Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit yang makin banyak dijumpai di Indonesia,

terutama di kota-kota besar. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang

melebihi tekanan darah normal seperti apa yang telah disepakati oleh para

ahli yaitu lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg (Sudoyo, 2010).

Hipertensi menjadi penyebab kematian. Data statistic WHO (World

Health Organization) melaporkan hingga tahun 2014 terdapat satu milyar

orang di dunia menderita hipertensi dan diperkirakan sekitar 7,5 juta orang

atau 12,8% kematian dari seluruh total kematian yang disebabkan oleh

penyakit ini, tercatat 45% kematian akibat jantung koroner dan 51% akibat

stroke yang juga disebabkan oleh hipertensi (WHO, 2014).

Menurut American Heart Association (2014) tercatat sekitar 77,9 juta

orang di Amerika Serikat dengan perbandingan 1 dari 3 orang dewasa

menderita hipertensi. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030

sekitar 83,2 juta orang atau 7,2%. Sementara itu menurut National Health and

Nutrition Examination Survey (NHNES), di Amerika orang dewasa dengan

dengan hipertensi pada tahun 2010-2012 tercatat sekitar 39-51%, hal ini

menunjukkan terjadi peningkatan sekitar15 juta orang dari total 58-65 juga

penderita hipertensi (Triyanto, 2014).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi hipertensi

di Indonesia berdasarkan umur ≥18 tahun sebesar 10.57 % dengan diagnosis

1
2

dari cakupan tenaga kesehatan hanya 36,8%, dan sebagian besar kasus

hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis yaitu sebesar 63,2%

(Balitbangkes Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi hipertensi pada umur

≥18 tahun terletak di Provinsi Sulawesi Utara (13.21%), Yogyakarta (10,68%),

Kalimantan Timur (10.57%), Kalimantan Utara (10.46%) dan Jakarta

(10.17%).(Balitbangkes Kemenkes RI, 2018).

Prevalensi hipertensi di Sumatera Selatan dari tahun ke tahun cenderung

meningkat yang menunjukan angka 6,3% - 9,1% ini merupakan masalah

kesehatan yang sangat penting yang dikenal sebagai penyakit yang memendek

umur (Dinkes Sumsel, 2015). Dari data yang didapat di Dinas Kesehatan Kota

Lubuklinggau pada tahun 2017 diketahui bahwa jumlah penderita hipertensi

adalah 3.945 orang. Dari data awal yang diambil penulis di Panti Werdha Kota

Lubuklinggau tahun 2016 berjumlah 10 orang, tahun 2017 berjumlah 12 dan

tahun 2018 berjumlah 11 orang.

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplay oksigen dan nutrisi yang dibawa

oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang mengakibatkan jantung

harus bekerja lebih keras. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap

akan menimbulkan gejala penyakit hipertensi (Sulastri, 2014).

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor

risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat

dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor)

seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang

dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan makan garam),


3

alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan penggunaan pil

kontrasepsi dan merokok (Pajario, 2013).

Ada kalanya hipertensi tidak menimbulkan gejala, tergantung dari tinggi

rendahnya tekanan sistole dan diastole. Hipertensi menjadi masalah kesehatan

yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan

komplikasi yang berbahaya. Sebagaimana diketahui bahwa penyakit hipertensi

yang tidak terkontrol dengan baik dapat meningkatkan terjadinya penyakit

kardiovaskuler yang lain yang lebih mengancam jiwa penderitanya. Stoke dan

penyakit jantung koroner adalah contoh yang paling umum dari penyakit

kardiovaskuler tersebut. Kedua penyakit tersebut membutuhkan terapi

farmakologi dengan mengunakan obat-obatan untuk mengobatinya. Namun

demikian, pengobatan ini membutuhkan proses pengobatan dalam jangka

waktu yang lama. Keberhasilan pengobatan hipertensi dapat tercapai jika

penderita tersebut menjalani proses pengobatan dengan patuh. Artinya, pasien

tersebut dituntut untuk berkonsultasi kepada dokter, menjalankan program diet,

rajin berolah raga, tidak merokok, tidak alkoholisme, serta meminum obat-obat

yang diresepkan dengan teratur (Rohaendi, 2008 ).

Dari beberapa data di atas, menunjukan bahwa angka kejadian hipertensi

masih tinggi. Oleh karena itu, tindakan pencegahan maupun penanganan

sangat penting segera dilakukan untuk menghindari peningkatan penderita

hipertensi di dunia terutama di Indonesia.

