Abstrak: Dari hasil beberapa survei yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat mengindikasikan
adanya penurunan rasa nasionalisme di Indonesia dan masih nyata adanya ancaman gerakan separatis yang
ingin memisahkan diri dari Indonesia. Guna mengantisipasi hal tersebut, sekolah sebagai garda terdepan
pendidikan harus bisa menjadi agen penjaga nasionalisme melalui proses pembelajaran. Penelitian ini
bertujuan untuk menggali informasi dan aktivitas serta kendala sekolah dalam upaya menumbuhkan
nilai-nilai karakter nasionalis sekaligus memformulasikan dalam sebuah model. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualititatif. Sampel penelitian adalah Kabupaten Jayapura
yang terdiri atas beberapa sekolah yang berada di perkotaan dan perdesaan yang telah menjadi role model
penguatan pendidikan karakter oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kabupaten Jayapura
terpilih karena berdasarkan hasil dari beberapa penelitian Papua masih terindikasi sebagai daerah yang
masih cukup aktif gerakan separatisnya. Penelitian ini diawali dengan analisis data sekunder terkait
nasionalisme di beberapa negara, beberapa daerah di Indonesia yang kemudian dilanjutkan dengan
diskusi kelompok terpumpun dengan guru-guru dan aparat daerah setempat dalam rangka verifikasi
dan validasi data. Informasi yang didapat kemudian dianalisis secara bertahap. Hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa sekolah sudah berupaya semaksimal mungkin dan sekreatif mungkin dalam
menumbuhkan nilai karakter nasionalis di sekolah maupun dengan mengikutsertakan lingkungan di
sekitar sekolah.
42
43
dan penderitaan yang diterima ketika menjadi menjadi daerah konflik berkepanjangan. pada
wilayah jajahan Belanda dan adanya kebang- April 2002 saja terdapat 1.247.449 orang In-
gaan tentang kejayaan kerajaan-kerajaan yang donesia hidup mengungsi di negerinya sendiri
pernah menguasai nusantara. yang tersebar di 20 provinsi. Maluku merupa-
Nasionalisme berasal dari kata “nasional” kan provinsi yang paling banyak menampung
yang berarti paham atau ajaran untuk mencintai pengungsi, yaitu sebanyak 300.091 orang atau
bangsa dan negara sendiri atau kesadaran keang- sekitar 24,06 persen. Konflik di Aceh menyebab-
gotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial kan 48.489 penduduknya mengungsi ke Suma-
mempertahankan identitas, integritas, kemak- tera Utara dan konflik di Timor Timur menyebab-
muran, dan kekuatan bersama-sama (Sumarmi, kan penduduknya mencari perlindungan di Nusa
2006). Nasionalisme sebagai sebuah paham mer- Tenggara Timur sebanyak 26.196 keluarga atau
upakan manifestasi kesadaaran bernegara atau 136.143 orang (Supardan, 2013).
semangat bernegara; setiap orang yang merasa Sindhunata dalam tulisannya Demitolo-
sebagai warga negara, ia harus memiliki jiwa gisasi Persatuan Nasional menyebutkan: “...
nasionalisme atas negara tersebut dan membuk- kelumpuhan terasa dalam ketidakberdayaan
tikannya dengan perbuatan nyata untuk menun- kita menghadapi fenomena perpecahan dan dis-
jukkan rasa cinta kepada negaranya (Muljana, integrasi bangsa. Kita khawatir, bila Aceh jadi
2008). Muljana menjelaskan bahwa cara ber- merdeka, jangan-jangan kita juga tidak mam-
pikir nasional merupakan sikap seseorang terh- pu mencegah Ambon, Riau, Papua, Poso, bila
adap kesadaran tentang nasionalisme itu sendiri. mereka ikut-ikutan ingin merdeka. Di manakah
Cara berpikir nasional adalah norma objektif dan kiranya akar dari kerapuhan dan kelumpuhan
mengutamakan kepentingan kehidupan nasional, itu?..” (Sindhunata, 2000).
dan segala perbuatannya diukur dengan norma Tantangan Indonesia ke depan juga ter-
tersebut. Haryono (2009) menyatakan bahwa sirat dari paparan Moeldoko (2016) dalam acara
nasionalisme adalah kualitas dan integritas ke- Indonesia Lawyers Club yang mencoba mengin-
sadaran nasional warga suatu bangsa dan makna gatkan bangsa Indonesia tentang perkembangan
ini disamakan dengan kesadaran nasional. Wa- kekinian telah melahirkan ancaman baru ter-
wasan nasional (kesadaran nasional) adalah hadap nasionalisme di Indonesia, yaitu perebutan
kualitas dan integritas manusia sebagai bangsa, sumber energi dan sumber makanan (pangan dan
subjek budaya dan negara, dan sekaligus sebagai air). Indonesia yang menjadi salah satu negara
subjek moral. kaya dan terletak di garis khatulistiwa mempu-
Telah terjadi penurunan nilai-nilai nasio- nyai sumber energi dan pangan yang melimpah.
nalisme di Indonesia, hal ini bisa dilihat dari hasil Indonesia ke depan akan menjadi rebutan dari
jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas(14- berbagai kelompok atau negara sehingga akan
15 Agustus 2007) tercatat 65,9 persen responden timbul upaya-upaya untuk membubarkan NKRI
menyatakan bangga menjadi orang Indonesia. sesuai dengan kepentingan mereka.
