Anda di halaman 1dari 6

MENGENAI tingkah laku yang penuh respek, pakar etika Sue Fox menulis, ”Untuk tata krama, tidak

ada
istilah cuti. Sopan santun berlaku di mana saja, kapan saja.” Apabila orang-orang membiasakan diri untuk
bersikap sopan, problem dengan orang lain akan berkurang dan sering kali hilang. Tetapi, demikian pula
sebaliknya. Konflik, kekesalan, dan kesedihan akan terjadi jika seseorang memperlakukan orang lain
dengan buruk.

2 Tata krama biasanya tumbuh subur di dalam sidang Kristen sejati. Namun, kita harus waspada agar
tidak tertular sikap tidak sopan yang umum di dunia dewasa ini. Mari kita lihat bagaimana prinsip Alkitab
mengenai kesopanan, bila diterapkan, bisa melindungi kita dalam hal ini dan membuat orang-orang
tertarik kepada ibadat sejati. Untuk mengerti apa saja yang terkait dalam bertata krama, perhatikan
teladan Allah Yehuwa dan Putra-Nya.

Yehuwa dan Putra-Nya—Teladan Tata Krama

3. Teladan apa yang Allah Yehuwa berikan dalam hal kesopanan?

3 Allah Yehuwa memberikan teladan yang sempurna dalam hal kesopanan. Meskipun memiliki
kedudukan yang tinggi sebagai Penguasa alam semesta, Ia memperlakukan manusia dengan sangat
ramah dan penuh respek. Ketika berbicara dengan Abraham dan Musa, Yehuwa menggunakan kata
Ibrani yang sering diterjemahkan ”kiranya” untuk memperhalus perintah. (Kej. 13:14; Kel. 4:6) Sewaktu
hamba-hamba-Nya berbuat salah, Yehuwa ”berbelaskasihan dan murah hati, lambat marah dan
berlimpah dengan kebaikan hati yang penuh kasih dan kebenaran”. (Mz. 86:15) Ia jauh berbeda dari
beberapa manusia yang kemarahannya meledak apabila orang lain tidak memenuhi harapan mereka.

4. Bagaimana kita bisa meniru Yehuwa sewaktu orang lain berbicara kepada kita?

4 Tata krama Allah juga terlihat dari cara Ia mendengarkan manusia. Sewaktu Abraham mengajukan
pertanyaan tentang orang Sodom, Yehuwa dengan sabar menjawabnya satu per satu. (Kej. 18:23-32) Ia
tidak menganggap bahwa keprihatinan Abraham cuma membuang-buang waktu-Nya. Yehuwa
mendengarkan doa hamba-hamba-Nya dan seruan para pedosa yang bertobat. (Baca Mazmur 51:11,
17.) Tidakkah kita seharusnya meniru Yehuwa dengan mendengarkan sewaktu orang lain berbicara
kepada kita?
5. Apabila kita meniru kesopanan Yesus, bagaimana hubungan kita dengan orang lain bisa menjadi lebih
baik?

5 Kesopanan adalah satu dari banyak hal yang Yesus Kristus pelajari dari Bapaknya. Meskipun
pelayanannya kadang-kadang menuntut banyak waktu dan tenaganya, Yesus selalu sabar dan ramah.
Penderita kusta, pengemis buta, dan orang lain yang butuh bantuan mendapati bahwa Yesus siap dan
rela menolong mereka. Ia tidak mengabaikan mereka, meskipun mereka datang tanpa pemberitahuan. Ia
kerap berhenti dari apa yang ia kerjakan demi membantu orang yang putus asa. Yesus sangat bertimbang
rasa terhadap orang-orang yang beriman kepadanya. (Mrk. 5:30-34; Luk. 18:35-41) Sebagai orang
Kristen, kita mengikuti teladan Yesus dengan bersikap ramah dan suka menolong. Tingkah laku demikian
tidak luput dari perhatian kerabat kita, tetangga, dan orang lain. Yehuwa pun akan dimuliakan dan kita
akan berbahagia.

