Anda di halaman 1dari 13

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2 Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif

Pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan, yakni :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi secara benar.


7

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang

lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Konsep Sikap

2.2.1 Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak
8

dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2007).

Sunaryo (2004) mengemukakan sikap merupakan kecenderungan

bertindak dari individu, berupa respons tertutup terhadap stimulus

ataupun objek tertentu.

2.2.2 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri atas empat tingkatan,

yakni:

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Terlepas dari benar atau salah, hal ini berarti individu

menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Pada tingkat ini, individu mengajak orang untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Merupakan sikap yang paling tinggi, bahwa dengan segala risiko

bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih.

2.2.3 Ciri-ciri Sikap

Menurut beberapa ahli dalam Maulana (2009), sikap memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui

pengalaman, latihan sepanjang perkembangan individu.


9

2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat

untuk itu sehingga dapat dipelajari.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek

sikap.

4. Sikap dapat tertuju pada satu atau banyak objek.

5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga

membedakan dengan pengetahuan.

2.3. Konsep Pasien

2.3.1 Pengertian Pasien

Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan

medis. Seringkali, pasien menderita penyakit atau cedera dan

memerlukan bantuan dokter untuk memulihkannya (Anonim, 2011).

2.3.2 Kewajiban Pasien

Kewajiban pasien adalah seperangkat tujuan seseorang untuk

melakukan sesuatu yang memang harus dilakukan, agar dapat

diperhatikan sesuai dengan haknya.

Kewajiban pasien adalah:

1. Pasien dan keluarganya wajib menaati peraturan dan tata tertib

yang ada di institusi kesehatan dan keperawatan yang

memberikan peraturan kepadanya.

2. Pasien diwajibkan untuk mematuhi segala kebijakan yang ada,

baik dari dokter ataupun perawat yang memberikan asuhan.

3. Pasien dan keluarganya wajib untuk memberikan info yang

lengkap dan jujur tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter

atau perawat yang merawatnya.


10

4. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk menyelesaikan biaya

perawatan dan pembiayaan yang diperlukan selama

perawatannya.

5. Pasien dan keluarganya wajib untuk memenuhi segala sesuatu

yang diperlukan sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang

telah disetujui sebelumnya.

2.3.3 Hak-hak Pasien

Pernyataan hak-hak pasien (Patient’s Bill of Rights) The American

Hospital Association 1973:

1) Pasien berhak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan

kesehatan atas keperawatan yang akan diterimanya.

2) Pasien berhak memperoleh info lengkap dari dokter yang

memeriksanya berkaitan dengan diagnosis, pengobatan dan

prognosis dalam arti pasien layak untuk mengarti masalah yang

dihadapinya.

3) Pasien berhak untuk menerima info penting dan memberikan

sesuatu persetujuan tentang dimulainya suatu prosedur

pengobatan, serta resiko penting yang kemungkinan akan

dialaminya kecuali dalam situasi darurat.

4) Pasien berhak menolak diri sejauh diizinkan oleh hak yang

diinfokan tentang konsekuensi tindakan yang akan diterimanya

(Yasrin, 2011).

2.4. Konsep Kepatuhan

2.4.1 Pengertian

Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan

kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Sarafino

(1990) dikutip oleh (Slamet B, 2007), mendefinisikan kepatuhan


11

(ketaatan) sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan

dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain. Kepatuhan

juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif penderita dalam

mencapai tujuan terapi (Suparyanto, 2010).

2.4.2 Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan

Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut

Suddart dan Brunner (2002) adalah: (1) Variabel demografi seperti

usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosial ekonomi dan

pendidikan; (2) Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan

hilangnya gejala akibat terapi; (3) Variabel program terapeutik seperti

kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan;

(4) Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga

kesehatan, penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit,

keyakinan agama atau budaya dan lainnya yang termasuk dalam

mengikuti regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bart Smet

dalam psikologi kesehatan.