Jumlah ini menurun drastis dibandingkan den- Nasionalisme di Indonesia adalah paham
gan data pada tahun 2002, yang mencapai 93,5 kebangsaan yang mengajarkan persatuan dan ke-
persen. Hal in berarti, ada 5,1 persen responden satuan bangsa di atas kebhinekaan agama, buda-
yang tidak bangga menjadi warga Indonesia ya dan suku bangsa demi membentuk dan mem-
pada tahun 2002, kemudian meningkat menjadi pertahankan eksistensi kehidupan bernegara.
34 persen pada tahun 2007. Antara tahun 2002 Nasionalisme Indonesia juga bukanlah nasional-
dan 2007, tepatnya tahun 2005 terdapat 23 per- isme yang sempit sehingga dapat menimbulkan
sen responden yang tidak bangga menjadi warga chauvinism, karena ideology Pancasila merupa-
Indonesia (Tukiran, 2014). kan ideology yang terbuka (Alwi, 1999) selama
Kemudian Indonesia juga terdera oleh tidak membahayakan kelangsungan kehidupan
sejarah konflik-konflik yang terjadi di berbagai berbangsa dan bernegara.
pulau-pulau besar di Indonesia seperti Kali- Berkenaan dengan hal tersebut maka Pe-
mantan, Sulawesi, Maluku, Irian, dan Suma- merintah menyadari akan pentingnya penumbu-
tera, salah satu buntutnya adalah keharusan bagi han nilai karakter nasionalis bagi masyarakat,hal
penduduk untuk bertahan tinggal ataukah me- ini terlihat dari salah satu Nawa Cita Presiden
ninggalkan kediaman mereka yang telah berubah Jokowi-JK pada point ke delapan untuk melaku-
Penumbuhan Nilai Karakter Nasionalis pada Sekolah Dasar di Kabupaten Jayapura Papua
44
kan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, di-
kembali penataan pendidikan nasional dengan siplin, menghormati keberagaman budaya, suku
mengedepankan aspek pendidikan kewargane- dan agama (Kementerian Pendidikan dan Kebu-
garaan (Rasaili, 2016). dayaan, 2016).
Guna mendukung Nawa Cita tersebut, Sehingga diperlukan adanya Penguatan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan te- Pendidikan Karakter (PPK) yang merupakan
lah melakukan penyempurnaan program dalam proses pembentukan, transformasi, transmisi
pendidikan karakter dengan membuat Kajian dan pengembangan potensi peserta didik agar
dan Pedoman Penguatan Pembentukan Karakter berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku
untuk memastikan proses pembudayaan nilai- baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.
nilai karakter berjalan dan berkesinambungan. Prinsip-prinsip yang digunakan antara lain ada-
Salah satu nilai utamanya adalah nilai karakter lah: (i) nilai-nilai universal; (ii) holistic; (iii) ter-
nasionalis (Kementerian Kependidikan dan Ke- integrasi; (iv) partisipatif; (v) kearifan lokal; (vi)
budayaan, 2016). kecakapan abad 21; (vii) adil dan inklusif; (viii)
Perlu disadari bahwa nasionalisme ada- selaras dengan perkembangan peserta didik; dan
lah mesin besar yang menggerakkan dan me- (ix) terukur. Bentuk kegiatan dari PPK ini bisa
ngawasi semua kegiatan internasional kita, dan dilakukan: (i) kegiatan intra-kurikuler, kegiatan
merupakan sumber besar dan inspirasi agung yang dilakukan oleh sekolah secara teratur dan
dari kemerdekaan. Sementara itu, nasionalis se- terjadwal; (ii) ko-kurikuler, kegitan penunjang
jati adalah nasionalis yang nasionalismenya bu- dari intra-kurikuler; (iii) ekstra-kurikuler, ke-
kan tiruan semata dari nasionalisme barat, akan giatan yang dilaksanakan di luar jam pembela-
tetapi timbul dari rasa cinta akan manusia dan jaran biasa (Kementerian Pendidikan dan Kebu-
kemanusiaan (Siswoyo, 2013). dayaan, 2016).
Nilai karakter nasionalis adalah cara ber- Strategi penumbuhan nilai karakter
pikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan (Amri, dkk, 2011) dapat menggunakan berbagai
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang pendekatan, seperti pendekatan penanaman nilai
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, dengan menitikberatkan kepada penanaman
budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menem- nilai-nilai social agar terinternalisasi dalam diri
patkan kepentingan bangsa dan negara di atas peserta didik, pendekatan perkembangan kog-
kepentingan diri dan kelompoknya. Sedangkan nitif, pendekatan klarifikasi nilai guna menda-
subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya patkan penekanan peserta didik untuk mengkaji
bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bang- perasaan dan perbuatannya sendiri serta pendeka-
sa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tan pembelajaran berbuat sehingga peserta didik
bisa mengimplementasikan perbuatannya se- the Indonesian Human Rights Campaign, Pan-
cara nyata. Sedangkan menurut Aushop (2014) African Coallition for the Liberation of West
terdapat tiga pendekatan yang dilakukan dalam Papua (PACLWP), Organisasi Papua Merdeka
menanamkan nilai-nilai moral keagamaan yaitu (OPM) di Denhag, Kantor Informasi Interna-
pendekatan rasional, pendekatan filosofis dan sional OPM, Unrepresented Nations and People
pendekatan emosional. Organization (UNPO), dan lainnya (Elisabeth,
Provinsi Papua merupakan salah satu 2006).