6. Teladan apa yang Yesus berikan dalam soal bersikap hangat dan bersahabat?

6 Yesus juga merespek orang dengan menyebutkan nama mereka. Apakah para pemimpin agama Yahudi
menghormati orang lain seperti itu? Tidak. Mereka menganggap dan memperlakukan orang-orang yang
tidak mengenal Hukum sebagai ’orang terkutuk’. (Yoh. 7:49) Tidak demikian halnya dengan Putra Allah.
Marta, Maria, Zakheus, dan banyak orang lain mendengar Yesus memanggil nama mereka. (Luk. 10:41,
42; 19:5) Meskipun bentuk sapaan dewasa ini mungkin ditentukan oleh norma, kebudayaan, dan
keadaan, hamba-hamba Yehuwa berupaya bersikap hangat kepada orang lain.* Mereka tidak
membiarkan perbedaan tingkat sosial mengurangi respek yang layak diterima oleh rekan seiman dan
orang lain.—Baca Yakobus 2:1-4.

7. Bagaimana prinsip Alkitab membantu kita memperlihatkan kesopanan kepada sesama manusia di
mana saja?

7 Cara Allah dan Putra-Nya yang baik hati dalam memperlakukan orang-orang dari segala bangsa dan
kelompok etnik meningkatkan harkat orang-orang itu dan menarik hati mereka yang suka menyambut
kebenaran. Tentu saja, tata krama di berbagai tempat tidak sama. Karena itu, kita tidak mengikuti
serangkaian aturan yang kaku mengenai tata krama. Sebaliknya, prinsip Alkitab memberi kita keleluasaan
untuk menghormati sesama manusia di mana saja. Mari kita bahas bagaimana memperlakukan orang
dengan sopan bisa membuat pelayanan Kristen kita lebih produktif.
Menyapa dan Berbicara kepada Orang-Orang

8, 9. (a) Kebiasaan apa yang bisa jadi dianggap kurang sopan? (b) Mengapa kita hendaknya
mengindahkan kata-kata Yesus di Matius 5:47 dalam memperlakukan orang lain?

8 Dalam kehidupan serbacepat yang umum di banyak tempat dewasa ini, dua orang sering berpapasan
tanpa mengatakan ”halo” atau ”apa kabar?” Tentu, kita tidak diharuskan berbicara kepada setiap orang
yang melintas di jalan yang ramai. Akan tetapi, dalam banyak kesempatan lain, menyapa orang dianggap
sebagai sesuatu yang patut dan menyenangkan. Apakah Saudara biasa menyapa orang-orang? Atau,
apakah Saudara sering berjalan melewati orang tanpa tersenyum atau mengucapkan salam? Tanpa niat
buruk, seseorang bisa mengembangkan kebiasaan yang sebenarnya kurang sopan.

9 Yesus mengingatkan kita dengan mengatakan, ”Jika kamu memberi salam kepada saudara-saudaramu
saja, hal luar biasa apa yang kamu lakukan? Bukankah orang-orang dari bangsa-bangsa juga melakukan
hal yang sama?” (Mat. 5:47) Mengenai hal ini, konsultan bernama Donald Weiss menulis, ”Orang merasa
kesal apabila tidak dianggap. Apa pun yang kita katakan tidak bisa mengobati sakit hati orang yang
telanjur merasa diabaikan. Solusinya sederhana: Sapalah orang lain. Berbicaralah kepada mereka.” Jika
kita tidak membiarkan sikap dingin atau masa bodoh memengaruhi interaksi kita dengan orang lain, kita
akan mendapatkan hasil-hasil yang baik.

10. Bagaimana tata krama dapat membantu kita produktif dalam pelayanan? (Lihat kotak ”Awali dengan
Senyuman Hangat”.)

10 Perhatikan contoh sepasang suami istri Kristen bernama Tom dan Carol, yang tinggal di sebuah kota
besar di Amerika Utara. Mereka menjadikan obrolan yang menyenangkan dengan tetangga sebagai
bagian dari pelayanan. Bagaimana caranya? Sambil menyinggung Yakobus 3:18, Tom mengatakan, ”Kami
berupaya untuk ramah dan rukun dengan orang-orang. Kami mendekati orang yang kami lihat sedang di
luar rumahnya dan orang yang bekerja di daerah itu. Kami tersenyum dan menyapa mereka. Kami
berbicara tentang apa yang menarik minat mereka—anak-anak mereka, anjing mereka, rumah mereka,
pekerjaan mereka. Beberapa waktu kemudian, mereka pun menganggap kami teman.” Carol
menambahkan, ”Pada perjumpaan selanjutnya, kami memberitahukan nama kami dan menanyakan
nama mereka. Kami memberi tahu apa yang sedang kami lakukan di daerah itu tetapi menjaga
percakapan tetap singkat. Akhirnya, kami bisa memberikan kesaksian.” Tom dan Carol berhasil
mendapatkan kepercayaan dari banyak tetangga mereka. Cukup banyak yang mau menerima publikasi
Alkitab, dan ada beberapa yang berminat untuk belajar kebenaran.
Bersikap Sopan dalam Situasi yang Sulit