Lansia ditandai dengan penurunan fungsi tubuh, sehingga menjadikan

lansia beresiko tinggi terjadi hipertensi. Hipertensi adalah kondisi peningkatan


4

tekanan darah secara konsisten pada ≥140 / 90 mmHg. Pengobatan hipertensi

dapat dilakukan secara farmakologi & nonfarmakologi. Salah satu terapi

nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk penanganan hipertensi adalah

dengan menggunakan terapi bekam.

Dalam mencegah komplikasi, maka penanganan untuk hipertensi dapat

dilakukan secara pengobatan farmakologis, pengobatan nonfarmakologis,

maupun pengobatan komplementer. Akhir-akhir ini banyak orang menyukai

pengobatan komplementer, beberapa alasan diantaranya: biayanya terjangkau,

tidak tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan efek penyembuhan cukup

signifikan dan salah satu pengobatan komplementer yang dapat menangani

hipertensi yaitu terapi bekam (Umar, 2008).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif dan kronik dan

memberikan dampak secara holistik baik fisik, psikologis, sosial, ekonomi dan

spiritual sehingga akan menyebabkan dalam memenuhi kebutuhan hidup

dasarnya mengalami gangguan. Penderita hipertensi umumnya memiliki

keluhan pusing, mudah marah, sukar tidur, sesak nafas, mudah lelah dan

keluhan lainnya. Adanya kelemahan atau keterbatasan kemampuan dan

keluhan lain akibat hipertensi tersebut, penderita akan mengalami kesulitan

dalam memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisiologis, rasa aman dan

nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.(Maslow Dalam

Asmadi, 2010).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan sebuah kondisi medis

dimana orang yang tekanan darahnya meningkat diatas normal yaitu 140/90
5

mmHg dan dapat mengalami resiko kesakitan (morbiditas) bahkan kematian

(mortalitas), tanda dan gejala dari hipertensi salah satunya adalah gangguan

rasa nyaman. Pasien dengan hipertensi akan mengalami tanda dan gejala

gangguan rasa nyaman, gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang,

lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial.

Akibat yang akan ditimbulkan adalah mual, kebingungan, kelelahan, sulit tidur.

Apabila tidak segera diatasi maka akan menyebabkan pembuluh darah yang

menyempit dan menyebabkan terhambatnya jaringan sel otak (Rusdi &

Isnawati, 2010).

Bekam adalah suatu ungkapan yang dikenal oleh bangsa Indonesia seperti

canduk, canthuk, kop, cupping, mambakan dan lainnya. Bekam merupakan

terjemahan dari hijamah, dari kata al- hijmu berarti menghisap atau menyedot

(Yasin, 2005). Terapi bekam atau hijamah dapat diartikan sebagai metode

penyembuhan dengan mengeluarkan zat toksin yang tidak terekskresikan oleh

tubuh melalui permukaan kulit dengan cara melukai permukaan kulit dengan

jarum dilanjutkan dengan penghisapan menggunakan piranti kop (cup) yang

divakumkan (Majid, 2009).

Menurut Umar (2014) dalam bukunya “Sembuh dengan Satu Titik”

mengatakan, bekam adalah metode pengobatan dengan metode tabung atau

gelas yang ditelungkupkan pada permukaan kulit agar menimbulkan

bendungan lokal. Terjadinya bendungan lokal disebabkan tekanan negatif

dalam tabung yang sebelumnya benda-benda dibakar dan dimasukan kedalam


6

tabung agar terjadi pengumpulan darah lokal. Kemudian darah yang telah

berkumpul dikeluarkan dari kulit dengan dihisap (Ridho, 2014).

Bekam sudah dikenal sejak zaman dulu, yaitu Kerajaan Sumeria, kemudian

terus berkembang sampai Babilonia, Mesir kuno, Saba, dan Persia. Pada zaman

Nabi Muhammad, beliau menggunakan tanduk kerbau atau sapi, tulang unta,

gading gajah. Pada zaman Cina kuno mereka menyebut hijamah sebagai

“perawatan tanduk” karena tanduk menggantikan kaca. Pada kurun abad ke-18

(abad ke-13 Hijriyah), orang-orang di Eropa menggunakan lintah sebagai alat

untuk hijamah. Kini pengobatan ini dimodifikasi dengan sempurna dan mudah

pemakaiannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dengan menggunakan suatu

alat yang praktis dan efektif.