wilayah yang masih dibayangi dengan per- Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
masalahan nilai karakter nasionalis, karena be- bermaksud untuk mendapatkan gambaran ten-
lum selesainya penanganan gerakan separatis tang upaya-upaya yang dilakukan oleh sekolah
secara tuntas dengan masih eksisnya gerakan dasar dalam menumbuhkan nilai karakter na-
Organisasi Papua Merdeka (OPM). Beberapa sionalis di dalam kurikulumnya, pembudayaan
penyebabnya antara lain: (i) dinamika keber- di kelas, pelibatan publik dan kendala serta ru-
bedaan sejarah dan politik; (ii) kompleksitas musan solusi yang bisa diberikan, khususnya
otonomi khusus (otsus) Papua; (iii) pemekaran pada sekolah di wilayah Papua.
daerah; (iv) politik lokal; dan (v) kekerasan ke-
manusiaan yang menjadi momen-momen pen- METODE
ting tranformasi identitas sosial dan politik. Penelitian ini dilakukan dengan menggu-
Selain itu, pengaruh pendekatan pembangunan nakan pendekatan kualitatif, sedangkan metode
yang dilakukan secara sentralistik dan diskrimi- yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Pe-
natif, adanya faham hirarki kebudayaan yang nelitian ini diawali dengan melakukan analisis
merendahkan satu budaya dengan yang lainnya data sekunder mengenai gambaran terkait de-
lebih rendah dan pembangunan dirancang secara ngan kegiatan-kegiatan penumbuhan nilai karak-
sadar untuk membuat ketergantungan rakyat, ter nasionalis yang ada di Indonesia dan menco-
bukannya memfasilitasi rakyat untuk bergerak ba mendapatkan gambaran penerapan nilai-nilai
dengan inisiatif dan proses kreatifnya sendiri karakter nasionalis dari negara lain. Setelah itu,
(Suryawan, 2012). data dan informasi yang diperoleh sebagai ba-
Hasil penelitian LIPI memperlihatkan han diskusi kelompok terpumpun (DKT) dengan
adanya upaya-upaya menginternasionalisasikan nara sumber yang berasal dari Kepala Sekolah,
persoalan lokal Papua guna memperoleh duku- Guru yang bertanggung jawab dalam pendidi-
ngan mencapai kemerdekaan seperti dukungan kan karakter, Komite Sekolah dan perwakilan
dari beberapa organisasi nonpemerintah seperti pemerintah daerah (Soendari, 2012).
Penumbuhan Nilai Karakter Nasionalis pada Sekolah Dasar di Kabupaten Jayapura Papua
46
Gambar 2 menjelaskan bahwa penelitian sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah ba-
ini diawali dengan analisis data sekunder pe- gaimana pendidikan karakter direncanakan, di-
numbuhan nilai-nilai PPK berbasiskan kelas, laksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-
budaya sekolah dan masyarakat. Kemudian di kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai.
verifikasi dan validasi ke daerah-daerah yang Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-
terdapat permasalahan nilai karakter nasionalis, nilai yang perlu ditanamkan,muatan kurikulum,
seperti Papua sehingga bisa mendapatkan model pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga
dan praktik baik penguatan nilai karakter nasio- kependidikan, dan komponen terkait lainnya.
nalis pada daerah tersebut. Dengan demikian, manajemen sekolah merupa-
Penelitian dilaksanakan di sekolah dasar kan salah satu media yang efektif dalam pendidi-
yang ada di Kabupaten Jayapura, Papua, yaitu kan karakter di sekolah. (Hartoyo, A., 2010).
