Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan Penyakit Malaria 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT


MALARIA DI PUSKESMAS WOLAANG

Relationship of knowledge and attitudes on medication compliance of


patients with malaria in the health center wolaang

Esti Eine Sambeka 1), Tinneke Tandipajung 1), Reytha Rondonuwu 1)

1)Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon

Abstrak. Kepatuhan minum obat malaria dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan
sikap dari pasien tersebut, namun seberapa besar proporsi dan hubungannya belum diketahui.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pasien
dengan kepatuhan minum obat malaria. Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan
rancangan Cross sectional pada sampel yang berjumlah 30 orang, dan pengumpulan datanya
menggunakan kuesioner dan observasi. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square
dengan nilai kemaknaan 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan bermakna
pengetahuan dengan kepatuhan minum obat malaria (p=0,041; α=0,05) dengan tingkat
hubungan rendah dan berpola positif (r=0,373), dan ada hubungan bermakna sikap dengan
kepatuhan minum obat malaria (p=0,038; α=0,05) dengan tingkat hubungan rendah dan berpola
positif (r=0,378). Kesimpulannya bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan pasien dengan kepatuhan minum obat malaria, dan terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap pasien dengan kepatuhan minum obat malaria dan kekuatan
hubungannya antara rendah (pengetahuan) dan rendah (sikap) yang berpola positif artinya
peningkatan pengetahuan dan sikap disertai dengan peningkatan kepatuhan minum obat
malaria. Berdasarkan hasil penelitian ini untuk kepatuhan minum obat malaria dibutuhkan
upaya peningkatan pengetahuan dan sikap yang lebih baik.
Kata kunci: malaria, pengetahuan, sikap, dan kepatuhan minum obat.

Abstract. Malaria medication adherence can be influenced by the level of knowledge and
attitudesof patients, but how large proportions and their relationship is unknown. The purpose
of this study is to determine the relationship of knowledge and attitudes of patients with malaria
medication adherence. This study uses a descriptive analytic cross sectional design of the
sample of 30 people, and data collection using questionnaires and observation. Data were
analyzed using Chi Square test with a significance value of 0.05. The results of this study
indicate there are significant relationships with knowledge of malaria medication adherence (p=
0.041; α=0,05) with a low level and pattern of positive relationship (r= 0.373), and there are
significant relationship with the attitude of malaria medication adherence (p= 0.038; ; α=0,05)
with a low level and pattern of positive relationship (r= 0.378). The conclusion that there was a
significant association between knowledge of drug compliance of patients with malaria, and
there was a significant association between the attitudes of patients with malaria drug
comliance and strength of relationship between the low (knowledge) and low (attitude) that is
patterned positive means an increase in knowledge and attitudes with an increase in malaria
medication adherence. Based on the results of this study for malaria medication adherence
needed offorts to increase knowledge and a better attitude.
Keywords: malaria, knowledge, attitudes, and medication adherence.

PENDAHULUAN

Malaria masih merupakan masalah menginfeksi sekitar 170-300 juta orang


kesehatan masyarakat di lebih dari 100 dengan angka kematian sekitar 1 juta orang
negara, yang dihuni oleh sekitar 2,4 milyar per tahun di seluruh dunia. Sebagian besar
penduduk, atau 40% dari total penduduk kematian terjadi pada anak-anak dan orang
dunia. Prevalensi penyakit ini di dunia dewasa non-imun di daerah endemis di
diperkirakan sekitar 300-500 juta kasus Afrika dan Asia (Harijanto, 2009). Di
klinis setiap tahun (WHO, 2005). Malaria daerah malaria dengan endemisitas tinggi,
adalah penyakit infeksi utama di dunia yang sebagian besar anak mengalami lebih dari