2.5. Konsep Teori Malaria

2.5.1 Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit

(protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui

gigitan nyamuk anopheles. Istilah malaria diambil dari dua kata

bahasa Italia, yaitu mal (=buruk) dan area (=udara) atau udara buruk

karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang

mengeluarkan bau busuk (Prabowo, 2004).

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit

Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

manusia. Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk Anopheles betina.


12

Penyakit ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

(Depkes RI, 2007).

Ada empat spesies parasit malaria yang menginfeksi manusia,

yaitu (Sutisna, 2004):

a. Plasmodium falciparum, spesies ini menyebabkan penyakit malaria

subtertiana, malaria “estivoatumnal”, atau malaria falciparum; yang

sering menjadi malaria yang berat/malaria serebralis dengan angka

kematian yang tinggi.

b. Plasmodium vivax, menyebabkan malaria tertian benigna, disebut

juga malaria vivax atau “tertian ague”. Spesies ini memiliki

kecenderungan menginfeksi sel-sel darah merah yang muda

(retikulosit).

c. Plasmodium malariae, spesies ini adalah penyebab malaria

kuartana (tidak lazim disebut malaria malariae), yang ditandai

dengan serangan panas yang berulang setiap 72 jam. Diduga

mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel-sel darah merah

yang tua.

d. Plasmodium ovale, spesies yang paling jarang dijumpai ini juga

menyebabkan malaria tertian benigna atau lebih tepat disebut

malaria ovale. Predileksinya terhadap sel-sel darah merah mirip

dengan Plasmodium vivax (menginfeksi sel darah muda).

2.5.2 Faktor Penyebab

Kemampuan bertahannya penyakit malaria di suatu daerah

ditentukan oleh berbagai faktor berikut ini.

1. Parasit malaria

Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria yang dibawa

oleh nyamuk anopheles betina.


13

2. Nyamuk Anopheles

Ciri nyamuk Anopheles yang paling menonjol yang bisa dilihat

dengan mata telanjang adalah posisi waktu menggigit

menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar

rumah, sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding

dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja, tempat tidur

atau di belakang lemari (Anonim, 2007).

3. Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria

Secara alami, penduduk di suatu daerah endemis malaria ada

yang mudah dan ada yang sukar terinfeksi malaria, meskipun

gejala klinisnya ringan.

4. Lingkungan

Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya

malaria di suatu daerah.

5. Iklim

Biasanya, penularan malaria lebih tinggi pada musim hujan

dibandingkan kemarau (Prabowo, 2004).

2.5.3 Penyebaran dan Penularan

Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara, yaitu alamiah dan

nonalamiah. Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk

anopheles yang mengandung parasit malaria dan nonalamiah jika

bukan melalui gigitan nyamuk anopheles.

2.5.4 Gejala-gejala

1. Demam

Biasanya, sebelum timbul demam, penderita malaria akan mengeluh

lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan,

rasa tidak enak pada perut, diare ringan, dan kadang-kadang merasa
14

dingin di punggung. Berikut dipaparkan stadium demam yang khas

pada malaria:

a) Stadium menggigil

b) Stadium puncak demam

c) Stadium berkeringat

2. Pembesaran limpa

Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau

menahun. Limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel-sel

darah merah yang mengandung parasit malaria.

3. Anemia

Gejala anemia berupa badan yang terasa lemas, pusing, pucat,

penglihatan kabur, jantung berdebar-debar, dan kurang nafsu makan.

Diagnosis anemia ditentukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin

dalam darah (Prabowo, 2004).

2.5.5 Pencegahan

Pencegahan malaria secara umum meliputi tiga hal, yaitu edukasi,

kemoprofilaksis, dan upaya menghindari gigitan nyamuk. Edukasi

adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan

kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah

endemis. Sebagian besar kasus malaria impor terjadi karena pasien

tidak mendapat informasi yang akurat dan lengkap tentang malaria

sehingga tidak tahu atau tidak menyadari akan resiko terkena malaria

di daerah yang dikunjunginya atau karena pasien tidak menaati upaya

pencegahan yang telah diajarkan.