Sekolah Dasar Negeri Inpres Harapan dan Seko-
lah Dasar Inpres Abeale 1pada tahun 2016. Penumbuhan Nilai Karakter Nasionalis di
Populasi dan Sampel Penelitian. Pemili- negara lain
han SDN Inpres Harapan dan SD Inpres Abeale Hasil survei “The International Social
1 karena kedua sekolah tersebut merupakan Survey Program (ISSP) mengukur nasionalisme
salah satu sekolah model rintisan dalam pro- dan patriotisme warga negara. Survei dilakukan
gram penumbuhan pendidikan karakter yang di 33 negara dengan dua indikator pertanyaan,
diprogramkan oleh Kementerian Pendidikan dan yaitukebanggaan seorang warga ketika tinggal
Kebudayaan. Selain itu, lokasinya SD Inpres di negaranya (nasionalisme) dan kebanggaan
Kampung Harapan berada diantara perbatasan mereka terhadap kesuperioran negara mereka
perkotaan dan perdesaan sehingga interaksi dari dibandingkan negara lain (patriotisme). Salah
penduduk lokal Papua dan pendatang cukup se- satu hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
ring. Sedangkan, SD Abeale 1 merupakan seko- urutan pertama ditempati oleh Amerika Serikat
lah dasar yang berada di perkotaan. (AS) (Davidov, 2009)
Pengumpulan data dilakukan melalui Dalam bidang pendidikan, pemerintah
DKT untuk menjaring informasi khusus terkait Amerika Serikat mewajibkan siswa setiap awal
penerapan nilai-nilai nasionalisme di sekolah. pembelajaran mengucapkan pernyataan ke-
Analisis data dilaklukan dengan cara klasifikasi, setiaan kepada bendera dan negara Amerika
display, reduksi, deskripsi, triangulasi, dan sim- Serikat (Pledge of Allegiance) sebagai kegiatan
pulan untuk disintesakan sebagai bahan masukan pembiasaan penumbuhan nilai karakter nasiona-
dalam mengembangkan nilai karakter nasionalis lis sejak dini. Praktik ini juga dilakukan setiap
di sekolah kali mengawali sidang-sidang kongres, acara
pertemuan pemerintah maupun kegiatan yang di-
HASIL DAN PEMBAHASAN lakukan oleh organisasi swasta (Samuel, 1997).
Hasil Singapura sebagai salah satu negara yang
Secara psikologis dan sosial kultural pem- mempunyai kualitas pendidikan yang baik, seka-
bentukan karakter dalam diri individu merupa- ligus negara dengan nasionalisme yang tinggi
kan fungsi dari seluruh potensi individu manu- juga mempunyai beberapa cara untuk menum-
sia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) buhkan nilai karakter nasionalis, antara lain
dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam melakukan pembelajaran sekolah di Singapura
keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan ber- menggunakan bahasa ibu atau mother language.
langsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter Semua guru dianggap sebagai guru pendidikan
dalam konteks totalitas proses psikologis dan karakter sehingga harus bisa memberikan tela-
sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dan kepada siswa, dalam kurikulum pembelaja-
dalam: olah hati (spiritual and emotional deve- ran terdapat kegiatan Festival Budaya, dan guru
lopment), olah pikir (intellectual development), harus mengerti tentang keterpaduan serta harmo-
olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic ni tentang keberagaman (Tan and Tan, 2014)
development), dan olah rasa dan karsa (affective Lain lagi dengan Polandia, negara ini
and creativity development) (Suyitno, I., 2012). menumbuhkan nilai karakter nasionalisnya
Pendidikan karakter di sekolah juga sa- melalui pendidikan sejarah, pendidikan seja-
ngat terkait dengan manajemen atau pengelolaan rah dianggap sebagai instrumen atau alat untuk
menumbuhkan ikatan antara siswa dan negara ini kerap diucapkan dalam berbagai kegiatan
Polandia sendiri. Guru-guru di Polandia juga yang ada di sekolah, seperti upacara dan lainnya
sangat terinternalisasi dengan nasionalis sehing- (Kawentar, 2015).
ga mereka berpendapat bahwa rasa nasioalis bisa
tumbuh secara alami dengan perlakuan yang te-
pat (Jaskułowski et al., 2017)
Penumbuhan Nilai Karakter Nasionalis pada Sekolah Dasar di Kabupaten Jayapura Papua
48
sebagai ikatan emosional terkait nilai nasiona- Kemudian mata pelajaran sejarah ber-
lisme dengan siswanya, guru yang lansung men- peran penting dalam menumbuhkan nilai karak-
jadi tauladan untuk diikuti. Indonesia sendiri su- ter nasionalis di Kabupaten Jayapura. Sekolah
dah berupaya akan tetapi terlihat masih kurang menggunakan strategi dengan memperkenal-
efektif sehingga pelajarah sejarah sering kali kan kepada siswa bahwa ada tokoh-tokoh yang
dianggap sebagai pelajaran yang menjemukan, menjadi pahlawan nasional yang memprakar-
perlu ada upaya guru agar bisa menyajikan ma- sai masuknya Papua ke bagian dari NKRI. Bila
teri pelajaran sejarah ini sehingga menarik bagi melihat berbagai sumber dan informasi sesung-
siswa (Alfian, M., 2011) dan menjadi model. guhnya banyak tokoh-tokoh Papua yang telah
mengharumkan bangsa ini, bahkan ada juga
Best Practice Penumbuhan Nilai Karakter tokoh Papua yang ikut membantu bergabung-
Nasionalis di Sekolah-sekolah Kabupaten nya Papua ke Indonesia seperti Frans Kaisiepo,
Jayapura Johannes Abraham Dimara dan Silas Papare.