Esti Sambeka 1
Jurnal Keperawatan Penyakit Malaria 2012

satu episode klinik dengan berbagai tingkat bangsa dengan ragam kebiasaan dan
keparahan yang berbeda-beda sebelum perilaku yang merupakan faktor
mereka mengalami kekebalan parsial berpengaruh dalam menunjang
(partial immunity) terhadap infeksi parasit keberhasilan partisipasi masyarakat dalam
ini. Sebagian kecil diantaranya (sekitar program pengendalian malaria. Masih
0,3%) akan mengalami malaria yang berat terbatasnya studi tentang pengetahuan,
dengan komplikasi yang menyebabkan sikap, dan perilaku masyarakat yang telah
0,1% diantara mereka meninggal dunia dilakukan. Beberapa perilaku yang tidak
(Soedarto, 2009). Seluruh kasus malaria menunjang dalam upaya pengendalian
klinis pada tahun 2004 di Jawa-Bali malaria ini adalah kebiasaan masyarakat
dilakukan pemeriksaan sediaan darah, yang biasa mencari pengobatan sendiri
sedangkan di luar Jawa-Bali baru mencapai dengan membeli obat di warung terdekat
26,35%. Di Jawa-Bali semua penderita dan menggunakan obat dengan dosis tidak
klinis malaria sudah dilakukan konfirmasi tepat, kebiasaan berada di luar rumah atau
dengan laboratorium, baik secara beraktifitas pada malam hari tanpa
mikroskopis atau dengan pemeriksaan perlindungan dari gigitan nyamuk, dan
Rapid Diagnostic Test (RDT). Di luar Jawa- adanya penebangan hutan bakau oleh
Bali, penderita klinis malaria yang datang masyarakat yang akan mengakibatkan
ke fasilitas kesehatan hanya 20-50% yang terbentuknya tempat perindukan baru
dilakukan pemeriksaan laboratorium. vektor malaria (Harijanto, 2009). Kejadian
Angka Klinis Malaria per 1.000 penduduk infeksi malaria di Sulawesi Utara sampai
yang dikenal dengan Annual Malaria saat ini masih cukup tinggi, sekitar 9%
Incidence (AMI) selama tahun 2006 kasus rawat inap di rumah sakit.
sebesar 23,98% atau secara umum Kegagalan dalam melakukan pengobatan
menunjukkan kecenderungan yang terhadap malaria ringan dapat dapat
menurun selama tahun 2000-2006, namun menyebabkan terjadinya malaria berat atau
meningkat jika dibanding selama 2002- meluasnya malaria karena transmisi infeksi,
2004 dan menurun lagi jika dibandingkan menyebabkan infeksi berulang atau gejala
tahun 2005 (Harijanto, 2009). Proporsi berulang (re-infeksi atau rekrudesensi) dan
kematian karena malaria berdasarkan bahkan timbulnya resistensi. Peningkatan
survei kesehatan rumah tangga pada tahun resistensi tersebut menyebabkan
2001 sebesar 2% (SKRT, 2001). Dalam meningkatnya angka morbiditas dan
periode ini, Kejadian Luar Biasa (KLB) meluasnya infeksi malaria. WHO telah
malaria terjadi di 23 Provinsi, 51 merekomendasikan pengobatan malaria
Kabupaten/Kota, meliputi 108 desa dengan secara global dengan penggunaan regimen
jumlah penderita 11.597 dan kematian 298 obat ACT (Artemisinin Combination
jiwa. Pada tahun 2006 terjadi KLB malaria Therapy). Data yang di dapat di
di beberapa daerah. Upaya Puskesmas Wolaang Kecamatan
penanggulangan, baik dengan pengobatan Langowan Timur, pasien dengan
secara massal, survei demam, pemeriksaan malaria positif selama bulan
penyemprotan rumah, penyelidikan vektor Juli sampai November 2011 berjumlah 159
penyakit dan tindakan lain, misalnya orang. Hasil studi pendahuluan ditemukan
pengeringan tempat perindukan telah pasien dengan malaria positif berjumlah 18
dilakukan dengan baik. Beberapa Kejadian orang mengkontrol kembali darahnya
Luar Biasa disebabkan oleh adanya dengan hasil masih positif informasi mereka
perubahan lingkungan tempat perindukan tidak minum obat malaria dengan dosis
potensial semakin meluas (Harijanto, yang tepat.
2009). Di Indonesia ada berbagai suku

METODOLOGI

Desain Penelitian Populasi dalam penelitian yaitu seluruh


Tipe penelitian ini yaitu deskriptif analitik pasien dengan hasil pemeriksaan malaria
dengan rancangan Cross Sectional. positif di Puskesmas Wolaang berjumlah 42
orang. Pada penelitian ini penentuan besar
Populasi dan Sampel sampel ditentukan dengan menggunakan
teknik Purposive Sampling (non propability