Upaya paling efektif mencegah malaria adalah menghindari gigitan

nyamuk anopheles. Upaya tersebut berupa proteksi pribadi, modifikasi

perilaku dan modifikasi lingkungan. Proteksi pribadi dengan


15

menggunakan insektisida dan repellent, gunakan gaun lengan panjang

dan celana panjang. Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktifitas di

luar rumah mulai senja sampai subuh disaat nyamuk anopheles

umumnya menggigit atau usahakan tinggal didalam rumah mulai sore.

Modifikasi lingkungan ditujukan mengurangi habitat pembiakan

nyamuk, berupa perbaikan sistem drainase sehingga mengurangi

genangan air, menghilangkan tempat pembiakan nyamuk seperti

kaleng, bak mandi, ban bekas, menghilangkan alang-alang, menutup

atap dan genting yang bocor.

Walaupun upaya pencegahan gigitan nyamuk diatas cukup efektif

mengurangi paparan dengan nyamuk, namun tidak dapat

menghilangkan sepenuhnya risiko terkena infeksi, karena itu perlu

upaya tambahan, yaitu dikombinasikan dengan kemoprofilaksis untuk

mengurangi risiko jatuh sakit jika telah tergigit nyamuk infeksius.

Sebagian besar regimen kemoprofilaksis dapat memberi perlindungan

sebesar 75-95% jika digunakan dengan benar, namun perlu

ditekankan bahwa tidak ada regimen kemoprofilaksis yang 100%

efektif. Tingkat efektivitas kemoprofilaksis sangat ditentukan oleh

tingkat resistensi plasmodium setempat terhadap obat anti malaria dan

tingkat kepatuhan penggunaannya. Masalah penting lain menyangkut

kemoprofilaksis adalah tingkat keamanan dan efek sampingnya,

terutama pada penggunaan jangka panjang (Harijanto, 2009).

2.5.6 Pengobatan

Pengobatan malaria adalah pengobatan radikal malaria dengan

membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia.

Adapun tujuan pengobatan radikal adalah untuk mendapatkan

kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai


16

penularan (Depkes RI, 2008). Pengobatan radikal ini mengingat

sifatnya yang iritatif, semua obat antimalaria sebaiknya tidak diberikan

dalam kondisi perut kosong. Penderita harus makan terlebih dulu

sebelum minum obat antimalaria (Widoyono, 2008).

Menurut pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia,

obat-obat untuk kasus penyakit malaria yang harus tersedia di

Puskesmas adalah: Artesunate, Amodiaquin, Primaquin, Kina,

Artemeter injeksi, Sulfadoksin Pirimetamin, Atovaguone, Proguanil,

Kloroquin, serta Doksisiklin, Tetrasiklin dan Clindamycin sebagai

antibiotiknya (Depkes RI, 2008).

Salah satu masalah yang timbul pada penyakit malaria adalah

terjadinya resistensi parasit terhadap beberapa jenis obat terutama

klorokuin. Yang dimaksud resistensi adalah kemampuan strain parasit

malaria tertentu untuk tetap hidup dan berkembang dalam darah,

walaupun obat antimalaria yang diberikan serta absorbsinya telah

cukup atau melebihi dosis yang dianjurkan tetapi masih dalam batas

toleransi pasien. Kriteria resistensi didasarkan atas waktu dan jumlah

parasit dalam darah yang diperiksa setelah diberikan pengobatan.

Meskipun gejala klinis tidak dijadikan kriteria dalam menentukan

resistensi, kewaspadaan terjadinya resistensi dapat diduga bila dalam

pengobatan sering terjadi relaps atau respon klinis yang tidak optimal

(Soleman, 2007).

Pengobatan dengan klorokuin saat ini tidak dianjurkan lagi, kecuali

untuk daerah yang masih sensitif terhadap obat klorokuin. Pemerintah

telah merekomendasikan obat pengganti klorokuin sebagai upaya

untuk menanggulangi resistensi terhadap klorokuin. Obat klorokuin

diganti dengan obat anti malaria baru yaitu kombinasi artesunate dan
17

amodiaquin yang biasa disebut dengan ACT (Artemicinin Combination

Therapy).