Provinsi Papua hingga saat ini masih Belum lagi tokoh Papua yang secara konsisten
dibayangi dengan adanya gerakan separatis selalu ikut masuk dalam kabinet pemerintahan
Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang bertu- Indonesia seperti Freddy Numberi, Balthhasar
juan untuk memisahkan diri dari Negara Kesa- Kambuaya, Manuel Kaisiepo dan Yohana Yem-
tuan Republik Indonesia(NKRI). Tentunya hal bise. Begitu juga dengan politisi-politisi seperti
ini menjadi permasalahan dalam berkehidupan Ali Mochtar Ngabalin, Velix Wanggai, Yorris
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, per- Raweyai, dan lainnya. Hal yang paling disukai
masalahan penumbuhan nilai karakter nasiona- oleh masyarakat Papua adalah peran dari tokoh
lis sejak dini menjadi penting di Papua sebagai mereka pada bidang olah raga, khususnya sepak
salah satu upaya untuk menjadi keutuhan In- bola, ada Boaz Solossa, Rully Nere, Titus Bonai,
donesia. Ditemukan bahwa penumbuhan nilai dan banyak lagi.
karakter nasionalis terbagi menjadi tiga bagian, Mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah
yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah Raga, dan Kesehatan (PENJASORKES) juga di-
dan berbasis masyarakat. Hal ini tentunya sesuai perankan dalam penumbuhan nilai karakter na-
dengan konsep pendidikan nasional yang berasal sionalisme. Guru PENJASORKES membangkit-
dari Ki Hajar Dewantoro dengan sebutan “Tri- kan rasa nasionalisme dengan memperkenalkan
pusat” pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan orang-orang Papua yang berprestasi di bidang
masyarakat. olah raga pada tingkat nasional maupun interna-
sional.
Berbasis Kelas Ko-kurikuler, sekolah di Kabupaten
Penumbuhan nilai karakter nasionalis Jayapura sudah mempunyai kegiatan-kegiatan
berbasis kelas sesungguhnya sudah ditetapkan penumbuhan nilai karakter nasionalis melalui
dalam kurikulum di sekolah, akan tetapi masih program ko-kurikuler. Di dalam Rencana Ke-
memerlukan kreativitas dari guru lebih lanjut da- giatan Sekolah (RKS) terdapat adanya seperti ke-
lam mengimplementasikannya dalam berbagai giatan seperti Pasukan Pengibar Bendera
bentuk kegiatan dalam proses belajar mengajar. (PASKIBRA) atau Pelatihan Baris-Berbaris
Intra-kurikuler, terdapat fakta yang me- (PBB).Dari kegiatan ini, dapat menumbuhkan
narik bahwa di SD Inpres Kampung Harapan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia ketika
pada tahun 2013 hampir 80% siswanya adalah mengenakan atribut-atribut nasionalisme dan
penduduk lokal atau asli Papua yang tidak bisa melakukan penghormatan terhadap bendera.
menyanyikan lagu Indonesia Raya dan melafal- Ekstra-Kurikuler dan Non-Kurikuler,
kan Pancasila. Hal ini menjadi tantangan bagi pada hari sabtu guru PENJASORKES mengajar-
sekolah dalam penumbuhan nilai karakter na- kan kerjasama dan kekompakan dalam melaku-
sionalis. kan sebuah pekerjaan melalui media olah raga.
Kegiatan penumbuhan nilai karakter na- Tidak hanya itu, guru juga sekaligus menggali
sionalis biasanya diintegrasikan ke dalam beber- nilai-nilai yang bisa diambil dari tokoh-tokoh
apa mata pelajaran. Sebagai contoh adalah pada Papua yang berhasil dalam bidang oleh raga da-
mata pelajaran PKn, siswa kelas 1 SD biasanya lam rangka membangkitkan rasa bangga sebagai
diperkenalkan kepada lambang negara Indonesia orang Indonesia.
dan Pancasila.
Book Week atau pekan buku, kegiatannya yang berada di perdesaan serta siswanya yang
berupa guru membaca cerita untuk siswa, atau mayoritas adalah penduduk lokal. Terdapat per-
siswa yang lebih besar membacakan cerita ke- bedaan budaya keseharian siswa yang berasal
pada siswa yang lebih kecil, reading time, aktu- dari penduduk lokal dengan budaya yang akan
alisasi diri rangkaian dari refleksi diri, dan lain dibangun di sekolah. Sekolah melaui guru-guru
sebagainya. harus mampu melakukan pendekatan-pendeka-
Selain kegiatan di atas, juga dilakukan tan khusus, karena komunitas siswa penduduk
kegiatan berupa pengenalan kondisi geografis di lokal terbiasa hidup lebih bebas, sehingga perlu
lingkungan sekitar sebagai cara untuk menum- adaptasi dengan lingkungan sekolah tanpa seka-
buhkan cinta tanah air. Siswa diharapkan bisa ligus memberikan persepsi yang baik bagi orang
tahu kondisi di daerahnya, seperti kekayaan tua siswa atau masyarakat sekitar.
alamnya. Sedangkan sekolah-sekolah di wilayah
Kegiatan ko-kurikuler, ekstra-kurikuler perkotaan relatif lebih mudah, selain adanya
dan non-kurikuler biasanya dilakukan setelah siswa yang berasal dari penduduk pendatang se-
proses pembelajaran kelas. Penumbuhan pen- hingga terjadinya pembauran. Tidak hanya itu,
didikan karakter ini berbasis kelas ini pada kebiasaan kaum perkotaan yang sudah melekat
dasarnya sesuai dengan model PPK yang dikem- pada masing-masing siswa. Hal ini berdampak
bangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Ke- kepada kemampuan siswa untuk beradaptasi
budayaanpada tahun 2016. dengan lingkungan yang berbeda atau budaya
yang berbeda serta bisa lebih mengerti kepada
Berbasis Budaya Sekolah keberagaman.
