangan. Acara ini tidak menjadi persyaratan
kepesertaan sayembara, hanya bagi peserta yang berminat dan memerlukan
informasi lebih lanjut. Hasil penjelasan sayembara (aanwijzing) akan dibuat
Berita Acara yang kemudian merupakan bagian tidak terpisahkan dengan KAK.
Berita Acara tersebut akan dikirimkan kepada seluruh peserta melalui website :
www.surakarta.go.id dan atau email sayembara_panitiadtrk@yahoo.com Untuk
kelancaran penyelenggaraan acara penjelasan sayembara diharap peserta yang
berminat mengikuti melakukan konfirmasi paling lambat pada hari Jum’at tanggal
2 November 2012. Kontak person konfirmasi kehadiran acara aanwijzing : DTRK
Kota Surakarta (0271-644320), Iswan Fitradias P (0817 290 260), Nunuk Dwi
Maryati (081 326 093 033), Ade Kusumawardhani (085733081296).
Biaya kedatangan peserta menjadi tanggung jawab masing-masing peserta.

Format dan Pemasukan Karya Perancangan

Untuk menjaga obyektivitas dalam proses penilaian, pemasukkan materi karya


perancangan dan identitas menggunakan media yang berbeda, yaitu :
 Untuk materi karya perancangan dalam bentuk gambar-gambar, dimasukkan
kedalam tabung dengan cara digulung.
 Untuk materi karya dalam bentuk tulisan, identitas peserta dan CD-rekaman
karya perancangan dimasukkan kedalam amplop coklat ukuran A4
 Pada masing-masing media bagian luar hanya tertulis nomor kepesertaan

Karya Perancangan dikirimkan Kepada Panitia Sayembara Penataan Kawasan


Stasiun Jebres – Pasar Ledoksari dengan alamat : Dinas Tata Ruang Kota
Surakarta, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 2 Surakarta 57111, paling lambat
tanggal Rabu, 5 Desember jam 15.00 WIB

15
Juri Sayembara

Tim Juri pada Sayembara Penataan Kawasan Stasiun Jebres – Pasar Ledoksari
adalah :
1. Ir. Bambang Eryudhawan, IAI, arsitek perancang kota
2. Ir. Arya Arbieta, IAI, arsitek konservasi
3. Ir. Indro Sulistyanto, MT, IAI
4. Dr. Drajat Tri Kartono

Jadwal Sayembara

Pengumuman : Senin, 29 Oktober 2012 s/d


Jum’at, 2 November 2012
Pendaftaran : Senin, 29 Oktober 2012 s/d
Jum’at, 2 November 2012
Penjelasan Sayembara (aanwijzing) : Senin, 5 November 2012
Batas Akhir Pemasukkan Karya Perancangan : Rabu, 5 Desember 2012
Penilaian /Penjurian : Kamis, 6 Desember 2012 s/d
Jum’at, 7 Desember 2012
Pengumuman Pemenang : Senin, 10 Desember 2012

Hak Penyelenggara Sayembara

Hasil karya Sayembara menjadi hak sepenuhnya Penyelenggara Sayembara.

Sayembara Gagal

Sayembara Penataan Kawasan Stasiun Jebres – Pasar Ledoksari dinyatakan gagal


apabila:

1) Jumlah peserta sayembara yang mendaftar kurang dari 7 (tujuh), maka akan
dilakukan pengumuman ulang untuk mencari peserta baru selain peserta yang
sudah terdaftar. Jika pengumuman ulang jumlah peserta belum mencukupi
maka proses sayembara bisa dilanjutkan.

16
2) Jumlah peserta yang memasukkan karya perancangan kurang dari 5 (lima)

17

Anda mungkin juga menyukai