Esti Sambeka 2
Jurnal Keperawatan Penyakit Malaria 2012

sampling), yaitu suatu teknik penetapan Teknik Analisa Data


sampel dengan cara memilih sampel di Kegiatan analisis data meliputi:
antara populasi sesuai dengan yang 1. Persiapan yaitu dengan melakukan cek
dikehendaki peneliti. Sampel dalam nomor responden, cek kelengkapan
penelitian ini adalah 30 pasien dengan hasil data dan cek macam isian data.
pemeriksaan malaria positif di Puskesmas 2. Tabulasi dilakukan pemberian skore
Wolaang yang memenuhi kriteria inklusi pada item, memberikan kode pada
yang terdiri dari pasien yang minimal sudah variabel yang tidak diberi skore,
kontrol kedua kali, pasien yang bersedia mengubah jenis data, lakukan modifikasi
menjadi responden. sesuai dengan teknis analisis yang
digunakan kemudian memberikan kode.
Instrumen Penelitian 3. Aplikasi Data/ Pengujian yaitu
Jenis instrumen yang digunakan dalam melakukan penerapan analisis data
penelitian yaitu kuesioner, yang terdiri atas: sesuai dengan tujuan penelitian,
1. Data demografi responden terdiri atas: menggunakan uji statistik yang
umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan disesuaikan dengan tujuan penelitian.
pendidikan; Setelah itu data diinput dan diolah
2. Kuesioner pengetahuan pasien berisi 10 dengan software computer SPSS
pertanyaan skala Guttman dengan (Statistical product and service solution).
pemberian nilai 1 (satu) untuk jawaban Penelitian ini dilakukan dengan uji
benar, dan nilai 0 (nol) untuk jawaban statistik Chi Square dengan derajat
salah. Untuk pertanyaan positif diberi kemaknaan lebih kecil atau sama
nilai 1 (satu) jika dijawab ya dan nilai 0 dengan alfa (α=0,05). Untuk
(nol) jika dijawab tidak. Dan untuk membuktikan penafsiran terhadap
pertanyaan negatif diberi nilai 1 (satu) variabel yang ditentukan apakah besar
jika dijawab tidak dan nilai 0 (nol) jika atau kecil tingkat hubungannya, maka di
dijawab ya; buat pedoman sebagai berikut:
3. Kuesioner sikap pasien berisi 10 Tabel 1 : Koefesien Korelasi dan Tingkat
pernyataan/pertanyaan dengan skala Hubungan
Likert dengan pemberian nilai 4= Sangat Interval Koefesien Tingkat Hubungan
setuju, 3= Setuju, 2= Tidak Setuju, 1= 0,00 – 0,199 Sangat rendah
Sangat Tidak Setuju (pernyataan 0,20 – 0,399 Rendah
positif), dan untuk pernyataan negatif 0,40 – 0,599 Sedang
nilai 1= Sangat Setuju, 2= Setuju, 3= 0,60 – 0,799 Kuat
Tidak Setuju, 4= Sangat Tidak Setuju.
0,80 – 1,000 Sangat kuat
4. Observasi dan wawancara mengenai
kepatuhan pasien minum obat malaria. Sumber: Sugiyono (2002)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian

Tabel 2: Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan,


pengetahuan, sikap, dan kepatuhan minum obat malaria
No Karakteristik Frekwensi Prosentase
1 Jenis Kelamin: Laki-laki 15 50.0
Perempuan 15 50.0
17-26 Tahun 2 6.7
27-36 Tahun 10 33.3
2 Umur 37-46 Tahun 9 30.0
47-56 Tahun 5 16.7
>57 Tahun 4 13.3

3 Pendidikan SD 6 20.0
SMP 5 16.7
SMA 11 36.7
PT 8 26.7

Esti Sambeka 3
Jurnal Keperawatan Penyakit Malaria 2012

4 Pekerjaan Tani 12 40.0


PNS 6 20.0
Swasta 12 40.0

5 Pengetahuan Pasien Baik 22 73.3


Kurang 8 26.7
6 Sikap Pasien Positif 14 46.7
Negatif 16 53.3
7 Kepatuhan Minum Obat Baik 20 66.7
Malaria Kurang 10 33.3