Selain berbasis kelas yang diatur mela- Keberhasilan penambahan karakter na-
lui Silabus dan RPP, penumbuhan nilai karakter sionalis di sekolah juga didukung dengan se-
juga dilakukan melalui budaya sekolah. Seba- makin beragamnya etnis lain yang masuk ke
gai upaya lebih lanjut dalam melakukan pembi- sekolah tersebut sehingga terjadi interaksi. Siswa
asaan-pembiasaan yang berbasiskan lingkungan diperkenalkan dengan keberagaman dari Indone-
atau komunitas. Melalui program ini penumbu- sia itu sendiri sebagai sebuah kesatuan dan untuk
han nilai karakter nasional didukung oleh nilai- bisa saling mengenal satu dengan lainnya.
nilai karakter dasar yang dibangun dalam budaya Bila ditelusuri lebih jauh, hampir semua
sekolah seperti doa bersama, salam, tepat waktu, agama-agama besar mengajarkan tentang cinta
disiplin, cinta kepada pahlawan nasional, budaya tanah air, bahkan hal ini tercatatat dengan baik
permintaan maaf jika melakukan kesalahan, bu- pada kitab suci masing-masing agama tersebut
daya terima kasih, dan saling menghormati atau (Suwanan, 2015). Sehingga dapat dikatakan
toleransi. juga bila agama merupakan modal dari Bhineka
Budaya sekolah akan terbangun bila didu- Tunggal Ika. Pengadaan ruang doa lima agama
kung oleh guru yang mengerti tentang memban- di SD Inpres Kampung Harapan merupakan ben-
gun lingkungan sekolah yang baik, guru harus tuk inisiatif dari orang tua/wali murid bekerjasa-
mampu menciptakan budaya moral positif (Ak- ma dengan Komite Sekolah. Penumbuhan nilai
bar, S., 2010), khususnya untuk mendukung pen- karakter nasionalis melalui Ruang Doa Bersama
umbuhan nilai karakter nasionalis. Berkenaan ini tidak hanya kepada religius dan kejujuran se-
dengan hal tersebut maka guru harus mempu- mata, akan tetapi juga kepada peningkatan kara-
nyai peran aktif, strategi yang harus dilakukan kter nasionalis dengan semangat bhineka tung-
menurut Lickona (1991) adalah: (i) guru seba- gal ika.
gai model, penasehat, dan bersifat ngemong;
(ii) komunitas kelas yang bermoral; (iii) penera- Berbasis Masyarakat
pan disiplin moral; (iv) lingkungan kelas yang Semakin tinggi peran masyarakat untuk
demokratis; (v) pembelajaran nilai kurikulum; ikut serta dalam kegiatan di sekolah merupakan
(vi) pembelajaran kooperatif; (vii) kebiasaan sebuah indikator bahwa sekolah tersebut sekolah
penghargaan pada karya; dan (viii) pembelajaran yang baik. Artinya masyarakat dan lingkungan
mengatasi masalah. sekitar merasa memiliki dan percaya akan seko-
SD Inpres Kampung Harapan mendapat- lah.
kan kesulitan yang lebih besar karena lokasinya
Penumbuhan Nilai Karakter Nasionalis pada Sekolah Dasar di Kabupaten Jayapura Papua
50
Pelestarian Budaya dan Budaya Ter- lam pendidikan karakter, sekaligus melakukan
barukan, salah satu ciri dari karakter nasiona- kajian dan pengayaan dengan kearifan-kearifan
lis adalah memiliki rasa bangga dan sayang ter- baru setelah adanya interaksi dengan budaya lain
hadap identitas bangsanya yang tumbuh, salah menuju kearifan lokal yang lebih baik lagi.
satunya adalah budaya. Mereka yang memiliki Dukungan Langsung Masyarakat, du-
nilai karakter nasionalis yang tinggi akan memi- kungan kegiatan yang berbasiskan masyarakat
liki kebanggaan yang tinggi terhadap budaya seperti dalam bentuk dukungan komunitas lokal,
bangsanya dan berperan aktif dalam melestari- Bank Papua, Pekan Nusantara, ruang doa bersa-
kannya (Kartodirjo dalam Saleh, 2011; Murod, ma, polisi kecil, jurnalis kecildapat menghindari
2011; Supriatin, 2011; Ubaedillah dan Rozak, hambatan dalam pelaksanaan penerapan nilai-
2008). Penumbuhan nilai karakter nasionalis nilai karakter nasionalis tersebut.