Pengobatan dengan obat ACT harus disertai dengan kepastian

ditemukannya parasit malaria secara mikroskopik atau sekurang-

kurangnya pemeriksaan RDT (Rapid Diagnostic Test) positif.

a. Pengobatan malaria P. Falciparum

Lini I : Artesunate + Amodikuin (1 tablet artesunate 50 mg dan

tablet amodikuin 200 mg (~153 mg basa). Dosis artesunate ialah 4

mg/kg BB/hari selama 3 hari dan dosis amodikuin ialah 10 mg/kg

BB/hari selama 3 hari.

Tabel 2.1. Pengobatan Lini I Plasmodium Falciparum berdasarkan usia.


Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur
Hari o-1 2-11 1-4 5-9 10-14 >15
Dosis tunggal
bulan bulan tahun tahun tahun tahun
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
1 Amodikuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin _ _ ¾ 1½ 2 2-3
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
2
Amodikuin ¼ ½ 1 2 3 4
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
3
Amodikuin ¼ ½ 1 2 3 4
(Harijanto, 2009)

Tabel 2.2. Pengobatan Lini II alternatif kombinasi kina +


doksisiklin/tertasiklin/clindamycin (jika pengobatan Lini I
gagal)
Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur
Dosis 0-11 1-4 5-9 10-14 >15
tunggal bulan tahun tahun tahun tahun
Kina *) 3×½ 3×1 3 × 1½ 3 × (2-3)
1 Doksisiklin _ _ _ 2 × 50 mg 2×100 mg
Primakuin _ ¾ 1½ 2 2-3
Kina *) 3 × 1½ 3 × (2-3)
2-7
Doksisiklin _ _ _ 2 × 50 mg 2×100 mg
Dosis
_ _ _ 4×4mg/kgBB 4×250mg
TETRASIKLIN
Dosis
_ _ _ 2×10mg/kgBB 2×10mg/kgBB
CLINDAMYCIN
Keterangan:
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi dan ibu hamil
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan: Primakuin 0,75 mg/kgBB
18

b. Pengobatan malaria ringan oleh plasmodium vivax/ ovale/ malariae

Jika dalam pengobatan lini I terjadi kegagalan dapat digunakan ACT

lain kecuali kombinasi dengan sulfadoksin + pirimetamin.

Kombinasi tersebut adalah dihidroartemisinin + piperakuin atau

artemeter-lumefantrine atau artesunate+meflokuin. Jika tidak

tersedia obat golongan ACT, dapat digunakan kina 7 hari +

primakuin 14 hari. Dosis kina 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis dan

primakuin 0,25 mg/kg BB/hari selama 14 hari (Harijanto, 2009).

Tabel 2.3. Pengobatan Lini I malaria vivax dan malaria ovale


Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur
Hari 0-1 2-11 1-4 5-9 10-114 ≥15
Dosis tunggal
bulan bulan tahun tahun tahun tahun
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
1 Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin _ _ ¼ ½ ¾ 1
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
2 Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin _ _ ¼ ½ ¾ 1
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
3 Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin _ _ ¼ ½ ¾ 1
4-14 Primakuin _ _ ¼ ½ ¾ 1

Tabel 2.4. Pengobatan malaria vivax gagal Lini I, menggunakan kina


sebagai Lini II
Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur
Hari Dosis 0-11 1-4 5-9 10-14 ≥15
tunggal bulan tahun tahun tahun Tahun
H1-7 Kina *) 3×½ 3×1 3×½ 3 × (2-3)
H1-14 Primakuin _ ¼ ½ ¾ 1

Jika masih relaps setelah pengobatan Lini II (Kina), dosis primakuin

diberikan 2 × dosis menjadi 0,5 mg/Kg BB atau 2 tablet per hari selama

14 hari (Harijanto, 2009).

Anda mungkin juga menyukai