Tabel 3: Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum obat malaria


Kepatuhan minum obat malaria
Total
Baik Kurang
N % N % N %
Pengetahuan Pasien Baik 17 56,7 5 16,7 22 73,3
Kurang 3 10,0 5 16,7 8 26,7
Total 20 66,7 10 33,3 30 100
Signifikansi (p) = 0,041
Coefficient Correlation (r) = 0,373
Odds Ratio (OR)= 5,667
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi Wolaang. Nilai Coefficient Correlation (r)=
responden yang memiliki pengetahuan baik 0,373 menunjukkan tingkat hubungan yang
dengan kepatuhan minum obat malaria baik rendah dan bersifat positif, artinya
lebih banyak yaitu 56,7%. Dari hasil uji peningkatan pengetahuan disertai dengan
statistik Chi Square didapatkan p= 0,041 peningkatan kepatuhan minum obat
(p>0,05), dengan demikian Hipotesis malaria, dan nilai Odds Ratio (OR)= 5,667
diterima berarti ada hubungan antara artinya orang yang memiliki pengetahuan
pengetahuan pasien dengan kepatuhan baik berpeluang hanya 5,667 kali memiliki
minum obat malaria di Puskesmas kepatuhan minum obat yang baik.

Tabel 4: Hubungan sikap dengan kepatuhan minum obat malaria


Kepatuhan minum obat malaria
Total
Baik Kurang
N % N % N %
Sikap Pasien Positif 12 40,0 2 6,7 14 46,7
Negatif 8 26,7 8 26,7 16 53,3
Total 20 66,7 10 33,3 30 100
Signifikansi (p) = 0,038
Coefficient Correlation (r) = 0,378
Odds Ratio (OR)= 6

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa proporsi Wolaang. Nilai Coefficient Correlation (r)=
responden yang memiliki sikap yang positif 0,378 menunjukkan tingkat hubungan yang
dengan kepatuhan minum obat malaria rendah dan bersifat positif, artinya
yang baik lebih banyak yaitu 40,0%. Dari peningkatan sikap disertai dengan
hasil uji statistik Chi Square didapatkan p = peningkatan kepatuhan minum obat
0,038 (p < 0,05), dengan demikian malaria, dan nilai Odds Ratio (OR)=6
hipotesis diterima berarti ada hubungan artinya orang yang memiliki sikap positif
antara sikap pasien dengan kepatuhan berpeluang 6 kali memiliki kepatuhan
minum obat malaria di Puskesmas minum obat yang baik.

Esti Sambeka 4
Jurnal Keperawatan Penyakit Malaria 2012

Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan Pasien dengan 10,0%, dengan kata lain orang yang
Kepatuhan Minum Obat Malaria memiliki pengetahuan yang baik tentu
Pengetahuan terjadi setelah orang memiliki kepatuhan yang baik pula
melakukan pengideraan terhadap suatu ataupun sebaliknya. Ini karena
objek, yang diperoleh dengan berbagai responden yang memiliki pengetahuan
cara baik inisiatif sendiri maupun orang baik hanya sebatas tahu saja tapi tidak
lain, dengan melihat atau mendengar memahaminya, serta tidak adanya
sendiri tentang kenyataan atau melalui kesadaran dan motivasi serta sikap
alat komunikasi, seperti radio, televisi, yang positif dalam kepatuhan minum
majalah, surat kabar dan lain-lain. obat malaria. Berdasarkan nilai Odds
Selain itu pengetahuan juga dapat ratio (OR= 5,667) yang artinya orang
diperoleh melalui pengalaman dan yang memiliki pengetahuan baik
proses belajar yang baik yang bersifat berpeluang 5,667 kali memiliki
formal maupun informal. Hasil kepatuhan minum obat yang baik. Hal
penelitian menunjukkan bahwa pasien ini sejalan dengan penelitian yang
malaria yang berobat di Puskesmas dilakukan oleh Arie Wuryanto (2005)
Wolaang sebagian besar sudah bahwa terdapat hubungan yang
mengetahui tentang penyakit malaria bermakna antara pengetahuan dengan
dan cara pengobatannya, meskipun kepatuhan berobat penderita malaria
ada beberapa pasien yang memiliki vivax. Dalam hal ini sesuai dengan teori
tingkat pengetahuan yang kurang. Hal Notoatmodjo (2007), terbentuknya suatu
ini karena pasien sering menerima perilaku atau tindakan baru dimulai pada
informasi-informasi tentang malaria baik domain kognitif, dalam arti subjek tahu
melalui petugas kesehatan maupun terlebih dahulu terhadap stimulus yang
melalui media masa/ elektronik. berupa materi atau objek dari luarnya
Dengan adanya informasi tersebut maka sehingga menimbulkan pengetahuan
pasien sudah memahami tentang baru pada subjek tersebut, yang
malaria dan pengobatannya. selanjutnya menimbulkan respon batin
Pernyataan ini didukung dengan hasil dalam bentuk sikap subjek terhadap
analisis data diperoleh bahwa objek yang telah diketahui, dan bila
responden dengan proporsi tingkat disadari sepenuhnya akan menimbulkan
pengetahuan baik lebih banyak dimana respon berupa tindakan terhadap/
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari sehubungan dengan stimulus atau objek
responden lebih banyak terdapat pada tersebut.
tingkat pendidikan yang tinggi, umur
responden juga lebih banyak terdapat 2. Hubungan Sikap Pasien dengan
pada umur yang produktif sehingga Kepatuhan Minum Obat Malaria
mereka lebih ingin tahu tentang suatu Sikap merupakan suatu respon batin
proses pengobatan. Hasil uji statistik seseorang yang masih tertutup saat
menunjukkan terdapat hubungan antara melakukan pengideraan terhadap suatu
pengetahuan pasien dengan kepatuhan objek. Individu sering kali
minum obat malaria, dan Coefficient memperlihatkan tindakan yang
Correlation menunjukkan tingkat bertentang dengan sikapnya. Akan
hubungan yang rendah dan bersifat tetapi, sikap dapat menimbulkan pola-
positif, artinya peningkatan pengetahuan pola cara berpikir tertentu dalam
disertai dengan peningkatan kepatuhan masyarakat. Pola-pola cara berpikir ini
minum obat malaria. Dalam penelitian mempengaruhi tindakan dan kelakuan
ini nampak bahwa peningkatan masyarakat, baik dalam kehidupan
pengetahuan disertai dengan sehari-hari maupun dalam hal membuat
peningkatan kepatuhan minum obat, hal keputusan yang penting dalam hidup.
ini didukung dengan data bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden dengan pengetahuan yang sebagian besar responden memiliki
baik memiliki kepatuhan yang baik sikap yang negatif. Hal ini karena
sebanyak 56,7%, dan ada responden kurangnya pengetahuan, kesadaran,
dengan pengetahuan kurang tetapi motivasi, dukungan keluarga dan faktor
memiliki kepatuhan yang baik sebanyak sosial budaya. Demikian halnya dengan