11, 12. Mengapa kita hendaknya mengantisipasi perlakuan buruk sewaktu memberitakan kabar baik, dan
bagaimana seharusnya reaksi kita?

11 Kadang-kadang, kita menerima perlakuan yang tidak sopan sewaktu memberitakan kabar baik. Kita
sudah mengantisipasi hal ini, sebab Kristus Yesus pernah memperingatkan murid-muridnya, ”Jika mereka
telah menganiaya aku, mereka akan menganiaya kamu juga.” (Yoh. 15:20) Tetapi, membalas lagi dengan
komentar yang merendahkan tidak akan ada gunanya. Bagaimana seharusnya reaksi kita? Rasul Petrus
menulis, ”Sucikanlah Kristus sebagai Tuan dalam hatimu, selalu siap membuat pembelaan di hadapan
setiap orang yang menuntut darimu alasan untuk harapan yang ada padamu, tetapi melakukannya
dengan cara yang lembut dan respek yang dalam.” (1 Ptr. 3:15) Jika kita bersikap sopan—menjawab
dengan lemah lembut dan penuh respek—sikap orang yang menghina kita bisa melunak.—Tit. 2:7, 8.

12 Dapatkah kita mempersiapkan diri untuk menanggapi komentar negatif dengan cara yang diperkenan
Allah? Ya. Paulus menyarankan, ”Hendaklah ucapanmu selalu menyenangkan, dibumbui dengan garam,
sehingga kamu mengetahui bagaimana seharusnya memberikan jawaban kepada setiap orang.” (Kol. 4:6)
Jika kita membiasakan diri untuk sopan kepada anggota keluarga, teman sekolah, rekan sekerja, anggota
sidang, dan tetangga, kita lebih siap untuk menanggapi cemoohan dan hinaan dengan cara yang patut
bagi seorang Kristen.—Baca Roma 12:17-21.

13. Berikan contoh bahwa dengan bersikap sopan, sikap para penentang bisa melunak.

13 Menunjukkan tata krama dalam situasi yang sulit membuahkan hasil yang baik. Di Jepang contohnya,
seorang Saksi diejek oleh seorang penghuni rumah dan tamunya. Dengan sopan, saudara itu minta diri.
Ketika meneruskan pengabaran di daerah itu, ia memerhatikan bahwa tidak jauh dari situ, sang tamu
sedang mengamati dia. Sewaktu saudara itu menghampirinya, pria tersebut mengatakan, ”Maaf ya atas
kejadian tadi. Sekalipun kami mengatakan hal-hal yang tidak enak, saya perhatikan Anda tetap
tersenyum. Apa yang harus saya lakukan supaya bisa seperti itu?” Karena pria itu di-PHK dan ibunya baru
meninggal, ia merasa tidak akan bisa berbahagia lagi. Saksi tersebut menawarkan pelajaran Alkitab, dan
pria itu menerimanya. Tidak lama kemudian, ia belajar dua kali seminggu.
Cara Terbaik Mengembangkan Sopan Santun

14, 15. Bagaimana hamba-hamba Yehuwa pada zaman Alkitab melatih anak-anak mereka?

14 Orang tua yang saleh pada zaman Alkitab memastikan bahwa anak-anak mempelajari hal-hal dasar
kesopanan di rumah. Perhatikan cara bicara yang santun antara Abraham dan putranya Ishak di Kejadian
22:7. Pelatihan yang baik dari orang tua juga nyata dalam contoh Yusuf. Sewaktu dipenjarakan, ia sopan
bahkan kepada sesama tahanan. (Kej. 40:8, 14) Kata-katanya kepada Firaun menunjukkan bahwa ia tahu
cara yang patut untuk menyapa orang yang berkedudukan tinggi.—Kej. 41:16, 33, 34.