bisa dibangun melalui pendidikan multikultural. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
Berdasarkan pendapat dari Andersen dan sangat menghargai budaya lokal dan meng-
Cusher (1994) sebagaimana dikutip Mahfud inginkan kesetaraan baik dalam budaya, peran
(2008), pendidikan multikultural adalah pen- nasional seperti anggota masyarakat Indonesia
didikan mengenai keragaman kebudayaan. Her- lainnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
nandez (1989), mengartikan pendidikan multi- nilai-nilai lokal dapat mempengaruhi pelaksan-
kultural merupakan sebuah perspektif terhadap aan penerapan nilai karakter naionalis di daerah.
pengakuan realitas sosial, politik, dan ekonomi Lokasi, untuk sekolah yang berada di
yang dialami oleh masing-masing individu da- perkotaan, asal peserta didiknya lebih beragam
lam pertemuan manusia yang kompleks dan antara pendatang dengan penduduk lokal. Se-
beragam secara kultur, serta merefleksikan pen- hingga penumbuhkembangan nilai karakter na-
tingnya budaya, ras, seksualitas dan gender, et- sionalis ditekankan kepada keberagaman menu-
nisitas, agama, status social, dan ekonomi. ju persatuan, sehingga saling memperkenalkan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh budaya masing-masing sebagai kekayaan suatu
sekolah di Papua agar selalumemperhatikan fak- bangsa. Tidak hanya itu, masyarakat di perkotaan
tor budaya seperti kearifan dan potensi lokal. relatif lebih terbuka sehingga nilai-nilai karakter
Sehingga dengan sendirinya masyarakat akan nasionalis di sekolah bisa cepat dimengerti.
tergerak karena sesuai dengan sifat dan karakter Sedangkan di pedesaan, nuansa kekera-
masyarakat Papua itu sendiri, minimal ada peng- batan atau identitas lokal lebih kental diband-
hargaan terhadap keberadaan orang Papua seba- ingkan dengan di daerah perkotaan. Perlu ada
gai entitas. Faktor budaya menjadi amat penting pendekatan-pendekatan kekeluargaan serta bu-
dalam menerapkan nilai karakter nasionalis kar- daya dengan cara-cara yang kreatif untuk bisa
ena bila tanpa memperhatikan faktor-faktor bu- menumbuhkan nilai karakter nasionalis di seko-
daya tersebut, maka akan sulit penerapannya. lah, khususnya dengan lebih mengedepankan
Sebaliknya, pada dasarnya masyarakat di peran aktif dari masyarakat sekitar.
Papua juga ingin mengetahui kebudayaan yang Salah satu sebabnya adalah permasala-
berasal dari luar mereka, hal ini terlihat dari an- han separatisme masih cukup mempengaruhi di
tusias penduduk lokal untuk ikut aktif pada acara daerah perdesaan yang kebanyakan merupakan
Pekan Nusantara. Sebuah acara dengan konsep penduduk lokal atau asli. Bila sekolah tidak
pameran budaya, ketika satu sama lain me- mengedepankan budaya lokal maka akan ter-
nampilkan budaya masing-masing untuk diper- jadi resistensi. Sekolah tidak hanya harus mam-
kenalkan. Sebaliknya terlihat dari masyarakat pu memberikan pembelajaran kepada peserta
yang non Papua juga ingin lebih mengenal lebih didik, akan tetapi juga harus mampu merangkul
dekat budaya masyarakat Papua. Pola-pola inter- masyarakat sekitarnya.
aksi seperti ini akan menjadikan budaya sebagai Model Penumbuhan Nilai Karakter
alat pemersatu bangsa selain kebanggaan iden- Nasionalis di Papua, berdasarkan hasil pene-
titas. litian maka peneliti memformulasikan model
Upaya dalam menggali dan melestarikan yang digunakan di Kota Jayapura dalam penum-
berbagai unsur kearifan lokal, tradisi dan prana- buhan nilai karakter nasionalis seperti gambar 4.
ta lokal, termasuk norma dan adat istiadat yang Amri, dkk (2011) mengungkapkan bahwa tujuan
bermanfaat dan menjadi fungsi yang efektif da- dari model pendidikan berbasis karakter adalah
Penumbuhan Nilai Karakter Nasionalis pada Sekolah Dasar di Kabupaten Jayapura Papua
52
Penumbuhan Nilai Karakter Nasionalis pada Sekolah Dasar di Kabupaten Jayapura Papua
54
dapat membawa peranan penting untuk men- Aushop, A. Z. 2014. Islamic Character Building:
jadikan siswa bahkan orang tua dan lingkungan Membangun Insan Kamil, Cendekia Be-
sekitarnya untuk mengerti tentang Indonesia rakhlak Qurani. Bandung: Grafindo Me-
sekaligus meningkatkan nilai karakter nasionalis dia Pratama.
mereka.