Esti Sambeka 5
Jurnal Keperawatan Penyakit Malaria 2012

responden yang memiliki sikap yang dilakukan oleh Bambang Triyanto (2009)
positif dengan kepatuhan yang baik, bahwa terdapat hubungan yang
dimana kepatuhan ini didasari oleh bermakna antara sikap penderita TB
pengetahuan yang disertai oleh Paru dengan kepatuhan minum obat di
kesadaran dan motivasi serta dukungan RSUD Kabupaten Karanganyar dan
keluarga atau orang terdekat. Sikap juga penelitian oleh Naning (2011)
yang patuh minum obat ini dikarenakan bahwa ada hubungan yang bermakna
mereka sadar bahwa jika mereka tidak antara sikap orang tua dengan perilaku
sembuh maka mereka tidak bisa bekerja dalam pengawasan minum obat pada
sedangkan sebagian besar responden penderita TB Paru anak di BBKPM
adalah tulang punggung keluarga Surakarta. Hal ini sesuai dengan teori
mereka. Ada juga sikap yang positif bahwa dengan sikap secara minimal,
kepatuhan kurang, dimana mereka masyarakat memiliki pola berpikir
sudah tahu akibat jika tidak minum obat tertentu dan pola berpikir diharapkan
secara teratur namun karena terlalu dapat berubah dengan diperolehnya
sibuk dengan pekerjaan sehingga pengalaman, pendidikan, dan
mereka tidak teratur minum obat. Dilihat pengetahuan melalui interaksi dengan
dari pendidikan sudah lebih tinggi, lingkungannya. Sikap dapat terbentuk
mereka sudah banyak tahu akibat tidak dari adanya interaksi sosial yang dialami
minum obat teratur namun sikap acuh individu. Interaksi di sini tidak hanya
kadang muncul. Jadi sikap seseorang berupa kontak sosial dan hubungan
sangat ditentukan oleh pengetahuan antar pribadi sebagai anggota kelompok
yang didasari oleh kesadaran dan sosial, tetapi meliputi juga hubungan
motivasi yang kuat, serta faktor dengan lingkungan fisik maupun
dukungan dari luar individu untuk lingkungan psikologis sekitarnya
membentuk suatu tindakan baru yang (Maulana, 2009). Suatu sikap tidak
berhubungan dengan kepatuhan minum secara otomatis terwujud dalam suatu
obat malaria. Pernyataan ini didukung tindakan (overt behavior). Untuk
dengan hasil analisis data diperoleh terbentuknya sikap menjadi suatu
bahwa proporsi sikap responden negatif perbedaan nyata diperlukan faktor
dengan kepatuhan yang kurang pendukung atau suatu kondisi yang
sebanyak 26,7% dan proporsi sikap memungkinkan, yaitu fasilitas dan faktor
responden positif dengan kepatuhan dukungan (support) dari pihak lain
yang baik sebanyak 40,0% serta hasil (Notoatmodjo 2007). Oleh karena itu
uji statistik menunjukkan terdapat berdasarkan pembahasan di atas,
hubungan antara sikap pasien dengan asumsi peneliti bahwa kepatuhan
kepatuhan minum obat malaria, dan minum obat malaria memerlukan
Coefficient Correlation menunjukkan peningkatan pengetahuan yang lebih
tingkat hubungan yang rendah dan baik tentang malaria yang disertai
bersifat positif, artinya peningkatan dengan kesadaran dan motivasi, dan
sikap disertai dengan peningkatan upaya-upaya perubahan sikap, serta
kepatuhan minum obat malaria. upaya peningkatan faktor-faktor
Berdasarkan nilai Odds ratio (OR=6) pendukung perubahan perilaku ke arah
yang artinya orang yang memiliki sikap perilaku kesehatan yang lebih baik
positif berpeluang 6 kali memiliki dalam hal ini kepatuhan minum obat
kepatuhan minum obat yang baik. Hal malaria.
ini sejalan dengan penelitian yang