15 Sepuluh Perintah yang diberikan kepada putra-putra Israel mencakup perintah ini, ”Hormatilah
bapakmu dan ibumu supaya panjang umurmu di atas tanah yang Yehuwa, Allahmu, berikan kepadamu.”
(Kel. 20:12) Satu cara anak-anak menghormati orang tua adalah dengan bertata krama di rumah. Putri
Yefta memperlihatkan respek yang luar biasa kepada ayahnya dengan mematuhi ikrar sang ayah dalam
situasi yang sangat sulit.—Hak. 11:35-40.

16-18. (a) Bagaimana caranya mengajarkan tata krama kepada anak-anak? (b) Apa saja manfaat
mengajarkan tata krama kepada anak-anak?

16 Melatih anak-anak untuk bertata krama sangatlah penting. Agar dapat hidup serasi dengan orang lain
setelah dewasa nanti, anak-anak perlu belajar cara yang patut untuk memberi salam kepada tamu,
menjawab telepon, dan ketika makan bersama. Mereka hendaknya dibantu untuk mengerti mengapa
mereka perlu membukakan pintu bagi orang lain, berbaik hati kepada kaum lansia dan orang sakit, serta
menawarkan bantuan untuk membawakan barang yang berat. Mereka perlu mengerti pentingnya
mengatakan ”tolong”, ”terima kasih”, ”sama-sama”, ”ada yang bisa saya bantu?”, dan ”maaf” dengan
tulus.

17 Melatih anak-anak untuk sopan bukan hal yang sulit. Cara terbaik adalah dengan memberikan
teladan. Kurt, 25 tahun, menceritakan caranya ia dan ketiga saudaranya belajar sopan santun, ”Kami
memerhatikan dan mendengar Papa dan Mama berbicara dengan ramah satu sama lain dan
memperlakukan orang lain dengan sabar dan bertimbang rasa. Di Balai Kerajaan, Papa suka mengajak
saya sebelum dan sesudah perhimpunan untuk berbicara dengan saudara-saudari yang lebih tua. Saya
mendengarnya mengucapkan salam dan melihatnya menunjukkan respek kepada mereka.” Kurt
melanjutkan, ”Akhirnya, hal itu menjadi kebiasaan yang wajar bagi saya. Memperlakukan orang lain
dengan sopan menjadi sesuatu yang otomatis. Itu bukan lagi keharusan, tapi kita memang ingin
bertindak demikian.”

18 Kemungkinan besar, apa hasilnya jika orang tua mengajarkan tata krama? Anak-anak akan bisa
berteman dan menjaga perdamaian dengan orang lain. Mereka akan diperlengkapi untuk bekerja sama
dengan majikan dan rekan sekerja. Selain itu, anak-anak yang sopan, tahu etiket, dan bermoral akan
mendatangkan sukacita dan kepuasan bagi orang tua.—Baca Amsal 23:24, 25.

Tata Krama Membuat Kita Berbeda

19, 20. Mengapa kita hendaknya bertekad meniru Allah dan Putra-Nya yang ramah dan sopan?

19 ”Jadilah peniru Allah, sebagai anak-anak yang dikasihi,” tulis Paulus. (Ef. 5:1) Meniru Allah Yehuwa dan
Putra-Nya mencakup menerapkan prinsip-prinsip Alkitab, seperti yang dibahas dalam artikel ini. Dengan
demikian, kita tidak akan pura-pura berbasa-basi hanya agar disukai atasan atau mendapatkan
keuntungan materi.—Yud. 16.

20 Pada hari-hari terakhir pemerintahannya yang jahat, Setan berupaya menghapus standar tingkah laku
yang penuh respek yang Yehuwa tetapkan. Tetapi, si Iblis tidak akan berhasil menghilangkan tata krama
orang Kristen sejati. Semoga kita masing-masing bertekad mengikuti teladan Allah dan Putra-Nya yang
ramah dan sopan. Maka, tutur kata dan tindakan kita akan selalu berbeda dengan tindakan orang-orang
yang memilih untuk melanggar tata krama. Kita akan mendatangkan pujian bagi nama Yehuwa, Allah kita
yang bertata krama, dan akan membuat orang-orang yang tulus tertarik kepada ibadat sejati-Nya.

Anda mungkin juga menyukai