Pada saat ini di negeri-negeri barat (Eropa dan Amerika) melalui penelitian

ilmiah, serius dan terus-menerus menyimpulkan fakta-fakta ilmiah bagaimana

keajaiban bekam sehingga mampu menyembuhkan berbagai penyakit secara

lebih aman dan efektif dibandingkan metode kedokteran modern. Sehingga

bekam mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bermuncullah ahli

bekam serta klinik bekam di kota-kota besar di Amerika dan Eropa. Bahkan

pada tahun-tahun terakhir ini pengobatan dengan bekam telah dipelajari dalam

kurikulum fakultas kedokteran di Amerika, walaupun mereka tidak pernah mau

mengikuti bahwa bekam adalah warisan Rasulullah SAW, dokter terbaik

sepanjang zaman (Kasmui, 2013).

Hasil penelitian modern dari para ahli telah mendapatkan bukti bahwa

manfaat bekam ternyata hanya mengambil bagian darah rusak saja yaitu sel-sel
7

darah merah yang abnormal, sampah keratin dan lain-lain, sedangkan sel darah

yang masih sehat tetap di dalam tubuh. Beberapa penyakit sudah berhasil

diatasi melalui manfaat bekam antara lain : kolesterol tinggi, asam urat,

diabetes mellitus, gangguan jantung, hipertensi, stroke, kelumpuhan,

penurunan fungsi saraf, autis, narkoba, dan lain – lain (Majid, 2013).

Terapi bekam ini dianjurkan dilakukan selama 4 menit pada setiap titik dan

di ulang sebanyak 3 kali. Alasannya adalah setiap menit jumlah denyut jantung

berkisar antara 50-170, jika diambil rata-rata 100 kali, waktu pembekaman 4

menit telah memadai untuk mengeluarkan darah kotor yang lewat area

pembekaman yaitu sebanyak 400 kali lewatan darah, dan jika tindakan ini di

ulang sebanyak 3 kali maka jumlah pengeluaran darah kotor yang lewat area

pengekopanan yaitu sebanyak 1200 lewatan darah (Majid, 2013) dan terapi

bekam ini akan menunjukkan hasil jika dilakukan selama 3 kali berturut-turut

dalam waktu 2 mingggu atau sekitar 5 hari sekali (Saifudin Hakim, 2013).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pemberian Terapi Bekam Untuk Mengatasi Gangguan

Rasa Nyaman Pada Klien Dengan Hipertensi Di Panti Werdha Budi Luhur

Kota Lubuklinggau Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Bekam adalah suatu ungkapan yang dikenal oleh bangsa Indonesia

seperti canduk, canthuk, kop, cupping, mambakan dan lainnya. Bekam

merupakan terjemahan dari hijamah, dari kata al- hijmu berarti menghisap

atau menyedot. Terapi bekam atau hijamah dapat diartikan sebagai metode
8

penyembuhan dengan mengeluarkan zat toksin yang tidak terekskresikan oleh

tubuh melalui permukaan kulit dengan cara melukai permukaan kulit dengan

jarum dilanjutkan dengan penghisapan menggunakan piranti kop (cup) yang

divakumkan).

Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalahnya adalah

”Bagaimanakah Pemberian Terapi Bekam Dalam Mengatasi Gangguan Rasa

Nyaman Pada Klien Dengan Hipertensi Di Panti Werdha Budi Luhur Kota

Lubuklinggau Tahun 2019?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi

gangguan rasa nyaman pada klien hipertensi di Panti Werdha Budi Luhur

Kota Lubuklinggau.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengkajian pasien hipertensi di Panti Werdha Budi

Luhur Kota Lubuklinggau tahun 2019

2. Untuk mengetahui rumusan diagnose keperawatan pada pasien hipertensi

di Panti Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau tahun 2019

3. Untuk menyusun rencana keperawatan pada pasien hipertensi di Panti

Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau tahun 2019

4. Untuk mengetahui pelaksanaan intervensi keperawatan khususnya

pemberian terapi bekam pada pasien hipertensi di Panti Werdha Budi

Luhur Kota Lubuklinggau tahun 2019


9

5. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan khususnya pemberian terapi

bekam pada pasien hipertensi di Panti Werdha Budi Luhur Kota

Lubuklinggau tahun 2019

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di dapat

selama perkuliahan khususnya di bidang keperawatan pada pasien dengan

Hipertensi

2. Bagi Panti Werdha Budi Luhur Lubuklinggau

Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi

karya ilmiah yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu kesehatan

khususnya dibidang keperawatan. Agar dapat meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan, khususnya pada pasien hipertensi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi serta dapat menambah

kepustakaan dan wawasan pengetahuan di Politeknik Kesehatan Palembang

Prodi Keperawatan Lubuklinggau.

Anda mungkin juga menyukai