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan hubungan antara pengetahuan pasien
bahwa pengetahuan pasien malaria lebih dengan kepatuhan minum obat malaria
banyak berada pada pengetahuan yang dengan tingkat hubungan yang rendah dan
baik dan sikap pasien malaria lebih banyak bersifat positif dan juga terdapat hubungan
berada pada sikap yang negatif dan juga antara sikap pasien dengan kepatuhan
kepatuhan pasien dalam minum obat minum obat malaria di Puskesmas
malaria lebih banyak berada pada Wolaang, dengan tingkat hubungan yang
kepatuhan yang baik. Dan terdapat rendah dan bersifat positif.

Esti Sambeka 6
Jurnal Keperawatan Penyakit Malaria 2012

SARAN
1. Bagi Instutusi Kesehatan khususnya 3. Bagi tenaga kesehatan agar
puskesmas agar menjadi dasar untuk pengalaman dalam penelitian ini dapat
pengembangan pelayanan pada pasien menjadi dasar pemikiran untuk lebih
malaria dengan kepatuhan minum obat banyak memberi penyuluhan pada
malaria, serta peningkatan standar pasien tentang kepatuhan dalam minum
pelayanan promosi kesehatan. obat malaria.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan 4. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini
agar dapat menjadi sumbangan agar dapat menjadi dasar untuk
pemikiran ilmiah dalam pengembangan dikembangkan mulai dari
kurikulum dan riset keperawatan. pengembangan kuesioner dan variabel-
variabel lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arie Wuryanto. 2005. Beberapa Faktor


Kepatuhan Berobat Penderita Malaria
Vivax. Http://eprints.undip.ac.id/4917/.
April, 26, 2012.
Bambang Triyanto. 2009. Hubungan
Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Penderita Tuberkulosis Paru Dengan
Kepatuhan Berobat di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten
Karanganyar.
http://skripsistikes.wordpress.com/200
9/05/03/ikpiii11/. April, 26, 2012.
Harijanto. P. N. Nugroho. A. Gunawa., C. A.
2009. Malaria: dari molekul ke klinis.
Edisi 2, EGC. Jakarta.
Maulana. D.J. 2009. Promosi Kesehatan.
EGC. Jakarta.
Naning. 2011. Hubungan Antara
Pengetahuan dan Sikap Orang Tua
Dengan Perilaku Dalam Pengawasan
Minum Obat Pada Penderita
Tuberkulosis Paru Anak di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat
Surakarta.
http://etd.eprints.ums.ac.id/12579/.
April, 26, 2012.
Notoatmodjo. S. 2007. Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi
Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.
Soedarto. 2009. Pengobatan Penyakit
Parasit. Sagung Seto. Jakarta.

Esti Sambeka 7

Anda mungkin juga menyukai