Menumbuhkan nilai karakter nasionalis Davidov, E. 2009. Measurement equivalence of
atau “menasionaliskan” itu sebaiknya melalui nationalism and constructive patriotism in
sebuah budaya, bukan dengan pemaksaan atau the ISSP: 34 countries in a comparative
kekerasan, seperti pendidikan multikultural. perspective.” in Political Analysis, 17 (1),
Karena karakter yang baik itu bila tumbuhnya 64-82. doi:10.1093/pan/mpn014.
secara alami dan kesadaran yang berasal dari
diri sendiri serta pemikiran-pemikiran yang ter- Elisabeth, A. 2006. Dimensi Internasional Ka-
sintesa dari diri sendiri juga. sus Papua. Jurnal Penelitian Politik, 3 (1),
Tingginya kreativitas dan inovasi sekolah 43-65. p-ISSN 1829-8001, e-ISSN 2502-
dalam upaya untuk menumbuhkan nilai karak- 7476
ter nasionalis di daerah-daerah yang masih di-
bayangi konflik, khususnya di Kabupaten Jaya- Hartoyo, A. 2010. Potensi Pembinaan Karakter
pura, sudah sepatutnya diberikan apresiasi dan Berbasis Budaya Masyarakat. Jurnal Pen-
bisa dijadikan model percontohan oleh daerah didikan Sosiologi dan Humaniora, 1(1),
lain. Hal ini disebabkan karena keberanian dan 19-30.
kepiawaian sekolah beserta komponennya guna
menjawab tantangan isu disintegrasi itu sendi- Haryono. 2009. Menelusuri Kembali Demokrasi
ri. Tidak hanya di Papua, ke depan pemerintah Pancasila. Jakarta: PT. Citra Kharisma
pusat dan pemerintah daerah harus lebih peduli Bunda.
tentang isu nilai karakter nasionalis ini sebagai
pondasi dasar kehidupan berbangsa dan berne- Hendrastomo, G. 2015. Nasionalisme vs Globa-
gara sekaligus upaya menjaga NKRI. lisasi ‘Hilangnya’ Semangat Kebangsaan
dalam Peradaban Modern. Jurnal Dimen-
UCAPAN TERIMA KASIH sia, 1 (1), 1-11.
Ucapan terima kasih kepada Tim dan
Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Ke- Hernandez, Hilda. 1989. Multicultural Educa-
budayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan, tion: A teacher Guide to linking Context,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang Process, and Content. New Jersy & Ohio:
telah menyediakan dana dari APBN 2016 seba- Prentice Hall
gai bagian dari penelitian Isu Aktual.
Jaskułowski, K., et al. 2017. Teaching the na-
DAFTAR PUSTAKA tion: history and nationalism in Polish
Alfian, M. 2011. Pendidikan Sejarah dan Per- school history education. British Journal
masalahan Yang Dihadapi. Jurnal Ilmiah of Sociology of Education: 1-15. DOI:
Kependidikan, 3 (2), DOI: 10.30595/jkp. 10.13140/RG.2.1.2443.8808
v3i2.643.
Kawentar, F. 2015. Pelaksanaan Penanaman
Alwi, S. 1999. Nasionalisme Ekonomi Indonesia Nilai Nasionalisme di SDN II Klaten.
Dalam Era Kompetisi Global. Economic Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 9
Journal of Emerging Markets, 4 (1), 59- Tahun, 4 (9): 1-11.
69. ISSN 1410-2641
Kementerian Kependidikan dan Kebudayaan.
Amri, S., Jauhari, A., & Elisah, T. 2011. Imple- 2016. Kajian dan Pedoman Penguatan
mentasi Pendidikan Karakter dalam Pem- Pendidikan Karakter. Jakarta.
belajaran: Strategi Analisis dan Pengem-
bangan Karakter Siswa dalam Proses Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pusta- 2016. Kilasan Kinerja 2016. Pusat Anali-
karata.
sis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA), karta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan
Jakarta. Prenada Media Group.
Kusmin. 2010. Mengikis Krisis Karakter Bang- Samuel, L. R. 1998. Pledging allegiance:
sa. Dalam Koran Sore Wawasan Sabtu American Identity and The Bond Drive
Pon, 11 Desember 2010 halaman 4. of World War II. Journal of American
History, 85 (3), 1140-1141. https://doi.
Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan Multikul- org/10.2307/2567338.
tura, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sindhunata. 2000. Demitologi Persatuan Nasi-
Martien Herna Susanti dan Tijan. 2015. “Evalu- onal. Jakarta, PT Kompas Media Nusan-
asi Kesiapan Sekolah Jenjang Pendidikan tara.
Dasar di Jawa Tengah dalam Melaksana-
kan Pendidikan Karakter Bangsa ber- Siswoyo, D. 2013. Pandangan Bung Karno Ten-
dasarkan Kurikulum Tahun 2013”, Jurnal tang Pancasila Dan Pendidikan. Jurnal
Integralistik, 26 (2), 27-43. ISSN: 2549- Cakrawala Pendidikan, 5 (1), 103-115. P-
5011. ISSN: 0216-1370 e-ISSN: 2442-8620.
Penumbuhan Nilai Karakter Nasionalis pada Sekolah Dasar di Kabupaten Jayapura Papua
56
Tukiran, T. 2014. Pendidikan Multikultural Dan Wilardjo, S.A. 2005. Pengertian, Peranan dan
Nasionalisme Indonesia. Jurnal SOSIO- Perkembangan Bank Syari’ah di Indone-
DIDAKTIKA: Social Science Education sia. Majalah Ekonomi dan Bisnis Value
Journal 1 (1): 29-36.P-ISSN: 2356-1386, Added 2 (1): 1- 10. ISSN: 1693-3435.
E-ISSN: 2442-9430